Anda di halaman 1dari 26

Asiku Menurun

STEP 1

STEP 2
Ibu P1 A0 25 tahun, post partum 2 bulan, saat ini mulai merasakan produksi ASI
menurun setelah mengkonsumsi pil KB yang diberikan oleh tetangganya kira2 sejak 1
minggu yg lalu.  estrogen menghambat prolaktin ASI menurun (Indikasi, kontra
indikasi, efek samping, metode, pemilihan KB, kerugian dan keuntungan, (sebaiknya
mini pil, IUD, suntik )

P2 A0 28 tahun ASI tidak menurun (hubungan dengan partusnya, usia anak,


waktu pemakaian)

Pemilihan kontrasepsi yang tepat

STEP 3

Macam Kontrasepsi

METODE SEDERHANA

a. TANPA ALAT
A. KB Alamiah
1. Metode Kalender (Ogino-Knaus)
Menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6 –
12 bulan terakhir.

Tehnik Metode Kalender:


Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan:

a. Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk


menentukan awal dari masa suburnya.
b. Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk
menentukan akhir dari masa suburnya.
Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi:

1. Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum


haid berikutnya.
2. Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari.
3. Ovum hidup selama 24 jam.
Efektifitas Metode Kalender:
Angka kegagalan sebesar 14,4 – 47 kehamilan pada 100 wanita per-
tahun.

2. Metode Suhu Badan Basal (Termal)


Peninggian suhu badan basal 0,2 – 0,5 0C pada waktu ovulasi.
Peninggian suhu badan basal mulai 1-2 hari setelah ovulasi dan
disebabkan oleh peninggian kadar hormone progesterone.

Tehnik Metode Suhu Badan Basal:


a. Umumnya digunakan thermometer khusus dengan kalibrasi yang
diperbesar (basal thermometer), meskipun thermometer biasa
dapat juga dipakai.
b. Waktu pengukuran harus pada saat yang sama setiap pagi dan
setelah tidur nyenyak sedikitnya 3-5 jam serta masih dalam
keadan istirahat mutlak.
c. Pengukuran dilakukan secara:
Oral (3 menit)
Rektal (l menit), ini cara terbaik
Vaginal
Faktor-faktor yang mempengaruhi Suhu Badan Basal:
a. Influensa atau infeksi traktus respiratorius lain.
b. Infeksi/penyakit-penyakit lain yang meninggikan suhu badan.
c. Inflamasi local lidah, mulut atau daerah anus.
d. Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk, jet lag
e. Jam tidur yang ireguler.
f. Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu
badan basal.
g. Pemakaian selimut elektris.
h. Kegagalan membaca thermometer dengan tepat/baik.
Efektifitas Metode Suhu Badan Basal:
Angka kegagalan 0,3 – 6,6 kehamilan pada 100 wanita pertahun.

3. Prolong laktasion/memerpanjang masa menyusui anak

Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk

menjadi hamil menjadi lebih kecil apabila mereka terus menyusui

anaknya setelah melahirkan.

menyusui --> mengeluarkan prolaktin secara terus-menerus --> untuk

proliferasi kelenjar mamae --> menekan LH dan FSH pada hipofisis

anterior --> gunanya untuk menstimulasi folikel de Graff & dapat

terjadi ovulasi --> karena terjadi penekanan LH dan FSH --> terjadi

penekanan / menunda adanya ovulasi --> bila dilakukan menyusui secara

konsisten --> dapat terjadi anovulasi selama 6 bulan

Tapi bila dalam waktu 3 bulan datang haid, maka dianjurkan memakai

kontrasepsi yang tidak mempengaruhi ASI.

Tapi bila ingin memakai kontrasepsi setelah melahirkan :

IUD --> dipasang setelah plasenta keluar tapi gagal sekitar 20% karena

eksplosi (uterus belum menutup) & masih berkontraksi hebat.


Bila menginginkan pemasangan, sebaiknya setelah masa nifas 40-42

hari.

Progesteron rendah & esterogen rendah --> prolaktin meningkat --> stimulasi kel

mamae dan penghambat prolaktin (inhibitor prolaktin)

Progestin --> haid lancar

esterogen --> memperkuat efek progesteron, meningkatkan retensi air dalam tubuh

menunda

memberi jarak

tidak ingin hamil

Metode Lendir Serviks (Billings)

Perubahan siklus dari lender serviks yang terjadi karena perubahan


kadar estrogen.

Tehnik Metode Lendir Serviks:


Dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid dan
berlanjut sampai dengan hari ke-4 setelah gejala puncak (peak
symptom).

Penyulit-penyulit Metode Lendir Serviks:


Keadaan fisiologis : sekresi vagina karena rangsangan seksual.
Keadaan patologis : infeksi vagina atau serviks, penyakit-
penyakit, pemakaian obat-obat.
Keadaan psikologis : stress fisik dan emosional.
Efektivitas Metode Lendir Serviks:
a. Angka kegagalan 0,4 – 39,7 kehamilan pada 100 wanita
pertahun.
b. Masih ada 3 sebab lain terjadinya kegagalan/kehamilan;
pengeluaran lendir mulainya terlambat
gejala puncak (peak symptom) timbul terlalu awal/dini
lendir tidak dirasakan oleh si-wanita atau
dinilai/interprestasi salah.
4. Metode Sympto-Termal.
Kombinasi antara bermacam metode KB Alamiah untuk menentukan
masa subur/ovulasi.

Efektivitas : Angka kegagalan 4,9 – 34.4 kehamilan pada 100


wanita pertahun.
Kontra-Indikasi Metode KB Alamiah :
Umumnya merupakan kontra-indikasi relatif:

a. Siklus haid yang tidak teratur.


b. Riwayat siklus haid yang anovulatoir.
c. Kurve suhu badan yang tidak teratur.

Komplikasi Metode KB Alamiah :


a. Komplikasi yang langsung tidak ada.
b. Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan, karena ada data-
data yang menunjukkan timbulnya kelainan-kelainan janin sehubungan
dengan terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa dan ovum yang berumur
tua/terlalu matang (overaged/overripe).

Keuntungan dan Kerugian dari Kontrasepsi KB Alamiah :


Keuntungan:

1. Aman
2. Murah/tanpa biaya.
3. Dapat diterima oleh banyak golongan agama.
4. Sangat berguna baik untuk merencanakan maupun menghindari
terjadinya kehamilan.
5. Mengajarkan pada wanita, kadang-kadang suaminya, perihal siklus haid.
6. Tanggungjawab berdua sehingga menambah komunikasi dan kerjasama.
Kerugian:

1. Kurang begitu efektif dibandingkan metode-metode kontrasepsi lain.


2. Perlu instruksi dan konseling sebelum memakai metode ini.
3. Memerlukan catatan siklus haid yang cukup.
4. Bila siklus haid tidak teratur, dapat mempersulit.
5. Bila terjadi kehamilan, ada resiko bahwa ovum/spermatozoanya sudah
“terlalu tua”.
B. COITUS INTERRUPTUS = METODE WITHDRAWL = SANGGAMA
TERPUTUS
Adalah suatu metode kontrasepsi dimana sanggama diakhiri sebelum
terjadi ejakulasi intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia
eksterna wanita.

Keuntungan:
Tidak memerlukan alat/murah.
Tidak menggunakan zat-zat kimiawi.
Selalu tersedia setiap saat.
Tidak mempunyai efek samping.
Kerugian:
1. Angka kegagalan cukup tinggi.
a. 16-23 kehamilan per l00 wanita pertahun.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan angka kegagalan yang tinggi ini
adalah:
Adanya cairan pre-ejakulasi (yang sebelumnya sudah
tersimpan dalam kelenjar prostate, urethra, kelenjar
Cowper) yang dapat keluar setiap saat, dan setiap tetes
sudah dapat mengandung berjuta-juta spermatozoa.
Kurangnya kontrol diri pria, yang pada metode ini justru
sangat penting.
2. Kenikmatan seksual berkurang bagi suami-istri, sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan perkawinan.
Kontra-Indikasi:
Ejakulasi premature pada pria.

b. DENGAN ALAT
A. BARIER (Mekanis)
1. METODE BARIER PADA PRIA (KONDOM)
 Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia
interna wanita

Keuntungan kondom:
Mencegah kehamilan.
Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat
hubungan seks (PHS)
Dapat diandalkan.
Relatif murah.
Sederhana, ringan, disposable.
Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow-up.
Pria ikut secara aktif dalam program KB.
Kerugian kondom:
Angka kegagalan relative tinggi.
Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan
seks guna memasang kondom.
Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada
setiap sanggama.
Terbuat dari lateks sehingga ada beberapa wanita yang mengalami
alergi berupa gatal dan terasa panas
Berkurangnya sensitivitas pria, dan juga wanita, selama sanggama.
Bayangan/reputasi yang kurang baik mengenai kondom
(dihubungkan dengan pelacuran, penyakit kelamin)
Indikasi Kondom:
a. Pria:
Penyakit genitalia.
Sensitivitas penis terhadap secret vagina.
Ejakulasi prematus.
b. Wanita:
Vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan.
Kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan
pemasangan diafragma atau kap serviks secara anatomis atau
psikologis tidak memungkinkan.
Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan di
dalam vagina.
Efektifitas:
1. Theoritical effectiveness, yang meliputi “method failure”: 2% per
100 pasangan pertahun.
2. Use effectiveness, yang meliputi “user failure”: 13 – 38%.
Use effectiveness sangat erat sekali hubungannya dengan
karakteristik individu, misalnya:

a. Umur.
b. Motivasi, menjarangkan atau menghindari kehamilan.
c. Tingkat pendidikan suami-istri.
d. Lamanya perkawinan.
e. Penghasilan keluarga.
f. Pengalaman memakai kondom.
Kontra-Indikasi Kondom:
a. Absolut:
Pria dengan ereksi yang tidak baik.
Riwayat syok septic.
Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner seksual
Efek Samping dan Komplikasi:
Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas
glans penis.
Alergi terhadap karet.
2. METODE BARIER PADA WANITA (BARIER INTRAVAGINAL)
 Menghalangi masuknya spermatozoa kedalam traktus genitalia
interna wanita dan inmobilisasi/mematikan spermatozoa oleh
spermisidnya.

Keuntungan Metode Barier Intravaginal:


Mencegah kehamilan.
Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks.
Kerugian Metode Barier Intravaginal:
Angka kegagalan relative tinggi.
Aktivitas dan spontanitas hubungan seks harus dihentikan
sementara untuk memasang alatnya.
Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada
setiap sanggama.
Macam-macam Barier Intravaginal:

1. Diafragma (Diaphragma).
Keuntungan Diafragma:
 Sangat efektif (bila dipakai dengan benar).
 Aman.
 Diawasi sendiri oleh pemakai.
 Hanya dipakai bila diperlukan.
 Dapat dipakai selama haid (tapi ini tidak dianjurkan).
 Tidak mempengaruhi laktasi.
Kerugian/Kurang Populernya Diafragma:

 Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai.


 Wanita perlu memegang/manipulasi genitalianya sendiri.
 Untuk pemakaian awal, perlu instruksi dan cara pemasangan
oleh tenaga klinik yang terlatih.
 Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan oleh biaya
untuk spermisidnya.
 Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suami saat
bersanggama.
 Beberapa wanita mengeluh perihal “kebasahan/becek” yang
disebabkan oleh spermisidnya
Kontra-Indikasi:

 Kelainan anatomis dari vagina, serviks dan uterus :


 Prolapsus uteri.
 Cystocele/Rectocele yang besar.
 Retroversi atau anteflexi uterus yang berlebihan.
 Septum vagina.
 Infeksi traktus urinarius yang berulang-ulang.
 Alergi terhadap latex atau spermisid.
 Riwayat Sindrom syok Toksik.
 Nyeri pelvis/introitus yang sementara oleh sebab apapun
(PID, Herpes, Post Episiotomi, Introitus yang sangat
sempit/ketat).
 Post-partum (bayi aterm) 6-12 minggu.
Efek Samping dan Komplikasi :

Kadang-kadang dapat terjadi:

1. Reaksi alergi.
2. Iritasi Vagina.
3. Infeksi, termasuk infeksi traktus urinarius yang lebih sering,
diperkirakan disebabkan oleh :
 Pinggir-alas diafragma menekan urethra dan
mengakibatkan iritasi.
 Wanita lebih sering memanipulasi daerah perineumnya
sehingga bakteri dapat dapat masuk ke dalam vagina dan
urethra.
 Tekanan pada urethra mengakibatkan lebih banyak urine
tertahan di dalam kandung kemih sehingga mempermudah
berkembang-biaknya kuman.
4. Dispareuni (pada diafragma yang terlalu besar), atau secret
yang sangat berbau karena pemakaian yang terlalu lama.
5. Yang selalu harus dipikirkan kemungkinan timbulnya Sindrom
Syok Toksik.
Efektivitas:

Teoritis: 2-3 kegagalan per 100 wanita pertahun.

Praktek: 6-25 kegagalan per 100 wanita pertahun.

2. Kap Serviks (Cervical cap).


Keuntungan Kap Serviks:

 Efektif, meskipun tanpa spermisid, tetapi bila dibiarkan di


serviks untuk waktu lebih dari 24 jam maka pemberian
spermisid sebelum bersanggama akan menambah
efektivitasnya.
 Kap serviks dapat dibiarkan selama seluruh periode
intermenstrual dan hanya perlu dikeluarkan pada saat
perkiraan datangnya haid, tetapi ini tidak dianjurkan.
 Tidak terasa oleh suami pada saat sanggama.
 Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan
anatomi/fungsional dari vagina misalnya sistokel, rektokel,
prolapsus uteri, tonus otot vagina yang kurang baik.
 Kap serviks hanya menutupi serviks saja, sehingga tidak
memerlukan pengukuran ulang bilamana terjadi perubahan
tonus otot vagina.
 Jarang terlepas saat sanggama.
Kerugian Kap Serviks:

Pemasangan dan pengeluarannya lebih sulit karena letak serviks


yang jauh di dalam vagina.

Kontra Indikasi:

 Erosi atau laserasi seviks.


 Kelainan bentuk serviks, termasuk serviks yang sangat
panjang atau sangat pendek.
 Riwayat infeksi traktus urinarius yang berulang kali.
 Infeksi dari serviks, adnexa atau neoplasma serviks.
 Alergi terhadap karet atau spermisid.
 Pap smear yang abnormal.
 Biopsi serviks atau kriosirurgi dalam 6 minggu terakhir.
 Post partum < 6-12 minggu.
 Riwayat pernah mengalami Sindrom syok Toksik.
 Ketidakmampuan wanita untuk memasang dan mengeluarkan
serviks dengan benar.
Efek Samping dan Komplikasi:

 Hanya ada satu efek samping minor yaitu timbulnya sekret


yang sangat berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu lama di
dalam vagina.
 Yang selalu harus dipikirkan adalah kemungkinan:
 Sindrom Syok Toksik.
 Infeksi traktus urinarius yang berulang-ulang.
 Bertambahnya abnormalitas serviks sehubungan dengan
HPV (Human Papilloma Virus).
Efektifitas:

Method failure: 2 per 100 wanita pertahun.

User failure : 8-20 per 100 wanita pertahun.

3. Kondom wanita.

B. KIMIAWI (Dengan Bahan Kimia)


SPERMISID VAGINAL

Zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa didalam vagina


sebelum spermatozoa bergerak kedalam traktus genitalia interna.

Dikemas dalam bentuk :

Aerosol (busa)

Kocok tempat Aerosol 20-30 menit sebelum digunakan

Tempatkan container dengan posisi ke atas, letakkan aplikator

pada mulut container, dan tekan aplikator untuk mengisi busa

Sambil berbaring lakukan insersi aplikator ke dalam vagina

mendekati serviks. Dorong sampai busa keluar

Aplikator segera dicuci pakai sabun dan air, tiriskan, dan

keringkan. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain

Tablet Vagina atau Suppositoria atau film/tissue

Cuci tangan sebelum membuka paket

Lepaskan tablet atau suppositoria dari paket

Sambil berbaring masukkan tablet vagina atau suppositoria

jauh ke dalam vagina

Tunggu 10-15 menit sebelum mulai berhubungan seksual

Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet vagina atau

suppositoria di tempat

Catatan : beberapa busa dari tablet vagina menyebabkan rasa

hangat di vagina. Itu normal2 saja

Krim

Insersi kontrasepsi krim setelah dikemas ke dalam aplikator

sampai penuh, masukkan ke dalam vagina sampai mendekat

serviks
Tekan alat pendorong sampai krim keluar. Tidak perlu

menunggu kerja krim.

Apalagi harus dicuci dengan sabun dan air sesuai dengan

pencegahan infeksi untuk alat2 , tiriskan dan keringkan

Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bgaian-

bagiannya. Jangan berbagai aplikator dengan orang lain

Sediakan selalu ekstra pengadaan krim terutama apabila

ternyata container kosong

Cara kerja :

Menyebabkan sel mambran sperma terpecah, memperlambat pergerakan

sperma, dan menurunkan kemampuan pembatasan sel telur

Pilihan :

Busa (Aerosol) efektif segera setelah insersi

Busa spermisida dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metode

kontrasepsi

Tablet vagina, suppositoria, dan film penggunaannya disarankan

menunggu 10-15 menit sesudah dimasukkan sebelum hubungan seksual

Jenis spermisida jelli biasanya hanya digunakan dengan diafragma

Manfaat :

Kontrasepsi

Efektif seketika (busa dan krim)

Tidak mengganggu produksi ASI

Bias digunakan sebagai pendukung metode lain

Tidak mengganggu kesehatan klien

Tidak mempunyai pengaruh sistemik

Mudah digunakan

Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual

Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

Keuntungan Spermisid Vaginal:

1. Aman.
2. Sebagai kontrasepsi pengganti/cadangan untuk wanita dengan kontra-
indikasi pemakaian Pil-Oral, IUD dll.
3. Efek pelumasan pada wanita yang mendekati menopause disamping efek
proteksi terhadap kemungkinan menjadi hamil.
4. Tidak memerlukan supervise medik.
Kerugian Spermisid Vaginal:

1. Angka kegagalan relative tinggi, umumnya kegagalan disebabkan oleh


pemakaian yang tidak konsisten.
2. Harus digunakan segera sebelum sanggama bahkan ada spermisid vaginal
yang perlu waktu 5-30 menit agar bekerja efektif
3. Ada wanita yang segan memakainya karena harus diletakkan dalam-dalam
di vagina.
4. Harus diberikan berulangkali untuk sanggama yang berturut-turut.
5. Dapat menimbulkan iritasi atau rasa panas/terbakar pada beberapa
wanita.
Indikasi Spermisid Vaginal:

1. Tambahan/adjuvant pada metode barier (kondom, diafragma).


2. Tambahan/adjuvant pada IUD selama masa subur.
3. Tambahan/adjuvant pada kontrasepsi hormonal pada saat awal dari siklus
pertama atau bila lupa minum 2 tablet atau lebih.
4. Fertilitas rendah atau tersangka infertil pada wanita yang telah
dapat/bersedia menggunakan metode barier.
5. Sanggama yang jarang.
Kontra-Indikasi:

I. Absolut:
1. Kebutuhan akan suatu metode dengan efektivitas tinggi karena alasan
kesehatan, pribadi atau social.
2. Penghentian sexual foreplay akan menghambat/menghalangi minat
seksual.
3. Ketidakmampuan penerimaaan estetik pada salah satu pasangan.
4. Alergi terhadap isi spermisid.
5. Alergi lokal kronis, kontak dermatitis genitalia, eksema genitalia,
psoriasis genitalia dan lain-lain dermatosis genitalia.
II. Relatif:
1. Penghentian sexual foreplay akan mengganggu sanggama.
2. Fertilitas tinggi.
3. Dispareuni.
4. Vaginismus.
Efektifitas:

Angka kegagalan: 11-31 %.

Efek Samping dan Komplikasi:

1. Belum pernah dilaporkan terjadinya efek samping yang serius (spermisid


telah dipakai lebih dari 60 tahun)
2. Yang mungkin terjadi:
a. Reaksi alergi, baik pada wanita maupun pria.
b. Suppositoria tidak meleleh atau tidak membentuk busa didalam vagina.
3. Yang masih menjadi kontroversi adalah kemungkinan terjadinya:
a. Kelainan kongenital janin (efek teratogenik).
b. Perubahan air susu ibu.
c. Efek sistemik (masuknya spermisid kedalam aliran darah).
Tetapi sampai saat ini belum ditemukan bukti-bukti yang menyokong hal-hal
tersebut.

METODE MODERN

a. KONTRASEPSI HORMONAL
Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal:
a. Menghambat timbulnya ovulasi dengan pengaruhnya terhadap
hipothalamus, hypophysis dan ovarium. Pengeluaran RF ( Releasing
Factor ) oleh hypothalamus terhambat, sehingga kadar FSH dan LH
menurun.

b. Menyebabkan perubahan pada beberapa bagian alat kandungan seperti


lender serviks, endometrium dan mungkin pula pada miometrium dan
tuba fallopii. Lendir serviks menjadi lebih kental sehingga tidak mudah
ditembus oleh spermatozoa. Pada endometrium terlihat adanya
proliferasi yang diikuti secara cepat oleh fase sekresi yang dini dan
kemudian kelenjar mengalami regresi dengan stroma yang
sembab.

Kontraindikasi kontrasepsi hormonal:


Kehamilan
Kecurigaan atau adanya Carcinoma Mammae
Adanya neoplasma yang dipengaruhi oleh estrogen
Menderita penyakit Thromboemboli atau Varices yang luas
Faal Hepar yang terganggu
Perdarahan per vaginam yang tidak diketahui sebabnya
Payah Jantung
Depresi mental yang hebat
Appoplexi cerebri
Hypertensi berat
Hyperlipidemia
Anemia hemolytic kronik
Gejala - gejala sampingan kontrasepsi hormonal
Subyektif :

 mual, muntah
 pusing, sakit kepala / migraine
 rasa sakit / tegang pada buah dada
 nafsu makan bertambah
 cepat lelah
 mudah tersinggung, depresi
 libido bertambah / berkurang
Obyektif :

 tekanan darah meninggi


 berat badan bertambah
 gangguan pola perdarahan :
 menorrhagia
 metrorrhagia
 spotting
 perubahan pada kulit :
 akne
 kulit berminyak
 pigmentasi / chloasma
 keputihan (fluor albus)

Beberapa Kontrasepsi Hormonal :


a. Pil Oral

Derivat Progestin Derivat Estrogen Tambahan

Norgestrel 0.5 Etinilestradiol 0.05


mg mg

Norgestrel 0.5 Etinilestradiol 0.05 + 7 tablet Inaktif


mg mg

Norgestrel 0.15 Etinilestradiol 0.03 + 7 tablet Laktosa


mg mg

Norgestrel 0.125 Etinilestradiol 0.05 + 7 tablet Laktosa


mg mg

Norgestrel 0.25 Etinilestradiol 0.05


mg mg

Norgestrel 0.25 Etinilestradiol 0.05 + 7 tablet Inert


mg mg

Etinodiol diasetat 1 Mestranol 0.05 + 7 tablet Ferro


mg mg Fumarat

Linestrenol 1 Etinilestradiol 0.05 + 6 tablet Laktosa


mg mg
Desogestrel 150 Etinilestradiol 35
mg mg

Kelebihan dan kekurangan metode pil hormonal

Pil relatif mudah dipakai dan tidak mengganggu siklus (jadwal) menstruasi. Akan

tetapi pil mengandung sejumlah kekurangan yaitu:

1. Beberapa hari pertama pemakaian pil, dikeluhkan beberapa penggunanya

karena dirasakan mual, pusing-pusing, kelebihan dan sedikit pendarahan. Jika

gejala ini tidak berlangsung terlalu lama sekitar satu bulan anda tidak perlu

cemas. Tetapi jika lebih dari waktu itu, segeralah hubungi dokter. Barangkali

2. Hampir semua pil menyebabkan air susu ibu berkurang. Tapi kalau terpaksa,

gunakan pil yang tidak mengganggu kelancaran produksi ASI.

3. Kelemahan lain dari metode ini adalah resiko lupa yang tinggi. Karena pil KB

baru bermanfaat benar apabila di minum setiap hari dan pada waktu yang

sama.

Pil ini juga membahayakan bagi pemakai bila terjadi hal seperti dibawah ini dan anda

dianjurkan untuk segera ke puskesmas/bidan/klinik jika mengalami:

1. Nyeri perut.

2. Sakit dada atau sesak nafas.

3. Kelainan pada penglihatan (misalnya kabur).

4. Nyeri pada tungkai.

www.yayasanharapankita.com

b. Suntikan
Medroksiprogesteronasetat 150 mg diberikan setiap 12 minggu
IM

Noretisteron enantat 200 mg diberikan setiap 8 minggu IM

c. Implant
Levonorgestrel 36 mg per tube silastik, implantasi SK 6 tube untuk
5 tahun.

3-Ketodesogestrel 68 mg tube silastik tunggal, implantasi SK untuk


3 tahun.

b. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)


(INTRA UTERINE DEVICES = IUD)

Penggolongan IUD:

1. Unmedicated Devices = Inert Devices

= First Generation Devices

Misalnya:

a. Grafenberg ring.
b. Ota ring.
c. Margulies coil.
d. Lippes Loop (dianggap sebagai IUD standard).
e. Saf-T-Coil.
f. Delta Loop = Modified Lippes Loop D
Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk
insersi postpartum.

2. Medicates Devices = Bio-Active Devices

= Second Generation Devices

a. Mengandung Logam:
- AKDR-Cu Generasi Pertama (First Generation Copper Devices):
 CuT-200 = Tatum-T
 Cu-7 = Gravigard
 MLCu-250
- AKDR-Cu Generasi Kedua (Second Generation Copper Devices):
 CuT-380 = ParaGard
 CuT-380Ag
 CuT-220C
 Nova-T = Novagard, mengandung Ag.
 Delta-T = Modified CuT-220C
Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk
insersi postpartum.
 MLCu-375
b. Mengandung Hormon Progesterone atau Levonorgestrel:
- Progestasert = Alza-T, dengan daya kerja 1 tahun.
- LNG-20, mengandung Levonorgestrel.
Mekanisme IUD:
Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan:

1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam


cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
Disamping itu dengan munculnya lekosit PMN, makrofag, foreign body
giant cells, sel mononuclear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan
lysis dari spermatozoa/ovum dan blastocyst.
2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi menyebabkan
terhambatnya implantasi.
3. Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah
berimplantasi di dalam endometrium.
4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba
fallopii.
5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
6. Untuk IUD yang mengandung Cu:
Antagonisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat
dalam enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim dalam
traktus genitalia wanita. Cu menghambat reaksi carbonic
anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan
mungkin juga menghambat aktivitas alkali phosphatase.
Menggangu pengambilan estrogen endogenous oleh mukosa uterus.
Menggangu jumlah DNA dalam endometrium.
Menganggu metabolisme glikogen.
Penambahan Ag pada IUD yang mengandung Cu mempunyai maksud
untuk mengurangi fregmentasi dari Cu sehingga Cu lebih lama
habisnya.
8. Untuk IUD yang mengandung hormone progesterone:

Gangguan proses pematangan proliferatif-sekretoir sehingga


timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses
implantasi (endometrium tetap berada dalam fase
decidual/progestational).
Lendir serviks yang menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh
progestin.
Kontra-Indikasi Insersi IUD:
1. Kontra-indikasi absolut:

Infeksi pelvis yang aktif (akut atau subakut), termasuk


persangkaan Gonorrhoe atau Chlamydia
Kehamilan atau persangkaan kehamilan
2. Kontra-indikasi relative kuat:

Partner seksual yang banyak.


Partner seksual yang banyak dari partner akseptor IUD.
Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi
komplikasi.
Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang rekuren,
post partum endometritis atau abortus febrilis dalam tiga bulan
terakhir.
Cervicitis akut atau purulent.
Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya.
Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang
menyebabkan predisposisi atau terjadinya kehamilan ektopik.
Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih menginginkan
kehamilan selanjutnya.
Gangguan respons tubuh terhadap infeksi (AIDS, Diabetes
mellitus, pengobatan dengan kortikosteroid dll).
Kelainan pembekuan.
3. Keadaan-keadaan lain yang dapat merupakan kontra-indikasi untuk
insersi IUD:

Penyakit katup jantung (kemungkinan terjadi subakut bacterial


endokarditis).
Keganasan endometrium atau serviks.
Stenosis serviks yang berat.
Uterus yang kecil sekali.
Endometriosis.
Myoma uteri.
Polip endometrium.
Kelainan congenital uterus.
Dismenore yang berat.
Darah haid yang banyak, haid yang ireguler atau perdarahan
bercak (spoting).
Alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson yaitu penyakit gangguan
Cu yang turun temurun (penyakit ini jarang terjadi).
Anemia.
Ketidakmampuan untuk mengetahui tanda-tanda bahay dari IUD.
Ketidakmampuan untuk memeriksa sendiri ekor IUD.
Riwayat Gonorrhoe, Chlamydia, Syphilis atau Herpes.
Actinomycosis genitalia.
Riwayat reaksi vaso-vagal yang berat atau pingsan.
Inkompatibilitas golongan darah misalnya Rhesus negative.
Pernah mengalami problem ekspulsi IUD.
Leukore atau infeksi vagina.
Riwayat infeksi pelvis.
Riwayat operasi pelvis.
Keinginan untuk mendapatkan anak dikemudian hari atau
pertimbangan kesuburan dimasa yang akan datang.
Efek Samping dan Komplikasi IUD:
Efek Samping dan Komplikasi pada Saat Insersi IUD:

a. Rasa nyeri/sakit.
Pengobatan dengan analgetika atau prostaglandin- inhibitor.

b. Muntah, keringat dingin dan syncope.


Terjadi pada < 1%.
Penyebabnya reaksi vaso-vagal.
Pencegahan dengan pemberian atropine 0,4-0,5 mg IM/IV,
sedative ringan dan anestesi lokal.
Pengobatan dengan istirahat dalam posisi horizontal, inhalasi
ammonia.
c. Perforasi uterus.
Angka kejadian kira-kira 1,2 per 1000 insersi IUD.
Lebih sering terjadi pada tehnik insersi push-out.
Perforasi dapat partial atau komplit.
Gejala-gejala perforasi:
- Rasa sakit/nyeri yang tiba-tiba dan/atau perdarahan.
- Tetapi perforasi dapat pula a-symptomatis atau silent.
Efek Samping dan Komplikasi Di Kemudian Hari:
a. Rasa sakit dan Perdarahan.
b. Infeksi.
c. Kontrasepsi mantap

Pada Wanita (tubektomi dan fimbraektomi)

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas

(kesuburan) seorang perempuan secara permanent

mekanisme kerja

a. dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau

memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

Manfaat / Keuntungan yang didapat :

i. Kontrasepsi

ii. Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan

selama tahun pertama penggunaan)

iii. Permanent

iv. Tidak mempengaruhi proses menyusui

v. Tidak bergantung pada faktor sanggama

vi. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko

kesehatan yang serius

vii. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan

anastesi local

viii. Tidak ada efek sampng dalam jangka panjang

ix. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada

efek pada produksi hormone ovarium)

Keterbatasan / Kekurangan :

a. Harus dipertimbangkan sifat permanent metode kontrasepsi

ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi


b. Klien dapat menyesal di kemudian hari

c. Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi

umum)

d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah

tindakan

e. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter

spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses

laparoskopi)

f. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HIV/AIDS

Yang dapat menjalani Tubektomi

a. Perempuan pada usia > 26 tahun

b. Perempuan dengan paritas > 2

c. Perempuan yang yakin telah mempunyai besar keluarga yang

sesuai dengan kehendaknya

d. Perempuan yang ada pada kehamilannya akan menimbulkan

risiko kesehatan yang serius

e. Perempuan pascapersalinan

f. Perempuan pasca-keguguran

g. Perempuan yang paham dan secara sukarela setuju dengan

prosedur ini

Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi

a. Perempuan yang hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)

b. Perempuan dengan infeksi sistemik atau pelvic inflamatory

yang akut (hingga masalah itu disebuhkan atau dikontrol)

c. Perempuan yang tidak boleh menjalani proses pembedahan -->

hemofilia (kelainan darah)

d. Prempuan yang kurang pasti mengenai keinginannya untuk

fertilitas di masa depan --> masih ragu2 karena rekanalisasi angka

keberhasilan rendah

e. Perempuan yang belum memberikan persetujuan tertulis -->

dalam ucapan

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta 2003)

Pada Pria (Vasektomi)


Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi

pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferensia sehingga alur transportasi

sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak

terjadi.

Komplikasi

o Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat

setelah tindakan. Komplikasi selama prosedur dapat berupa komplikasi

akibat reaksi anafilaksis yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau

manipulasiberlebihan terhadap anyaman pembuluh darah di sekitar vas

deferensia

o Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau

abses pada testis, atrofi testis, epididimitis kongestif, atau peradangan

kronik granuloma di tempat insisi. Penyulit jangka panjang yang dapat

mengganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi adalah terjadinya

antibody sperma.

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta 2003)

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi


yang baik ialah:

Aman pemakaiannya
Efek samping yang merugikan tidak ada (efek minimal)
Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
Tidak memerlukan bantuan medic atau control yang ketat selama
pemakaiannya
Cara pengguanaannya sederhana
Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas
Dapat diterima oleh pasangan suami istri
Sinopsis Obstetri Jilid 2, EGC

Faktor-faktor dalam memilih kontrasepsi:

1. Faktor pasangan – Motivasi dan Rehabilitas:


- Umur
- Gaya hidup
- Frekwensi sanggama
- Jumlah keluarga yang diinginkan.
- Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu
- Sikap kewanitaan
- Sikap kepriaan
2. Faktor kesehatan – Kontraindikasi absolute atau relative:
- Status kesehatan
- Riwayat haid
- Riwayat keluarga
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan panggul
3. Faktor metode kontrasepsi – Penerimaaan dan pemakaian berkesinambungan
- Efektifitas
- Efek samping minor
- Kerugian
- Komplikasi-komplikasi yang potensial
- Biaya

Tujuan pemilihan kontrasepsi

- Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia di bawah 20 tahun


dianjurkan menunda kehamilannya
o Ciri cirri konstrasepsi yang diperlukan :
i. Reversibilitas yang tinggi karena akseptor belum
mempunyai anak
ii. Efektivitas yang relative tinggi, penting karena
dapat menyebabkan kehamilan resiko tinggi
o Konstrasepsi yang sesuai : pil, alat kontrasepsi dalam rahim mini,
cara sederhana
o Alasan :
 Usia di bawah 20 tahun adalah usia di mana sebaiknya tidak
mempunyai anak dulu
 Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta
masih muda
 Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan
muda masih sering berhubungan (frekuensi tinggi) sehingga
akan mempunyai angka kegagalan yang tinggi
 Penggunaan AKDR mini bagi yangbelum mempunyai anak dapat
dianjurkan, terutama pada akseptor dengan kontra indikasi
terhadap pil oral
- Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan). Masa saat istri berusia
20-30 tahun adalah yang paling baik untuk melahirkan 2 anak dengan
jarak kelahiran 3-4 tahun
o Ciri cirri konstrasepsi yang diperlukan :
a. Reversibilitas cukup tinggi
b. Efektivitas yang cukup tinggi karena akseptor
masih mengharapkan mempunyai anak
c. Dapat dipakai 3-4 tahun
d. Tidak menghambat produksi air susu ibu
o Konstrasepsi yang sesuai : AKDR, pil, suntik, cara sederhana, susuk
KB, kontrasepsi mantap
o Alasan :
 Usia 20-30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung
dan melahirkan
 Segera setelah anak lahir, dianjurkan untuk menggunakan
AKDR sebagai pilihan utama
 Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun
tidak / kurang berbahaya karena akseptor berada pada usia
yang baik untuk mengandung dan melahirkan
- Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi). Saat usia istri di atas 30
tahun, dianjurkan untk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak
o Ciri cirri konstrasepsi yang diperlukan :
a. Efektivitas sangat tinggi, penting karena kegagalan dapat
menyebabkan kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak
b. Reversibilitas rendah
c. Dapat dipakai untuk jamgka panjang
d. Tidak menambah kelainan yang sudah ada
o Konstrasepsi yang sesuai :kontrasepsi mantap
(tubektomi/vasektomi), susuk KB, AKDR, suntikan, pil dan cara
sederhana
o Alasan :
 Ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan tidak hamil lagi
atau tidak punya anak lagi karena alasan medis
 Prioritas penggunaan : kontrasepsi mantap
 Pada kondisi darurat, kontap cocok dipakai dan relative lebih
baik dibandingkan dengan susuk KB atau AKDR
 Pil kurang dianjurkan karena usia ibu relative tua dan
mempunyai kemungkinan timbulnya efek samping dan
komplikasi

Tujuan diadakannya KB

A. Tujuan Umum :

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta kehiarga kecil yang bahagia dan

sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar bagi tem rujudnya macyarakat yang

sejahtera melalui pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia, guns

menyongsong tiaggal landas pembangunan pub Repelita. VI.

B. Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat/keluarga dalam penggunaan alat kon -

trasepsi.

2. Menurunnya jumlah angka kematian bayi.

3. Meningkatkan kesehatan masyarakat/keluarga dengan cara penjarangan

kelahiran bayi

Pedoman Praktis PELAKSANAAN KERJA DI PUSKESMAS, Dr.H.M.Kartiko

Waloejono,M.Kes, BAPELKES SALAMAN, MAGELANG

Sasaran Program KB

Manfaat mengukuti program keluarga berenca :

Menekan angka kematian akibat berbagai masalah yang melingkupi

kehamilan, persalinan dan aborsi yang tidak aman.

Mencegah Kehamilan terlalu dini (tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh;

belum cukup matang dan siap untuk dilewati oleh bayi. Lagipula, bayinya

pun dihadang oleh risiko kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun)

Mencegah kehamilan terjadi di usia tua.

Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan

melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya bila ia mempunyai


problema-problema kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan

melahirkan.

Faktor gagalnya KB

Kepercayaan, Pada dasarnya semua kepercayaan yang ada di Indonesia

menerima gagasan dari KB walaupun terdapat perbedaan pandangan tentang

metode pelaksanaan dan alat kontrasepsi yang digunakan.

Budaya, seperti faktor pengambilan keputusan yang dilakukan tidak oleh istri

belum puas bila tidak memiliki anak perempuan atau lelaki, percaya banyak

anak banyak rezeki, serta anggapan bahwa perempuan yang hamil dan

melahirkan sehingga yang harus menggunakan alat kontrasepsi agar tidak

hamil.

Perempuan yang karena kemiskinan dan pendidikan rendah terpaksa menikah

pada usia muda

terbatasnya alat kontrasepsi yang dapat digunakan pria

belum tahu ttg penggunaan KB

Dengan adanya alat-alat kontrasepsi yang dapat mencegah terjadinya

kehamilan terutama kondom yang dapat membantu mencegah penyakit

kelamin, dikhawatirkan akan semakin banyaknya praktek prostitusi di

masyarakat.

Adanya efek samping atau masalah kesehatan akibat penggunaan alat

kontrasepsi.

Otonomi daerah

Keterbatasan dana pemerintah

Pelayanan Kontasepsi mempunyai 2 tujuan:

1. Tujuan Umum:

Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya

NKKBS.

2. Tujuan Pokok:

Penurunan Angka Kelahiran yang bermakna.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkatagorikan

tiga fase untuk mencapai sasaran yaitu:


1. Fase menunda perkawinan/kesuburan

2. Fase menjarangkan kehamilan

3. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan

Pemilihan Kontrasepsi Sesuai keadaan Wanita:


Klasifikasi Persyaratan Medis

Keadaan atau kondisi yang mempengaruhi persyaratan medis dalam penggunaan

setiap metode kontrasepsi yang tidak permanen dikelompokkan dalam 4 kategori :

1. Kondisi tidak ada pembatasan apapun dalam metode kontrasepsi

2. Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan resiko

yang diperkirakan

3. Risiko yang diperkirakan lebih besar dari manfaatnya

4. Resiko akan terjadi bila digunakan


*DMPA (Depo Medroksi Progesteron Acetat)
Kondisi Pil Suntikan Pil DMPA Implan AKDR AKDR
Kombinasi Kombinasi Progestin NET-EN Cu Progestin
Obesitas 2 2 1 1 1 1 1
Hipertensi dalam kehamilan 3/4 3/4 2 3 2 1 2
Pascapersalinan Estero Estero
(tanpalaktasi)
< 21 hari 3 3 1 1 1
> = 21 hari 1 1 1 1 1
Laktasi
< 6 minggu pascapersalinan 4 4 3 3 3
6 minggu - < 6 bln laktasi 3 3 1 1 1
>= 6 blan pasca persalinan 2 2 1 1 1
Pasca kehamilan ektopik 1 1 2 1 1 1 1
Riwayat Penyakit Jatung 4 4 2 3 2 1 2
Iskemik
Riwayat DM gestasional 1 1 1 1 1 1 1
Sirosis
Ringan 3 2 2 2 2 1 2
Berat 4 3 3 3 3 1 3
Ca Cerviks 2 2 1 2 2 4 4
Ca mamae 4 4 4 4 4 1 4
IMS 1 1 1 1 1 4 4
AIDS 1 1 1 1 1 3 3
menyusui --> mengeluarkan prolaktin secara terus-menerus --> untuk proliferasi

kelenjar mamae --> menekan LH dan FSH pada hipofisis anterior --> gunanya untuk

menstimulasi folikel de Graff & dapat terjadi ovulasi --> karena terjadi penekanan

LH dan FSH --> terjadi penekanan / menunda adanya ovulasi --> bila dilakukan

menyusui secara konsisten --> dapat terjadi anovulasi selama 6 bulan


Tapi bila dalam waktu 3 bulan datang haid, maka dianjurkan memakai kontrasepsi

yang tidak mempengaruhi ASI.

Tapi bila ingin memakai kontrasepsi setelah melahirkan :

IUD --> dipasang setelah plasenta keluar tapi gagal sekitar 20% karena eksplosi

(uterus belum menutup) & masih berkontraksi hebat.

Bila menginginkan pemasangan, sebaiknya setelah masa nifas 40-42 hari.

Anda mungkin juga menyukai