Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PENGANTAR BISNIS

STUDI KASUS
PENYEDIA TRANSPORTASI BERBASIS ONLINE
MATIKAN SARANA TRANSPORTASI KONVENSIONAL

OLEH :
NAMA : GEDE MADE ANANDA CIPTA NUGRAHA
NIM : 1807531090
ABSEN : 04

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah
Pengantar Bisnis, khususnya tentang materi studi kasus mata kuliah pengantar bisnis.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kami berharap
kepada pembaca agar berkenan untuk memberi kritik dan saran yang membangun untuk
kemajuan kami. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung proses penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada para pembaca.

Jimbaran, 26 November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................ iii
Penyedia Transportasi Berbasis Online, Matikan Transportasi Konvensional .................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Permasalahan .............................................................................................. 3
C. Tujuan ......................................................................................................... 3
D. Problem Solving.......................................................................................... 3
Daftar Pustaka .................................................................................................................... 6

iii
Penyedia Transportasi Berbasis Online,
Matikan Sarana Transportasi Konvensional

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi terus berkembang pesat dalam dekade ini. Setiap aspek
kehidupan tidak lepas dari teknologi, seperti pertanian yang telah menggunakan mesin giling
dan bajak sawah dengan traktor, administrasi publik menggunakan sistem komputerisasi,
makanan dan minuman yang telah menggunakan teknologi pengemasan yang praktis, bangunan
yang telah menggunakan material-material ramah lingkungan, pemanfaatan tenaga surya untuk
penerangan jalan, dan lain sebagainya.
Selain itu, perkembangan teknologi telah menciptakan berbagai inovasi seperti
transportasi berbasis online dimana tercipta sebuah perangkat lunak yang mampu memanggil
kendaraan roda dua atau roda empat ke mana pun kita butuhkan dan mampu mengantarkan kita
ke tempat tujuan dengan harga yang sangat terjangkau. Sebut saja seperti GO-JEK, Grab, Uber,
dan sejenisnya.
Perusahaan-perusahaan tadi berkembang dengan mengombinasikan kemudahan internet
dengan pemilik kendaraan yang ingin mencari nafkah. Motor dan mobil yang merupakan
angkutan pribadi menjadi seperti angkutan umum perkotaan, begitu pula dengan taksi serta ojek
yang kadang kita jumpai di sudut-sudut jalan kompleks perumahan.
Cukup dengan mengunduh perangkat lunak di telepon genggam (smartphone) kita, maka
dengan mudah kita memeroleh angkutan kita dengan harga terjangkau.
Inovasi dan kemudahan ini ternyata membawa dampak negatif terhadap penyedia jasa
angkutan konvensional (tidak berbasis online) berupa menurunnya pengguna angkutan
konvensional itu. Menurut Direktur PT Blue Bird Tbk (BIRD) Sigit Priawan, kondisi industri
pertaksian di Indonesia memang semakin berat. Salah satunya dihantam maraknya perusahaan
transportasi online. Pada semester I-2017 pendapatan perseroan turun 15,74% dari Rp 2,47
triliun di periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 2,08 triliun. Pos laba bersih
perseroan pun ikut merosot 15,68% dari Rp 228,97 menjadi Rp 193,07 miliar. Pada 2016
pendapatan Blue Bird juga turun dari Rp 5,47 triliun di 2015 menjadi Rp 4,79 triliun. Laba
bersih pun turun jauh dari Rp 824,02 miliar menjadi Rp 507,28 miliar. Menurut Sigit penurunan
kinerja dari perusahaan taksi konvensional salah satunya disebabkan maraknya taksi online.
Sebab mereka hadir dengan kemudahan baru dengan tarif yang lebih murah lantaran tidak ada
biaya maintenance kendaraan.Oleh karena itu dirinya berharap pemerintah bisa memberikan

1
keseimbangan dalam persaingan taksi konvensional dengan taksi online. Salah satunya yang
tengah diupayakan Kementerian Perhubungan yang ini menentukan batas tarif taksi online
yang sebelumnya dimentahkan oleh MA.

B. Permasalahan
1. Pergeseran selera konsumen karena adanya inovasi yang menyebabkan konsumen lebih
memilih menggunakan transportasi berbasis online dibandingkan dengan transportasi
konvensional.
2. Keberadaan transportasi berbasis online menurunkan pendapatan penyedia jasa
transportasi konvensional.
3. Tidak adanya regulasi yang jelas mengatur transportasi berbasis online.

C. Tujuan
1. Melakukan analisis dan mengajukan usulan perbaikan dari sudut pandang pemerintah,
manajemen Blue Bird, dan GO-Jek

D. Problem Solving
Dewasa kini, seiring dengan berkembangnya teknologi, menyebabkan berbagai
perubahan dalam struktur kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi, melahirkan
berbagai inovasi yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat. Salah satunya
adalah lahirnya inovasi dalam moda transportasi dengan berkembang pesatnya transportasi
berbasis online seperti GO-JEK, Grab, dan Uber. Perusahaan penyedia moda transportasi
berbasis online dapat berkembang pesat dikarenakan mayoritas masyrakat yang lebih
memilih untuk beralih menggunakan moda transportasi berbasis online daripada sarana
transportasi konvensional.
Faktor penyebab beralihnya masyarakat menggunakan angkutan berbasis online ini
sendiri dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Variabel Bauran Pemasaran (Marketing
Mix), diantaranya :
1. Bauran Produk (Product Mix)
Menurut Sumarni (2014), variabel produk adalah himpunan dari keseluruhan jalur
produk dan produk yang ditawarkan penjual tertentu kepada pembeli. Dalam hal ini,
Transportasi berbasis online memiliki kelebihan dalam penawaran produk karena
diuntungkan dengan perkembangan teknologi, dimana hampir seluruh masyarakat
dewasa kini mempunyai gadget.

2
2. Bauran Harga (Price Mix)
Dalam penentuan harga, transportasi berbasis online mematok harga yang lebih murah
daripada transportasi konvesional sehingga lebih diminati oleh masyarakat.
3. Bauran Promosi (Promotion Mix)
Transportasi berbasis online lebih gencar dalam mengadakan promosi-promosi di media
sosial maupun di media elektronik sehingga produknya lebih dikenal oleh masyarakat
dan juga gencar memberikan diskon pada harga produknya sehingga hal ini dapat
menarik minat masyarakat
4. Bauran Distribusi (Place Mix)
Dalam hal distribusi, tentunya transportasi berbasis online dapat mempermudah dan
mempercepat penyediaan sarana transportasi bagi masyarakat dibandingkan dengan
transportasi konvensional dimana dibutuhkan waktu yang lebih lama bagi masyarakat
untuk dapat menggunakan sarana transportasi konvensional serta kendala untuk
mempertemukan transportasi konvensional dengan calon konsumen.
Hal ini juga dapat dijelaskan melalui teori Distruptive Inovation yang dikemukakan
oleh Clayton M. Christensen, dimana dalam pendapatnya dia mengemukakan bahwa
Distruptive Inovation adalah suatu inovasi yang membantu munculnya pasar baru, namun
inovasi ini mengganggu pasar yang sudah ada dan mengganti teknologi yang digunakan
sebelumnya. Dengan kata lain, Distruptive Inovation memberikan kemajuan terhadap suatu
produk dengan cara yang tidak diduga oleh pasar. Hal ini akan berdampak pada profit
perusahaan incumbent yang terlambat dalam merespon inovasi dalam suatu produk.
Inovasi ini telah menunjukkan dampak negatif yang perlu segera ditangani oleh
pemerintah, khususnya kementerian perhubungan dan dinas-dinas terkait lainnya.
Sebelumnya pemerintah pusat, melalui Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan,
mengeluarkan Surat Pemberitahuan Nomor UM.3012/1/21/Phb/2015 yang diteken Menteri
Perhubungan Ignasius Jonan pada tanggal 9 November 2015. Melalui surat tersebut,
Menhub Jonan melarang beroperasinya ojek maupun taksi berbasis aplikasi online.
Argumentasi Jonan bersandar pada tidak tercantumnya ojek sebagai jenis transportasi
umum yang diatur dalam undang-undang. Aturan itu mengacu pada Undang Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. Namun, berbagai reaksi penolakan
berdatangan dari masyarakat. Masyarakat memprotes kebijakan tersebut karena
transportasi berbasis online dinilai lebih nyaman dan mudah digunakan daripada

3
transportasi konvensional. Setelah melakukan pendalaman masalah terhadap konflik ini,
pemerintah pusat melalui kementerian perhubungan akhirnya mengeluarkan Peraturan
Menteri (Permen) Perhubungan , di mana peraturan ini akhirnya mengakui keberadaan
transportasi berbasis online tersebut dengan pengaturan harga batas bawah dan atas
layaknya angkutan konvensional. Melalui kebijakan ini, diharapkan tercipta persaingan
harga yang seimbang antara transportasi berbasis online dan transportasi konvensioanal
sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Namun, penetapan batas atas dan batas bawah ini
diserahkan ke pemerintah daerah melalui gubernur. Hal ini tentu mengundang pertanyaan:
mengapa penetapan biayanya diserahkan ke gubernur? Tentu hal ini akan memicu
transaksi-transaksi yang tidak diinginkan seperti potensi suap, gratifikasi, dan sejenisnya
agar kemudahan biayanya bisa diatur sedemikian rupa dan tetap murah sehingga masih
diminati oleh masyakarat dan kembali memicu polemik berkepanjangan terhadap
persaingan usaha konvesional dan berbasis online ini.
Menurut saya, sebaiknya pemerintah sudah sepatutnya fokus dan berani
mengintervensi para pemilik angkutan konvesional agar meningkatkan fasilitas dan
kenyamanan sehingga masyarakat masih setia menggunakan transportasi konvensional.
Selain itu, pemerintah harus membuat regulasi yang jelas untuk mengatur transportasi
berbasis online, terutama dalam penentuan tarif dan pajak pada moda transportasi, sehingga
nantinya dapat menciptakan iklam persaingan yang sehat antara transportasi berbasis online
dan penyedia transportasi konvensional. Untuk Blue Bird, sudah sepatutnya menciptakan
suatu inovasi yang dapat memudahkan konsumen dalam pemesanan taksi sehingga dapat
memberikan pelayana yang prima kepada masyarakat. Dalam hal ini, karena kompetitor
utama GO-Jek yaitu Grab, telah bekerja sama dengan Uber, Blue Bird dapat melakukan
kerja sama dengan GO-Jek sehingga kedua pihak dapat diuntungkan. Dimana GO-Jek
mendapa armada tambahan dari Blue Bird dan Blue Bird tidak perlu mengeluarkan biaya
lebih untuk melakukan riset dan inovasi dalam produk mereka untuk membuat suatu
aplikasi. Masalah ini tentu akan bisa diatasi dengan fokus pemerintah dalam
penanganannya dan pengawasan terhadap pemilik-pemilik kendaraan umum lainnya agar
mau meningkatkan fasilitasnya serta taat dalam berlalu lintas hingga meningkatkan
kenyamanan pengguna. Masalah harga mungkin belum terlalu berdampak terhadap pilihan
masyarakat asal jumlah yang dibayarkan sebanding dengan pelayanan yang telah diberikan.
Selain itu, pada masing-masing penyedia sarana transportasi, baik online maupun
konvensional, diharapkan menerapkan etika bisnis sehingga tercipta persaingan yang sehat

4
antar perusahaan, mengurangi biaya yang timbul akibat friksi, dan juga dapat melayani
masyarakat dengan lebih maksimal.

5
Daftar Pustaka

Dewi, Santi. 2016. https://www.rappler.com/indonesia/125731-sopir-taksi-tolak-uber-


grabtaxi
Sumarni, Marti dan John Suprihanto. 2014. Pengantar Bisnis. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
https://medium.com/kolektif-agora/pro-kontra-legalisasi-angkutan-berbasis-online-
84858f916332

Anda mungkin juga menyukai