Anda di halaman 1dari 10

KEPRIBADIAN

A.Pengertian
Menurut Alwisol (2004) mengemukakan kepribadian berasal dari kata personality
dalam bahasa Inggris, yang berasal dari bahasa Yunani-kuno prosopon atau persona, yang
artinya “topeng” yang biasa dipakai artis dalam teater. Para artis itu berperilaku sesuai
dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian
tertentu. Jadi konsep awal dari pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah
perilaku yang ditampakkan kelingkungan sosial atau kesan mengenai diri yang diinginkan
agar dapat dipahami oleh lingkungan sosial. Personality menjadi istilah ilmiah pengertiannya
berkembang menjadi lebih bersifat internal, sesuatu yang relatif permanen menuntun,
mengarahkan dan mengorganisir aktivitas manusia.
Ada beberapa kata atau istilah yang oleh masyarakat diperlakukan sebagai sinonim
kata personality, namun ketika istilah-istilah itu digunakan dalam teori psikologi kepribadian
diberi makna yang berbeda. Istilah yang berdekatan maknanya itu antara lain.
1.Personality (kepribadian)
Pengembangan perilaku secara deskriptif tanpa memberi nilai (devaluative)
2.Character (karakter)
Penggambaran perilaku seseorang dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-
buruk) secara eksplisit maupun implisit
3.Disposition (watak)
Karakter yang telah lama dimiliki dan sampai sekarang belum berubah
4.Temperament (temperamen)
Kepribadian yang berhubungan erat dengan determinan biologis atau fisiologis,
disposisi hereditas

5.Traits (sifat)
Respon yang senada terhadap sekelompok stimuli yang mirip dan berlangsung dalam
kurun waktu yang relatif lama
6.Type-attribute (ciri)
Mirip dengan sifat namun dalam kelompok stimuli yang lebih terbatas
7.Habit (kebiasaan)
Respon yang terjadi sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula dalam
aktivitas sehari hari.
Sampai saat ini belum ada batasan formal tentang personality yang mendapat
pengakuan atau kesepakatan yang luas dikalangan ahli kepribadian. Definisi kepribadian
tetap dalam variasi tertentu yang berbeda. Setiap ahli kepribadian membuat suatu definisi
tersendiri sesuai dengan paradigmanya dan fokus analisis dari teori yang dikembangkan.
Allport (1953) menyatakan kepribadian adalah organisasi dinamis dalam sistem
psikofisiologik seseorang yang menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan
lingkungannya. Menurut Guilford (1959) kepribadian merupakan pola trait-trait yang unik
dari seseorang, sedangkan Pervin (1984) menyatakan kepribadian adalah seluruh karakteristik
seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam
merespon suatu situasi. Dari batasan kepribadian di atas dapat diketahui.
1.Kepribadian itu dinamis yang artinya dapat berubah seiring dengan perubahan waktu dan
situasi
2.kepribadian itu unik yang berarti tidak ada yang sama antara orang yang satu dengan yang
lainnya walaupun ia terlahir sebagai anak kembar. Jadi ada perbedaan individual yang perlu
memperoleh apresiasi.
3.Kepribadian itu berkenaan dengan kenyataan yang bersifat biologis, psikologis dan sosial
B.Faktor yang mempengaruhi kepribadian
Sejak lahir telah banyak cirri yang dimiliki oleh seseorang baik ciri fisik maupun ciri
faali tertentu. Ciri fisik yang dimiliki seperti tinggi, sedang atau pendek dan bentuk fisik yang
dimiliki diturunkan dari orang tuanya, ada juga cirri faali tertentu yang telah dibawa dari
sejak lahir seperti kapasitas otak, dan kepekaan indra. Para ahli ada yang mengemukakan
hubungan bentuk tubuh dengan kepribadiannya. Dalam hal ini kita akan lihat faktor hasil
interaksi dengan lingkungan yang sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang.
Selama berinteraksi dengan lingkungannya itulah individu memperoleh pengalaman-
pengalaman tertentu. Pervin (dalam Irwanto dkk. 1991) membedakan dua jenis pengalaman
yang mempengaruhi kepribadian seseorang, yaitu.
1;Pengalaman umum (common experiences)
Merupakan pengalaman yang dimiliki oleh semua anggota masyarakat atau oleh
semua orang. Setiap masyarakat punya nilai, prinsip moral, cara hidup yang dihayati oleh
semua anggota masyarakatnya. Nilai-nilai yang sifatnya universal seperti menghormati orang
tua, maka setiap individu akan diajari hal yang demikian. Pengalaman umum ini akan
menjadi bagian dalam diri seseorang yang sama dengan orang lain disekitarnya.
2.Pengalaman unik (unique experiences)
Ternyata dalam interaksi dengan lingkungannya, dengan masyarakat disekitarnya
setiap orang mempunyai pengalaman-pengalaman yang hanya pernah dialami oleh dirinya
sendiri. Sejak lahir seseorang sudah membawa ciri-ciri tertentu dan kecendrunan-
kecendrungan tertentu, maka reaksinya terhadap lingkungan atau reaksi lingkungan
terhadapnya bersifat khas. Pengalaman unik inilah yang menentukan dirinya berbeda dengan
yang lainnya.
C.Teori kepribadian
Teori-teori tentang kepribadian telah banyak ada, namun belum satupun teori
kepribadian yang disepakati untuk menjelaskan keunikan individu. Teori kepribadian yang
ditawarkan jenisnya beragam namun belum satupun dapat memuaskan para ahli, memang
harus diakui bahwa tidak ada satu teoripun yang sempurna. Morgan C T dkk. (1984,1986)
mengemukakan bahwa tidak akan mampu menguji semua teori yang disajikan secara
menyeluruh, oleh karena itu teori-teori yang ada dapat saling melengkapi dan bermanfaat
pada keadaan-keadaan yang berlainan. Pervin (1975) mengemukakan ada berbagai teori
tentang kepribadian dengan pendekatan-pendekatan tertentu, diantaranya.
1.Pendekatan tipologis dan trait
Pendekatan ini lebih menekankan pada upaya untuk mendeskripsikan kepribadian dan
meramalkan perilaku dengan tidak begitu memperhatikan proses dan perkembangannya.
Pendekatan tipologis dilakukan pertama kali oleh Hipocrates (460 – 377 SM) yang dikenal
sebagai bapak Ilmu kedokteran pada abad IV sebelum masehi, yang mendasarkan pada cairan
tubuh yang mempengaruhi tempramen seseorang. Hipocrates membagi kepribadian menjadi
empat tipe menurut nama cairan yang mempengaruhinya yaitu:
a.melankolik dipengaruhi oleh empedu hitam dengan cirinya murung,depresi
b.sanguinis dipengaruhi oleh darah dengan cirinya gembira dan optimistic
c.kholerik dipengaruhi oleh empedu kuning dengan ciri orangnya mudah marah
d.phlegmatik dipengaruhi oleh cairan lendir orangnya biasanya tenang, lamban, dan tidak
mudah dirangsang
Kretcmer pada tahun 1935 (dalam Irwanto dkk, 1991) mengemukakan tentang teori
kepribadian berdasarkan bentuk tubuh seseorang. Mereka yang memiliki bentuk tubuh gemuk
dan bulat digolongkan sebagai Endomorph yaitu orang-orang yang mudah bergaul, periang
dan santai. Orang-orang yang tinggi kurus digolongkan sebagai Ectomorph yang sangat
serius,senang menyendiri, suka menjaga jarak dengan oranglain dan amat perasa. Mereka
yang berbadan tegapdan atletis digolongkan sebagai Mesomorph orangnya biasanya agak
cerewet, agresif, dan sangat aktif secara fisik. Pendekatan ini amat popular cukup lama,
namun sekarang sudah tidak banyak digunakan lagi.
Pendekatan tipologis yang saat ini banyak digunakan adalah tipologi Introvert -
Ekstrovert yang dikemukakan oleh C G Jung (1875 – 1961), kemudian dilanjutkan oleh H J
Eyesenck. Menurut Jung kepribadian manusia dapat dibagi menjadi dua kecendrungan
ekstrim berdasarkan reaksi individu dari pengalamannya. Kutub yang pertama adalah adanya
suatu kecendrungan manusia introvert, yaitu menarik diri dan larut dalam pengalaman
bathinnya sendiri. Orang yang demikian biasanya tertutup, kurang memperhatikan orang lain
dan cenderung pendiam. Pada kutub ekstrim yang lain adalah ekstrovert, adalah orangnya
membuka diri dalam kontak dengan orang lain, peristiwa dan benda disekitarnya. Jung
menambah 4 fungsi psikis yang mempengaruhi tipologi seseorang yaitu sensasi dan intuisi
sebagai suatu faktor yang mempengaruhi individu dalam merespon informasi dari
lingkungannya. Fungsi psikis berikutnya adalah berpikir dan merasa sebagai faktor yang
mempengaruhi pertimbangan-pertimbangannya dalam mengelola pengalamannya. E J
Eysenck beranggapan bahwa introvert-ekstrovert merupakan dua kutub dalam satu skala, dan
kebanyakan orang akan berada di tengah-tengah skala itu, hanya sedikit orang yang benar-
benar introvert atau ekstrovert. Beliau juga menambahkan dua dimensi baru yaitu stability
(keajegan) dan instability (ketakajegan) atau sering disebut neurotisme.
Allport melakukan pendekatan kepribadian berdasarkan trait. Suatu trait merupakan
karakteristik individu yang sifatnya relative tetap dan konsisten serta berbeda antara orang
yang satu dengan yang lainnya (Irwanto dkk 1991). Pada tahun 1936 Allport dan Odbert
mendaftarkan 17.953 kata dalam bahasa Inggris yang digunakan untuk melukiskan perilaku
manusia (Irwanto dkk 1991). Setelah kata-kata yang tumpang tindih di hapus maka tinggal
171 kata. Setiap kata dalam daftar itu dianggap dapat mewakili satu trait. Selanjutnya Allport
mengelompokkan trait itu dalam tiga kategori besar. Kategori pertama disebut dengan
cardinal traits dan biasanya diberi istilah mengikuti nama dari seorang tokoh sejarah seperti
Chrislike dan Nixonian. Kategori kedua adalah central traits, suatu ciri kepribadian yang
cukup menonjol tetapi tidak seluas cardinal traits. Istilah yang digunakan untuk melukiskan
traits ini sama dengan yang dipakai dalam suatu surat rekomendasi yang baik atau yang
digunakan seorang rater dalam menilai perilaku seseorang. Kategori ketiga adalah secondary
traits adalah ciri-ciri yang hanya berpengaruh pada situasi yang amat terbatas seperti “senang
Donat” dan “suka mobil Eropa”.
Pendekatan tipologis dan trait dikritik karena secara metodelogis sangat diragukan
reliabilitasnya terhadap penggunaan istilah untuk menggambarkan trait. Padahal kepribadian
seseorang memiliki sejumlah trait yang berbeda ada yang 5 trait dan ada juga yang 20 trait,
oleh karena itu pendekatan tipologis dan trait ini cenderung ditinggalkan.
2.Teori psikodinamika
Teori psikodinamika mengenai kepribadian sangat dipengaruhi oleh Sigmund Freud
(1856-1939), yang kemudian dikenal sebagai bapak Psikoanalisa. Teori Freud dilandasi oleh
keyakinan bahwa di dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamik.
Sebagaimana hukum konservasi energi, Freud juga beranggapan bahwa energi psikis bersifat
kekal, tidak bisa dihilangkan dan jika dihambat akan menjadi saluran lain (Irwanto dkk,
1991). Menurut Freud energi psikis inilah yang mendorong seseorang melakukan suatu
perilaku tertentu. Energi psikis ini bersumber dari fungsi psikis yang berbeda-beda yakni: Id,
Ego dan Superego. Id adalah suatu komponen yang paling primitif dalam kepribadian, yang
merupakan sumber energi utama sehingga memungkinkan manusia untuk bertahan hidup.
Setiap dorongan dasar manusia seperti minum,makan dan seksual berasal dari Id. Freud
menyatakan bahwa dalam Id ada dua macam energi berupa instink yaitu: instink hidup dan
instink mati. Instink hidup ini oleh Freud disebut libido. Inilah yang menyebabkan individu
ada yang ingin mati untuk menyelesaikan masalahnya dan kebanyakan individu ingin tetap
eksis hidup masalah yang dihadapi sangat berat.Dorongan dalam Id pada dasarnya ingin
dipuaskan dengan menghindari suatu pengalaman yang tidak menyenangkan. Pemenuhan
kepuasan yang demikian disebut prinsip kesenangan. Ego merupakan suatu bagian eksekutif
dari kepribadian seseorang, yang berfungsi secara logis menurut prinsip kenyataan.Unsur Ego
inilah yang berusaha memenuhi dorongan Id secara realistis atau sesuai kenyataan. Ego
berfungsi menyeleksi dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan dari Id sesuai dengan prinsip
kenyataan. Kemudian Superego mewakili nilai-nilai yang ideal, nilai-nilai moralitas (baik-
buruk), sehingga superego berorientasi pada suatu kesempurnaan. Cita-cita dirinyapun
diarahkan pada nilai-nilai ideal itu sehingga setiap orang memiliki gambaran dirinya yang
paling ideal (Irwanto dkk,1991). Hadiah ataupun hukuman yang diperoleh akibat dari
perilakunya berkenaan dengan nilai ideal akan membentuk suara hati (conscience) dalam
dirinya. Keadaan yang demikianlah menjadi penyebab jika individu melanggar nilai-nilai
tersebuta akan timbul rasa bersalah.Superego bersama ego mengarahkan perilaku individu
untuk memuaskan Id dengan mempertimbangkan aturan, keyakinan yang ada dalam
masyarakat tentang perilaku yang baik dan buruk.
Freud juga mengemukakan teori tofografi mengenai kesadaran dalam tiga bagian
yaitu: alam tak sadar, alam pra sadar dan alam sadar (Maramis, 1998). Secara prinsip dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. Alam tak sadar
Mengandung berbagai ide dan afek atau emosi yang ditekan. Berbgai hal dalam alam
tak sadar biasanya tidak dapat diingat kembali, tetapi dapat diingat melalui alam pra sadar
yang menahannya sebagai pemeriksa atau sensor. Berbagai hal yang teroendam ini dapat
dikeluarkan dari alam tak sadar kea lam sadar jika sensor ini dibuat tak berdaya seperti:
pembentukan gejala nerotik, santai/rileks (dalam keadaan mimpi). Feud mengenalkan
kegiatan mental yang dinamakan proses primer yang bertujuan memuaskan keinginan yang
erat hubungannya dengan prinsip kesenangan itu. Alam tak sadar inilah yang menjadi kajian
khusus Psikoanalisa Freud.
b. Alam pra-sadar
Dapat dicapai oleh alam tak-sadar dan alam sadar. Alam pra-sadar belum ada pada
waktu lahir, berkembang pada masa kanak-kanak. Kegiatan mental alam pra sadar dinamakan
skunder yang bertujuan menghambat keinginan instinctual, menghindari ketidak senangan
dan mengikat energi mental agar sesuai dengan kenyataan dunia luar, nilai pendidikan dan
norma yang dimiliki. Jadi alam pra-sadar ini menjaga agar hasrat yang mencemaskan atau
yang bertentangan dengan kenyataan tidak keluar ke alam sadar.
c. Alam sadar
Adalah alam pencerapan buat perhatian dan bekerjasama secara erat dengan alam pra-
sadar. Melalui perhatian itu individu dapat menyadari stimuli yang masuk dari dunia luar
dirinya.Kihlstrom menyatakan kesadaran melibatkan pemantauan diri sendiri dan lingkungan
sehingga persepsi, memori dan proses berpikir direpresentasikan dalam kesadaran, dan
pengendalian diri sendiri dan lingkungan sehingga kita mampu memulai dan mengakhiri
aktivitas perilaku dan kognitif (Atkinson dkk, 2012).
3.Teori Social Learning
Menekankan begitu besar pengaruh lingkungan atau situasi tertentu terhadap perilaku
individu. Julian Rotter, Dolard, Miler dan Bandura (dalam Irwanto dkk. 1991) menyatakan
bahwa perilaku merupakan hasil interaksi yang terus menerus antara variable pribadi dengan
lingkungannya. Lingkungan membentuk pola perilaku melalui proses belajar.Pola perilaku
individu dibentuk melalui proses kondisioning. Orang-orang disekitarnya membentuk
perilakunya melalui ghadiah dan hukuman.Jika ini yang terjadi berarti individu tersebut
membentuk pola perilaku melalui pengalaman langsung, tetapi jika pola perilaku terbentuk
melalui pengamatan langsung terhadap perilaku orang lain yang ada disekitarnya disebut
melalui modeling. Para teoritisis social learning beranggapan bahwa perilaku individu
ditentukan oleh: cirri khusus dari situasi yang dihadapinya, penafsiran individu terhadap
situasi tersebut dan penguatan yang pernah dialami pada perilakunya dalam situasi serupa
4.Pendekatan fenomenologis
Atkinson dkk. (2012) menyatakan bahwa teori kepribadian yang menedekati objek
studinya secara fenomenologis sebenarnya terdiri dari berbagai teori yang berbeda tetapi
mempunyai dasar yang sama yaitu pengalaman subjektif adalah pandangan pribadi individu
terhadap dunianya. Pendekatan ini juga disebut humanistic karena teorinya menekankan pada
kualitas yang membedakan manusia dengan binatang. Tokoh utama dalam pendekatan ini
adalah C. R. Rogers dan A.
Teori yang dikemukakan oleh Rogers mendasarkan diri pada kecendrungan tiap
individu untuk mengevaluasi semua pengalamannya sehubungan dengan konsep dirinya,
yaitu: “aku”, “siapa aku”, “apa yang dapat aku lakukan”. Setiap individu mempunyai citra
diri yang ideal, tetapi tidak semua pengalamannya menghasilkan citra diri seperti itu, oleh
karena itulah menimbulkan incongruences (ketidaksesuaian),namun demikian tiap individu
akan berusaha untuk menemukan dirinya sendiri. Jadi setiap individu mempunyai
kemampuan untuk berubah, kitalah yang ahli tentang diri kita sendiri.
Rogers maupun Maslow beranggapan bahwa setiap orang akan selalu berusaha
mengembangkan dirinya semaksimal mungkin. Inilah dorongan utama yang mendasari
perilaku manusia. Ada kalanya manusia mengalami regresi akan tetapi pada umumnya setiap
orang lebih suka berkembang daripada mundur.Tendensi seperti ini disebut aktualisasi diri
yaitu kecendrungan untuk mewujudkan segenap potensi yang ada atau yang dibawa sejak
lahir. Maslow (dalam Irwanto dkk. 1991) menyatakan bahwa orang yang berhasil dalam
usahanya tersebut akan merasakan pengalaman-pengalaman puncak dalam wujud perasaan
bahagia, adanya vitalitas untuk hidup terus dan menghadapi tantangan-tantangan yang ada.
D.Gangguan kepribadian
Gangguan kepribadian bisa muncul akibat dari perkembangan kepribadian yang tidak
matang dan menyimpang dari keadaan yang ada. Dari keadaan ini seseorang akhirnya
memiliki pikiran,persepsi, perasaan dan interaksi dengan lingkungannya yang maladaptive
yaitu suatu keadaan seseorang mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri. Supratiknya
(2001) mengemukakan kelompok gangguan utama dalam kategori ini adalah.
1. Gangguan kepribadian
Seseorang yang mengalami gangguan ini memiliki ciri.
a. Hubungan pribadinya dengan orang lain terganggu dalam arti sikap dan perilakunya
cenderung merugikan orang lain
b. Memandang bahwa semua kesulitannya disebabkan oleh nasib buruk atau perbuatan jahat
orang lain, sehingga tidak pernah memiliki rasa bersalah
c. Tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap orang lain yaitu:manipulatif atau senang
mengakali, mementingkan diri sendiri, dan tidak pernah menyesal telah mencelakakan
orang lain
d. Ia tidak dapat melepaskan diri dari perilakunya yang maladaptif itu
e. Selalu menghindari tanggung jawab atas masalah-masalah yang ia timbulkan
Seseorang yang mengalami gangguan kepribadian ini lebih merupakan gangguan
nama baik sipenderita (disorders of reputation). Masalahnya lebih berupa akibat tidak
menyenangkan dari tindakan sipenderita terhadap orang lain, bukan berupa penderitaan yang
harus ditanggung oleh yang bersangkutan seperti pada kasus neurosis. Dalam neurosis yang
tidak bahagia atau yang menderita adalah penderita yang bersangkutan. Sebaliknya dalam
kasus gangguan kepribadian ini yang tidak bahagia adalah orang lain yang menjadi korban
perbuatan yang tidak bertanggung jawabnya. Penderita dangguan ini hanya mengalami
reputasi buruk, yang baginya bukanlah suatu persoalan.
Ada berbagai jenis gangguan kepribadian diantaranya.
1) Kepribadian paranoid
Dengan cirri tertentu seperti serba curiga, sangat perasa, rigid atau kaku, mudah iri
hati, sangat egois, argumentative, suka menyalahkan orang lain, menuduh orang lain jahat.
2) Kepribadian skizoid
Memiliki cirri khas tidak mampu dan menghindari menjalin hubungan sosial, terkesan
dingin dan tidak akrab, tidak trampil bergaul dan suka menyendiri
3) Kepribadian skizotipe
Cirinya adalah suka menyendiri, menghindari orang lain, egosentrik, dihantui oleh
pikiran autistic, yaitu pikiran-pikiran yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain selain oleh
dirinya sendiri dengan takhayul-takhayulnya
4) kepribadian histrionik
Merupakan suatu kepribadian yang tidak matang, emosinya labil, haus akan hal-hal
yang serba menggairahkan (excitement), senang mendramatisasi diri secara berlebihanuntuk
mencari perhatian, penyesuaian seksual dan hubungan pribadinya kacau; tergantung, tak
berdaya dan mudah ditipu, egois, congkak, sangat haus akan pengukuhan orang lain, sangat
reaktif, picik dan tidak tulus.
5) Kepribadian narkisistik
Orang yang mengalami gangguan kepribadian seperti ini haus akan perhatian dari
orang lain, selalu menuntut perhatian dan perlakuan istimewa dari orang lain, harga dirinya
rapuh (sangat peka dengan pandangan orang lain tentang dirinya), eksploitatif yaitu
memikirkan kepentingan dirinya saja, mengabaikan hak dan perasaan orang lain.
6) Kepribadian antisosial (Psikopatik)
Memiliki ciri perkembangan moral terhambat, tidak mampu mengikuti perbuatan-
perbuatan yang diterima masyarakat, tidak mampu mengembangkan kesetiaan pada orang,
kelompok maupun nilai social yang berlaku, sehingga sering bentrok dengan masyarakat.
Gangguan ini sering pula disebut kepribadian sosiopatik meliputi:pebisnis curang,
pengacara,dokter,perawat,politikus yang curang, para penipu, pengedar dan pengguna obat
bius, pelacur, dan pelaku kriminal. Para psikopat biasanya orangnya cerdas, spontan dan
sangat mengesankan pada pandangan pertama, penuh tipu daya, manipulatif, suka
memanfatkan orang lain, suara hatinya kabur, tidak memiliki rasa bersalah, tidak bertanggung
jawab, toleransinya rendah, bertopeng (pandai menutupi dirinya) dan suka melemparkan
kesalahan pada orang lain.
E.Pengukuran kepribadian
Membicarakan persoalan pengukuran kepribadian sesungguhnya tidaklah begitu asing
bagi kita karena pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari kita sering terjebak dengan
penilaian atau pengukuran terhadap keberadaan seseorang. Demikian pula sering kali kita
menilai kepribadian seseorang berdasarkan ciri kelompok yang dimiliki seperti orang Solo
lemah lembut, orang batak keras-keras orangnya, orang Surabaya blak-blakan. Perlu
dipahami bahwa penilaian semacam ini adalah penilaian yang menyesatkan karena
berdasarkan baik-buruk atau sesuatu yang disukai atau tidak disukai. Padahal pengukuran
kepribadian dalam psikologi tidak bersifat menilai demikian, tidak memberi label nilai moral
tertentu,tapi sebaliknya adalah untuk mendeskripsikan keadaan kepribadian apa adanya.
Irwanto dkk (1991) menyatakan ada berbagai cara dalam pengukuran kepribadian.
1.Metode observasi
Seorang pengamat yang telah terlatih dapat dapat melakukan observasi terhadap
perilaku yang terjadi dalam keadaan normal/wajar, ataupun dalam situasi
eksperimen.Informasi yang diperoleh dari cara ini dapat dicatat pada suatu bagan yang sudah
dibakukan seperti pada rating scale. Dengan menggunakan cara ini pengamatan terhadap
suatu keadaan dapat dicatat secara sistematis.
2.Metode inventori
Metode ini mengandalkan pada hasil observasi subjek terhadap dirinya sendiri. Suatu
inventori adalah sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang harus diisi
atau dipilih oleh subyek berdasarkan ciri-ciri yang ia anggap ada dalam dirinya sendiri.
Contohnya MMPI (Minesota Multiphasic Personality Inventory). Alat ini sering digunakan
pada kasus psikiatrik. Menurut Iskandar (2000) MMPI dikembangkan mulai tahun 1939 oleh
Starke R Hataway dan Charnley J. McKinley. Pada mulanya alat ini untuk mendiagnosa
pasien psikiatrik berdasarkan nosologik Kraepelin yang berlaku pada saat itu. Jumlah item
yang disusun awalnya 1000 item kemudian ternyata yang baik hanya 504 item. Selanjutnya
ditambahkan 46 item dari tes lain sehingga jumlah item menjadi 550 item dan kemudian
ditambahkan 16 item pada booklet form sehingga menjadi 566 item. Pengulangan 16 item
diperlukan untuk menunjukkan konsistensi dalam menjawab.Contoh lain inventori adalah
CPI (California Psychological Inventory) dan EPPS (Edward Personal Preference Schedule),
inventori ini sering juga digunakan dikalangan praktisi di Indonesia.
3.Teknik proyektif
Asumsi dasar teknik proyektif ini adalah: agar memperoleh gambaran yang utuh dari
seseorang diperlukan adanya kebebasan untuk mengekspresikan dirinya. Untuk keperluan itu
biasanya digunakan suatu rangsang berbentuk gambar yang ambigu, tidak jelas. Individu
diminta persepsinya atau ekspresinya tentang gambar tersebut berdasarkan pengalamannya
yang lalu. Tes Rorschach (Tes RO) mempunyai rangsang dengan taraf ambigius yang cukup
tinggi (Irwanto dkk, 1991). Rangsang dalam RO adalah bercak-bercak tinta. TAT (Thematic
Apperception Test) yang dikembangkan oleh H. Murray di Universitas Harvard AS tahun
1930 an juga memiliki rangsang yang ambigius, namun jauh lebih terstruktur karena
menggunakan gambar-gambar yang cukup jelas mengenai seseorang dalam situasi tertentu.
Ada juga pengkuran kepribadian yang meminta subjek untuk menggambar sesuatu yang
kemudian kualitas gambar tersebut diperiksa seperti bentuk gambar dan fenomena tertentu
yang memiliki petunjuk psikologis keperibadian seseorang. Alat ini namanya DAM (Draw A
Man),dan Wartegg.

Anda mungkin juga menyukai