Anda di halaman 1dari 2

9ood and 8ad Things About Coal Mining

Pertambangan, adalah hal yang tabu di telinga sebagian besar orang. Pemikiran dan spekulasi akan
dampak buruk yang ditimbulkan menjadikan pertambangan adalah salah satu kegiatan yang
menimbulkan suara kontra dengan turus terbanyak. Namun pada kenyataannya, tidak dapat
dipungkiri, bahwa sejak seorang bayi dilahirkan dimulai dari saat itu bahan tambang akan dibutuhkan
untuk menunjuang kehidupan si bayi. Minerals Education and Coalition menyatakan bahwa tiap
kelahiran satu bayi Amerika maka dibutuhkan 27.416 pounds bijih besi untuk menunjang
kehdiupannya. Pun hal yang sama juga terjadi pada penggunaan batubara. Batubara yang “katanya”
merupakan industri yang hanya menghasilkan gas beracun sisa pembakaran tak sempurna, debu, dan
menghasilkan pencemaran air dan tanah lewat ekstraksi air asam tambang yang muncul bersamaan
saat proses coal exposing, nyatanya sejak tahun 2015 penggunaan batubara meningkat sebesar15%
hingga mencapai persentase penggunaan 41,1% untuk PLTU (BP Group Chief Economic Spencer Dale,
2016). Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa sumber energi yang relatif paling ekonomis diolah di
Indonesia adalah batubara itu sendiri. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa aktivitas
pertambangan, yang dimulai dari eksplorasi hingga reklamasi, tidak hanya menimbulkan dampak
negatif tetapi juga dampak positif yang keduanya berjalan beriringan.

Berikut adalah 8 dampak negatif industri pertambangan batubara,


1. Pertambangan batubara yang dilakukan relatif singkat dapat mengubah bentuk topografi dan
land impact, sehingga dapat mengubah kesetimbangan ekologi bagi daerah sekitarnya.
2. Penambangan batubara menghasilkan debu dan polusi kebisingan yang disebabkan oleh
penggunaan mesin skala besar maupun peledakan.
3. Pencemaran debu dan asap.
4. Kontaminasi sedimen pada jalur aliran air seperti sungai yang terbawa oleh hujan saat top soil
ditimbun.
5. Air asam tambang yang beracun yang jika dialirkan dari hulu ke hilir akan memberikan chain
effect kerusakan ekosistem dan kesehatan pengguna air tersebut.
6. Peningkatan resiko kontaminasi air tanah akibat mineral yang berada di atas permukaan
terinfiltrasi ke dalam tanah hingga batas muka air tanah.
7. Pertambangan yang dilakukan tanpa mengindahkan K3 dan kondisi geologi lapangan, dapat
menimbulkan tanah longsor dan keruntuhan tambang.
8. Dalam jangka panjang, pertambangan adalah penyumbang terbesar lahan kritis yang sulit
dikembalikan ke fungsi awal.

Jangan berapi-api dulu, berikut adalah 9 dampak positif yang dihasilkan oleh aktivitas
pertambangan batubara,
1. Meningkatkan devisa negara, pendapatan asli daerah, serta menampung tenaga kerja
terutama penduduk sekitar tambang.
2. Memberikan dampak yang sistematik bagi kemajuan ekonomi masyarakat daerah setempat.
3. Pemasok kebutuhan energi, peningkatan dan pemenuhan permintaan pasokan energi
khususnya di daerah pertambangan batubara maupun daerah lain secara luas.
4. Memacu pembangunan, pembangunan infrastruktur penunjang kegiatan pertambangan akan
memicu peningkatan pembangunan fasilitas yang berimbas secara berkelanjutan akan
kebutuhan infrastruktur sosial seperti tempat ibadah, ekonomi perbankan dan pasar, sarana
pendidikan, dll.
5. Sumber pendapatan terbesar negara.
6. Menyiapkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, mengurangi penggangguran dengan
minimum pendapatan yang besar.
7. Bahan dasar kebutuhan manusia, baik logam maupun non-logam.
8. Secara tidak langsung, kegiatan eksport-import batubara yang dilakukan dapat menjaga
hubungan bilateral dan mengangkat nama negara di kalangan internasional.
9. Pencerdasan dan pelatihan masyarakat setempat yang biasanya dilakukan oleh perusahaan
pertambangan dalam bentuk Coorporate Social Responsibility.

Dari hasil kajian literatur di atas, didapat kesimpulan bahwa tidak semua aktivas pertambangan
hanya menimbulkan dampak negatif dan semata-mata dilakukan hanya dalam rangka “eksploitasi
uang” dari muka bumi untuk kepentingan pribadi. Juga dampak negatif tersebut dapat
diminimalisir dengan pelaksanaan Good Mining Practices yang dielu-elukan di era Industri 4.0 ini.
Maka dari itu, sudah tidak relevan jika melihat dan menilai pertambangan hanya dengan sebelah
mata, sudah saatnya kita membuka mata lainnya dan sadar bahwa bahan tambang adalah
penunjang kehidupan manusia, tidak usah bersilat lidah.

Referensi
Sulistianto, Budi. Diktat Sistem Penambangan. Bandung: Penerbit ITB.
www.environment.co.za/mining/effects-of-mining.html/amp (diakses pada 10 Februari 2019, 8.47
WIB)
www.hibbingmn.com/mine/mining-products-for-our-everyday-life (diakses pada 10 Februari 2019,
8.50 WIB)
www.kompasiana.com (diakses pada 10 Februari 2019, 8.52 WIB)

Anda mungkin juga menyukai