Anda di halaman 1dari 19

COVER

MATERI 6
PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN
TIK

NAMA KELOMPOK :

GEDE BHUANA TEJASAPUTRA 1515051019

I KOMANG MIGRAN WIDIANTARA 1515051061

I KADEK DWI ARTAYASA 1515051064

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2016
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

1 Pengertian Media................................................................................................................3

2 Media Pembelajaran...........................................................................................................4

3 Jenis media pembelajaran...................................................................................................7

4 Problematika dan Solusi dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran.................................12

KESIMPULAN........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19

2
1 Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium.
Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut,
dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses
pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan
pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Media juga
berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti antara. Makna tersebut dapat diartikan sebagai
alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada
penerima. Sejumlah pakar membuat batasan tentang media, diantaranya yang dikemukakan
oleh Association of Education and Communication Technology (AECT) Amerika. Menurut
AECT, media adalah bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau
informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan
sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa
informasi dari pengajar ke peserta didik. Hal yang sama dikemukakan sebelumnya oleh
Briggs (1970) yang menyatakan bahwa media adalah segala bentuk fisik yang dapat
menyampaikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar.

Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai dari
media yang sederhana sampai pada media yang cukup rumit dan canggih. Untuk
mempermudah mempelajari jenis-jenis media, karakter, dan kemampuannya, dilakukan
pengklasifikasian atau penggolongan. Salah satu klasifikasi yang dapat menjadi acuan dalam
pemanfaatan media adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh Edgar Dale yang dikenal
dengan kerucut pengalaman (Cone Experience). Kerucut pengalaman Dale
mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh oleh peserta didik,
mulai dari pengalaman belajar langsung, pengalaman belajar yang dapt dicapai melalui
gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat abstrak. Untuk dapat memberikan gambaran
yang lebih jelas mengenai kerucut pengalaman, perhatikan gambar berikut.

3
Gambar 1. Kerucut pengalaman Dale
(Heinich,1996)
Kerucut pengalaman Dale, menunjukkan bahwa informasi yang diperoleh melalui
pengalaman langsung yang berada pada dasar kerucut mampu menyajikan pengalaman
belajar secara lebih konkret. Semakin menuju ke puncak, penggunaan media semakin
memberikan pengalaman belajar yang bersifat abstrak.

2 Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah


satu faktor yang menentukan keberhasilan
proses pembelajaran. Dalam proses belajar
mengajar, dua unsur yang amat penting
adalah metode mengajar dan media
pembelajaran. Media sangat bermanfaat
sebagai penyampai informasi yang dapat
menunjang proses pengajaran semakin enak

Gambar 2. dan tidak bosan. Media juga telah dikenal


https://multimuslim.wordpress.com/2013/07/18/bersihkan-
negaraku-dari-kkn/
sebagai alat bantu mengajar yang seharusnya
dimanfaatkan oleh pengajar, namun kerap
kali terabaikan. Tidak dimanfaatkannya media dalam proses pembelajaran, pada umumnya
disebabkan oleh berbagai alasan, seperti waktu persiapan mengajar yang terbatas, sulit
mencari media yang tepat, biaya yang tersedia, ataupun alas an lain. Hal tersebut sebenarnya

4
tidak perlu muncul apabila pengetahuan akan ragam media, karakteristik, serta kemampuan
masing-masing oleh para pengajar.

Media sebagai alat mengajar berkembang demikian pesatnya sesuai dengan kemajuan
teknologi. Ragam dan jenis media pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai
dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang akan disampaikan. Setiap jenis media
memiliki karakteristik dan kemampuan dalam menayangkan pesan dan informasi (Kemp.
1985). Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu mendapat perhatiian dari
para pengajar sehingga mereka dapat memilih media yang sesuai dengan kondisi yang
dihadapi. Dalam proses pembelajaran media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu
dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam
menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran.
Hal ini berlaku bagi segala jenis media, baik yyang canggih dan mahal ataupun media yang
sederhana dan murah. Kemp, dkk. (1985) menjabarkan sejumlah kontribusi media dalam
kegiatan pembelajaran antara lain :

Gambar 3.
https://ardansirodjuddin.wordpress.com/tag/media-pembelajaran/

1. Penyajian materi ajar menjadi lebih standar;

2. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik;

3. Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif;

4. Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi;

5. Kualitas belajar yang dapat ditingkatkan;

5
6. Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan;

7. Meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi lebih kuat/baik;

8. Memberikan nilai positif bagi pengajar.

Penjabaran tentang peranan media dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Kemp
memberikan wawasan yang luas mengenai pemanfaatan media dalam pembelajaran. Selain
itu, Heinich melihat kontribusi media dalam proses pembelajaran secara lebih global ditinjau
dari kondisi berlangsungnya proses pembelajaran, seperti berikut :

1. Proses pembelajaran yang bergantung pada kehadiran pengajar.

Pada kondisi ini, penggunaan media dalam proses pembelajaran umumnya besifat
sebagai pendukung bagi pengajar. Perancangan media yang tepat akan sangat
membantu menguatkan materi pembelajaran yang disampaikan oleh pengajar secara
langsung.

2. Proses pembelajaran tanpa kehadiran pengajar

Ketidakhadiran pengajar dalam proses pembelaran dapat disebabkan oleh tidak


tersedianya pengajar atau pengajar sedang bekerja dengan peserta didik lain. Media
dapat digunakan secara efektif pada pendidikan formal dimana pengajar yang karena
suatu hal tidak dapat hadir di kelas atau sedang bekerja dengan peserta didik lain.

3. Pendidikan jarak jauh

Pendidikan jarak jauh telah berkembang dengan cepat di seluruh dunia. Hal utama
yang membedakan antara pendidikan jarak jauh dengan pendidikan tatap muka adalah
adanya keterpisahan antara pengajar dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Adanya keterpisahan ini membutuhkan suatu media yang berperan sebagai jembatan
antar pengajar dengan peserta didik. Peranan media dalam pendidikan jarak jauh

6
mampu mengatasi masalah jarak, ruang, dan waktu. Media yang paling umum
digunakan dalam pendidikan jarak jauh adalah media cetak dengan menggunakan
sistem korespondensi.

4. Pendidikan khusus

Media memiliki peran yang penting dalam pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki keterbatasan kemampuan, misalnya yang memiliki keterbelakangan mental,
tuna netra, atau tuna rungu. Penggunaan media tertentu akan sangat membantu proses
pembelajaran bagi mereka. Media yang digunakan adalah jenis-jenis media yang
sesuai dan tepat bagi masing-masing keterbatasan.

3 Jenis media pembelajaran

3.1. Media yang tidak Diproyeksikan

Jenis media yang tergolong media yang tidak diproyeksikan, yaitu :

1. Realia

Benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar. Pemanfaatan media realia tidak
harus selalu dihadirkan dalam ruang kelas, tetapi dapat digunakan sebagai suatu kegiatan
observasi pada lingkungannya. Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk
sebagaiman adanya, tidak perlu dimodofikasi, tidak ada pengubahan, kecuali dipindahkan
dari kondisi lingkungan hidup aslinya. Cirri media realia adalah benda asli yang masih berada
dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yyang sebenarnya, dan dapat
dikenali sebagaimana wujud aslinya. Selain dalam bentuk aslinya, penggunaan realia dapat
dimodifikasi. Pemanfaatan media realia dalam proses pembelajaran merupakan cara yang
cukup efektif, karena dapat memberikan informasi yang lebih akurat. Menurut brown (1985),
model didefinisikan sebagai benda nyata yang dimodifikasikan ; heinich et al., (1996)
menyebutkan hal yang senada, yaitu gambaran yang berbentuk tiga dimensi dari sebuah
benda nyata. Penggunaan model didefinisikan sebagai media dalam pembelajaran
dimaksudkan untuk mengatasi kendala pengadaan relia, seperti harga yang tinggi atau benda
yang sulit digunakan sebagai realia.

7
2. Media Grafis

Media grafis yang juga dapat digolongkan sebagai media visual nonproyeksi, mudah
digunakan karena tidak membutuhkan peralatan serta relatif murah. Umumnya media yang
termasuk dalam golongan ini hanya membutuhkan biaya yang relative rendah atau bahkan
tidak memerlukan biaya sama sekali. Brown et al melihat setidaknya ada lima jenis media
grafis dalam kegiatan pembelajaran yaitu graft, chart, diagram, kartu, poster. Dan menurut
Heinich menyebutkan beberapa media grafis yaitu gambar diam, sketsa, diagram, chart, graft,
poster dan kartu.

3. Papan Display

Berbagai media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, poster, chart, realia, atau
lainya yang akan digunakan dalam proses pembelajaran kadangkala membutuhkan tempat
untuk men-display atau memanjang. Banyak pilihan yang dapat digunakan untuk men-
display atau memanjang media yang tidak diproyeksikan, yaitu papan tulis (blackbroads),
whitebroads, copybroads, dan bulletin broads. Keempat jenis media display ini dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhan.

3.2. Media yang Diproyeksikan (Projeced Media)

Media yang tergolong sebagai media yang diproyeksikan antara lain overhead
transparency (OHT), slide, filmstrips, dan opaque. Media tersebut diproyeksikan ke layer
dengan menggunakan alat khusus yang dinamakan proyektor (overhead projector, slide
projector, dan opaque projector). Namun, dengan perkembangan teknologi telah
memungkinkan computer dan video dapat diproyeksikan dengan menggunakan peralatan
khusus, yaitu LCD.

1. OHT

OHT merupakan media yang paling sering digunakan. Tidak hanya karena popular,
tetapi juga relative lebih mudah mempersiapkan materi ataupun pengoperasianya. Selain
dibutuhkan bahan transparansi, dibutuhkan juga alat tulis khusus/pena.

8
Pemanfaatan OHT dalam pembelajaran :

Untuk dapat memanfaatkan media OHT dalam proses pembelajaran dengan hasil
optimal, perlu diperhatikan beberapa hal (Teague, dkk., 1994).

1. Mengajar sebaiknya mematikan overhead projector apabila tidak sedang digunakan


untuk presentasi. Dalam penggunaan OHT kerap kali seorang pengajar mengabaikan
keberadaan tombol power untuk menghidupkan dan mematikan overhead projector.
Seorang pengajar kerap kali membiarkan overhead tetap menyala sepanjang
presentasi yang dilakukan, bahkan tanpa bahan yang diproyeksikan. Hal ini selain
mengganggu peserta didik dengan cahaya yang menyilaukan, juga mempercepat masa
hidup (life time) dari lampu proyektor.

2. Pada saat penggantian transparansi yang akan dipresentasikan sebaiknya overhead


projector dalam posisi mati (power off). Menyalakan kembali proyektor pada saat
transparansi yang akan dipresentasikan siap atas proyektor memberikan semacam
kejutan yang akan menarik perhatian dan membuat peserta didik kembali
memfokuskan perhatiannya kepada menteri baru yang sedang dipresentasikan.

3. Untuk mendapatkan perhatian yang berkesinambungan dari peserta didik, sebaiknya


pengajar menggunakan berbagai jenis penyajian transparansi, seperti transparansi
tunggal, overlay, dan mask, disesuaikan dengan materi yang dipresentasikan.

2. Slide

Slide tergolong dalam media visual yang penggunaannya diproyeksikan ke layer.


Media slide dapat menampilkan gambar yang sangat realistis. Hal ini disebabkan bahan dasar
media slide merupakan film fotografis berbentuk transparan yang sangat tepat untuk
digunakan sebagai suplemen belajar pada bidang studi eksakta, seperti jurusan MIPA
(biologi, kimia, dan fisika), arsitektur, kedokteran, dan juga pada bidang studi
social.Penggunaan slide dalam proses pembelajaran dapat digunakan dengan ataupun tanpa
suara.

9
3. Media Audio

Media audio merpakan media yang sangat fleksibel, relative murah, praktis dan
ringkas, serta mudah dibawa (portable). Media ini dapat digunakan, baik untuk keperluan
belajar kelompok (group learning) maupun belajar individual. Dengan karakteristik yang
dimilikinya, media audio sangat efektif digunakan dalam beberapa bidang studi, seperti
bahasa, drama, dan seni musik.

4. Media Video

Pemanfaatan media video dalam proses pembelajaran diruang kelas sudah merupakan
hal yang biasa. Sebagai media audiovisual dengan memiliki unsure gerakan dan suara, video
dapat digunakan sebagai alat Bantu mengajar pada berbagai bidang studi. Pada bidang studi
yang banyak mempelajari keterampilan motorik dapaat mengandalkan kemampuan video.
Melatih kemampuan kegiatan dengan prosedur tertentu akan membantu dengan pemanfaatan
media video. Kemampuan video untuk mengabadikan kejadian-kejadian factual dalam bentuk
program documenter bermanfaat untuk membantu pengajar dalam mengetengahkan fakta,
kemudian membahas fakta tersebut secara lebih jelas dan mendiskusikannya diruang kelas.

5. Media Berbasis Komputer

Komputer saat ini tidak lagi merupakan konsumsi mereka yang bergerak dalam bidang
bisnis atau dunia kerja, tetapi juga dimanfaatkan secara luas oleh dunia pendidikan. Menurut
Hannafin dan Peck (1998), potensi media computer yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran antara lain sebagai berikut.

1. Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dan materi


pelajaran.

2. Proses belajar dapat berlangsung secara individual sesuai dengan kemampuan belajar
peserta didik.

3. Mampu menampilkan unsure audio visual untuk meningkatkan minat belajar


(multimedia).

10
4. Dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik dengan segera.Mampu
menciptakan proses belajar secara kesinambungan.

Heinich, et al., (1996) mengemukakan enam bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan
dalam merancang sebuah media pembelajaran, berupa:

- Praktik dan latihan (drill and practice),

- Tutorial,

- Permainan (games),

- Simulasi (simulation),

- Penemuan (discovery), dan

- Pemecahan masalah (problem solving).

6. Multimedia Kit

Multimedia kit dapat diartikan sebagai paket bahan ajar yang terdiri dari berbagai jenis
media yang digunakan untuk menjelaskan suatu topic/materi tertentu, yang dilengkapi
dengan study guide, lembar kerja, dan modul. Multimedia kit biasanya digunakan dalam mata
pelajaran fisika, kimia, dan biologi yang siap digunakan oleh pengajar untuk menyajikan
pelajarannya. Multimedia kit dapat juga digunakan langsung oleh peserta didik, baik secara
kelompok atau individual dalam melakukan eksperimen mengenai prinsip dan mekanisme
kerja suatu benda.

11
4 Problematika dan Solusi dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran

Problematika yang berkaitan dengan media pembelajaran itu menyangkut 5 W 1 H, yaitu:

1. Who (siapa), menyangkut pendidik dan anak didik dalam meanfaatkan media
pembelajaran.

2. Why (mengapa), menyangkut pelaksanaan pemanfaatan media pembelajaran.

3. Where (di mana), menyangkut tempat pemanfaatan media pembelajaran, di sekolah


atau lingkuangan luar sekolah.

4. When (bilamana/kapan), menyangkut pengaturan waktu dalam pelaksanaan


pemanfaatan media pembelajaran, juga menyangkut usia peserta didik dalam
menentukan pemeilihan media.

5. What (apa), menyangkut dasar, tujuan dan bahan/materi media pembelajaran itu
sendiri.

6. How (bagaimana), menyangkut cara/metode yang digunakan dalam proses


pemanfaatan media pembelajaran, berhubung peserta didik mempunyai sifat dan
bakat yang berbeda-beda dalam proses pembelajaran.

Problematika pemanfaatan media pembelajaran dalam pendidikan di negara maju maupun di


negara yang sedang berkembang jumlahnya mencapai ratusan. Sebagaimana yang dicatat
oleh Wilbur Schramm yang dikutip oleh Arief S. Sadiman dkk. Menyatakan dari sekian
banyak kasus penerapan media teknologi pendidikan 75% terjadi di negara dunia ketiga atau
negara yang sedang berkembang. Untuk lebih fokusnya pembahasan penulis akan
memaparkan beberapa problem pemanfaatan media pembelajaran, diantaranya adalah:

1. Kurangnya Minat Guru untuk Memanfaatkan Media Pembelajaran

Dalam memanfaatkan media pembelajaran banyak sekali permasalahan yang dihadapi


dan itu seperti dibahas oleh penulis pada pembahasan terdahulu bahwa segala sesutu hal yang
bersifat baru pasti terdapat resiko yang harus dihadapi, salah satunya adalah ada pada
pendidik itu sendiri. Banyaknya media (terutama media modern) tidak memanjamin guru
termotivasi untuk menggunakanya, bahkan semakin berat beban mental guru karena belum

12
bisa menggunakannya, di sisi lain guru tidak mencari jalan keluar. Seperti kurang kreatifnya
guru dalam membuat alat peraga atau media pembelajaran yang ia kembangkan sendiri (jika
ia tidak mau menggunakan media modern yang telah ada). Dan banyak dijumpai masih
banyak guru yang menggunakan metode ceramah saja dalam pembelajarannya, tak ada media
lain yang digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Disinalah cermin bahwa guru
mendefinisikan sebagai manusia superpower karena dirinya adalah sumber belajar sekaligus
media pembelajaran satu-satunya yang tidak ada gantinya. Banyak diantara pendidik yang tak
pernah berpikir untuk membuat sendiri media pembelajarannya. Jika 80% guru kreatif di
suatu lembaga pendidikan di Indonesia pasti akan banyak ditemukan berbagai alat peraga dan
media yang tersedia untuk menyampaikan materi pembelajarannya di sekolah. Guru yang
kreatif tak akan pernah menyerah dengan keadaan. Kondisi minimnya dana justru membuat
guru itu kreatif memanfaatkan sumber belajar lainnya yang tidak hanya berada di dalam
kelas, seperti : Masjid, pasar, museum, lapangan olahraga, sungai, kebun, dan lingkungan
sekitar lainnya.

Namun pada kenyataannya sekarang ini belum semua guru yang ada di sekolah
memanfaatkan sumber belajar ini secara optimal. Masih banyak guru yang mengandalkan
cara mengajar dengan paradigma lama, dimana guru merasa satu-satunya sumber belajar bagi
siswa. Inilah yang terjadi pada kebanyakan guru-guru di Indonesia. Pemanfaatan sumber
belajar lainnya dirasakan kurang. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal
dimanfaatkan ( learning resources by utilization), juga belum sepenuhnya dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. Padahal banyak sumber belajar yang dapat dimanfatkan oleh
guru guna membantu proses pembelajarannya. Contohnya, dalam film Laskar Pelangi. Ibu
muslimah tidak hanya sebagai pusat sumber belajar berupa orang, tetapi juga dapat
mengarahkan siswanya untuk melihat sumber belajar yang lain, seperti Langit yang kebetulan
ada pelanginya, Laut yang luas, dan suasana kedaerahan Belitong dijadikan juga sumber
belajar. Dan inilah bukti guru yang menjadi motivator dan inspirator bagi lingkungannya.

Di samping memanfaatkan sumber belajar yang ada, guru dituntut untuk mencari dan
merencanakan sumber belajar lainnya baik hasil rancangan sendiri ataupun sumber yang
sudah tergelar di sekililing sekolah dan masyarakat. Masih banyaknya guru yang kurang
berminat menggunakan media pembelajaran berimplikasi pada pola pembelajaran yang
monoton dan menjenuhkan.

13
2. Ketidaktertarikan Peserta Didik pada Media Pembelajaran yang digunakan

Banyak kita jumpai di berbagai lembaga pendidikan terdapat sejumlah media


pembelajaran yang kurang optimal keadaannya, seperti; jumlah dan komponennya kurang,
kualitasnya buruk, dan media yang tidak accessible (mudah didapat/diakses). Ketidak
tertarikan peserta didik terhadap media adalah dengan menunjukkan sikap ‘ogah-ogahan’ dan
tidak semangat untuk melakukan proses pembelajaran jika menggunakan media pembelajaran
tertentu. Sehingga apabila media tersebut dipaksakan untuk digunakan mengakibatkan posisi
siswa akan terbebani, dari merasa terbebani tersebut siswa tidak akan tertarik karena sebelum
memanfaatkan media tersebut, siswa sudah harus dihadapkan masalah-masalah untuk
menggunakan dan memahami media yang digunakan. Mulai dari itu mereka tidak akan
tertarik pada media yang sama di kemudian hari. Sehingga tidak pelak, itu akan
menghasilkan kebosanan, kemalasan dan membebankan resiko pembelajaran kepada siswa.
Dan pada akhirnya tujuan pembelajaran yang seharusnya dilakukan secara efisien dan efektif
tidak berjalan dengan baik.

Selain itu, ketidak tertarikan siswa terhadap pemanfaatan media tidak hanya berasal
dari keadaan media itu sendiri, akan tetapi berasal dari bagimana pendidik dalam mengolah
materi pembelajaran untuk disampaikan melalui media terebut. Seperti telah dipaparkan
dalam pembahasan sebelumnya bahwa satu media tertentu belum tentu cocok digunakan
untuk semua materi pembelajaran. Kecocokan antara materi pembelajaran dengan media
belum tentu akan menghasilkan proses pembelajaran yang baik apabila pendidik tidak
menyampaikan materi melalui media pembelajaran dengan baik pula. Oleh karena itu,
kadang kala siswa akan merasa kurang tertarik untuk memanfaatkan media pembelajaran
karena membutuhkan proses lama untuk mencerna materi pembelajaran.

3. Kurang Intensifnya Kepala Sekolah dalam Memotivasi Pendidik untuk Menggunakan


Media Pembelajaran.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yang mana salah satu
permasalahan yang dihadapi kepala sekolah dalam pemanfaatan media pembelajaran adalah
lemahnya minat guru untuk memanfaatkan media pembelajaran dan tidak tertariknya peserta
didik pada sebuah media pembelajaran. Kepala sekolah yang mempunyai tipe laissez faire

14
dalam kepemimpinannya sangat kurang sekali kesadaran untuk mengarahkan, memotivasi
dan menolong guru dalam memecahkan permasalahan ini.

Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya kepengawasan yang bertipe laissez faire
biasanya membiarkan guru-guru/bawahannya bekerja sekehendaknya sendiri, tanpa memberi
petunjuk, bantuan, koreksi, pengawasan, arahan dan bimbingan. Sehingga dapat
menimbulkan ketidak harmonisan antar lingkungan lembaga pendidikan karena terjadi salah
presepsi dalam menginterpretasikan tugas dan wewenangnya masing-masing. Walaupun
seberapa lengkap dan modernnya media pembelajaran pada lembaga pendidikan tersebut
akan kurang bermanfaat jika dinaungi dengan manajeman yang lemah. Hal inilah yang akan
menjadi permasalahan, di mana media hanya sebagai ‘pajangan’ atau barang istemewa yang
harus disimpan dan hanya digunakan apabila barang tersebut memang sangat dibutuhkan
pada peristiwa tertentu.

Solusi-solusi untuk Memecahkan Problematika Pemanfaatan Media Pembelajaran


Dalam Proses Pembelajaran.

1. Melakukan pelatihan kepada Pendidik dan Meningkatan Manajemen dalam Pemanfaatan


Media Pembelajaran.

a. Pelatihan Pendidik

Meningkatkan kualitas dan kecakapan guru dalam memenfaatkan media pembelajaran,


selain juga membentuk sistem mental bagi semua guru untuk memanfaatkan media
pembelajaran secara profesioanal dan sadar. Yang terpenting menurut penulis adalah
membentuk mindset berfikir untuk secara sadar menggunakan media pembelajaran dalam
mengajar, setelah itu baru mengadakan pelatihan pemanfaatan media pembelajaran. Fungsi
pelatihan adalah membantu pendidik dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dalam memproduksi dan mengembangkan media pembelajaranm. Karena kesadaran untuk
memanfaatkan media jauh lebih penting dari pada pelatihan memanfaatkan media tertentu,
apa faedanya jika guru mahir memanfaatkan media tetapi tetap malas menggunakannya atau
memanfaatkan media hanya untuk menggantikan posisi kehadirannya. Pelatihan bisa
dilakukan dengan membentuk sebuah forum nonformal yang mengundang ahli media
pembelajaran.

15
b. Manajeman Pengelolaan Media Pembelajaran

Manajemen berasal dari bahasa Inggris, yaitu Management yang artinya kepemimpinan,
proses pengaturan, pemimpin dan menjamin kelancaran jalannya pekerjaan dalam mencapai
tujuan dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Organisasi apapun, senantiasa
membutuhkan manajemen yang baik. Di lembaga sekolah, manajemen yang dilaksanakan
harus bersifat sosial dan memperhatikan faktor psikologis, karena yang dihadapi adalah
sejumlah individu yang terdiri dari latar belakang berbeda, baik ditinjau dari latar belakang
sosial, latar belakang ekonomi, dan latar belakang agama.

Bentuk manajeman pengelolaan media pembelajaran (terutama media modern atau media
yang jumlahnya terbatas di sekolah) dapat dilakukan dengan membuat daftar jumlah media
pembelajaran yang tersedia di sekolah, membuat jadwal pengguna media pembelajaran,
membentuk tim pengelola pemeliharaan media, dan membuat catatan-catatan lain yang
relevan untuk manajeman pengelolaan media pembelajaran.

2. Mengkomunikasikan Rencana Pemanfaatan Media Pembelajaran kepada Peserta Didik.

Ujung tombak dari kesuksesan pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Maka
mengkomunikasikan rencana pemanfaatan media tertentu kepada peserta didik sangat
penting. Karena pada hakikatnya tujuan pemanfaatan media adalah untuk memudahkan siswa
dalam memahami materi pembelajaran sebagai subjek pembelajaran. Bukan semata hanya
untuk memudahkan guru dalam mengajar. Serta terdapat kecenderungan pada siswa untuk
menyukai atau tidak menyukai pada media pembelajaran tertentu sangat mungkin terjadi.

Setidak-tidaknya ada dua alasan mengapa dinilai penting mengkomunikasikan rencana


pemanfaatan media pembelajaran kepada peserta didik adalah agar peserta didik dapat
mempersiapkan dirinya untuk memanfaatkan media pembelajaran (a) dengan mempelajari
materi pelajaran yang akan disajikan melalui media pembelajaran dan mempersiapkan
fasilitas yang diperlukan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media tersebut. Dari
sisi guru sendiri, ada tuntutan agar guru lebih mempersiapkan dirinya mengenai materi
pelajaran yang akan dibahas serta mempersiapkan fasilitas yang dibutuhkan (dalam kondisi
baik) agar tidak menjadi hambatan sewaktu pemanfaatan media pembelajaran dilaksanakan,
dan mempersiapkan setting tempat/lokasi yang akan menjadi tempat pemanfaatan media
pembelajaran.

16
3. Mengkomunikasikan Rencana Pemanfaatan Media Pembelajaran (Khususnya Media
Modern) kepada Pengelola Fasilitas Media Pembelajaran Modern Sekolah.

Tidak adanya komunikasi tentang rencana pemanfaatan media kepada pengelola fasilitas
media dapat mengakibatkan terganggunya pelaksanaan pemanfaatan media pembelajaran
atau lebih fatal lagi adalah tertundanya rencana pelaksanaan pemanfaatan media
pembelajaran modern untuk kepentingan pembelajaran. Komunikasi dengan pengelola
fasilitas media pembelajaran modern ini akan menuntut aktivitas pengelola untuk memeriksa
berbagai fasilitas media pembelajaran modern yang dibutuhkan guru sehingga pada saat
pelaksanaan pemanfaatan, semua fasilitas media pembelajaran modern yang dibutuhkan guru
dalam keadaan siap dan baik. Apalagi untuk guru yang telah pegawai negeri diwajibkan
mengajar selama 18 jam per minggu dan guru yang telah mendapat sertifikasi diwajibkan
menajara selama 24 jam per minggunya. Hal inilah yang menyebabkan minimnya waktu guru
untuk mempersiapkan dan memastikan media pembelajaran keadaan baik khsusunya media
modern, maka perlulah para pengelola khusus untuk menangani permasalah dan kerusakan
yang terjadi pada media dan hal ini tidak menutup kemungkinan untuk media-media yang
tidak modern.

17
KESIMPULAN

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium.
Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Media pembelajaran di era
teknologi komunikasi dan informasi sangat beragam, maka di wajibkan seorang guru harus
mampu menggunakn media-media yang ada dengan maksimal, agar tujuan pembelajaran
dapat tercapi dengan baik. Peran seorang guru dalam mengembangkan media itu sangat perlu
dalam mempengaruhi proses belajar. Karena pada dasarnya kepribadian guru memiliki
hubungan dengan murid. Seorang guru yang kurang mampu menjelaskan dengan baik dan
kurang menguasai bahan atau materi yang diajarkan dapat menimbulkan kurangnya dorongan
atau pemahaman untuk menguasai materi. Maka dari itu peran media sangat diperlukan
dalam membantu guru untuk menyelesaikan persoalan dalam proses pembelajaran.

Pemanfaatan media video dalam proses pembelajaran diruang kelas sudah merupakan
hal yang biasa. Sebagai media audiovisual dengan memiliki unsure gerakan dan suara, video
dapat digunakan sebagai alat Bantu mengajar pada berbagai bidang studi. Pada bidang studi
yang banyak mempelajari keterampilan motorik dapaat mengandalkan kemampuan video.
Melatih kemampuan kegiatan dengan prosedur tertentu akan membantu dengan pemanfaatan
media video. Kemampuan video untuk mengabadikan kejadian-kejadian factual dalam bentuk
program documenter bermanfaat untuk membantu pengajar dalam mengetengahkan fakta,
kemudian membahas fakta tersebut secara lebih jelas dan mendiskusikannya diruang kelas.
Komputer saat ini tidak lagi merupakan konsumsi mereka yang bergerak dalam bidang bisnis
atau dunia kerja, tetapi juga dimanfaatkan secara luas oleh dunia pendidikan. Menurut
Hannafin dan Peck (1998), potensi media computer yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran antara lain sebagai berikut.

Dalam hal ini seorang guru sangat berperan penting dalam mengembangkan media
pembelajaran, karena guru merupaakan seorang pendidik dan sebagai fasilitator bagi para
siswanya. Peranan seorang guru dalam mengembangkan media sangat beragam sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fitrianur. 2010. Peran Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran. Tersedia di :


http://www.myjazz.co.cc/2010/02/peran-guru-dalam-pengembangan-media.html.

Hadi, Fitriana. 2014. Kompetensi guru dalam pengelolaan. Tersedia di :


http://fitrianahadi.blogspot.co.id/2014/12/kompetensi-guru-dalam-pengelolaan.html

Hidayat, Lubad Ahmad. 2012. Keterampilan dasar mengajar, Tersedia di :


http://www.gurukita.com/2012/09/keterampilan-dasar-mengajar.html

Nissa, Fahrun. 2015. Perangkat Keprofesian Guru. Tersedia di :


http://fahrunnisa-pgsd.blogspot.co.id/2015/10/perangkat-keprofesian-guru.html.

Sudrajat, Akhmad. 2014. Jenis kegiatan pengembangan profesi guru. Tersedia di :


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2014/10/15/3-jenis-kegiatan-pengembangan-
profesi-guru/

Sumarso, Agus. 2010. Media Pembelajaran Proyeksi Diam. Tersedia di :


http://www.canboyz.co.cc/2010/05/media-pembelajaran-proyeksi-diam.html.

Sumarno, Alim. 2011. Klasifikasi Media Pembellajaran. Tersedia di :


http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/klasifikasi-media-pembelajaran.

Sugiono. 2013. Kompetensi guru. Tersedia di :


http://sugiono-motivasi.blogspot.co.id/2013/11/makalah-pengembangan-profesi-
keguruan.html

Uno, Hamzah B. 2009. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

19

Anda mungkin juga menyukai