Anda di halaman 1dari 3

Judul : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Penulis : Tere Liye

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Halaman : 256 halaman

Sinopsis : “ Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku adikku, dan Ibu
dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh,
sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan
teladan tanpa mengaharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan
membiarkan mekar perasaan ini.

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu.
Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak
rambutku masih dikepang dua.

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik
yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun.. Daun yang
tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya. “

----***----
Ini adalah buku ke 4 karya Tere Liye yang saya baca, setelah buku trilogi BUMI,
BULAN dan novel Rembulan Tenggelam Di Wajahmu. To be honest, i prefer a fantasy than
a love story/sad novel, tapi karena rekomendasi seseorang saya tertarik buat membaca novel
ini ( apalagi ngeliat cover nya yang colourful haha ). Yang saya suka dari karya Tere Liye ini
adalah segi bahasa nya yang pas buat remaja, karena biasanya remaja itu males membaca
buku yang bahasa nya terlalu nyastra ( termasuk saya haha ). Tere Liye juga jago banget
dalam merangkai kata-kata, terutama quote-quote nya tentang cinta haha.

Sinopsis

Buku ini beralur maju-mundur dengan sudut pandang orang pertama, Tania. Ayahnya
meninggal ketika Tania berumur 8 tahun. Ketika Tania berumur 11 tahun dan adiknya Dede
berumur 3 tahun, mereka harus terpaksa mencari uang dengan mengamen dari satu bus ke
bus yang lain untuk menghidupi kebutuhan mereka dan ibunya yang sakit-sakitan. Bahkan
mereka harus tinggal di sebuah rumah kardus yang ketika hujan mungkin rumah tersebut
akan kebanjiran.

Ketika Tania dan Dede mengamen di salah satu bus, tidak sengaja Tania menginjak
sebuah paku sehingga kakinya menjadi terluka. Disaat itu datang seseorang yang
menolongnya. Om Danar- begitulah Tania dan Dede menyebutnya, seorang yang mereka
anggap sebagai malaikat mereka. Sejak kejadian itulah kehidupan Tania berubah, Tania dan
Dede bisa kembali bersekolah meskipun tetap mengamen sepulangnya, Ibu juga mulai
bekerja sebagai buruh cuci baju mahasiswa. Dari hari ke hari mulai tumbuh perasaan suka di
hati Tania, bukan rasa suka sebagai adik terhadap kakaknya, tapi sebagai wanita terhadap
pria. Perasaan itu semakin kuat ketika Tania dan Dede harus tinggal di rumah Danar. Apakah
salah jika Tania mencintai seseorang yang usia nya terpaut sangat jauh ? Apa yang harus
Tania lakukan ?

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan : Seperti yang saya sudah bilang diawal, dari segi bahasa buku ini nyantol
banget. Mudah untuk dipahami dan memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
Meskipun beralur maju-mundur, tapi penulis menyampaikan ceritanya dengan sangat baik,
sehingga tidak membingungkan pembaca. Ngga hanya itu, banyak quotes nya yang keren-
keren. Salah satu yang saya inget yaitu “Daun yang jatuh tak pernah membenci angin... Dia
membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya... “ bahwa
kita hidup jangan menyerah, tetap berusaha, biarkan mengalir dan menjalani hidup dengan
ikhlas. Ketika kehilangan semangat, kehidupan harus tetap berlanjut, seperti daun yang jatuh,
biarkanlah angin yang menerbangkannya :D.

Kekurangan : Menurut saya yang kurang dari buku ini adalah kurang adanya
penjelasan dari istilah-istilah tertentu seperti istilah Moratorium dll. Jadi agak sedikit bingung
pas bacanya hihi, tapi cuman sedikit sih. Dari segi ceritanya, ada yang sedikit menganggu,
yaitu ketika penulis menceritakan Danar yang berumur 25 tahun menyukai Tania yang saat
itu berumur 11 tahun, tampaknya itu agak sedikit gimana gituu haha. Tapi it’s ok lah hha.
Selain itu, menurut saya konflik yang dimunculkan kurang greget, konfliknya ringan.
Gambaran karakter Danar juga telalu sedikit diceritakan.

Quotes

“ Ketahuilah.. Daun yang jatuh tak pernah membenci angin... Dia membiarkan dirinya
jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya....” page 63

“ Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus
mengerti... pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami... pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski
lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. “ page 196

“..... Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk
merangkai semua kejadian disekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk
menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia
tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan simpul yang duusta. “ page 247

“ Kebaikan itu memang tak selalu harus berbentuk sesuatu yang terlihat.”

“ Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Dia
memang sangat sempurna. Tabiatnya, kebaikannya, semuanya. Tetapi dia tidak sempurna.
Hanya cinta yang sempurna.”

“ Tania, kehidupan harus berlanjut. Ketika kau kehilangan semangat, ingatlah kata-
kataku dulu. Kehidupan ini seperti daun yang jatuh..Biarkanlah angin yang
menerbangkannya.”

Anda mungkin juga menyukai