Anda di halaman 1dari 17

NERVUS KRANIALIS

N.I Olfaktorius
Fungsi : sensorik (menghidu, membaui)
Tempat keluar : bulbus olfactorius et lamina cribosa

Gangguan :
» anosmia (hilangny pnciuman)
» hiposmia (berkurangnya penciuman)
» hiperosmia (meningkatnya kemampuan penghidu)
» parosmia (tdak dpat mngenali bau2an, slah hidu)
» kakosmia (mempersepsi adanya bau busuk, pdhal tidak ada)
» halusinasi penciuman (biasanya berbentuk bau yg tidak
sedap, dapat dijumpai pada serangan epilepsi yg berasal dari
girus unsinat pada lobus temporal dan sering disertai gerak mengecap-ngecap)

Pemeriksaan :
- periksa lubang hidung pasien, apakah ada sumbatan (dgn cara taruk spatel di bawah hidung dan
suruh pasien menghembuskan napas dan melihat apakah uap yg dihasilkan sama besar atau tidak)
atau kelainan setempat (tumor, darah, dll)
- meminta pasien menutup mata dan menutup salah satu lubang hidungnya.
- kemudian mencium aroma yang tidak menyengat.
- dilakukan secara bergantian terhadap lubang hidung sebelahnya
contoh : kopi, teh, tembakau, jeruk, dan vanilla.

Gangguan yg melibatkan saraf I :


» tumor mendesak bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius (ex: meningioma)
» trauma kepala dapat mnyebabkan terputusny serabut olfaktorius dan mnyebabkan anosmia
(paling sering)
» infeksi, sindrom parkinson, alzheimer, dan khorea huntington
» inflamasi akut/kronis pada perokok berat

N.II Optikus
Fungsi : sensorik (melihat)
Tempat keluar :

Jalannya rangsangan cahaya melalui retina :


» retina - nervus optikus - khiasma optik - traktus optik - korpus genikulatum lateral - traktus
genikulokalkarina - korteks optik (korteks striatum, area 17)
» di sekitaran daerah ini terdpat juga daerah yg berfungsi utk asosiasi rangsang visual, yaitu area 18
(area parastriatum) dan 19 (peristriatum)

Gangguan :
- ketajaman penglihatan berkurang -ada bercak di dalam lapangan pandang
- lapangan pandang berkurang - fotofobia (mata mudah menjadi silau)
Pemeriksaan :
» visus (Snellen Chart)
» lapangan pandang (tes konfrontasi)
» pengenalan warna : stilling ishihara test card

» pemeriksaan lapangan pandang lainnya dapat dilakukan dgn menggunakan kampimeter atau
perimeter
» pemeriksaan funduskopi/oftalmoskopik (melihat papil normal/atrofi/sembab, makula, retina )
o papil adl tempat serabut nervus II memasuki mata
o papil normal → bentuknya lonjong, warna jingga muda, di bagian temporal sedikit pucat,
batas dengan sekitarnya (retina) tegas, hanya di bagian nasal agak kabur, selain itu
didapatkan lekukan fisiologis (physiologic cup). Kemudian pembuluh darah muncul
ditengah, bercabang ke atas dan ke bawah, jalannya arteri agak lurus sedangkan vena
berkelok-kelok, perbandingan besar vena : arteri ialah 3:2 sampai 5:4.
o jika atrofi primer → warna papil menjadi pucat, batasnya tegas dan pembuluh darah
berkurang
etiologi : sifilis, intoksikasi (ex : kina/timbal), lesi pada saraf II atau khiasma optik
o jika atrofi sekunder → warna papil pucat namun batasnya tidak tegas.
etiologi : akibat lanjut dari sembab papil
o jika sembab papil → disbabkan oleh radang (papilitis/neuritis optik) atau oleh bendungan
etiologi : TIK meninggi,

Macam kelainan lapangan pandang


- hemianopsia (heteronim) bitemporal atau binasal yg disebabkan oleh lesi di khiasma optik
- hemianopsia homonim (kanan/kiri) yg disebabkan oleh lesi di traktus optik
- anopsia kuadran yg disebabkan oleh lesi di radiasi optik atau korteks optik.
- diperiksa apakah di dalam bidang kampus terdapat bagian 2 atau bercak2 yg tidak dapat dilihat
(skotoma), untuk memeriksa adanya skotoma dapat digunakan kampimeter
*skotoma adl bercak/bidang di dalam kampus yg tdk dapat dilihat,
pada keadaan normal kita mempunyai bercak buta (blind spot) yg dapat dsbut skotoma fisiologis

Penyebab gangguan nervus optikus :


» neuritis optik, neuritis retrobulbaris, papilitis
» neuropati optik iskemik
*ex : ec hipertensi
» neuropati karena tekanan
*ex: ec tumor, anerisma, gangguan hormon tiroid
» neuropati optik oleh infiltrasi
*ex: ec karsinoma, limfoma
» difesiensi/intoksikasi
*ex: ec defisiensi vitamin B1, B12 atau, intoksikasi etambutol, khloramfenikol
N.III, N.IV dan N.VI yg Mempersarafi Otot Bola Mata
Nervus Occulomotorius/N.III :
- menginervasi m.rektus internus (medialis), m.rektus superior, m.rektus inferior, m.levator palpebrae
- serabut visero-motoriknya mengurus m.sfingter pupile (mengurus kontraksi pupil) dan m. siliare
(mengatur lensa mata)
Gangguan :
- ptosis → m. levator palpebrae lumpuh
- midriasis (pupil melebar) yg tidak bereaksi terhadap cahaya →kelumpuhan saraf parasimpatis
- paralisis otot2 di atas menimbulkan gangguan sesuai fungsinya
- namun dua otot mata lainnya tidak ikut lumpuh; yaitu m.rektus lateralis (N.VI) dan oblikus superior
(N.IV) yg mengakibatkan sikap bola mata terlirik ke luar dan kebawah.
- gangguan sebagian N.III :
o pada parese N.III yg disebabkan oleh tekanan, misalnya oleh anerisma a.komunikans posterior
atau oleh herniasi, maka yg terutama terkena ialah bagian pinggir dari N.III yg mengandung
serabut parasimpatis, maka terjadi gangguan pada reaksi pupil.
o pada parese N.III yg disebabkan oleh gangguan aliran darah, misalnya pada neuropati diabetik,
bagian serabut N.III yg terutama terkena ialah yg letaknya di tengah shg reaksi pupil tidak
terganggu.
Penyebab Gangguan :
- vaskuler (pupil tidak terlibat) : diabetes melitus, infark, arteritis.
- tekanan (kompresi) : herniasi, anerisma, tumor, trauma, defisiensi vit.B1

Nervus Trochlearis/N.IV :
- menginervasi m.oblikus superior (kerja otot :menyebabkan lirik mata ke arah bawah dan nasal)
Gangguan :
- diplopia (melihat ganda) → terlihat bayangan/kembaran di depan mata
Penyebab Gangguan :
- trauma
- diabetes melitus

Nervus Abducens/N.VI :
- menginervasi m.rektus eksternus (lateralis) (kerja otot : menyebabkan lirik mata ke arah temporal)
Gangguan :
- diplopia horizontal → terlihat bayangan/kembaran di lateral (jauh)
Penyebab Gangguan :
- vaskuler : infark, arteritis, anerisma (a.basilaris)
- trauma : fr. Os petrosum
- TIK tinggi, mastoiditis, meningitis, sarkoiditis
- glioma di pons
Saraf ini panjang jalannya di intrakranial, yg membuat rawan terhadap gangguan oleh penyebab di
atas.

Kelumpuhan otot mata multiple


Pada kasus ini perlu dipikirkan kelumpuhan lebih dari satu saraf, misalnya oleh proses di sinus
kavernosus atau fisura orbitalis superior. Kelumpuhan ini dapat juga disebabkan oleh miastenia
gravis, pada miastenia gravis, disamping parese otot penggerak bola mata dapat pula dijumpai ptosis.
Gerak mata normal ialah gerak terkonjugasi, yaitu gerak bola mata kiri dan kanan selalu bersamaan,
dgn sumbu mata yg selalu kira2 sejajar. Ada dua gerakan konjugasi, yaitu :
» sakade (saccade) → lirikan cepat (refleks) krna suatu objek, misalnya lampu yg mndadak menyala.
sumber : lobus frontal kontralateral (area Brodmann 8)
*serabut dari daerah mata di frontal (area Brodmann 8) berjalan melalui genu kapsula interna, berdekusasi pada
tingkat pons bagian atas dan bersinaps di FRPP.
» lirik-mengikuti (pursuit) → gerakan mata mengikuti objek yg bergerak, jadi gerak lirikan ini
berlangsung mulus.
sumber : lobus oksipital ipsilateral
» gerak horizontal bola mata
sumber : formasio retikuler pons paramedian (FRPP) di dekat inti N.VI.
jalan : serabut eferen dari FRPP berproyeksi ke inti N.VI ipsilateral dan ke inti N III kontralateral
melalui fasikulus longitudinalis medialis untuk menstimulasi kedua bola mata agar bergerak
horizontal.
» gerak vertikal bola mata
sumber : volunter (lobus frontal)
jalan : bila di aktivasi secara bilateral, rangsang akan berjalan melalui serabut dari area Brodmann
8 berproyeksi melalui traktus frontopontin beraksi pada inti kranial N III, IV, dan VI bilateral, yg
kemudian menginervasi otot bola mata.

Gangguan Otot Penggerak Bola Mata


1. Gangguan Supranuklir (Sentral)
» lumpuh-lirik → ketidakmampuan menggerakkan bola mata secara terkonjugasi ke satu arah
 pada lesi akut satu hemisfer (sering disebabkan oleh stroke iskemik/hemoragik), pada fase
akutnya sering ditemukan kelumpuhan melirik yg terkonjugasi ke arah kontralateral.
ex : pada lesi hemisfer kiri pasien tidak mampu melirik ke kanan dan juga sebaliknya.erakan
mata yg selalu dilirikkan ke satu arah.
 lesi kortikal yg mengakibatkan deviation conjugee dapat bersifat iritatif (mata dilirikkan ke
arah kontralateral) atau paralitik (mata dilirikkan ke arah lesi).
 jika lesi di tingkat pons, maka didapatkan deviation conjugee yg bersifat sebaliknya seperti di
atas.
» parese lirik yg terkonjugasi dan deviation conjugeeakibat lesi akut pada lesi kortikal, biasa hanya
berlangsung sekitar 1-2 minggu, kemudian fungsi gerak sakade diambil alih oleh hemisfer sisi
lain yg tidak ikut terganggu. Bila lesinya di pons, dan bila lesinya menetap, paresepun akan
menetap.
» parese lirik secara terkonjugasi ke arah atas pada lesi di mesensefalon bagian dorsal, sring
reaksi pupil dan akomodasi juga ikut terganggu (kombinasi ini dsbut sindrom Parinaud), namun
secara refleks, lirikan ke atas dapat ditimbulkan (secara volunter yg tdk bisa), misalnya dengan
menyuruh pasien memfiksasi pandangannya ke suatu benda, kmudian kita tekukkan (fleksi)
kepala sambil pasien tetap memfiksasi pandangannya.
etiologi : pinealoma atau hidrosefalus

2. Gangguan Infranuklir (perifer)


» diplopia → yaitu melihat kembar atau melihat ganda
» strabismus → juling
Pemeriksaan N.III, N.IV, dan N.VI
1. Ptosis
etilogi : kelumpuhan m. levator palpebrae
pemeriksaan :
- pasien di suruh memejamkan matanya, kemudian ia disuruh membukanya
interpretasi : -kelopak mata sama sekali tidak dapat di angkat (kelumpuhan total)
-pada sisi yg lumpuh celah mata lebih kecil (kelumpuhan ringan)
karena ptosis juga terdapat pada miastenia gravis, untuk membuktikannya pasien di suruh melirik
ke atas (misalnya melihat tangan pemeriksa yg berada di depan atas), pada miastenia gravis
setelah beberapa menit akan terlihat ptosis bertambah parah.

2. Pupil
Pemeriksaan :
- perhatikan besarnya pupil di kedua mata, bandingkan apkah sama (isokor) atau tidak (anisokor)
- perhatikan bentuk pupil, apakah bundar dan rata tepinya normal/tidak, ukuranya kecil (miosis)
atau midriasis (melebar)
- miosis dapat dijumpai pada saat tidur, koma, iritasi nervus III, dan kelumpuhan saraf simpatis.
- midriasis dapat dijumpai pada kelumpuhan nervus III, misalnya oleh desakan tumor atau
hematom, fr. Dasar tulang tengkorak, obat-obatan.
- melakukan pemeriksaan reaksi cahaya langsung dan tidak langsung.
o Bila visus mata 0 (buta), maka refleks cahaya pada mata tersebut negatif, jadi bila reaksi
cahaya langsung negatif, sedangkan reaksi cahaya tak-langsung positif, maka kerusakannya
pada N.II (optikus). Sebaliknya, pada kelumpuhan N.III, reaksi cahaya langsung dan tidak
langsung ialah negatif.
3. Refleks akomodasi
pemeriksaan:
- penderita di suruh melihat jauh, kemudian ia disuruh melihat dekat
interpretasi : -positif (+) → bila terlihat pupil mengecil.
-negatif (-) → tidak terjadi perubahan pupil (ec kelumpuhan N.III)

4. Kedudukan (posisi) bola mata


pemeriksaan :
- memperhatikan posisi bola mata
interpretasi : -eksoftalmus (mata menonjol) : ec tumor
-enoftalmus (mata seolah-olah masuk ke dalam) : ec sindrom Horner
memperhatikan posisi bola mata saat istirahat, bila satu otot mata lumpuh, hal ini mengakibatkan
kontraksi atau tarikan yg berlebihan dri otot antagonisny shg menyebabkan strabismus. miastenia
gravis dapat juga mengakibatkan strabismus.
o strabismus konvergen → kelumpuhan m.rektus eksternus (melirik lebih ke medial)
o strabismus divergen → kelumpuhan m.rektus internus (melirik lebih ke lateral)
*dapat dijumpai pada penderita koma
pada kelainan serebelum, terkadang dijumpai “skew deviation”, yaitu mata di sisi lesi melihat ke
bawah dan ke dalam sedangkan mata yg satu lagi melihat ke atas dan ke luar.

5. Gerakan bola mata


pemeriksaan :
- penderita disuruh mengikuti jari-jari pemeriksa yg digerakkan membentuk huruf H
interpretasi : -diplopia : dijumpai pada kelumpuhan otot penggerak bola mata, tentukan pada
posisi mana (dari mata) timbul diplopia, bila satu mata di tutup bayangan mana yang hilang. Suruh
pasien menunjukkan posisi dari bayangan. Arah posisi bayangan yg salah menunjukkan arah
gerakan otot yg lumpuh; jarak bayangan menjadi bertambah besar.

6. Nistagmus
pemeriksaan :
- penderita disuruh melirik terus ke satu arah (kanan, kiri, atas, bawah) selama jangka waktu 5 atau
6 detik
interpretasi : -akan timbul nistagmus
bila kita menjumpai nistagmus harus diperiksa :
o jenis gerakannya :
 penduler (gerak bolak balik yg sama cepatnya)
dapat dijumpai pada penderita dgn visus yg buruk sejak dari bayi, kelainan di
makula, korioretinitis, kekeruhan media mata, albinisme, dan kelainan herediter
(dgn visus yg baik).
 jerk nistagmus (ada komponen cepat dan lambat)
o bidang gerakannya : horizontal, vertikal, rotatoar, atau campuran.
o frekuensinya : cepat atau lambat
o amplitudonya : besar/kecil dan kasar/halus
o arah gerakannya : yaitu arah dari komponen cepatnya. bila dikatakan nistagmus horizontal
kanan, ini berarti komponen cepatnya ialah ke horizontal kanan, dan lesi berada di arah
komponen lambatnya.
o derajatnya :
 derajat I : nistagmus timbul bila melirik ke arah komponen cepat
 derajat II : juga ada bila melihat ke depan
 derajat III : juga ada bila melirik ke arah komponen lambat
o lamanya :
 apakah menetap (permanen) : akibat nistagmus vestibuler
 berlalu (menghilang setelah beberapa waktu, hari atau minggu) : akibat nistagmus
sentral
nistagmus vestibular → adl nistagmus disertai rasa puyeng (vertigo) karena kerusakan di labirin
dgn komponen cepat ke arah kontralateral dari lesi, sedang arah salah-tunjuk (past pointing) dan
jatuh ke sisi lesi.
nistagmus posisi ujung (end position nystagmus) → nistagmus pada orang normal karena mata
terlalu jauh dilirikkan.
nistagmus sikap (positional nystagmus) → nistagmus yg terjadi atau bertambah hebat pada posisi
tertentu dari kepala.

N.V Trigeminus
Fungsi : motorik dan sensorik

Fungsi motorik mengurus otot-otot untuk mengunyah :


 m. masseter : mengunyah
 m. temporalis : mengunyah, menarik rahang ke belakang
 m.pterigoid medialis : menutup mulut
 m. pterigoideus lateralis : mnggerakkan rahang bawah ke samping (lateral) dan membuka mulut
 menggerkkan rahang bawah ke depan trjadi oleh kontraksi m. pterigoideus lateralis dan medialis
Inti motorik saraf V mendapat persarafan dari kedua hemisfer, shg lesi pada satu hemisfer tidak akan
melumpuhkan otot-otot mengunyah karena persarafan dapat dilakukan oleh hemisfer lainnnya.

Fungsi sensorik mengurus sensibilitas dari muka melalui ketiga cabangnya :


 cabang oftalmik : mengurus sensibilitas dahi, mata, hidung, kening, selaput otak, sinus paranasal
dan sebagian mukosa hidung.
 cabang maksilaris : mengurus sensibilitas rahang atas, gigi atas, bibir atas, pipi, palatum durum,
sinus maksilaris dan mukosa hidung.
 cabang mandibularis : mengurus sensibilitas rahang bawah, gigi bawah, bibir bawah, mukosa pipi,
2/3 bagian depan lidah dan sebagian dari telinga (eksternal), dan meatus.
Bila terdapat gangguan sensibilitas yg menyeluruh pada setengah wajah, maka hal ini menunjukkan
adanya lesi di ganglion Gasseri atau di akar serabut sensorik sebelum memasuki pons, bisa disebabkan
oleh meningitis basalis, trauma, dan neuroma di sudut serebelopontin (cerebellopontine angle).
Bila lesi berada distal dari ganglion Gasseri, didapatkan gangguan sensibilitas setengah muka (partial),
biasa disebabkan oleh herpes zoster dan neuroma akustik.

Bila rasa raba saja yg terganggu, maka hal ini menggambarkan adanya lesi di nukleus induk
somatosensorik di pons. Bila rasa nyeri dan rasa suhu terganggu, sedangkan rasa raba tidak terganggu,
maka hal ini menunjukkan adanya lesi di traktus desendens (serabut yg menuju nukleus spinal)
nervus V. Hal ini dapat terjadi pada stroke vertebrobasiler, siringobulbi dan siringomieli.

Gangguan :
- hipestesi, anestesi, parestesi
- gangguan mengunyah
- trismus (mulut tidak dapat dibuka lebar)

Pemeriksaan
1. Menilai fungsi motorik
pemeriksaan :
- pasien disuruh merapatkn giginy sekuat mungkin, kemdian meraba m.maseter dan m. temporalis
- perhatikan besarnya, tonus, serta kontuk (bentuk)
- kemudian pasien disuruh membuka mulut dan perhatikan apakah ada deviasi rahang bawah, dan
disuruh menggerakkan rahang bawah ke samping (untuk menilai m.pterigoideus lateralis) kiri
dan kanan, boleh juga saat digerakkan pemeriksa memberikan tahanan untuk menilai kekuatan
ototnya.
- pasien di suruh menggigit suatu benda (ex: spatel) dan menilai kekuatan ototnya.
- untuk menentukan adanya lesi supranuklir diperiksa refleks rahang (jaw reflex).
2. Menilai fungsi sensorik
pemeriksaan :
- menyelidiki rasa raba, nyeri, dan suhu pada 3 daerah yg disarafinya
- menilai refleks kornea untuk menyingkirkan gangguan N.V cabang oftalmik

Penyebab Gangguan :
- neuralgia trigeminus idiopatis
- trauma kapitis
- infeksi oleh herpes zoster, penyakit Sjogren, SLE, nerioma akustikus
- kholesteatom
- meningitis karsinoma

N.VII Fasialis
Tempat keluar : foramen stilomastoid.
Fungsi :
 serabut somatomotorik : mensarafi otot-otot wajah (kecuali m.levator palpebrae (N.III)), otot
platisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior dan stapedius di telinga tengah.
 serabut viseromotorik (parasimpatis) : mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga
hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksiliar serta sublingual dan lakrimalis.
 serabut viserosensorik : mensarafi alat pengecap di 2/3 bagian depan lidah.
 serabut somatosensorik : rasa nyeri (diduga juga suhu dan raba) dari sebagian daerah
kulit/mukosa yg disarafi oleh N.V, dan daerah overlapping persarafan (di lidah, palatum, meatus
akustikus eksterna dan bagian luar gendang telinga)
Fungsi utama merupakan saraf motorik yg menginervasi otot-otot ekspresi wajah.

Inti motorik N.VII terletak di pons. Bagian inti motorik yg mengurus wajah bagian bawah mendapat
persarafan dari korteks motorik kontralateral, sedangkan yg mengurus wajah bagian atas mendapat
persarafan dari kedua sisi korteks motorik (bilateral).

Gangguan :
- jenis sentral : sekitar mata dan dahi yg mendapat persarafan dari 2 sisi tidak lumpuh, yg lumpuh
ialah bagian bawah dari wajah
ex : akibat lesi pada UMN (pada traktus piramidalis/korteks motorik), penderita masih dapat
mengangkat alis, mengerutkan dahi dan menutup mata (persarafan bilateral), tetapi ia tidak dapat
mengangkat sudut mulut (tersenyum, dll) pada sisi yg lumpuh.
- jenis perifer : semua otot seisi wajah lumpuh
ex : akibat lesi pada LMN
- Bell’s palsy (kelumpuhan jenis perifer)

Pemeriksaan
1. Menilai fungsi motorik
- perhatikan muka penderita simetris/tidak
- suruh penderita mengangkat alis dan mengerutkan dahi (simteris/tidak)
- suruh penderita memejamkan mata
- suruh penderita menyeringai (menunjukkan giginya), mencucurkan bibir, menggembungkan pipi
- gejala Chvostek : dgn mengetok N.VII di bagian depan telinga, bila positif (+) ketokan ini
menyebabkan kontraksi otot yg disarafinya.
*namun, pada orang normal ia dapat juga positif
2. Menilai fungsi sensorik (pengecapan)
- pasien di suruh menutup matanya
- pasien menjulurkan lidah, kemudian menaruh bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam pada 2/3
lidah bagian depan
- pasien di suruh menyatakan pengecapan yg dirasakannya dgn isyarat, misalnya 1 untuk rasa
manis, 2 untuk rasa asin, dan seterusnya.

Penyebab Gangguan :
» stroke (kebanyakan menyebabkan gangguan jenis sentral)
» gangguan jenis perifer :
o paralise idiopatis (Bell’s palsy)
o tumor di sudut serebelopontin, tumor parotis
o otitis media
o meningitis karsinomatosa
o fraktur dasar tulang tengkorak
» beberapa penyebab gangguan pengecapan (N VII, N IX)
o meningitis viral, pasca influensa, merokok
o defisiensi vit. B12 dan A
o miksedema
o obat-obatan (amitripin, ace-inhibitors)
N.VIII Vestibulo-Kokhlearis
Saraf Kokhlearis
Gangguan :
 Tuli
o tuli perseptif (tuli saraf)
 dapat disebabkan oleh lesi di :
- reseptor di telinga dalam
reseptor dapat rusak karena senilitas, obat 2an (streptomisin, aspirin, kina), suara yg
keras berlangsung lama, sindrom meniere, otosklerosis dan trombosis arteri auditer
interna.
- nervus kokhlearis
n.kokhlearis dapat rusak karena trauma, tumor, meningitis, dan intoksikasi.
- inti2 serta rambut pendengaran di batang otak, korteks auditif (area 41)
dapat rusak karena gangguan peredaran darah, lesi desak ruang (space occupying
lesion)
o tuli konduktif
 dapat disebabkan oleh :gangguan telinga luar dan telinga tengah seperti serumen, air,
darah, eksudat dekat membran timpani, perforasi membran timpani, otitis media.
o seseorang yg menderita tuli konduktif dan tuli perseptif secara bersamaan disebut tuli
campuran (mixed deafness)
 Tinitus
Ialah persepsi bunyi berdenging di telinga, yg disebabkan oleh eksitasi/iritasi pada alat
pendengaran, sarafnya, inti serta pusat yg lebih tinggi.
Tinitus juga dapat terjadi pada tuli konduktif, dapat disertai/tanda penurunan pendengaran, dan
menghilang jika tulinya total.
Tinitus sering terdengar waktu malam, saat akan tidur, pada saat keributan berkurang.
Sering penderita lebih terganggu oleh tinitus daripada oleh mundurnya pendengaran.
Etiologi : -gangguan telinga dalam (kdg juga disertai vertigo)
-obat2an (streptomisin, aspirin, kina)
-gangguan sirkulasi darah
-iritasi nervus kokklearis
 Hiperakusis
Ialah meningginya ketajaman pendengaran yg bersifat patologis
Etiologi : -paralisis muskulus stapedius, migren, psikoneurosis dan dapat juga merupakan aura
dari epilepsi lobus temporalis.

Pemeriksaan ketajaman pendengaran


- menyuruh pasien untuk mendengarkan suara bisikan pda jarak tertentu dan membandingkannya
dengan orang yg normal, juga bedakan antara telinga kanan dan kiri
- tes Schwabach
- tes Rinne
- tes Weber

Saraf Vestibularis
Reseptor saraf vestibularis adalah sel2 rambut (sel neuroepitelial) yg terdapat di krista ampularis pada
kanal semisirkularis. Impuls dari sel rambut ini dihantar melalui serabut sel bipolar dari ganglion
vestibular yg terletak di lantai meatus akustikus internus. Serabut sel bipolar inilah yg membentuk
saraf vestibularis.
Serabut ini berjalan di meatus akustikus internus bersama nervus kokhlearis dan memasuki batang
otak di perbatasan pons dengan medula oblongata. Serabut saraf vestibularis ini bersinaps di inti-inti
vestibularis, yg terdiri atas inti vestibularis medialis (Schwalbe), inti vestibularis superior (Bechterew),
inti vestibularis lateralis (Deiter), dan inti vestibularis inferior (spinal).
Dari kelompok inti-inti vestibularis inilah ia akan mengadakan hubungan :
» hubungan batang otak
serabut dari ini vestibularis mengadakan hubungan dgn inti saraf otak III, IV, dan VI (yg mengurus
otot ekstraokuler), yg memainkan peranan dalam mengurus gerak terkonjugasi bola mata yg
reflektoris terhadap gerakan serta posisi kepala, serta ikut berperan dalam membuat mata dapat
memfiksasi pada benda yg diam saat kepala dan badan dalam keadaan bergerak.
» hubungan dengan medula spinalis
hubungan ini berperan dalam membantu refleks miotatik lokal, mempertahankan sikap tegak.
» hubungan dengan serebelum
sistem vestibular ini ikut berperan dalam koordinasi, terutama koordinasi gerakan badan dan
anggota gerak, sebagai jawaban terhadap rangsangan dari kanalis semisirkularis. Mekanisme
otolit, melalui serabut vestibulo-spinalis, penting dalam mengatur tonus otot, dan penting bagi
refleks sikap dan refleks tegak.
Gangguan :
 vertigo : adl rasa bergerak (lingkungan (lesi sentral)/dirinya (lesi perifer)) dan biasanya disertai
oleh kehilangan keseimbangan.
 rasa tidak stabil
 kehilangan keseimbangan
 nistagmus
 salah tunjuk (past pointing)

Cara khusus menimbulkan nistagmus


» Manuver Nylen-Barany (manuver Hallpike)
pemeriksaan :
- pasien disuruh duduk di tempat tidur
- kemudian ia rebahkan sampai kepalanya tergantung di pinggir dgn sudut sekitar 30 derajat di
bawah horison
- selanjutnya kepala ditolehkan ke kiri
- tes kemudian diulangi dgn kepala melihat lurus dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke
kanan
- pasien disuruh tetap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat jika muncul nistagmus
- perhatikan kapan nistagmus mulai muncul, berapa lama berlangsung serta jenis nistagmus
- kemudian di akhir di tanyakan apakah pasien juga mengalami vertigo

Pada lesi perifer :


o vertigo lebih berat (drpda lesi sentral) dan didapatkan masa laten (masa munculnya
nistagmus) sekitar 2-30 detik.
o nistagmus akan capai (akan berkurang dan kemudian berhenti)
o bila manuver ini di ulang2, jawaban nistagmus akan berkurang dan kemudian tidak
muncul lagi (habituasi).
Pada lesi sentral :
o tidak didapatkan masa laten, nistagmus segera muncul.
o nistagmus tidak berkurang/mereda, akan tetap timbul bila manuver ini di ulang 2.

» Tes Kalori
pemeriksaan :
- kepala pasien diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60 derajat (tujuannya agar bejana
lateral di labirin berada dalam posisi vertikal
- siapkan tabung suntik berukuran 20 cc dgn jarum ukuran nomor 15 yg di ujungnya dilindungi
karet diisi dgn air bersuhu 30 derajat (kira2 7 derajat di bawah suhu badan.
- air disemprotkan ke liang telinga dgn kecepatan 1 cc/detik, dgn demikian gendangan telinga
tersiram air ± 20 detik.
- kemudian bola mata pasien segera diamati terhadap timbulnya nistagmus
- arah gerak nistagmus ialah ke sisi yg berlawanan dgn sisi telinga yg diairi, arah gerak nistagmus
dicatat, frekuensinya (biasanya 3-5x/detik) dan lamanya berlangsung (biasa antara ½ - 2 menit).
- pasien beristirahat 5 menit
- kemudian dilanjutkan tes yg sama pada telinga lainnya.
- membandingkan nistagmus pada kedua sisi, yg pada keadaan normal hampir serupa.
tes kalori ini juga sekaligus untuk menentukan apakah keadaan labirin normal, hipoaktif atau tidak
berfungsi, yakni melalui 3 x pencobaan di atas jika pada orang normal belum memunculkan
nistagmus (percobaan ke-2 dan ke3 memakai air es), dan jika pada percobaan ke-3 belum juga
memunculkan nistagmus, maka dapat dianggap labirin tdak berfungsi.
» Elektronistagmografi
pada pemeriksaan dgn alat ini diberikan stimulus kalori ke liang telinga, hasilnya dicatat pada
kertas, mirip dengan elektrokardiografi.

Tes untuk menilai keseimbangan


» Tes romberg yg dipertajam
pemeriksaan :
- pasien berdiri dengan kaki yg satu di depan kaki yg lainnya
- lengan dilipat di dada dan mata kemudian di tutup
- pemeriksa berdiri di belakang pasien untuk memastikan pasien tidak jatuh ke lantai jika pasien
akan miring ke satu sisi
interpretasi : normal → mampu berdiri dalam sikap romberg selama 30 detik/lebih.
positif (+) → pasien akan jatuh ke salah satu sisi.
bila membuka mata jatuh (lesi perifer)
bila membuka mata jatuh (lesi sentral)

» Tes melangkah di tempat (stepping test)


pemeriksaan :
- pasien disuruh berjalan di tempat, mata ditutup, sebanyak 50 langkah dgn kecepatan normal
interpretasi : positif (+) → pasien beranjak > 1 meter dari tempatnya semula atau badan
terputar > 30 derajat

» Salah tunjuk (past pointing)


pemeriksaan :
- pasien disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk pemeriksa
- kemudian pasien disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi 2 (sampai vertikal) dan
kemudian kembali ke posisi semula.
interpretasi : positif (+) → salah tunjuk (deviasi)

Penyebab gangguan :
» gangguan jenis perifer
- neuronitis vestibular, BPPV, labirintis, penyakit meniere
- trauma, obat2an, tumor di fossa posterior (neuroma akustik)
- mabuk kendaraan (motior sickness)
» gangguan jenis sentral
- stroke, migren basilar, perdarahan atau lesi di serebelum, lesi lobus temporalis
- trauma, neoplasma

N.IX Glosofaringeus dan N.X Vagus


Tempat keluar N.IX, X dan XI : foramen jugulare

Nervus Glosofaringeus/N.IX
- mempersarafi 1/3 posterior lidah, palatum molle, uvula dan dinding rongga nasofaring.
Nervus Vagus/N.X
- menginervasi faring, laring dan bagian atas esofagus
- pembntukan suara (fonasi) dilakukan oleh pita suara, yang disarafi oleh nervus laringeus rekurens
(cabang dari N.X)
Pengucapan (artikulasi) kata-kata diurus oleh otot-otot
mulut (maseter, pterigoideus lateralis, orbikularis oris),
otot lidah, otot laring dan faring. Jdi mrpkan kerjasama
antara saraf cranialis V, VII, IX, X, dan XII. klumpuhan
saraf-saraf ini dapat mengakibatkan ketidakmampuan
untuk mengucapkan kata-kata dengan baik (disartria).

Gangguan Nervus IX dan X


 disatria (cadel, pelo, gangguan pengucapan kata-kata)
 gangguan menelan (keselak, disfagia)
 neuralgia glosofaringeus (rasa nyeri hebat pada
daerah yg disarafi oleh nervus ini)
 berkurangnya suara, serak (disfonia) atau suara tidak
ada sama sekali (afonia)
*akibat gangguan nervus laring rekurens (cabang dari N.X)
 disartria
 kelumpuhan palatum molle : jalannya udara melalui hidung tdak ditutup dengan baik waktu
berbicara shg terjadi suara bindeng (suara hidung). Bila penderita disuruh mengejan atau
mengembungkan pipi, hal ini tidak dapat dilakukan krena udara terlepas melalui hidung.

Pemeriksaan N.IX dan N.X


Kedua nervus ini diperiksa bersamaan, karena kedua saraf ini berhubungan erat satu sama lain, shg
gangguan fungsinya jarang tersendiri kcuali pada bagian yg sangat perifer.
1. Menilai fungsi motorik
- pasien duduk di kursi pemeriksaan dan disuruh mengucapkan aaaaaaaaaaaaaa..
- perhatikan suara pasien, apakah suaranya normal? serak (disfonia)? afonia?
- kemudian pasien juga disuruh mengucapkan : ari-ari di lorong lurus
- perhatikan apakah pasien dapat mengucapkan dengan baik

2. Refleks faring
Pemeriksaan :
- pasien duduk tenang dan membuka mulutnya
- pemeriksa merangsang (tekan-enteng) dinding faring/pangkal lidah dgn spatel lidah.
interpretasi : normal/positif (+) → faring terangkat dan lidah ditarik
negatif → tidak menimbulkan gerakan seperti di atas.

3. Cekukan (“hiccup”, “singultus”)


ialah kontraksi diafragma yg menyebabkan udara diinspirasi dgn kuat dan bersamaan dgn itu
terdapat pula spasme faring dan berhentinya inspirasi karena mnutupnya glottis.
etiologi : iritasi lambung, diafragma, dan laring
nervus frenikus memainkan peranan penting dalam singultus.

4. Pengecapan
- melakukan pemeriksaan pengecapan pada 1/3 bagian posterior lidah (jarang dilakukan
pemeriksaan rutin)
5. Refleks sinus karotikus
- bukan pemeriksaan rutin
- pemeriksa menekan sinus karotikus dgn tangan pada percabangan arteri karotis komunis, hal ini
memberi rangsang refleks pada nervus vagus dan pusat 2 di otak yg mengurus fungsi vegetatif.
- pada orang peka (biasa penderita arteriosklerosis) rangsangan ini mengakibatkan baradikardia,
menurunnya curah jantung, menurunnya TD, dan timbulnya vasodilatasi.
- dalam keadaan patologis rangsangan ini dapat menyebabkan vertigo, pucat, hilang kesadaran dan
terkadang kejang.

Penyebab Gangguan (N.IX dan N.X) :


 idiopatik
 keadaan patologis di sekitar foramen jugulare, anerisma a. Vertebralis
 stroke bilateral (hemiparese dupleks), sklerosis lateral amiotrofik (ALS)
 hal yg dapat menyebabkan gangguan pada n.laringeus rekurens :
 anerisma aorta
 tumor di meastinum atau bronkus.

N.XI Aksesorius
Fungsi : motorik (inervasi m.sternokleidomastoideus dan m.trapezius)

Otot sternokleidomastoideus menyebabkan gerakan menoleh (rotasi) pada kepala, namun bila kedua
otot sternokleidomastoideus bersamaan berkontraksi maka akan terjadi fleksi kolumna vertebralis
servikal dan fleksi dari kepala ke depan.
Jika kepala difiksasi, gerakan kedua otot di atas membantu mengangkat toraks, hal ini didpatkan pada
inspirasi kuat, misalnya pada dispnoe.

Otot trapezius menarik kepala ke sisi yg sama. Ia juga mengangkat, menarik, dan memutar skapula,
serta membantu mengangkat lengan dari posisi horisontal ke atas.
Bila kedua otot sama-sama berkontraksi, maka kepala akan tertarik ke belakang dan muka terangkat
ke atas. Bila kepala difiksasi, maka kontraksi otot trapezius akan mengangkat, memutar dan menarik
skapula.

Pada kelumpuhan total N.XI tidak akan menemukan paralise total dari pergerakan kepala, karena otot 2
leher lain, seperti skalenus, splenius, oblik kapitis, rektus kapitis, long kapitis dan kolli ikut juga
memainkan peranan pada gerakan kepala dan leher.

Pemeriksaan
1. Menilai kekuatan m.sternokleidomastoideus
pemeriksaan :
- menyuruh pasien menoleh ke kanan
- kemudian tangan pemeriksa memberikan tahanan pada dagu kanan pasien
- dan melakukan sebaliknya
- menilai kekuatan otot
2. Menilai kekuatan m.trapezius
pemeriksaan :
- pasien duduk tenang dan mengekspose bagian bahu
- melakukan inspeksi, apakah ada atrofi? fasikulasi? kontur otot? posisi bahu apakah ada yg lebih
rendah? nyeri tekan? hipotoni?
- kemudian tempatkan tangan pemeriksa di atas bahu pasien, dan menyuruh pasien mengangkat
bahunya
- menilai kekuatan otot

Gangguan :
- pada kelumpuhan m.trapezius satu sisi biasanya bahu sisi yg sakit lebih rendah dripada sisi yg sehat,
bila kedua otot ini lumpuh, kepala cenderung jatuh ke depan dan penderita tidak dapat mengangkat
dagunya.
- pada otot2 yg disarafi oleh N.XI dapat bermanifestasi menjadi hiperkinetik dgn spasme tonik dan
klonik, yaitu kontraksi otot mengakibatkan kepala dan leher berdeviasi dan terputar (tortikolisis).

N.XII Hipoglosus
Fungsi : motorik (inervasi otot ekstrinsik dan intriksik lidah)

Otot ekstrinsik lidah → menggerakkan lidah.


Otot intrinsik lidah → mengubah-ubah bentuk lidah.

Pemeriksaan :
- pasien disuruh membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat (besar, atrofi, lidah
berkerut, mencong) dan bergerak (mencong), selain itu perhatikan adakah tremor, fasikulasi dan
gerakan yg tidak terkendali pada lidah.
- kemudian pasien disuruh menekankan lidahnya pada pipi
- pemeriksan menilai kekuatan otot dgn menekankan jari pemeriksa pada pipi sebelah luar
DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta. 2011. p.17-20
2. Referat
3. Medical Mini Note. Neurology Edisi 2015

Anda mungkin juga menyukai