Anda di halaman 1dari 13

MATERI 5

MODEL PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU

NAMA KELOMPOK :

GEDE BHUANA TEJASAPUTRA 1515051019

I KOMANG MIGRAN WIDIANTARA 1515051061

I KADEK DWI ARTAYASA 1515051064

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2016
DAFTAR ISI

MATERI 5 MODEL PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU..............................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

1 Profesionalisme Guru.........................................................................................................3

2 Model Pengembangan Profesionalitas Guru.......................................................................8

3 Jenis Kegiatan Pengembangan Profesi Guru....................................................................10

KESIMPULAN........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

2
1 Profesionalisme Guru

Profesional pada umumnya adalah orang yang mendapat upah atau gaji dari apa yang
dikerjakan, baik dikerjakan secara sempurna maupun tidak. (Martinis Yamin, 2007). Dalam
konteks ini bahwa yang dimaksud dengan profesional adalah guru. Pekerjaan profesional
ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari
lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan
yang dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Wina Sanjaya, 2008).
Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak
mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru ”a teacher is person sharged with the
responbility of helping orthers to learn and to behave in new different ways” (Cooper, 1990).

Figure 1

http://indonesiaberkibar.org/id/program-peningkatan-profesionalisme-guru

Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya


sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan
melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru harus disupervisi secara
periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka kepala
sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru senior untuk melakukan supervisi.
Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh

3
meningkatnya kinerja guru yang ditandai dengan kesadaran dan keterampilan melaksanakan
tugas secara bertanggung jawab.

Guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi guru yang telah ditetapkan
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
yaitu :

1. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara


luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda
keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar
yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
(d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e)
kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan
budaya nasional.

2. Kompetensi kepribadian, yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang : (a) mantap;


(b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g)
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri;
dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.

3. Kompetensi profesional, yaitu merupakan kemampuan penguasaan materi


pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan
metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b)
materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari;
dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan
nilai dan budaya nasional.

4. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari


masyarakat untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d)
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

4
Ke depan tuntutan meningkatkan kualitas guru yang profesional lagi hangat
dibicarakan dan diupayakan oleh pemerintah sekarang. Guru profesional bukan lagi
merupakan sosok yang berfungsi sebagai robot, tetapi merupakan dinamisator yang
mengantar potensi-potensi peserta didik ke arah kerativitas. ”Tugas seorang guru profesional
meliputi tiga bidang utama

1. Dalam bidang profesi,

2. Dalam bidang kemanusiaan, dan

3. Dalam bidang kemasyarakatan” (Isjoni, 2006).

“Guru Profesional” menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas,


menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat
lekat dengan peran yang psikologis, humanis bahkan identik dengan citra kemanusiaan.
Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen
terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa. Ada beberapa kriteria untuk menjadi
guru profesional.

1. Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar

Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian
dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai.
Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus
dimiliki adalah:

 Memiliki kemampuan intelektual yang memadai

 Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan

 Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran

 Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan

 Kemampuan mengorganisir dan problem solving

 Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik

5
2. Peronaliti Guru

Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina,
mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak
didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan
ditiru) otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa
guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar,
karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge) tetapi juga menanamkan nilai
– nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.

3. Memposisikan profesi guru sebagai The High Class Profesi

Di negeri ini sudah menjadi realitas umum guru bukan menjadi profesi yang berkelas
baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa, apabila menjadi Teller di sebuah Bank,
lebih terlihat high class dibandingkan guru. jika ingin menposisikan profesi guru setara
dengan profesi lainnya, mulai di blow up bahwa profesi guru strata atau derajat yang tinggi
dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi
proses perubahan dan perbaikan di masyarakat.

Mungkin kita perlu berguru dari sebuah negara yang pernah porak poranda akibat
perang. Namun kini telah menjelma menjadi negara maju yang memiliki tingkat kemajuan
ekonomi dan teknologi yang sangat tinggi. Jepang merupakan contoh bijak untuk kita tiru.
Setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua, dengan dibom atom dua kota besarnya,
Hirohima dan Nagasaki, Jepang menghadapi masa krisis dan kritis kehidupan berbangsa dan
bernegara yang sangat parah. Namun ditengah kehancuran akibat perang, ditengah ribuan
orang tewas dan porandanya infrastruktur negaranya, Jepang berpikir cerdas untuk memulai
dan keluar dari kehancuran perang. Jepang hanya butuh satu keyakinan, untuk bangkit.

Berapa guru yang masih hidup…?

Hasilnya setelah berpuluh tahun berikut, semua orang terkesima dengan kemajuan yang
dicapai Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri, semua perubahan dan kemajuan yang dicapai, ada
dibalik sosok Guru yang begitu dihormati dinegeri tersebut. Kini, lihatlah Indonesia, negara
yang sangat kurang respek dengan posisi guru. Negara yang kurang peduli dengan nasib
guru. Kini lihatlah hasilnya. Apabila mengacu pada Human Index Development (HDI),

6
Indonesia menjadi negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan. Berdasarkan HDI
tahun 2007, Indonesia berada diperingkat 107 dunia dari 177 negara. Bila dibandingkan
dengan negara sekitar, tingkat HDI Indonesia jauh tertinggal.Contoh Malaysia berada
diperingkat 63, Thailand 78, dan Singapura 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua
Nugini dan Timor Leste yang berada diposisi 145 dan 150.

HDI merupakan potret tahunan untuk melihat perkembangan manusia di suatu negara.
HDI adalah kumpulan penilaian dari 3 kategori, yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
Menjadi jelaslah bahwa, sudah saatnya Indonesia menjadikan sektor pendidikan sebagai
prioritas utama dalam program pembangunan. Apabilah hal ini tidak dibenahi, bukan hal
mustahil daya saing dan kualitas manusia Indonesia akan lebih rendah dari negara yang baru
saja merdeka seperti Vietnam atau Timor Leste.

4. Profesi Program Profesionalisme Guru

 Pelatihan yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan (long life eduction)

 Penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi mimimum pendidikan

 Pengembangan diri dan motivasi riset

 Pengayaan kreatifitas untuk menjadi guru karya (Guru yang bisa menjadi guru)

7
2 Model Pengembangan Profesionalitas Guru

Dalam melaksanakan tugasnya


sebagai pendidik, para guru perlu
terus meningkatkan kemampuan
profesionalnya. Salah satu tujuannya
adalah agar pengetahuan dan
keterampilan mereka terkait tugasnya
dapat selalu mengikuti kemajuan
dunia pendidikan. Karenanya, perlu
dilakukan upaya pengembangan
profesionalisme guru secara
Figure 2
http://azmi648.blogspot.co.id/2014/10/guru-yang-kreatif- berkelanjutan. Sedikit saja lengah
profesional-dan-baik.html
dalam belajar maka akan tertinggal
dengan perkembangan termasuk siswa yang diajar. Oleh karenanya, kemampuan mengajar
guru harus selalu ditingkatkan melalui model pengembangan guru.

Tujuan pengembangan guru melalui pembinaan guru adalah untuk memperbaiki


proses belajar mengajar yang di dalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian
tindakan, bimbingan dan arahan. Perbaikan proses belajar mengajar yang pencapainnya
melalui peningkatan profesional guru tersebut diharapkan memberikan kontribusi bagi
peningkatan mutu pendidikan (Ali Imron, 1995: 23). Menurut Sudarwan Danim (2002: 51)
menjelaskan bahwa pengembangan profesionalisme guru dimaksudkan untuk memenuhi tiga
kebutuhan. Pertama, kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan
yang efisien dan manusiawi serta melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhan-
kebutuhan sosial. Kedua, kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staff
pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Ketiga, kebutuhan untuk
mengembangkan dan mendorong kehidupan pribadinya, seperti halnya membantu siswanya
dalam mengembangkan keinginan dan keyakinan untuk memenuhi tuntutan pribadi yang
sesuai dengan potensi dasarnya. Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan
dengan perubahan, baik itu secara perorangan, kelompok atau dalam satu system yang diatur
oleh lembaga. Menurut Castetter menyampaikan lima model pengembangan untuk guru yaitu
:

8
1. Individual guided staff development (pengembangan guru yang dipadu secara
individual). Para guru dapat menilai kebutuhan belajar mereka dan mampu belajar
aktif serta mengarahkan diri sendiri. Peran guru harus dimotivasi saat menyeleksi
tujuan belajar berdasar penilaian personil dari kebutuhan mereka.

2. Observation/assessment (observasi atau penilaian)

Observasi dan penilaian instruksi menyediakan guru dengan data yang dapat
direfleksikan dan dianalisis untuk tujuan peningkatan belajar siswa. Refleksi oleh
guru pada praktiknya dapat ditingkatkan oleh observasi lainya.

3. Involvement in a development/ improvement process (keterlibatan dalam suatu proses


pengembangan/ peningkatan )

Pembelajaran orang dewasa lebih efektif ketika mereka perlu untuk mengetahui atau
perlu memecahkan masalah. Guru perlu memperoleh pengetahuan atau keterampilan
melalui keterlibatan pada proses peningkatan sekolah atau pengembangan kurikulum.

4. Training (pelatihan) Ada teknik-teknik dan perilaku-perilaku yang pantas ditiru oleh
guru dalam kelas. Guru-guru dapat merubah perilaku mereka dan belajar meniru
perilaku dalam kelas mereka.

5. Inquiry (pemeriksaan) Pengembangan professional adalah studi kerja sama oleh guru
sendiri untuk permasalahan dan isyu yang timbul dari usaha untuk membuat praktik
mereka konsisten dengan nilai-nilai pendidikan.

9
3 Jenis Kegiatan Pengembangan Profesi Guru

Membicarakan tentang profesionalisme guru, tentu tidak bisa dilepaskan dari kegiatan
pengembangan profesi guru itu sendiri. Secara garis besarnya, kegiatan pengembangan
profesi guru dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu: (1) pengembangan intensif (intensive
development), (2) pengembangan kooperatif (cooperative development), dan (3)
pengembangan mandiri (self directed development) (Glatthorm, 1991).

1. Pengembangan intensif (intensive development)

Pengembangan intensif (intensive development) adalah bentuk pengembangan yang


dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan secara intensif berdasarkan kebutuhan
guru. Model ini biasanya dilakukan melalui langkah-langkah yang sistematis, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi dan pertemuan balikan atau refleksi.
Teknik pengembangan yang digunakan antara lain melalui pelatihan, penataran, kursus, loka
karya, dan sejenisnya.

2. Pengembangan kooperatif (cooperative development)

Pengembangan kooperatif (cooperative development) adalah suatu bentuk


pengembangan guru yang dilakukan melalui kerja sama dengan teman sejawat dalam suatu
tim yang bekerja sama secara sistematis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru melalui pemberian masukan, saran, nasehat, atau bantuan teman sejawat.
Teknik pengembangan yang digunakan bisa melalui pertemuan KKG atau MGMP/MGBK.
Teknik ini disebut juga dengan istilah peer supervision atau collaborative supervision.

3. Pengembangan mandiri (self directed development)

Pengembangan mandiri (self directed development) adalah bentuk pengembangan yang


dilakukan melalui pengembangan diri sendiri. Bentuk ini memberikan otonomi secara luas
kepada guru. Guru berusaha untuk merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan
menganalisis balikan untuk pengembangan diri sendiri. Teknik yang digunakan bisa melalui
evaluasi diri (self evaluation/self supervision) Idealnya, setiap guru dapat melibatkan diri
dalam ketiga jenis kegiatan pengembangan profesi di atas. Jika seorang guru tidak satupun
berusaha melibatkan diri (dilibatkan) dalam ketiga jenis kegiatan pengembangan profesi

10
tersebut, maka hampir bisa dipastikan dia akan terpuruk secara profesi. Di antara ketiga jenis
kegiatan pengembangan profesi di atas, kegiatan pengembangan mandiri (self directed
development) tampaknya merupakan sebuah alternatif yang paling memungkinkan. Secara
psikologis, guru akan memiliki kemerdekaan diri yang lebih dalam menjalani tugas-tugas
profesionalnya, tanpa banyak bergantung dan tekanan dari pihak luar.

Dalam keseharian pun, kita bisa melihat bahwa guru-guru yang berprestasi atau
berkinerja di atas rata-rata, pada umumnya adalah mereka yang telah sanggup dan terbiasa
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi secara mandiri.

11
KESIMPULAN

Profesional pada umumnya adalah orang yang mendapat upah atau gaji dari apa yang
dikerjakan, baik dikerjakan secara sempurna maupun tidak. (Martinis Yamin, 2007). Dalam
konteks ini bahwa yang dimaksud dengan profesional adalah guru. Pekerjaan profesional
ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari
lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan
yang dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Wina Sanjaya, 2008).
Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak
mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru ”a teacher is person sharged with the
responbility of helping orthers to learn and to behave in new different ways” (Cooper, 1990).
“Guru Profesional” menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi
guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan
peran yang psikologis, humanis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat
sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap
nasib anak manusia dan juga suatu bangsa. Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru
profesional. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, para guru perlu terus
meningkatkan kemampuan profesionalnya. Salah satu tujuannya adalah agar pengetahuan dan
keterampilan mereka terkait tugasnya dapat selalu mengikuti kemajuan dunia pendidikan.
Karenanya, perlu dilakukan upaya pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan.
Sedikit saja lengah dalam belajar maka akan tertinggal dengan perkembangan termasuk siswa
yang diajar. Oleh karenanya, kemampuan mengajar guru harus selalu ditingkatkan melalui
model pengembangan guru.

Tujuan pengembangan guru melalui pembinaan guru adalah untuk memperbaiki


proses belajar mengajar yang di dalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian
tindakan, bimbingan dan arahan. Perbaikan proses belajar mengajar yang pencapainnya
melalui peningkatan profesional guru tersebut diharapkan memberikan kontribusi bagi
peningkatan mutu pendidikan (Ali Imron, 1995: 23). Menurut Sudarwan Danim (2002: 51)
menjelaskan bahwa pengembangan profesionalisme guru dimaksudkan untuk memenuhi tiga
kebutuhan. Membicarakan tentang profesionalisme guru, tentu tidak bisa dilepaskan dari
kegiatan pengembangan profesi guru itu sendiri. Secara garis besarnya, kegiatan
pengembangan profesi guru dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu: (1) pengembangan
intensif (intensive development), (2) pengembangan kooperatif (cooperative development),
dan (3) pengembangan mandiri (self directed development) (Glatthorm, 1991).

12
DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, Akhmad. 2014. Jenis kegiatan pengembangan profesi guru. Tersedia di :

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2014/10/15/3-jenis-kegiatan-pengembangan-
profesi-guru/

Gio. 2013. Kompetensi guru. Tersedia di :

http://gioakram13.blogspot.co.id/2013/06/10-kompetensi-guru.html

Hadi, Fitriana. 2014. Kompetensi guru dalam pengelolaan. Tersedia di :

http://fitrianahadi.blogspot.co.id/2014/12/kompetensi-guru-dalam-pengelolaan.html

Hidayat, Lubad Ahmad. 2012. Keterampilan dasar mengajar, Tersedia di :

http://www.gurukita.com/2012/09/keterampilan-dasar-mengajar.html

Nissa, Fahrun. 2015. Perangkat Keprofesian Guru. Tersedia di :

http://fahrunnisa-pgsd.blogspot.co.id/2015/10/perangkat-keprofesian-guru.html.

Rosita, Nita. 2015. Organisasi Asosiasi Keguruan. Tersedia di :

http://nitarositaa.blogspot.co.id/2015/10/ieee-transactions-on-magnetics-12.html.

Sugiono. 2013. Kompetensi guru. Tersedia di :

http://sugiono-motivasi.blogspot.co.id/2013/11/makalah-pengembangan-profesi-
keguruan.html

13

Anda mungkin juga menyukai