Anda di halaman 1dari 7

Semuanya Terputar Hanya Dalam Satu malam

“Kalo aja gue bisa terbang, gue bakal ke Eleven kelab tiap malem tanpa
harus izin sama si brengsek itu” gumamnya.

Dituangnya segelas lagi Chivas yang ada dihadapannya kemudian meneguknya


pelan-pelan dan turut merasakan aliran Chivas yang masuk ke tenggorokannya.
Kelopak matanya terasa panas terbuka diikuti secercah cahaya puranama
menyeruak masuk kedalam pupil mata, ia menangis. Perasaannya campur aduk,
berfantasi layaknya piringan hitam yang memutar Adagia karya Johann Sebastian
Bach.

Tubuhnya terduduk tegak diatas kursi yang berhadapan langsung dengan jendala
kamarnya, ia memandang sekeliling ruangannya yang serba putih dan aroma
semerbak rokok dan alcohol menusuk indra penciumannya.

Rasanya ingin berteriak ke udara . berharap menenangkan ruangan yang hampa


dan kedap udara, ia merasa rancu hari ini bahkan belum menemukan jawabannya.

Keesokan hari nya ia ingin keluar kamar dan menghirup udara sebagaimana
orang-orang normal, berjalan menikmati semilir angin, merasakan suara burung
yang bercicit didahan dan kakinya terus melengkah begitu saja. Ia acapkali
berhenti ketika seolah melihat hal baru dimatanya. saat melihat pohon yang kokoh
batangnya, lalu ia berharap akan abadi menjadi pohon namun sedetik kemudian
berubah pohon akan berubah seketika mati karna ditebang dan berubah menjadi
bilah papan. Ketika melihat bunga yang indah ia ingin menjadi bunga, namun
sedetik kemudian ia menolak menjadi bunga. Bunga yang bergerak-gerak
mengikuti arah angin persis seperti dirinya, bunga tidak melawan dia akan tetap
mengikuti ke mana angin akan membawanya.

***

Senja menggulung sebagian besar langit di angkasa, mengganti tiap awan yang
pekat menjadi titik-titik air yang jatuh kebumi.
Krittt......

Suara denyitan pintu ruangan menandakan ada seseoarang yang datang. Di luar
hampir setengah gelap, jika aku keluar aku bisa melihat sedikit cahaya bintang di
angkasa dan sudut lain dari bangunan yang ada di seberang jalan.

Perempuan itu lagi yang datang , ia datang dengan menggunakan kemeja hitam,
celana jeans hitam. Air mukanya lembab dan menyimpan sesuatu yang aneh, jika
aku adalah Sherloch Holmes dari wajahnya pasti menyimpan sesuatu yang layak
untuk ku telaah lebih dalam lagi.

Ini adalah hari ketiganya datang ke tempat ini. Setelah sebelumnya ia hanya datang
minum arabika lalu pergi, lalu dihari keduanya ia pun begitu, datang sebentar lalu
pergi tanpa mengucapkan satu patah katapun yang terlontar dari mulutnya. Diluar
gerimis , dari kaca ruangan yang transparan , aku dapat melihat tidak ada lagi
bintang di langit dan juga jalanan yang begitu lengang dan tampak basah.

“ Hai,” kataku basa-basi. “ Apa ada yang bisa saya bantu?. Ia melihat ke arahku,
aku berusaha untuk tersenyum, aku dapat melihat bola matanya yang berwarna
coklat kehitaman dan mendekati abu-abu.

“ Err, maaf apa ada yang bisa saya bantu”? aku mengulang pertanyaan yang sama.

“ Tidak ada” ujarnya.

“Mungkin bisa sedang mencari sesuatu di tempat ini, aku bisa memberi tahu
sesuatu hal jika itu benar-benar sedang kau cari”?

“ Gue cuma ingin nyari dan nemuin seberapa luas dunia dan isinya, apa ada yang
lebih luas dan mengerikan seperti Gurun sahara dan Palung Mariana”?

Sepasang alisnya bertaut, dan aku yang keheranan.

“ tentu” kataku sekenanya.

“ Dunia yang kau cari sebenarnya tidak ada, kalaupun ada tentu kau juga tidak
perlu repot-repot mencari letak ujung dunia. Aku rasa itu sesuatu hal yang sulit
untuk kau pecahkan sendiri” lanjutku.
“ Apa kau ingin mencicipi rasa kopi terbaru disini”? aku kemudian mengalihkan
pertanyaan pada sebuah kopi. Namun, bukan jawaban yang ku dapat melainkan
hanya anggukan mengiyakan. “ Tunggu sebentar” , ia tetap tak peduli mata orang
itu hanya memandang lurus kedepan sesekali berkedip tangan diapit kedada seperti
orang yang berdoa.

Suara yang lengang menambah kesan misteri, sebenarnya tidak ada yang harus aku
takutkan. selama aku berkerja disini aku banyak berjumpa dengan orang-orang
aneh yang wajar. Tetapi ,kali ini aku menelan ludahku sendiri, aku ketakutan.

“ Ini kopi untukmu” kemudian aku meletakan kopi yang masih panas itu diatas
meja yang berada di depannya. Dirogohnya beberapa lembar dollar dari kantong
bajunya, ia hendak memberikan uang itu kepadaku. “ aduh terima kasih tidak
usah” aku menolaknya.

“ Begitu ya”?. Di masukannya lagi uang itu ke dalam kantong bajunya lagi. Aku
malah yang terlihat begitu keki padalah sebenarnya aku tulus dan benar-benar ada
di dalam lubuk hatiku.

***

Tiba-tiba Carla menyela “ Salah dia bu, dia yang menyalakan api di dalam lab dan
mengenai cawan reaksi .

“ Anna, kamu keluar dari kelas dan harus bertanggungjawab atas semua
kesalahanmu...!”. Guru Jean amat marah dan murka .

Karna peristiwa tadi pagi ia harus membersihkan ruangan yang berantakan dan
hampir terbakar. Ia harus membersihkan botol, tabung meja yang ada di lab itu,
bayangkan saja ruangan yang begitu luas hanya seorang saja yang melakukan nya
sendiri, apalagi disitu sangat kotor seperti tidak dibersihkan bertahun-tahun.

Ia membersihkan Lab selama 5 jam, setelah membersihkan tubuhnya sangat pegal


dan tulangnya akan rontok, berjalan gontai menuju pintu keluar Labolatorium
Kimia dan melihat seisi kelas dan pandangan arah sekolah sudah sepi ia belum
menyadari hal itu.
Hari itu menjukan hampir pukul 6 sore tetapi, belum memutuskan untuk pulang
setengah jam duduk memandang sunset di taman kota membuatnya segar kembali,
ia berharap bisa menikmati waktu seperti ini tiap hari.

Kadangkala suasana di apartemen nya seperti suasana neraka tak ada tawa, tak ada
senyum, tak ada sapaan dari ayah dan ibu, tak ada kebahagiaan. Ia menatap langit
senja yang belum sepenuhnya gelap

Kali ini udara mendingin ia memakai topi beanie di kepalanya dan hampir
menutupi rambutnya yang sebahu, lalu melangkah meninggalkan taman menuju
sebuah cafe kecil di ujung jalan. Ia melihat pintunya yang tertutup dan mengintip
dari jendela yang transparan. Dari dalam terlihat remang-remang dan tiga orang
pengunjung. Ia berminat untuk masuk dan memesan kopi lalu pulang.

***

Hingga beberapa menit ku biarkan perempuan misterius ini menikmati kopinya


dengan tenang. Ujung bibirnya menyesap dan menjamah rasa dari daya imajinasi
kopi tersebut. Otaknya menunggu arahan tuannya utuk berekspresi, menghirup
udara dalam-dalam lalu membuangnya keudara. Lampu neon ruangan berpantulan
kearah kaca jendela yang transparan. Alami indah dan menakjubkan.

Mungkin dan tentu saja hanya ia sendiri yang dapat merasakan, bahwa dirinya
sedang ditarik diluar batas keakuannya, menelanjangi dan mensabotase. Seperti ia
yang sudah mulai berbicara dan malah mengajakku berdiskusi

“ Apa lo tahu, bahwa pria dan wanita bisa saling merasakan mabuk kepayang..?”
katanya dengan tatapan lurus ke depan.

“Sepanjang yang ku dengar pria lah yang paling banyak tergila-gila kepada
wanita” aku menjawab.

“menurut sebagian orang pria adalah makhluk yang kompleks dan amat mudah
tergila-gila kepada wanita, lalu mengapa seringkali pria mengucap sumpah serapah
terhadap wanita, bukankah cinta membuat keduanya menjadi lebih bahagia..?”

“Mungkin kau sedang membicarakan dengan apa yag telah telah kau perbuat
dengan orang lain...?”. Aku bertanya
“Tentu saja tidak” ia mengelak

Aku tersenyum gemas. Lalu ia menyesap kopinya lagi. Kemudian melanjutkan


kata-katanya. “ Mengapa ada pria yang tega menyakiti istrinya sendiri..?

Aku tertawa, “lalu apa yang membuatmu berpikir begitu.?”

Dia berhenti untuk menarik nafas, “Coba kau fikirkan, bagaimana dan apa jadinya
jika seluruh pria di dunia memiliki sifat yang sedemikian rupa?

“ Tentu kau tidak akan pernah lahir di dunia ini”. Aku membantah argumennya.

“Apakah tujuan dari cinta hanya tumbuh untuk menghasilkan keturunan, menikah
bersenggama, punya anak dan menikmati hari-hari tua dan segalanya..? , perlu kau
ketahui lagi, ayahku adalah sesorang yang buruk, cinta ayah ketika pulang dengan
mulut berbau alcohol, menendang ibu, memarahi ibu, bahkan ia pernah membawa
wanita lain dihadapan ibu , dan akhirnya.... ibu pergi”. Ia terisak dan matanya
berkaca-kaca.

“Aku tidak mengerti , aku tidak cukup paham memandang cinta sebagai sesuatu
yang menyenangkan. Itu adalah makhluk yang rumit, lebih rumit dari rumus fisika
dan aljabar” Ia menjelaskan semua yang ada di kepalanya dengan lengkap.

“Bagaimana menurut mu?”

Aku mulai mengerti dan mencoba berempati “Apakah ayahmu masih terus-terusan
menyakitimu?”

“Berulang-ulang, ia yang memukul pacarnya yang berkomando, tapi mudah-


mudahan hari ini ia berhenti memukulku”.

Aku mengangguk. Kemudian “Siapa namamu?”

“Anna Wilson , dan Kau ?”

“Sharon, senang mengenalmu hari ini”.

Ia mengangguk, dan mengangkat dan mengarahkan matanya pada jarum-jarum


kecil pada alrojinya. Sejurus kemudian ia berdiri tanpa berbicara lagi. Suara dari
sepatunya bergerak kea rah pintu keluar, dan menghilang di bangunan depan.
Dari pembicaraan tadi masih tertinggal di benak, masih meninggalkan hal misteri
didalamnya. Hari semakin gelap, segelap apa yang telah kami lalui.

***

Dua hari berlalu ia tidak pernah datang lagi ke cafe ku, aku lupa dan tidak
mencarinya tapi aku berharap jika aku bertemu dengannya semoga ia akan baik-
baik saja.

Aku belum berangkat kerja, cafe tempat kerja ku di buka pukul 3 siang. Akupun
menikmati masa santai dengan menonton televisi. Seketika aku terkejut, tubuhku
lemas. Aku masih terdiam, tidak percaya dengan apa yang ku dengar, sekujur
tubuhku masih tak ada tenaga, keringat dingin membanjiri kulitku.

“TELAH DITEMUKAN REMAJA YANG MELAKUKAN AKSI BUNUH DIRI


DENGAN MELOMPAT DARI LANTAI 14 APARTEMEN DI TEXAS,
REMAJA PEREMPUAN ITU BERNAMA ANNA WILSON”

Tubuhku mendingin, suara-suara mengiang di kepala ia telah mati.


BIODATA PENULIS

Nama lengkap :Oky Indra Jaya

Tempat Tanggal Lahir :Bumi Dipasena, 17 Oktober 1998

Alamat :Jl. Pulau Damar, Sukarame, Bandar lampung

Pendidikan :Fakultas Ekonomi Bisnis, Manajemen IBI Darmajaya

Hoby :Membaca, Menulis, Olahraga

Agama :Islam

Email : okyindrajaya97@gmail.com

Nomor Handphone :085769460979

Motto : Ketika kita belum bisa bangkit, cobalah perlahan-lahan

Anda mungkin juga menyukai