PENDAHULUAN
Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare
di 15 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian
sebanyak 209 orang atau Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut
utamanya disebabkan oleh rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk
dan perilaku hidup tidak bersih. (Profil Kesehatan Indonesia, 2008).
A. Pengertian Diare
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga
kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair)
dengan atau tanpa darah.
Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan
tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.
B. Etiologi
Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh infeksi,
malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor
psikologis.
a. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare. Jenis-
jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:
1. Infeksi oleh bakteri : Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio
Cholera(kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya
berlebihan
dan patogenik seperti pseudomonas.
2. Infeksi basil (disentri),
3. Infeksi virus rotavirus,
4. Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),
5. Infeksi jamur (Candida albicans),
6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan
radangtenggorokan, dan
7. Keracunan makanan.
b. Faktor malabsorpsi
Faktor ini paling sering menyebabkan diare pada bayi.Faktor
malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan
lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi, kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya
berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di
daerahperut.Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan
terdapat lemak yang disebut triglyserida.Triglyserida, dengan bantuan
kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi
usus.Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare
dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.
c. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, dan sayuran mentah.Makanan yang
terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak
balita.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis.Tetapi jarang terjadi pada anak
balita,umumnya terjadi pada anak yang lebih besardan pada orang
dewasa.
C. Klasifikasi Diare
Menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu:
a. Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari).Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare,
baik anak-anak maupun orang dewasa.
b. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya.Akibat
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.
c. Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
secara terus menerus.Akibat diare persisten adalah penurunan berat
badan dan gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain
Anak maupun orang dewasa yang menderita diare (diare akut dan
diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti
demam, gangguan gizi, gangguan imunitas atau penyakit lainnya.
Yang diperiksa 0 1 2
Denyut nadi/menit kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah > 140
Catatan :
a. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut 'dijepit' antara ibu
jari dan telunjuk selama 30 - 60 detik, kemudian di lepas. Jika kulit
kembali normal dalam waktu
- 1 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
- 1- 2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
- 2 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
b. Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat
ditentukan derajat dehidrasinya :
- Jika mendapat nilai 0 - 2 : dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3 - 6 : dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7 - 12: dehidrasi berat
(Nilai/gejala tersebut adalah gejala/nilai yang terlihat pada
dehidrasi isotonik dan hipotonik dan keadaan dehidrasi yang paling
banyak terdapat, masing-masing 77,8 % dan 9,5 %).
F. Penatalaksanaan Diare
Rehidrasi
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang
adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan
rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak
dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena
yang membahayakan jiwa.Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g
Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g
glukosa per liter air.Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket
yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara
komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan
menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok
makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk
mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak
mereka merasa haus pertama kalinya.Jika terapi intra vena diperlukan, cairan
normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan
suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus
dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan
urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan
rehidrasi oral sesegera mungkin. (Khalid, 2004)
Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai
cara :
0,001
-Sianosis (2)
15
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan
peroral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama 3
disertai syok diberikan cairan per intravena. (Sudoyo,2009)
Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan
gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses,
persisten, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Obat pilihan
yaitu kuinolon (missal siprofloksasin 500 mg 2 x/hari selama 5-7 hari). Obat ini
baik terhadap bakteri pathogen invasif termasuk Campylobacter, Shigella,
Salmonella, Yersinia, dan Aeromonas species. Sebagai alternatif yaitu
kotrimoksazol. Metronidazol 250 mg 3 x/hari selama 7 hari diberikan bagi yang
dicurigai giardiasis. (Sudoyo,2009)
Obat Antidiare
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala:
a. Yang paling efektif yaitu derivat opioid misal loperamide, difenoksilat-atropin
dan tinktur opium.
b. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 sachet
diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti.
c. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari
(Sudoyo,2009)
Diet
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat.
Pasien dianjurkan justru minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas,
makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, kripik dan sup. Susu sapi harus
dihindarkan karena adanya defisiensi laktase transien yang disebabkan oleh
infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alkohol harus dihindari karena
dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.(Sudoyo,2009)
Air limbah
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan.
Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak
diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit
terutama kolera, diare, typus, media berkembangbiaknya mikroorganisme
patogen, tempat berkembangbiaknya nyamuk, menimbulkan bau yang tidak enak
serta pemandangan yang tidak sedap, sebagai sumber pencemaran air permukaan
tanah dan lingkungan hidup lainnya, dan mengurangi produktivitas manusia,
karena bekerja tidak nyaman (Notoatmodjo, 2003).
Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut diperlukan
kondisi, persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut tidak
mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan tanah, tidak
mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan tidak
menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak terbuka kena
udara luar sehingga baunya tidak mengganggu (Notoatmodjo, 2003).
H. Pencegahan
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya
dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering
mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah
makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan
ternak harus terjaga dari kotoran manusia. (Khalid,2004)
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus
diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan
makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi.
Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang
diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum
dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk
tidak menelan air. (Khalid,2004)
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang
bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia
atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-
buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak.
BAB IV
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : An. AMFF
Kelamin : Laki-laki
Usia : 3 tahun
Agama : Islam
II. Anamnesis
Keluhan Utama:
BAB encer
Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang anak masuk ke IGD Puskesmas dengan keluhan BAB
encer sejak tadi pagi sebelum ke puskesmas (14/01/2019).BAB encer ± 4
kali dalam 1 hari, dengan konsistensi cair, ampas (-), warna kekuningan,
lendir (-), darah (-).Keluhan demam (+) tanpa disertai menggigil. Perut
terasa mules, mual (+), muntah (+). Pasien mengeluhkan badan terasa
lemas. Nafsu makan pasien menurun sejak menderita BAB encer. BAK
dalam batas normal.
Riwayat Sosial dan Lingkungan:
Pasien tinggal dengan kedua orang tua, kakek, dan neneknya.
Rumah tinggal pasien terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu
sekaligus sebagai ruang keluarga, 1 dapur, 2 WC. Luas rumah pasien
± 6x7meter, rumah pasien tidak memiliki pekarangan, rumah pasien
mepet dengan rumah tetangga. Sinar matahari dapat masuk dengan
baik ke dalam dapur dan ruang keluarga, namun tidak sampai ke
kamar pasien. Terdapat cukup jendela dan ventilasi pada ruang
keluarga sehingga sinar matahari yang masuk cukup. Lantai rumah
terbuat dari keramik, dinding rumah berupa tembok, atap rumah
terbuat dari seng.
Sumberair minum berasal dari air PDAM, air minum selalu direbus.
Kamar mandi terdiri atas bak sebagai penampung air, jamban, dan
ember di dalamnya. Lantai kamar mandi terbuat dari keramik,
dinding bak terbuat dari semen. Tembok kamar mandi terbuat dari
semen plester.
Pendapatan keluarga berasal dari ayah dengan penghasilan yang
diterima tidak menentu, rata-rata sebulan sekitar 750.000 –
1.000.000.
IKHTISAR KELUARGA
Riwayat pengobatan:
Pasien sebelumnya tidak pernah memeriksakan diri ke tempat
pelayanan kesehatan lainnya dan untuk keluhannya, pasien langsung
dibawa ke Puskesmas untuk di berikan penanganan lebih lanjut.
Riwayat alergi
- Makanan : tidak ada
- Obat : tidak ada
2. Tanda vital
Nadi : 110 x/menit, regular, isi tegangan cukup
Respirasi : 30 x/ menit
Suhu : 40,30C
3. Pemeriksaanfisikumum
a. Kepala-leher
Kepala : simetris, deformitas (-)
Mata : anemis -/-, ikterus -/-, mata cowong -/-
Wajah : sianosis (-), flushing (-)
Telinga : deformitas (-)
Hidung : deformitas (-)
Mulut : sianosis bibir (-), stomatitis (-), mukosa bibir basah
Leher : pembesaran KGB (-), Tekanan vena jugularis : meninggi (-)
b. Toraks-kardiovaskuler
Inspeksi : kelainan bentuk (-), Tarikan sela iga (retraksi subcostal) (-),
simetris
Auskultasi : Jantung: S1 S2 tunggal, teratur, Murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler +/+, ronki-/-, Wheezing : -/-
c. Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : peristaltik (+) meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, turgor normal, nyeri tekan (+) pada epigastrium,
hepar dan lien tidak teraba.
d. Uro-genital
Tidak dievaluasi
e. Anal-perianal
Tidak dievaluasi
f. Ekstermitas atas-aksilla
Edema (-)/(-), akral hangat (+)/(+), pembesaran KGB aksila (-)/(-)
g. Ekstremitas bawah
Edema (-)/(-), akral hangat (+)/(+)
Yang diperiksa 0 1 2
Denyut nadi/menit kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah > 140
Tanggal 14/01/2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Widal (serum/plasma)
S. Typhi O 1/80 Negatif
S. Typhi H 1/80 Negatif
V. Diagnosis:
Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan
BIOLOGIS
PEMBAHASAN
Aspek Klinis
Pada kasus ini, pasien adalah seorang anak laki-laki umur 3 tahun dengan
keluhan utamanya adalah BAB encer. BAB encer dengan frekuensi 4 kali, dengan
konsistensi cair tanpa disertai adanya lendir dan darah yang berlangsung sejak tadi
pagi sebelum ke puskesmas. Berdasarkan keadaan tersebut, pasien di diagnosis
awal dengan diare akut. Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi lebih
dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten
tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah. Dikatakan diare akut karena
munculnya mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 15 hari.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan adanya
tanda-tanda dehidrasi ringan pada pasien ini, keadaan umum pasien
cengeng/gelisah, mata cekung tidak ada, mukosa mulut terlihat basah, denyut nadi
110 x/menit, kuat angkat, isi cukup, pernapasan 30 x/menit, suhu tubuh normal
yaitu 40,3ºC, pemeriksaan turgor kulit kembali normal. Dari pemeriksaan
abdomen juga didapatkan peristaltik usus meningkat.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis diare
akut dengan dehidrasi ringan. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan feses
lengkap (FL) pada kasus ini tidak perlu dilakukan karena dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik mengarahkan bahwa diare ini bersifat akut dan berdasarkan
literatur menunjukkan diare akut infektif. Hal ini didukung oleh adanya keluhan
yang khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam dan tinja yang cair.
ORT (Oral Rehydration Therapy) merupakan hal yang paling penting
untuk mencegah dan mengobati kekurangan cairan dan elektrolit. Di Indonesia
telah dibuat ORS yang diberi nama Oralit, yang berisi NaCl 0,7 g, KCl 0,3 g,
trinatrium sitrat dihidrat 2,9 g serta glukosa anhidrat yang berbentuk serbuk dalam
sachet, dimana setiap sachet untuk 200 ml air. Glukosa menstimulasi secara aktif
transport Na dan air melalui dinding usus sehingga resorbsi air dalam usus halus
meningkat 25 kali. Penggunaan ORS dengan formula WHO yang dilaksanankan
dengan benar, dapat mengatasi dehidrasi akibat semua jenis diare pada semua
kelompok umur.
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan
setelah sembuh. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya
fungsi usus yang normal termasuk kemampun menerima dan mengabsorbsi
berbagai nutrien.
Pada kasus ini, faktor yang paling berperan dalam penularan diare ialah
faktor perilaku dan lingkungan. Pasien tidak membiasakan diri mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air.
Musim terjadinya penyakit diare ini umumnya terjadi di saat musim
penghujan, dimana lalat mulai banyak tumbuh dan menghinggapi kotoran
bergantian dengan menghinggapi makanan membawa kontaminan dari orang yang
sebelumnya terinfeksi bakteri atau virus. Hal ini memudahkan penularan penyakit
dari satu orang ke orang lainnya.
Untuk itu, selain menatalaksanai pasien dengan terapi sesuai tatalaksana
diare dengan dehidrasi ringan, keluarga pasien juga diberi informasi mengenai
cara penularan diare melalui perilaku mereka yang salah selama ini serta cara
mencegahnya muncul lagi dikemudian hari.
Dari pengamatan yang dilakukan selama tiga tahun terakhir, tampak angka
kejadian diare secara keseluruhan berkurang. Hal ini mungkin disebabkan karena
kesadaran orang mengenai cara penularan serta cara mencegah penularan diare
semakin baik. Namun, angka kejadian diare ini menunjukkan peningkatan di
bulan tertentu dalam suatu tahun.
Bulan-bulan ini adalah saat musim penghujan tiba, dimana lalat sebagai
vektor kuman mulai banyak tumbuh dan mengkontaminasi makanan dan
minuman di sekeliling kita, oleh karenanya, sangat penting bagi kita untuk
waspada dengan jalan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat untuk
meminimalisir resiko tertular diare.
Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kesimpulan
Saran