203 - 210
ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online
Analisis Beban Kerja Fisik Dan Mental Karyawan Pada Lantai Produksi
Dipt Pesona Laut Kuning
ABSTRAK
PT. Pesona Laut Kuning merupakan salah satu perusahaaan yang bergerak dibidang vulkanisir ban,
yaitu perusahaan yang memproduksi ban bekas menjadi ban baru. Terjadinya lembur (overtime) dan tidak
tercapai target produksi adalah salah satu penyebab terjadinya masalah internal perusahaan terutama pada
karyawan perusahaan tersebut. Subjek penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di lantai produksi
yaitu 15 orang karyawan. Beban kerja yang di ukur adalah beban kerja fisik dan mental. Beban kerja fisik
diukur berdasarkan cardiovascular load (CVL) dan beban kerja mental diukur dengan metode NASA –Task
Load Index (NASA– TLX). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui klasifikasi beban kerja fisik
dan mental di lantai produksi dan penyebab dari beban kerja fisik dan mental tersebut. Berdasarkan hasil
analisis CVL, karyawan yang menerima beban kerja fisik yang perlu perbaikan berjumlah 3 orang dari 15
orang karyawan dengan persentase CVL masing – masingnya adalah 38,12 %, 32,12% dan 35,40 %.
Sedangkan dari hasil analisis NASA – TLX diperoleh 3 karyawan dengan kategori beban kerja sangat tinggi,
6 karyawan dengan kategori tinggi, 5 karyawan dengan kategori sedang dan 1 karyawan dengan kategori
rendah. Dengan persentase, karyawan tergolong sangat tinggi sebesar 20 %, sedangkan karyawan tergolong
tinggi sebesar 40 % dan karyawan tergolong Sedang sebesar 33,33 % serta karyawan tergolong rendah
sebesar 6,67 %. Kedua metode pengukuran beban kerja, yaitu CVL dan NASA-TLX mendapatkan hasil
analisis yang berbeda karena elemen kerja kerja yang diterima karyawan berbeda.
ABSTRACT
PT. Pesona Laut Kuning is one of the companies engaged in the retreading of tires, which is a process of
producing scrap tires into new tires. The occurrence of overtime (overtime) and not reached the production target is one
- of the causes of internal company mainly to the company's employees. The subjects were all employees who work on
the production floor are 15 employees. Workload in the measure is the physical and mental workload. Physical workload
measured by cardiovascular load (CVL) and mental work load is measured by the method NASA -Task Load Index (TLX
NASA-). The aim of this study was to determine the classification of physical and mental workload on the production
floor and the cause of physical and mental workload is. Based on the analysis CVL, employees who receive physical
workload that needs improvement amounted to 3 of 15 employees with respective percentages CVL each of employeees
is 38.12%, 32.12% and 35.40%. While the results of the analysis of NASA - TLX gained 3 categories of employees with
very high workload, 6 employees with high category, with category 5 employees and 1 employee with low category. By
percentage, employees are classified as very high at 20%, while the employee is high at 40% and employees classified as
Medium 33,33% and the employee is relatively low at 6.67%. The second method of measuring the workload, the CVL
and NASA-TLX obtain analytical results are different because the working element work received by different employees
Corresponding Author:
Dewi Diniaty
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarfi Kasim Riau,
Email: dewidiniaty@uin-suska.ac.id
Pengukuran beban kerja mental ini dapat (OP) pekerjaan yang telah
dilakukansecara umum dengan tiga cara, yaitu ditetapkan oleh anda
sebagai berikut(Mariawati, 2013): atau peneliti. Seberapa
1. Pengukuran beban kerja secara obyektif, puas anda terhadap
2. Pengukuran beban kerja secara pemilihan performansi kerja dalam
tugas, memenuhi target
3. Pengukuran beban kerja secara subyektif. tersebut.
Klasifikasi beban kerja berdasarkananalisa Frustatio Rendah, Seberapa tidak aman,
NASA TLX yaitu(Mariawati, 2013): n Tinggi stress (tekanan), dan
Level termotivasinya
0-20 = Sangat Rendah (FR) pekerja, dibandingkan
21-40 = Rendah dengan perasaan aman,
41-60 = Sedang puas, nyaman, dan
61-80 = Tinggi kepuasan diri yang
81-100 = Sangat Tinggi dirasakan selama
Dalam pengukuran beban kerja mental menyelesaikan
denganmenggunakan metode NASA TLX pekerjaan.
langkah – langkahyang harus dilakukan adalah
(Mariawati,2013): 1. Pembobotan
Pada proses ini responden diminta untuk
Tabel 1. Indikator beban kerja mental melingkarisalah satu dari dua indikator yang
Skala Rating Keterangan dirasakan lebihdominan menimbulkan beban
Mental Rendah, Seberapa besar aktivitas kerja mental terhadappekerjaan tersebut.
Demand Tinggi mental dan perceptual Kuesioner yang diberikan
(MD) yang dituntut oleh berbentukperbandingan berpasangan yang
pekerjaan ini dalam hal terdiri dari 15 kuesionerperbandingan
melihat, mengingat, berpasangan. Dari dua kuesioner inidihitung
mencari. Apakah jumlah tally dari setiap indikator yang
pekerjaan tersebut dirasakanpaling berpengaruh. Jumlah tally
mudah atau sulit, menjadi bobot untuktiap indikator beban
sederhana atau mental.
kompleks, pekerjaan
tersebut pesti atau penuh Tabel 2. Kartu dari metode NASA-TLX
toleransi.
Physical Rendah, Seberapa besar aktifitas Kebutuhan Kebutuhan Performansi
Demand Tinggi fisik yang dituntut oleh Waktu Fisik ATAU
ATAU ATAU Tingkat
(PD) pekerjaan ini (seperti Tingkat Frustasi Performansi Frustasi
:mendorong, menarik,
mengontrol putaran, dan Tingkat
lain-lain), apakah Kebutuhan Tingkat
Usaha
Waktu Usaha
pekerjaan tersebut berat ATAU
ATAU ATAU
atau ringan, lambat atau Tingkat Usaha Performansi
Kebutuhan
cepat, cukup istirahat Fisik
atauh tidak. Tingkat
Kebutuhan Performansi
Temporal Rendah, Jumlah tekanan yang Frustasi
Mental ATAU
Demand Tinggi berkaitan dengan waktu ATAU
ATAU Kebutuhan
(TD) yang dirasakan selama Kebutuhan
Tingkat Usaha Mental
elemen pekerjaan Mental
berlangsung. Apakah Tingkat
Kebutuhan Performansi
pekerjaan perlahan atau Frustasi
Mental ATAU
ATAU
cepat melelahkan. ATAU Kebutuhan
Tingkat
Effort Rendah, Seberapa keras usaha Kebutuhan Fisik Waktu
Usaha
(EF) Tinggi secara mental dan fisik Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
yang dibutuhkan untuk Waktu Fisik Fisik
mengerjakan pekerjaan ATAU ATAU ATAU
tersebut Kebutuhan Kebutuhan Tingkat
Performa Rendah, Seberapa berhasil anda Mental Waktu Frustasi
nce Tinggi dalam memenuhi tujuan
2. Pemberian Rating 13
Karyawan Lk
196
M (24th) 65,08 71,86 6,78
Pada proses ini responden diminta Karyawan
14 Pr 176
memberikanrating pada setiap indikator beban N (24th) 59,29 67,04 7,75
mental. Rating yangdiberikan adalah subjektif Karyawan
15 Pr 175
O (25th) 60,61 66,48 5,88
tergantung pada beban mentalyang dirasakan
oleh responden.Untuk mendapatkan skorbeban DNK Mak : Denyut Nadi Maksimal, 220 –
mental NASA TLX, bobot rating untuk setiap Umur (pria); 200 – Umur (wanita)
indikator dikalikan kemudian dijumlahkan dan NK : Nadi Kerja ( DNK – DNI)
dibagi 15(jumlah perbandingan berpasangan). Misalnya , untuk Karyawan A
DN Maks : 220 -23 = 197
Skor Beban Kerja Mental = Nadi Kerja : 16,42
∑
...................(3) Dari perhitungan rumus % CVL kemudian
dibandingkan dengan klasifikasi yang telah
Hasil dan Pembahasan ditetapkan maka didapatkan hasil
perbandingannya.
1. Perhitungan Beban Kerja Fisik Dengan
Tabel 4. Perbandingan % CVL
Metode Perhitungan 10 Denyut Nadi Untuk
Nama Karyawan % Keterangan
Memperoleh % CVL ( Cardiovascular). No (umur) CVL
Karyawan A (23 Tidak terjadi
Pada pengolahan data beban kerja fisik data 1 thn) 28,02 kelelahan
yang dikumpulkan adalah perhitungan denyut Karyawan B (25 Diperlukan
nadi dengan metode 10 denyut nadi yang 2 thn) 38,12 perbaikan
diambil pada waktu operator bekerja dan Karyawan C (24 Tidak terjadi
operator istirahat. Pengambilan data dilakukan 3 thn) 19,34 kelelahan
pada lantai produksi. Data yang dikumpulkan Karyawan D (23 Tidak terjadi
adalah data primer dimana pengamat langsung 4 thn) 22,08 kelelahan
menghitung secara manual denyut nadi Karyawan E (22 Tidak terjadi
dengan menggunakan stopwatch. Pengambilan 5 thn) 26,56 kelelahan
Karyawan F (20 Tidak terjadi
denyut nadi kerja dilakukan dua kali yaitu
6 thn) 25,62 kelelahan
pada jam 10.00 WIB dan jam 11.00 WIB pada Karyawan G (24 Tidak terjadi
hari kerja dan pengambilan denyut nadi 7 thn) 27,60 kelelahan
istirahat pada waktu istirahat makan siang jam Karyawan H (26 Tidak terjadi
12.30 WIB. Hasil perhitungan dengan metode 8 thn) 24,13 kelelahan
10 denyut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut Karyawan I (25 Diperlukan
ini. 9 thn) 32,12 perbaikan
Karyawan J (27 Diperlukan
Tabel 3. Rekapitulasi perhitungan 10 denyut nadi 10 thn) 35,40 perbaikan
Nama
Denyut Denyut Denyut Karyawan K (25 Tidak terjadi
Nadi Nadi Nadi Nadi 11 thn) 7,19 kelelahan
No Operator JK
Istiraha Kerja Kerja Kerja
(Umur) Karyawan L (30 Tidak terjadi
t /(mnt) /(mnt) Maks
1
Karyawan
Lk 59,41 97,96 197 38,55
12 thn) 4,28 kelelahan
A (23th) Karyawan M (24 Tidak terjadi
Karyawan Lk
2
B (25th)
60,61 111,84 195 51,23 13 thn) 5,18 kelelahan
Karyawan Lk Karyawan N (24 Tidak terjadi
3 64,86 90,23 196 25,36
C (24th) 14 thn) 6,64 kelelahan
Karyawan Lk Karyawan O (25 Tidak terjadi
4 72,73 100,17 197 27,44
D (23th)
Karyawan Lk 15 thn) 5,14 kelelahan
5 63,76 99,42 198 35,66
E (22th)
Karyawan Lk
6
F (20th)
61,22 96,77 200 35,55 2. Perhitungan Skor Setiap Sub-Skala
Karyawan Lk Kerja Nasa-TLX
7 62,83 99,59 196 36,76
G (24th) Pada pengolahan perhitungan skor sub-skala
Karyawan Lk
8
H (26th)
55,81 89,15 194 33,34 Kerja Nasa-TLX yang dilakukan pada lantai
9
Karyawan Lk
60,91 103,99 195 43,07
produksi PT.. Pesona Laut Kuning. Data
I (25th) dikumpulkan berdasarkan kategori yang
Karyawan Lk
10
J (27th)
59,35 106,67 193 47,32 ditentukan dengan menggunakan bantuan tally
11
Karyawan Lk
195 agar hasil pembobotan lebih akurat. Berikut
K (25th) 61,86 71,43 9,57
Karyawan Lk
adalah pembobotan karyawan bengkel yang
12 190 memilih 15 pasang indikator yang menurut
L (30th) 61,54 67,04 5,50
karyawan yang bersangkutan lebih dominan. Tabel 6. Pemberian rating karyawan lantai produksi
Adapun inikator tersebut adalah Kebutuhan Nama Indikator
N
Mental, Kebutuhan Fisik, Kebutuhan Waktu, Karyawa K T
o KM KW P U
Performansi, Usaha danTingkatFrustasi. n F F
1 K 100 60 80 90 80 80
2 L 100 60 80 90 90 80
Tabel 5. Pembobotan hasil kuesioner karyawan di 3 D 90 60 70 80 80 80
lantai produksi
4 M 90 50 80 90 70 80
Nama Indikator
N To 5 B 60 80 90 70 70 80
Karyaw K
o KM KW P U TF tal
an F 6 C 30 50 50 20 30 20
K IIII I III II II III 15 7 A 50 60 70 40 60 60
1
Jumlah 4 1 3 2 2 3 15 8 E 60 80 80 70 60 80
L III I II III III III 15
2 9 F 50 40 70 70 60 70
Jumlah 3 1 I 3 3 3 15
10 G 70 30 70 60 50 60
D IIII I I II III IIII 15
3 11 H 40 60 70 70 60 40
Jumlah 4 1 1 2 3 4 15
12 I 60 20 50 70 70 50
M III I III I III IIII 15
4 13 J 70 70 80 80 90 60
Jumlah 3 1 3 1 3 4 15
14 N 100 40 70 80 80 80
B I III IIIII II II II 15
5 15 O 100 50 70 80 80 80
Jumlah 1 3 5 2 2 2 15
III
C I IIII I II III 15 4.Perhitungan Skor Total Beban Kerja
6 I
Jumlah 1 4 4 1 2 3 15 Mental
III Pada perhitungan skor total beban kerja
A II III II III I 15
7 I mental pada karyawan di lantai produksi PT.
Jumlah 2 3 2 3 4 1 15 Pesona Laut Kuning.
E I II III III III III 15 1. Karyawan K
8
Jumlah 1 2 3 3 3 3 15 Tabel 7. Nilaidari karyawan K
III Kategori Rating Bobot Nilai
F I I III III II 15
9 II Kebutuhan
Jumlah 1 5 1 3 3 2 15 Mental 100 4 400
G II III II II III III 15 Kebutuhan
10 Fisik 60 1 60
Jumlah 2 3 2 2 3 3 15
Kebutuhan
III
H II II III II II 15 Waktu 80 3 240
11 I
Jumlah 2 2 3 2 4 2 15
Performansi 90 2 180
III Usaha 80 2 280
I I IIII III II I 15 Tingkat
12 I
Jumlah 1 4 4 3 2 1 15 Frustasi 80 3 240
III Jumlah 15 1.280
J I II IIII II II 15
13 I
Jumlah 1 2 4 4 2 2 15 ∑
Skor Beban Kerja Mental =
N IIII I - III III IIII 15
14
Jumlah 4 1 0 3 3 4 15
O III I IIII III III I 15 Skor Beban Kerja Mental =
15
Jumlah 3 1 4 3 3 1 15
= 85,33
3. Pemberian Rating
Pemberian rating dilakukan setelah tapam 5. Pengkategorian Beban Kerja Mental
pembobotan. Pada tahap ini berskala 0-100 yang Pengkategorian penilaian beban kerja
diberikan pada setiap indikator yang sesuai mental dalam teori NASA-TLX, terdiri dari lima
dengan apa yang dirasakan oleh operator. tingkatan diantaranya
rangkap, karena ini bisa membuat karyawan Komitmen Organisasi Karyawan Divisi
tidak fokus dalam melakukan pekerjaannya Pelaksana Produksi PT.Solo Kawistara
dan minimalnya masing – masing mesin Garmindo. Universitas Dipenegoro, 2013
mempunyai dua operator agar bisabekerja
sama sepertipada pemasangan tapak ragi dan [3] Hendrayanti, Endang..Analisis Beban Kerja
pemasangan envelope, hanya satu operator Sebagai Dasar Perencanaan Kebutuhan
atau karyawan yang menghandle masing – SDM.
masing pekerjaan tersebut . [4] Hidayat, dkk. 2013. Pengukuran Beban
2. Menberikan pelatihan tentang kondisi pabrik Kerja Perawat Menggunakan Metode Nasa-
dan kondisi mesin yang ada pada lantai Tlx Di Rumah Sakit XYZ. Departemen
produksi. Terutama kepada operator atau Teknik Industri, Fakultas Teknik,
karyawan masing–masing mesin produksi, Universitas Sumatera Utara, 2011
karena berdasarkan pengamatan di lantai
produksi, tidak ada SOP kerja yang jelas [5] Hima, Amalia Faikhotul dan Umami,
(tidak tertulis) begitu juga dengan job Mahrus Khoirul.Evaluasi Beban Kerja
description atau tanggung jawab masing– Operator Mesin pada Departemen Log and
masing operator atau karyawan yang bekerja Veeeneer Preparation di
dilantai produksi. PT.XYZUniversitas Trunojoyo
3. Menambah jam kerja yang awalnya hanya 8 Madura,2011
jam menjadi 9 jam. Hal ini bertujuan agar
pekerjaan yang diselesaikan dapat [6] Kurnia, Kasmarina Murni.. Pengaruh Beban
terselesaikan dengan tepat waktu dan waktu Kerja Fisik Dan Mental Terhadap Stres
lembur bisa ditiadakan.. Kerja Pada Perawat Di Instalasi Gawat
4. Memberikan pelatihan tentang SKM (Sistem Darurat (Igd) Rsud Cianjur. Universitas
Managemen Kesehatan dan Keselamata Kerja) Diponegoro,. 2012
karena berdasarkan pengamatan di lantai
produksi juga belum ada perhatian khusus [7] Mariawati, Ade Sri.,Penilaian Beban Kerja
pada keselamatan kerja karyawan. Psikologis Operator Stasiun Kerja
Menggunakan Metode National Aeronautics
Kesimpulan and Space Administration-Task Load Index.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data,dapat
diketahui bahwa klasifikasi karyawanberdasarkan [8] Mutia,Mega., Pengukuran Beban Kerja
beban kerja fisik yaitu terdapat 3 (tiga) orang Fisiologis Dan Psikologis Pada Operator
karyawan yang perlu dilakukan perbaikan yaitu, Pemetikan Teh dan Operator Produksi Teh
karyawan B (38,12 %), Karyawan I (32,12%) dan Hijau di PT Mitra Kerinci.Jurusan Teknik
Karyawan J(35,40%).Selanjutnya, klasifikasi Industri, Fakultas Teknik, Universitas
beban kerja mental masing-masing karyawan di Andalas, Padang,2014
lantai produksidapat diketahui karyawan yang
memiliki beban kerja yang tergolong sangat tinggi [9] Nurmianto, Eko,. Ergonomi-Konsep Dasar
sebesar 20 %, sedangkan karyawan yang memiliki dan Aplikasinya. Surabaya.Penerbit Guna
beban kerja mental tergolong tinggi sebesar 40% Widya,2008
dan karyawan yang memiliki beban kerja mental
Sedang sebesar 33,33% serta karyawan yang [10] Purwaningsih, Ratna dan Arief Sugiyanto..
memiliki beban kerja mental rendah sebesar Analisis Beban Kerja Mental Dosen Teknik
Industri Undip Dengan Metode Subjective
6,67%. Workload Assessment Technique (Swat).
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan
Daftar Pustaka Ergonomi Program Studi Teknik Industri,
Fak Teknik UNDIP, 2012
[1] Astuty, Miranti Siti.. Tingkat Beban Kerja
Mental Masinis Berdasarkan NASA-TLX [11] Soleman, Aminah.2011. Analisis Beban
(Task Load Index) Di PT. KAI Daop. II Kerja Ditinjau dari Faktor Usia dengan
Bandung. Jurusan Teknik Industri Itenas Pendekatan Recommended Weiht Limit.
Bandung. 2013 Universitas Patimura.
[2] Dewi, Irawatie Ary..Hubungan Antara
Persepsi Terhadap Beban Kerja dengan