Anda di halaman 1dari 25

BAB I

STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. Y/ perempuan / 62 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT / SD
c. Alamat : RT 04, Tahtul Yaman

1.2 Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak/saudara :3
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah Pasien :
Pasien tinggal dirumah
panggung, lantai kayu, dinding
kayu, atap seng. Rumah pasien
terdiri dari 1 ruang tamu, 2 ruang
tidur, dapur, dan kamar mandi di
bagian belakang. Sumber air
bersih berasal dari PDAM dan
sumber penerangan berasal dari
PLN.

e. Kondisi Lingkungan di Sekitar Rumah :


Rumah pasien berjarak cukup dekat dengan rumah lainnya.
Samping dan depan rumah pasien merupakan rumah warga lainnya.

1.3 Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga :


a. Pasien cukup sering mengkonsumsi sayur-sayuran hijau. Jarang
mengkonsumsi sayuran berwarna seperti wortel, beyam merah, dll.

1
b. Pasien banyak menghabiskan waktu dirumah sambil mengurus cucu.
Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik.
c. Jarang berolah raga.
d. Pasien sering membaca saat malam ketika sulit tidur, membaca dengan
posisi berbaring.
1.4 Keluhan Utama :
Mata kabur ± 1 bulan yang lalu.

1.5 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Puskesmas Tahtul Yaman dengan keluhan mata kabur
±1 bulan yang lalu. Awalnya keluhan dirasa ±1 tahun terakhir namun pasien
tidak terlalu merasa terganggu, saat itu mata pasien mulai kabur saat
membaca buku pada malam hari. Keluhan disertai dengan rasa pegal pada
mata, kadang mata pasien terasa perih dan terbakar. Pasien mengatakan
untuk membaca pasien harus menjauhkan buku atau bacaan agar dapat
membaca dengan baik. Kadang-kadang pasien juga merasa sedikit pusing
setelah membaca. Pasien belum pernah menggukana kacamata sebelumnya.
Riwayat trauma pada mata (-/-).

1.6 Riwayat Penyakit Dahulu :


a. Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya (-)
b. Riwayat Diabetes Mellitus (-)
c. Riwayat hipertensi (-)
d. Riwayat penyakit lainnya (-)

1.7 Riwayat Penyakit Keluarga :


a. Riwayat keluhan serupa dalam keluarga (+) ayah kandung pasien
menggunakan kaca mata (+) pada usia 55.
b. Riwayat Diabetes Mellitus (-)
c. Riwayat hipertensi (-)

2
1.8 Riwayat makan, alergi, obat-obatan dan perilaku kesehatan.
Pasien merupakan ibu rumah tangga dengan kegiatan sehari-hari menjaga
kedua cucunya. Pasien mengaku mengkonsumsi sayuran hijau hampir setiap hari,
namun pasien cukup jarang mengkonsumsi sayuran berwarna seperti wortel,
tomat, bayam merah. Pasien juga sering membaca saat malam hari ketika pasien
sulit tidur, pasien membaca dalam keadaan berbaring dan pencahayaan hanya
dengan lampu kamar berwarna putih degan daya 5 watt.

1.9 Pemeriksaan Fisik :


Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tekanan darah : 120/80 mmHg
4. Nadi : 98x/menit
5. Pernafasan : 24 x/menit
6. Suhu : 36,6°C
7. Berat Badan : 62 kg
8. Tinggi Badan : 155 cm
9. IMT : 25,8
10. Kulit : turgor baik

Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk : Normocephal, simetris
2. Telinga : Sekret (-), serumen (-/-)
3. Hidung : Rhinorhea (-), deviasi septum (-)
4. Mulut
Bibir : Lembab
Gigi geligi : Lengkap, caries (+)
Palatum : Deviasi (-)
Gusi : Warna merah muda, perdarahan (-)

3
Lidah : Kotor (-), ulkus (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
5. Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)
6. Thoraks

Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung normal
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo (Paru)

Pemeriksaan Kanan Kiri


Inspeksi Statis & dinamis
:
Statis & dinamis: simetris
simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler, Wheezing (-), Vesikuler, Wheezing (-),
rhonki (-) rhonki (-)

7. Abdomen
Inspeksi Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hati dan lien
tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

8. Ekstremitas Atas : akral dingin, edema (-), CRT< 2 detik,


ulkus (-)/(-)
Ekstremitas bawah : akral dingin, edema (-), CRT< 2 detik,
ulkus (-)/(-)

4
Status oftalmologi

Oculi Dekstra Pemeriksaan Oculi Sinistra


6/6 Visus 6/6
E Koreksi E
Buta Warna (-) Sensus Coloris Buta Warna (-)
Gerak bola mata bebas di Parese/ Paralysis Gerak bola mata bebas di
segala arah, ortophori, segala arah, ortophori,
eksoftalmos (-) eksoftalmos (-)
Trikiasis (-), distikiasis (- Cilia Trikiasis (-), distikiasis (-
), bulu mata rontok (-), ), bulu mata rontok (-),
krusta (-) krusta (-)
Hiperemis (-), spasme (-), Palpebra Superior dan Hiperemis (-), spasme (-),
ptosis (-), massa (-), udem Inferior ptosis (-), massa (-), udem
(-), entropion (-), (-), entropion (-),
ektropion (-) ektropion (-)

Hiperemis (-), corpal (-), Conjunctiva Palpebra Hiperemis (-), corpal (-),
secret (-), cobelstone (-) dan Fornices secret (-), cobelstone (-)
Injeksi (-), corpal (-), Conjunctiva Bulbi Injeksi (-), corpal (-),
pterygeum (-), pterygeum (-),
simblefaron (-), secret (-) simblefaron (-), secret (-)
Ikterik (-), hiperemis (-) Sclera Ikterik (-), hiperemis (-)
Jernih (+), defek (-), Cornea Jernih (+), defek (-),
neovaskularisasi (-), neovaskularisasi (-), udem
udem (-) (-)
Jernih, tindal efek (-), Camera Oculi Anterior Jernih, tindal efek (-),
kedalaman cukup, hifema kedalaman cukup, hifema
(-), hipopion (-) (-), hipopion (-)
Coklat, kripte (+), sinekia Iris Coklat, kripte (+), sinekia
(-), neovaskularisasi (-) (-), neovaskularisasi (-)
Bulat, central, regular, Pupil Bulat, central, regular,
diameter 3 mm, reflek diameter 3 mm, reflek
cahaya (+) cahaya (+)
Tidak ada kekeruhan Lensa Tidak ada kekeruhan
Tidak dilakukan Fundus Reflek Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Corpus Vitreum Tidak dilakukan

5
Tdig (N+) Tensio Oculi Tdig (N+)

Tidak dilakukan Sistem Canalis Tidak dilakukan


Lacrimalis
Tidak dilakukan Tes Fluorescein Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Funduscopy Tidak dilakukan

1.10 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan darah rutin :
HGB : 12,6 g/dl

1.11 Pemeriksaan Anjuran


 Pemeriksaan Presbiopia dengan koreksi lensa
 Ophalmoskop

1.12 Diagnosis Kerja


 Suspek Presbiopia ODS H52.4

1.13 Diagnosis Banding :


1. Hipermetropia ODS H52.03

1.14 Manajemen
1. Promotif :
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai perjalanan penyakit yang
berhubungan erat dengan bertambahnya usia. Tatalaksananya hanya
dengan penggunaan kacamata.
b. Menerapkan cara membaca yang baik dan benar.
c. Mengkonsumsi cukup makanan yang mengandung vitamin A.

6
2. Preventif :
a. Hindari kegiatan membaca pada malam hari, dan dalam keadaan
pencahayaan yg kurang.
b. Jangan membaca dalam posisi berbaring.
c. Hindari kegiatan membaca yang terlalu lama.
d. Jangan membaca bahan bacaan dengan tulisan yang terlalu kecil dan
rapat.

3. Kuratif :
Non Farmakologi
a. Menerapkan posisi membaca yang baik dan benar.
b. Cukup konsumsi sayur dan buah tinggi vitamin A.
Farmakologi
a. Vit C tab 2x1
b. Rujuk ke Poli mata untuk pemberian kaca mata dengan lensa positif

4. Rehabilitatif
 Menggunakana kaca mata terutama saat membaca sesuai anjuran
dokter.
 Kontrol berkala untuk mengevaluasi kemungkinan perbaikan atau
perburukan gejala, serta mengevaluasi ada tidaknya komplikasi
dini penggunaan kacamata pada pasien.

7
RESEP PUSKESMAS RESEP ILMIAH 1
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota
Jambi 36265 Jambi, Jambi 36265
dr. Gita Tanbao Suselin dr. Gita Tanbao Suselin
SIP. 1234567 SIP. 1234567
STR. 987654 STR. 987654

Tanggal: Tanggal:

Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :

RESEP ILMIAH 2 RESEP ILMIAH 3


Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi,
Jambi 36265 Jambi 36265
dr. Gita Tanbao Suselin dr. Gita Tanbao Suselin
SIP. 1234567 SIP. 1234567
STR. 987654 STR. 987654

Tanggal: Tanggal:

Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI BOLA MATA


Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata
dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :
a) Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
b) Jaringan uvea merupakan jaringan vascular. Terdiri atas iris, badan siliar,
dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur
jumlah sinar masuk kedalam bola mata. Otot siliar yang terletak di badan siliar
mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata
(akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal
iris di batas kornea dan sclera.
c) Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optic dan
diteruskan ke otak.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang
hanya menempel papil saraf optik, macula dan pars plana.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuator nya pada
badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan didaerah macula
lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata yaitu : otot oblik inferior, otot oblik
superior, otot rektus inferior, otot rektus lateral, otot rektus medius, otot rektus
superior.1,2,3

9
1. Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan dan terdiri atas lapis :
a). Epitel
b). Membran bowman
c). Stroma
d). Membran descement
e). Endotel
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakorois, masuk
kedalam stroma kornea, menembus membrane bowman melepasan selubung
schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan
tanpa ada akhir saraf.

2. Uvea
Lapis vaskular didalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan
koroid. Perdarahan uvea dibedakan antar bagian anterior yang diperdarahi oleh 2
buah arteri siliar posterior longus dan 7 buah arteri siliar anterior. Uvea posterior
10
mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus
sklera disekitar tempat masuk saraf optik.
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata
dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar
saraf dibagian posterior yaitu :
a) Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung
serabut sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar.
b) Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf
yang melingkari arteri karotis, mempersarafi uvea dan untuk dilatasi pupil.
c) akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk
mengecilkan pupil.
Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar
kedalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsi
simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan
susunan otot melingkar dan mempunyai system ekskresi di belakang limbus.
Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi akan
mengakibatkan mengendornya zonula Zinn sehingga terjadi pencembungan lensa.

3. Pupil
Pupil anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis.
Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat
rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pupil waktu tidur kecil, hal
ini diakibatkan oleh:
- Berkurangnya rangsangan simpatis
- Kurang rangsangan hambatan miosis
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencagah aberasi kromatis pada akomodasi
dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya
dikecilkan.

11
4. Sudut Bilik Mata Depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dangen pangkal iris.
Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan
pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam
bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma.

5. Lensa Mata
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
mata dan bersifat bening. Terletak dibelakang iris yang terdiri dari zat tembus
cahaya berbentuk seperti cakram, yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi. Berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di
dalam bilik mata belakang.
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga
membentuk nukleus lensa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang
lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Nukleus lensa mempunyai
konsistensi lebih keras di banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian
perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang ,menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
o Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung
o Jernih atau transparan karena diperluka sebagai media penglihatan
o Terletak ditempatnya
6. Badan Kaca
Merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa
dengan retina. Badan kaca memiliki fungsi mempertahankan bola mata agar tetap
bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.
Melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada
bagian yang disebut ora serata, pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan
badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel.

12
7. Retina
Mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Berbatasan dengan
koroid dan sel pigmen epitel retina, terdiri atas lapisan :
a) Lapisan fotoreseptorm, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang
yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
b) Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi
c) Lapis nucleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang
d) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
e) Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
muller
f) Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular dan tempat sinaps sel
bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion
g) Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua
h) Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah
saraf optik.
i) Membran limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan
badan kaca
Warna retina biasanya jingga. Pembuluh darah di dalam retina merupakan
cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf yang
akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut
dan batang mendapat nutrisi dari koroid.

8. Saraf Optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis
serabut saraf, yaitu ; saraf penglihatan dan serabut pupilmotor.

13
9. Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama – sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik
sampai kornea.
Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai
kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata.
Walaupun sklera kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusi trauma
tumpul.3

B. PRESBIOPIA
1. Definisi Presbiopia
Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia.2
Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada
semua orang disebut presbiopia. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa kesalahan
refraksi) akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau
membedakan benda-benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekitar 44-46
tahun.1 Gagal penglihatan dekat akibat usia, berhubungan dengan penurunan
amplitudo akomodasi atau peningkatan punctum proximum.4

2. Epidemiologi Presbiopia
Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup
yang tinggi. Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya
berhubungan langsung dengan orang-orang lanjut usia dalam populasinya.
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopia karena onsetnya
yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopia terjadi pada
usia 42 hingga 44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 2006 menunjukkan 112 juta
orang di Amerika mempunyai kelainan presbiopia.2

14
3. Etiologi Presbiopia
Yang menjadi etiologi presbiopia adalah
- Kelemahan otot akomodasi
- Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.3

4. Patofisiologi Presbiopia
Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan ( refraksi ) ketika melalui kornea dan
struktur-struktur lain dari mata ( kornea, humor aqueus, lensa, humor vitreus )
yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina.
Mata mengatur ( akomodasi ) sedemikian rupa ketika melihat objek yang
jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat
memerlukan kontraksi dari cilliary body, yang bisa memendekkan jarak antara
kedua sisi cilliary body yang diikuti relaksasi ligament pada lensa. Lensa menjadi
lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina.
Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi
atau lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya, menyebabkan kurang
bisa mengubah bentuk lensa untuk memfokuskan mata saat melihat. Akibat
gangguan tersebut bayangan jatuh di belakang retina. Karena daya akomodasi
berkurang, maka titik dekat mata makin menjauh.
Akomodasi suatu proses aktif yang memerlukan usaha otot, sehingga dapat
lelah. Jelas musculus cilliary salah satu otot yang terlazim digunakan dalam
tubuh. Derajat kelengkungan lens yang dapat ditingkatkan jelas terbatas dan sinar
cahaya dari suatu objek yang sangat dekat individu tak dapat dibawa ke suatu
focus di atas retina, bahkan dengan usaha terbesar. Titik terdekat dengan mata,
tempat suatu objek dapat dibawa ke fokus jelas dengan akomodasi dinamai titik
dekat penglihatan. Titik dekat berkurang selama hidup, mula-mula pelan-pelan
dan kemudian secara cepat dengan bertambanya usia, dari sekitar 9 cm pada usia
10 tahun sampai sekitar 83 cm pada usia 60 tahun. Pengurangan ini terutama
karena peningkatan kekerasan lens, dengan akibat kehilangan akomodasi karena
penurunan terus-menerus dalam derajat kelengkungan lens yang dapat
ditingkatkan. Dengan berlalunya waktu, individu normal mencapai usia 40-45

15
tahun, biasanya kehilangan akomodasi, telah cukup menyulitkan individu
membaca dan pekerjaan dekat.5

5. Faktor Resiko Presbiopia


Usia merupakan faktor resiko utama penyebab presbiopia. Namun pada
kondisi tertentu dapat terjadi presbiopia prematur sebagai hasil dari faktor-faktor
seperti trauma, penyakit sistemik, penyakit jantung, atau efek samping obat.
- Usia, terjadi pada atau setelah usia 40 tahun
- Hipeporia (Hipermetropia), kerusakan akomodasi tambahan jika tidak di
koreksi
- Jenis kelamin, onset awal terjadi pada wanita
- Penyakit atau trauma pada mata, kerusakan pada lensa, zonula, atau otot
siliar
- Penyakit sistemik : diabetes mellitus, multiple sklerosis, kejadian
kardiovaskular, anemia, Influenza, campak.
- Obat-obatan, penurunan akomodasi adalah efeksamping dari obat
nonprescription dan prescription (contoh : alkohol, klorprozamin,
hidroklorotiazid, antidepresan, antipsikotik, antihistamin, diuretik).
- Lain-lain : Kurang gizi, penyakit dekompresi.2

6. Klasifikasi Presbiopia
a) Presbiopia insipient
Presbiopia insipient merupakan tahap awal di mana gejala atau temuan klinis
menunjukkan beberapa kondisi efek penglihatan dekat. Pada presbiopia
insipient dibutuhkan usaha ekstra untuk membaca cetakan kecil. Biasanya,
pasien membutuhkan tambahan kacamata atau adisi, tetapi tidak tampak
kelainan bila dilakukan tes dan pasien lebih memilih untuk menolak diberikan
kacamata baca.

16
b) Presbiopia Fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitude akomodasi yang berangsur – angsur
menurun, pasien dewasa akhirnya melaporkan adanya kesulitan melihat dan
akan didapatkan kelainan ketika diperiksa.
c) Presbiopia Absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap dan terus menerus,
dimana presbiopi fungsional berkembang menjadi presbiopia absolut.
Presbiopia absolut adalah kondisi di mana sesungguhnya tidak ada sisa
kemampuan akomodatif.
d) Presbiopia Prematur
Pada presbiopia prematur, kemampuan akomodasi penglihatan dekat menjadi
berkurang lebih cepat dari yang diharapkan. Presbiopia ini terjadi dini pada
usia sebelum 40 tahun. Berhubungan dengan lingkungan, gizi, penyakit
atau obat – obatan, hipermetropia yang tidak terkoreksi, premature sklerosis
dari cristaline lensa, glaukoma simple kronik.
e) Presbiopia nokturnal
Presbiopia nokturnal adalah kondisi dimana terjadi kesulitan untuk melihat
dekat disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi di cahaya redup.
Peningkatan ukuran pupil, dan penurunan kedalaman menjadi penyebab
berkurangnya jarak penglihatan dekat dalam cahaya redup.2

7. Gejala Presbiopia
Presbiopia terjadi secara bertahap. Penglihatan yang kabur, dan ketidak
mampuan melihat benda – benda yang biasanya dapat dilihat pada jarak dekat
merupakan gejala dari presbiopi. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
presbiopia adalah :
- keterlambatan saat memfokuskan pada jarak dekat
- mata terasa tidak nyaman, berair, dan sering terasa pedas
- sakit kepala
- astenopia karena kelelahan pada otot siliar
- menyipitkan mata saat membaca

17
- kelelahan atau mengantuk saat membaca dekat
- membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.
Kesulitan melihat pada jarak dekat yang biasa dilakukan dan mengubah atau
mempertahankan fokus disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi.
Penggunaan cahaya terang untuk membaca pada pasien menyebabkan
penyempitan pupil, sehingga peningkatan kedalaman fokus. Kelelahan dan sakit
kepala berhubungan dengan kontraksi otot orbicularis atau bagian dari otot
occipitofrontalis, dan diduga berhubungan dengan ketegangan dan frustrasi atas
ketidakmampuan untuk mempertahankan jelas penglihatan dekat. Mengantuk
dikaitkan dengan upaya fisik dikeluarkan untuk akomodasi selama beberapa
waktu.2,3

8. Diagnosa Presbiopia
a). Anamnesa
Anamnesa gejala – gejala dan tanda presbiopi. Keluhan pasien terkait
presbiopi dapat bermacam-macam, misalnya pasien merasa hanya mampu
membaca dalam waktu singkat, merasa cetakan huruf yang dibaca kabur atau
ganda, kesulitan membaca tulisan huruf dengan cetakan kualitas rendah, saat
membaca membutuhkan cahaya yang lebih terang atau jarak yang lebih jauh, saat
membaca merasa sakit kepala dan mengantuk.

b). Pemeriksaan Oftamologi


1). Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan Kartu Snellen.
Cara :
Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen dengan satu mata ditutup
Pasien diminta membaca huruf yang tertulis di kartu, mulai dari baris paling
atas ke bawah, dan ditentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca
seluruhnya dengan benar.
Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ), maka
dilakukan uji hitung jari dari jarak 6 m.

18
Jika pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak dapat
dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien satu
meter.
Jika pasien tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari jarak
satu meter.
Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji dengan
arah sinar.
Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan
penglihatannya adalah nol (0) atau buta total.
Penilaian :
Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh
huruf dalam kartu snellen dengan benar.
Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya bertanda 30, maka dikatakan tajam
penglihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 m yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 m.
Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah
jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m, maka dinyatakan tajam penglihatan 3/60.
Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 m.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 m. Bila
mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam
penglihatan adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat lambaian tangan,
maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak
tidak berhingga.

2). Pemeriksaan Presbiopia


Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan dengan
pemeriksaan presbiopia.
Cara :
Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan koreksi kelainan refraksi bila
terdapat myopia, hipermetropia, atau astigmatisma, sesuai prosedur di atas.

19
Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm ( jarak baca).
Diberikan lensa mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf
terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.
Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu.

9. Penatalaksanaan Presbiopia
a). Kacamata
Presbiopia dikoreksi dengan ,menggunakan lensa plus untuk mengatasi daya
fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopia kacamata atau adisi
diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuaan tertentu :
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3.0 dioptri adalah lensa
positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pemeriksaan adisi untuk
membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu
membaca. Pemeriksaan sangat subjektif sehingga angka – angka di atas tidak
merupakan angka yang tetap.
Kacamata baca memiliki koreksi-dekat di seluruh aperture kacamata sehingga
kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi membuat benda-benda jauh
menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat digunakan kacamata yang
bagian atasnya terbuka dan tidak terkoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata
bifokus melakukan hal serupa tetapi memungkinkan untuk koreksi kalainan
refraksi yang lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh disegmen atas,
penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah.
Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh tetapi
dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.1

20
b). Pembedahan
Terdapat beberapa teknik bedah untuk mengoreksi presbiopi, namun
keselamatan, keberhasilan dan kepuasan pasien masih belum bisa ditetapkan :
o Multifocal intraocular lens implants
o Accommodating intraocular lens implants
o Small-diameter corneal inlays
o Modified corneal surface techniques to create multifocal corneas
o Conductive keratoplasty (CK)
o Moldable intraocular lens implants (IOLs) to develop pseudophakic
accommodation .2

10. Prognosis Presbiopia


Hampir semua pasien presbiopia dapat berhasil dalam menggunakan salah
satu pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya, pasien presbiopia
yang baru menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien yang memiliki
riwayat kesulitan beradaptasi dengan koreksi visual), tambahan kunjungan untuk
tindak lanjut mungkin diperlukan. Selama kunjungan tersebut, dokter mata dapat
memberikan anjuran kepada pasien, verifikasi resep lensa dan penyesuaian
bingkai. Kadang-kadang, perubahan dalam desain lensa diperlukan.2

21
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:


Diagnosis penyakit pada pasien ini tidak ada hubungan dengan
lingkungan disekitarnya, karena penyakit pasien ini bukan merupakan
penyakit berbasis lingkungan.

1.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga:
Di dalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis di keluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien
hubungan pasien dengan keluarga baik. Sehingga tidak ada hubungan
diagnosis dengan aspek psikologis dalam keluarga.

3.3 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar:
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
perilaku kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Diantara
faktor – faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik
kesehatan individu maupun keluarga sangatlah besar. Pada pasien ini diduga
menderita presbiopia karna faktor usia dan tidak dapat diubah, hanya dapat
diperbaiki dengan penggunaan kacamata. Pada pasien yang dapat
memperburuk keluhan adalah kebiasaan membaca pada malam hari dengan
penerangan seadanya dan dalam keadaan berbaring.
Lingkungan rumah dan lingkungan disekitar rumah pasien tidak
memberikan pengaruh terhadap terjadinya penyakit pada pasien. Hal tersebut
menunjukkan lingkungan rumah dan sekitarnya tidak memiliki peranan
terhadap perkembangan penyakit yang di derita oleh pasien.

22
3.4 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
Presbiopia disebabkan olah beberapa faktor resiko, diantaranya usia,
jenis kelamin, penyakit sistemik, penggunaan obat-obatan dan lain-lain. Pada
pasien ini yang dianggap merupakan faktor resiko terbesar adalah faktor usia,
dimana untuk faktor degeneratif ini tidak dapat diubah.

3.5 Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan :


Pada pasien yang merupakan penyebab penyakit adalah pengaruh
bertambahnya usia sehingga terjadi kelemahan otot akomodasi serta lensa
mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa. Maka
dari itu tidak ada tatalaksana untuk mengurangi paparan pada pasien.

3.6 Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga :


Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarganya tentang
perjalanan pernyakit yang merupakan penyakit akibat bertambahnya usia,
oleh sebab itu tatalaksana satu-satunya adalah dengan penggunaan kacamata
dengan lensa koreksi yang sesuai. Anjurkan kepada pasien untuk membaca
dalam keadaan terang dan tidak berbaring. Kontrol ke puskesmas untuk
mengevaluasi penggunaan kacamata serta efek samping yang ditimbulkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Whitcher JP, Paul RE. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta:
EGC. 2009; 20:392-393
2. American Academy of Opthalmology. Presbyopia. USA. 2010. Diunduh
pada: Mei 23, 2013. Www. Aao.org
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2010. 1: 3-74
4. Khurana AK. Opthalmologi. New Delhi: New Age International
Publishers. 2005. 3: 60-65
5. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 1995: 14:
45

24
DOKUMENTASI

25

Anda mungkin juga menyukai