Anda di halaman 1dari 13

A.

Pengertian atau Definisi Kemiskinan


Soekanto (1995:406) berpendapat bahwa kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan
juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

B. Penyebab Terjadinya kemiskinan


Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat,
khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai
kalangan, baik para akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun
terus menerus dikembangkan untuk menyibak tirai dan mungkin “misteri” mengenai kemiskinan
ini.
Dalam konteks masyarakat Indonesia, masalah kemiskinan juga merupakan masalah sosial
yang senantiasa relevan untuk dikaji secara terus menerus. Ini bukan saja karena masalah
kemiskinan telah ada sejak lama, melainkan pula karena masalah ini masih hadir di tengah-tengah
kita dan bahkan kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang
masih dihadapi oleh Bangsa Indonesia. Meskipun pembahasan kemiskinan pernah mengalami
tahap kejenuhan sejak pertengahan 1980-an, upaya pengentasan kemiskinan kini semakin
mendesak kembali untuk dikaji ulang. Beberapa alasan yang mendasari pendapat ini antara lain
adalah:
Pertama, konsep kemiskinan masih didominasi oleh perspektif tunggal, yakni “kemiskinan
pendapatan” atau “income-poverty” (Chambers, 1997). Pendekatan ini banyak dikritik oleh para
pakar ilmu sosial sebagai pendekatan yang kurang bisa menggambarkan potret kemiskinan secara
lengkap. Kemiskinan seakan-akan hanyalah masalah ekonomi yang ditunjukkan oleh rendahnya
pendapatan seseorang atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kedua, jumlah orang miskin di Indonesia senantiasa menunjukkan angka yang tinggi, baik
secara absolut maupun relatif, di pedesaan maupun perkotaan. Meskipun Indonesia pernah dicatat
sebagai salah satu negara berkembang yang sukses dalam mengentaskan kemiskinan, ternyata
masalah kemiskinan kembali menjadi isu sentral di Tanah Air karena bukan saja jumlahnya yang
kembali meningkat, melainkan dimensinya pun semakin kompleks seiring dengan menurunnya
kualitas hidup masyarakaat akibat terpaan krisis ekonomi sejak tahun 1997.
Ketiga, kemiskinan mempunyai dampak negatif yang bersifat menyebar (multiplier effects)
terhadap tatanan kemasyarakatan secara menyeluruh. Berbagai peristiwa konflik di Tanah Air
yang terjadi sepanjang krisis ekonomi misalnya, menunjukkan bahwa ternyata persoalan
kemiskinan bukanlah semata-mata mempengaruhi ketahanan ekonomi yang ditampilkan oleh
rendahnya daya beli masyarakat, melainkan pula mempengaruhi ketahanan sosial masyarakat dan
ketahanan nasional.
Secara umum ada beberpa faktor yang menyebabkan terjadinya msalah kemiskinan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya tingkat pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan seseorang dapat memicu terjadinya kemiskinan. Hal ini karena
individu tersebut tidak memiliki pengetahuan atau pendidikan, keterampilan yang memadai yang
dapat digunakan untuk mencari penghasilan dan dapat menaikkan taraf hidup individu tersebut
serta mampu memenuhi kebutuhannya.
2. Kurangnya kreativitas individu
Jika seseorang dapat menggunakan kretivitasnya, tidak dipungkiri mereka dapat memiliki
penghasilan yang dapat menaikkan taraf hidup mereka. Mereka dapat menggunakan sarana
prasarana dan segala aspek yang ada untuk mencari dan mendapatkan sumber penghasilan.
3. Tingkat kelahiran yang tinggi
Tingkat kelahiran yang tinggi ini juga dapat memicu terjadinya kemiskinan di Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh adanya pengeluaran biaya yang lebih besar, sehingga dapat dimungkinkan harta
kekayaannya lama kelamaan akan terkuras. Namun hal ini berbeda untuk kelompok sosial yang
memiliki penghasilan yang cukup bahkan lebih atau tetap. Mereka menganggap masih mampu
menghidupi anggota keluarganya. Maka mereka tidak dianggap sebagai kelompok sosial miskin.
Hal ini tampak sebagian besar di kota-kota besar.
4. Pengaruh lingkungan hidup atau tempat tinggalnya
Lingkungan hidup dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Seseorang yang berada di
lingkungan miskin pasti akan ikut terbawa arus kemiskinan. Apalagi individu-individu dalam
kelompok tersebut adalah individu-individu yang tidak mampu mengurusi dirinya sendiri dan
tidak mampu memenuhi kebutuhannya serta berada dalam gelombang kebodohan atau kelompok
yang anggota kelompoknya senantiasa malas untuk bekerja.
5. Keturunan
Tingkat ekonomi dari kelompok sosialnya dapat mempengaruhi dengan jelas. Individu yang
berasal dari golongan miskin, tidak menutup kemungkinan akan memyebabkan ia ikut miskin.
Karena orang tuanya tidak mampu mencukupi segala kebutuhannya, sehingga mereka
menganggap kehidupannya adalah takdir yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Sehingga
kurang adanya kemauan dan usaha untuk mengubah keadaannya.
Hal-hal lain yang tampak nyata menyebabkan kemiskinan banyak terjadi di kota-kota besar
yaitu antara lain arus urbanisasi. Banyak para urban dari desa datang ke kota, kebanyakan dari
mereka bertujuan mencari pekerjaan. Namun banyak juga dari mereka gagal mendapatkan
pekerjaan, karena mereka tidak memiliki keahlian atau keterampilan tertentu untuk bekerja di
kota.Dan juga mereka tidak mempunyai sanak famili yang tinggal di kota. Sehingga hidupnya
terkatung-katung tidak menentu, dan merekapun hidup di tempat yang tidak layak dihuni. Dan
menyebabkan tingkat kemiskinan di kota meningkat, karena mereka tidak memiliki penghasilan
dan tidak dapat memenuhi segala kebutuhannya.
Sadar bahwa isu kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa aktual, pengkajian
konsep kemiskinan merupakan upaya positif guna menghasilkan pendekatan dan strategi yang
tepat dalam menanggulangi masalah krusial yang dihadapi Bangsa Indonesia dewasa ini.

C. Kemiskinan sebagai Masalah Sosial


Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak mrupakan maslah
sosial sampai saatnya perdagangan berkembang dengan sangat pesat dan timbulnya nilai-nilai
sosial yang baru. Dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia dan ditetapkan tarf
kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah
sosial. Pada waktu itu individu sadarakan kedudukan ekonominya, sehingga mereka mampu untuk
mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial,
apabila perbedaan kedudukan ekonomi para warga masyarakat ditentukan secara tegas.

Pada masyarakat modern yang kompleks, kemiskinan menjadi masalah sosial karena sikap
membenci kemiskinan tersebut. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan, pakaian,
dan perumahan. Namun karena harta miliknya dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf
hidupnya yang ada. Hal ini terlihat di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Seseorang
dianggap miskin karena tidak memiliki radio, televisi, atau mobil. Sehingga lama kelamaan benda-
benda sekunder tersebut dijadikan ukuran bagi keadaan sosial ekonomi seseorang, yaitu apakah
dia miskin atau kaya. Dengan demikian, persoalannya mungkin menjadi lain, yaitu tidak adanya
pembagian kekayaan yang merata.

D. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Kemiskinan


Masalah kemiskinan yang terjadi akan menimbulkan dampak atau akibat yang dapat terjadi
yaitu meningkatnya tingkat kriminalitas. Kriminalitas disini yang sering terjadi antara lain adalah
pencurian, pencopetan, perampokan, dan lain-lain. Alasan mereka melakukan hal itu adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, karena mereka tidak mempunyai penghasilan untuk mencukupi
kebutuhannya. Seseorang cenderung melakukan apa saja jika terdesak untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Baik itu dengan cara halal maupun tidak. Sehingga tingkat kriminalitas di kota-kota
besar meningkat.

Selain meningkatkan kriminalitas, kemiskinan juga dapat menyebabkan tingkat kesehatan dan
Sumber Daya Manusia (SDM) semakin rendah. Hal ini terjadi karena masyarakat miskin
cenderung kesulitan pula dalam memenuhi kebutuhan makan mereka. Sehingga kandungan gizi
yang ada pada makanan yang biasa dikonsumsiny setiap hari kurang, atau bahkan sudah tidak
layak konsumsi. Akibatnya, kesehatan mereka terganggu dan tingkat kesehatannya semakin
menurun.

Sementara tingkat SDM atau pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat miskin yang semakin
menurun, dapat disebabkan karena mereka sulit untuk bersekolah atau menyekolah anak mereka
(sebagai orang tua), sehingga pendidikan mereka pun tidak jauh berbeda dengan orang tua mereka.
Padahal pemerintah juga telah banyak menetapkan peraturan dan program-program yang bertujuan
untuk mengentaskan kemiskinan dan agar masyarakat miskin masih tetap bisa bersekolah atau
menerima pendidikan hingga di Perguruan Tinggi sekalipun. Namun mungkin semua itu tetap
terjadi karena beberapa di antara bantuan yang diberikan kepada masyarakat miskin tidak tepat
sasaran.
E. Cara Mengatasi Masalah Kemiskinan

Untuk mengatasi masalah kemiskinan, sebenarnya pemerintah telah berusaha mengentaskan


kemiskinan yang senantiasa terjadi, khususnya di Indonesia yang termasuk negara berkembang.
Namun masalah ini tak kunjung usai, masih saja melanda sebagian besar masyarakat. Entah karena
faktor masyarakat atau individunya ataupun pemerintahnya. Namun sejauh penulis ketahui, kedua
faktor tersebut saling mempengaruhi. Masyarakat yang etos kerja dan kemauan untuk lebih
majunya rendah bahkan tidak ada, kebanyakan mempunyai sifat pemalas dan hanya mau terima
jadi tanpa mau berusaha. Untuk mengatasi masalah ini, seharusnya pemerintah dan masyarakat
saling bekerja sama. Pemerintah jangan hanya memberi bantuan berupa uang tunai atau bahan
makanan saja. Namun juga memberi pengarahan dan pembekalan atau ketrampilan tertentu untuk
masyarakat miskin, agar dapat memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk bekerja tanpa
dipungut biaya. Sehingga mampu bekerja dan menghidupi keluarga tanpa menggantungkan
hidupnya pada pemerintah. Untuk masyarakat sendiri diharapkan mampu melaksanakan program
tersebut dengan sungguh-sungguh dan meningkatkan etos kerja. Sehingga tujuan utama dari
program pengentasan kemiskinan yang sudah lama melanda sebagian masyarakat dapat teratasi.
Dan masalah kemiskinan akan dapat berkurang bahkan hilang sama sekali.

Penyebab lain dari kemiskinan dapat pula terjadi khususnya di kota-kota besar adalah karena
jumlah penduduk yang sangat padat, sedangkan jumlah lowongan pekerjaan yang sangat terbatas.
Sehingga pemerintah dapat mengatasi kepadatan penduduk tersebut dengan menggalakkan
program urbanisasi. Sehingga jumlah penduduk di setiap daerah dapat merata. Selain itu juga di
daerah-daerah tujuan urbanisasi harus disediakan fasilitas seperti adanya lowongan pekerjan yang
memadahi, sehingga nasib para masyarakat urban tidak sama seperti sebelumnya.
Beberapa Masalah Ekonomi di Indonesia
1. Tingginya Jumlah Pengangguran.

Dari tahun ke tahun, masalah jumlah pengangguran di Indonesia kian bertambah. Belum ada
solusi yang jitu untuk mengatasi tingginya angka pengangguran sampai saat ini. Pengadaan
lapangan kerja saja dirasa tidak cukup untuk menekan angka pengangguran di negara kita.

2. Tingginya Biaya Produksi

Sudah menjadi rahasia umum di dunia industri di negara kita ini bahwa selain biaya produksi
cukup tinggi belum lagi ditambah dengan biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan.
Namun karena faktor keamanan di negara kita masih sangat minim dan ketidakmampuan
pemerintah untuk mendukung dan melindungi sektor industri, akibatnya terdapat banyak
pungutan-pungutan liar yang bahkan akhir-akhir ini dilakukan dengan terang-terangan.

Hal ini yang juga akhirnya menjadikan biaya produksi semakin meningkat. Parahnya lagi, belum
ada solusi pasti untuk masalah ini. Bahkan beberapa industri yang dinilai cukup bagus akhirnya
bangkrut dan lebih memilih untuk beralih menjadi importir yang hanya cukup menyediakan
gudang dan beberapa pekerja saja dibanding dengan mendirikan sebuah industri baru. Ini harus
menjadi perhatian khusus pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan masalah ekonomi di
indonesia lainnya.
Masalah Ekonomi di Indonesia Lainnya :

3. Keputusan Pemerintah Yang Kurang Tepat

Kita semua tahu bahwa beberapa tahun belakangan ini sangat marak sekali peredaran barang-
barang dari China di negara kita, bukan? Nah, penyebabnya adalah keputusan pemerintah dalam
hal regulasi ekonomi yang dirasa kurang tepat jika dilihat dari kondisi perekomomian Indonesia.

Di saat itu pemerintah memutuskan untuk bergabung dalam ASEAN–China Free Trade Area
(ACFTA). Akhirnya terjadilah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Produk lokal nyaris kalah
dengan produk yang berasal dari China.

4. Bahan Kebutuhan Pokok Masih Langka

Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah serius yang menimpa kondisi
ekonomi indonesia. Masalah ini akan sangat terasa sekali di saat menjelang perayaan hari-hari
besar seperti hari raya idul fitri, natal, dan hari-hari besar lainnya.
Meskipun pemerintah terkadang melakukan razia pasar untuk terjun langsung melihat penyebab
langkanya bahan kebutuhan pokok, namun tindakan ini dirasa masih jauh dari menyelesaikan
masalah langkanya kebutuhan pokok itu sendiri.

5. Suku Buka Perbankan Terlalu Tinggi

Perlu anda ketahui bahwa salah satu indikator untuk menentukan baik atau tidaknya kondisi
perekonomian di suatu negara adalah suku bunga. Semakin tinggi atau semakin rendahnya suku
bunga perbankan di suatu negara, maka akan berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi di
negara tersebut. Nah, untuk suku bunga perbankan di Indonesia masih dinilai terlalu tinggi
sehingga masih perlu perhatian lebih dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.

6. Nilai Inflasi Semakin Tinggi

Selain suku bunga perbankan, satu hal lagi yang juga mempengaruhi kondisi ekonomi di suatu
negara adalah nilai inflasi. Di Indonesia, nilai inflasi dinilai nyaris cukup sensitif. Bahkan hanya
gara-gara harga sembako dipasaran tinggi, maka nilai inflasi juga terpengaruh. Akibat dari
tingginya nilai inflasi di negara kita ini, maka akan bermunculan masalah-masalah ekonomi
Indonesia yang lain.

BAB II
PEMBAHASAN

Kehidupan Ekonomi Pada Masa Orde Baru


Pada masa Demokrasi Terpimpin, Negara bersama aparat ekonominya mendominasi seluruh
kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi swasta. Sehingga,
pada permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamtan ekonomi
nasioanl terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan Negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat . Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan
harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal
itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan
pemerintah. Oleh karena itu pemerintah menempuh cara sebagai berikut :
1. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan masa Demokrasi terpimpin, pemerintah
menempuh cara ;
Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang pembangunan
 MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penylematan, program
stabilitas dan rehabilitasi, serta program pembangunan.
Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional terutama stabilisasi
dan rehabilitasi ekonomi. Stabilisasi berarti mengendaliakan inflasi agar harga barang-barang tidak
melonjak terus. Sedangkan Rehabilitasi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana
ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin
berlangsungnya demokrasi ekonomi kearah terwujudnya masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
Langkah-langakah yang diambil Kabinet pada saat itu yang mengacu pada Tap MPRS tersebut
adalah sbb :
1. mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan,
seperti :
rendahnya penerimaan Negara tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran Negara
terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit bank terlalu banyak tunggakan hutang
luar negri penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan
prasarana
2. debirokrtisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian
3. berorientasi pada kepentingan produsen kecil
Untuk melaksanakan langkah-langkahpenyelamatan tersebut maka ditempuh cara :
mengadakan operasi pajak cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan dan
kekayaan dengan menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang penghematan
pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta menghapuskan subsidi bagi
perusahaan Negara membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor
Program stabilisasi dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Hasilnya bertolak belakang
dengan perbaikan inflasi sebab harga bahan kebutuhan pokok melonjak namun inflasi berhasil
dibendung (pada tahun 1967- awal 1968). Sesudah kabinet pembangunan dibentuk pada bulan juli
1968 berdasarkan Tap MPRS NO.XLI/MPRS/1968, kebijakn ekonomi pemerintah dialihkan pada
pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valas.
Sejak saat itu kestabilan ekonomi nasional relatif tercapai sebab sejak 1966 kenaikan harga bahan-
bahan pokok dan valas dapat diatasi.
Program rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan berproduksi. Selam 10
tahun mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada prasarana ekonomi dan sosial. Lembaga
perkreditan desa, gerakan koperasi, perbankan disalahgunakan dan dijadikan alat kekuasaan oleh
golongan dan kepentingan tertentu. Dampaknya lembaga tidak dapat melaksanakan fungsinya
sebagai penyusun dan perbaikan tata hidup masyarakat.

2. Kerja Sama Luar Negri


Keadaan ekonomi Indonesia paska Orde Lama sangat parah,hutangnya mencapai 2,3-2,7 miliar
sehingga pemerintah Indonesia meminta Negara-negara kreditor untuk dapat menunda
pembayaran kembali utang Indonesia. Pemerintah mengikuti perundingan dengan Negara-negara
kreditor di Tokyo Jepang pada 19-20 September 1966 yang menanggapi baik usaha pemerintah
Indonesia bahwa devisa ekspornya akan digunakan untuk pembayaran utang yang selanjutnya
akan dipakai untuk mengimpor bahan-bahan baku. Perundingan dilanjutkan di Paris, Perancis dan
dicapai kesepakatan sebagai berikut:
Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1968 ditunda pembayarannya hingga tahun
1972-1979
Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun1969 dab 1970 dipertimbangkan untuk
ditunda juga pembayarannya.
Perundingan dilanjutkan di Amsterdam, Belanda pada tanggal 23-24 Februari 1967. Perundingan
itu bertujuan membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan luar negri serta kemungkinan
pemberian bantuan dengan syarat lunak yang selanjutnya dikenal dengan IGGI (Inter
Governmental Group for Indonesia). Melalui pertemuan itu pemerintah Indonesia berhasil
mengusahakn bantuan luar negri. Indonesia mendapatkan penangguhan dan keinginan syarat-
syarat pembayaran utangnya.

3. Pembangunan Nasional
Dilakukan pembangunan nasional pada masa orde baru dengan tujuan terciptanya masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya
adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasional adalah Trilogi
Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut adalah
kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi
trilogi Pembangunan adalah sebagai berikut :
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis
Pelaksanannya pembanguanan nasional dilakukan secara bertahap yaitu:
Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun
Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (pelita / pembangunan lima tahun), merupakan jabaran
lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling
berkaitan/berkesinambunagn .
Selama periode Orde Baru terdapat 6 pelita, yaitu :
Pelita I
Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembanguna
ORBA.
Tujuan Pelita I : untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
pembangunan dalam tahap berikutnya.
Sasaran Pelita I : pangan, sandang, perbaikan prasarana,perumahan rakyat, perluasan lapangan
kerja, dan kesejahteraan rohani.
Titik Berat Pelita I : pembanguan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar
keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas
penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
Muncul peristiwa marali (malapetaka limabelas januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1974
bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan
kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi
ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di Indonesia. Terjadilah
pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.

Pelita II
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979.
Sasaran Utamanya adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana,
mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil,
pertimbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7 % per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju
inflasi mencapai 60 % dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47 %. Selanjutnya pada
tahun keempat Pelita II, inflasi menjadi 9,5 %.

Pelita III
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III pembangunan masih
berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan
yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:
a) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan
b) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
c) Pemerataan pembagian pendapatan
d) Pemerataan kesempatan kerja
e) Pemerataan kesempatan berusaha
f) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan
kaum perempuan
g) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air
h) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan
Pelita IV
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. titik beratnya adalah sektor
pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin
industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian
Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga
kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan.

Pelita V
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor pertnian
dan industri. Indonesia memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan rata-rata
6,8% per tahun. Posisi perdagangan luar negri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan.
Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya .
Pelita VI
Dilaksankan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya pada pembangunan
pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembanguan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Pada periode ini terjadi krisis
moneter yang melanda Negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter
dan peristiwa plitik dalam negri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru
runtuh.
4. Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi masa Orde Baru
Dampak Positif Dari Kebijakan Politik Pemerintahan Orba
Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekuasaan lembaga kepresidenan yang
membuat semakin kuatnya peran Negara dalam masyarakat. Situasi keamanan pada masa ORBA
relatif aman dan terjaga dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi semua tindakan dan
sikap yang dianggap bertentangan dengan Pancasila. Dilakukan peleburan partai dimaksudkan
agar pemerintah dapat mengontrol parpol.
Dampak Negatif dari Kebijakan Politik Pemerimtah ORBA :
Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan sentralis.
a. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara
termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat.
b. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada
rakyat Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara
2 paratai lainnya hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai Negara demokrasi.
c. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah
kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihan presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih.
d. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah
yang diwakilinya.
e. Kebijakn politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN.
f. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan bebangsa dan benegara
bahkan pada bidang-bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan besar terisi oleh personel
TNI dan Polri. Dunia bisnis tidak luput dari intervensi TNI/Polri.
g. Kondisi politik lebih payah dengan adnya upaya penegakan hukum yang sangat lemah. Dimana
hukum hanya diciptakan untuk keuntungan pemerimtah yang berkuasa sehingga tidak mampu
mengadili para konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat.
Dampak Positif Kebijakan Ekonomi Orde Baru
a. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah terencana
dengan baik dan hasilnya pun dapat dilihat secara konkrit.
b. Indonesia mengubah ststus dari Negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang
memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).
c. Penurinan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat.
d. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin
meningkat.

Dampak Negatif Kebijakan Ekonomi Orde Baru


a. Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan summer daya alam.
b. Perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan, antar kelompok dalam masyarakat
tersa semakin tajam.
c. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (marginalisasi sosial)
d. Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme).
e. Pembangunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan
masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata.
f. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik,
ekonomi, dam sosial yang demokratis dan berkeadilan.
g. Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental pembangunan ekonomi
sangat rapuh.
h. Pembangunan tidak merata, tampak dengan adanya kemiskinan disejumlah wilayah yang justru
menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilah yang
selanjutnya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia menkelang
akhir tahun 1997.

Anda mungkin juga menyukai