PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cairan sangat diperlukan oleh tubuh. Sebagian besar penyusun tubuh adalah cairan.
Cairan ini digunakan untuk proses metabolisme sel. Proses metabolisme inilah yang nantinya
akan menghasilkan energy dan kemudian digunakan untuk melangsungkan proses kehidupan.
Anjuran untuk mengkonsumsi air minum sebanyak 8 gelas air atau sebanding dengan 2 liter
setiap harinya, tentu menjadikan tanda tanya dalam pikiran kita. Apa yang terjadi dalam tubuh
kita dengan air sebanyak itu. Dari sekian banyak air yang kita minum tentunya tidak semua air
Segala bentuk cairan yang masuk dalam tubuh akan diserap di usus halus yang
kemudian masuk ke pembuluh darah dan akan disebarkan ke seluruh tubuh. Sebelum diedarkan
ke seluruh tubuh tentunya cairan ini akan melalui tahap filtrasi terlebih dahulu di ginjal tepatnya
di glomerolus. Setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung plasma mengalir melalui
semua glomurolus dan sekitar 10 persen dari jumlah plasma tersebut disaring keluar. Plasma
yang berisi semua garam, glukosa dan benda halus lainnya disaring. Sel dan protein plasma
terlalu besar untuk dapat menembusi pori saringan dan tetap tinggal pada aliran darah. Zat-zat
yang masih dibutuhkan oleh tubuh ini kemudian disebar ke seluruh tubuh. Dan zat-zat yang tidak
diperlukan tubuh ini dilanjutkan perjalanannya ke tubulus dan akan dikeluarkan oleh tubuh
yang bersifat toksik ini tidak dikeluarkan oleh tubuh. Maka pasti akan terjadi gangguan atau
Sebagai perawat tentunya akan sering kita temui orang-orang yang mengalami
gangguan pada sistem perkemihan. Makalah ini disusun penulis agar penulis dan pembaca
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Adapun penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang
2. Tujuan Khusus
Antiseptik saluran kemih terbatas hanya untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Obat
bekerja pada tubulus ginjal dan kandung kemih, sehingga efektif dalam mengurangi
pertumbuhan bakteri. Urinalis dan pembiakan serta tes sensitifitas biasanya dilakukan sebelum
dimulainya terapi obat. Kelompok antiseptik saluran kemih adalah nitrofurantoin, metenamin,
1. Nitrofurantoin
Nitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin) pertama kali diresepkan untuk ISK pada tahun
1953. Nitrofurantoin merupakan bakteriostatik atau bakterisidal, tergantung dari dosis obat, dan
efektif untuk melawan banyak organisme gram positif dan gram negatif, terutama terhadap E.
coli. Obat ini dipakai untuk pengobatan ISK akut dan kronik. Pada fungsi ginjal yang normal,
obat akan cepat dieliminasi karena waktu paruhnya yang singkat yaitu 20 menit; tetapi obat ini
dapat menumpuk pada serum jika terjadi gangguan saluran kemih. Pseudomonas aeruginosa
resisten terhadap nitrofurantoin, tetapi pada populasi mutan resisten yang peka terhadap
nitrofurantoin jarang ada. Resistensi klinis muncul secara lambat. Tidak ada restisten silang di
enzim bakteria termasuk siklus asam trikarboksilat. Aktivitas nitrofurantoin sangat diperkuat
Farmakokinetik
Nitrofurantoin diabsorbsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat dimetabolisme
dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik. Di
dalam ginjal, obat ini di ekskresikan ke dalam urin baik dengan filtrasi glomerulus maupun
dengan sekresi tubulus. Dengan dosis harian rata-rata, konsentrasi g/mL dicapai di dalam urin.
Pada gagal ginjal, kadar di dalam urin tidak cukup untuk kerja antibakteri, tetapi kadar dalam
darah yang tinggi dapat menyebabkan keracunan. Nitrofurantoin memberikan warna coklat pada
urin.
Indikasi Klinik
Obat ini adalah salah satu alternatif untuk pengobatan infeksi saluran kemih bawah
Penggunaan Klinik
Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa ialah 100 mg per
oral 4 kali sehari yang dimakan bersama makanan atau susu. Nitrofurantoin tidak boleh diberikan
kepada pasien infusiensi ginjal yang berat. Nitrofurantoin dapat diberikan berbulan-bulan untuk
menekan infeksi kronis saluran kemih. Lebih disukai untuk mempertahankan pH urin di bawah
5,5. Dosis tunggal harian nitrofurantoin, 100 mg, dapat mencegah kekambuhan infeksi saluran
mengurangi diare karena kolera dan mungkin memperpendek ekskresi vibrio. Obat ini biasanya
Efek Samping
a. Toksisitas Langsung : Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping utama (dan sering)
nitrofurantoin. Neuropati dan anemia hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-
b. Reaksi Alergi : Berbagai rash pada kulit, infiltrasi ke paru-paru, dan reaksi hipersensitif lain.
Interaksi Obat
menurunkan absorbsi obat ini. Obat ini mengantagonis asam nalidiksat dan oksolinat. Kadar
Nitrofurantoin tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul 50 mg, 100 mg, serta suspensi.
2. Metenamin
d 5,5. Obat ini tersedia dalam bentuk garam mandelat (masa kerja singkat) dan sebagai garam
hipurant. Metenamin efektif dalam melawan organisme gram positif dan gram negatif, terutama
E Coli dan Pseudomonas aeruginosa. Obat ini dipakai untuk infeksi saluran kemih kronik. Obat
ini cepat diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal, dan sekitar 90% dari obat ini diekskresi
tanpa mengalami perubahan. Metenamin membentuk amonia dan formaldehida dalam urin yang
asam; oleh karena itu, urin perlu diasamkan untuk menghasilkan efek bakterisidal. Sari buah
cranberry (beberapa gelas ukuran delapan ounce perhari), asam askorbat, dan amonium klorida
Farmakokinetik
Metenamin dan garamnya diabsorbsi secara tepat disaluran cerna setelah pemberian
secara oral, dan 10-30% dari dosis yang diberikan dihidrolisis oleh asam lambung sehingga obat
Meskipun obat ini didistribusikan ke seluruh cairan tubuh termasuk sel darah merah,
cairan serebrospinalis dan sinovial, serta pleura, tetapi obat ini tidak menunjukkan aktivitas
antibakteri karena formaldehid tidak terbentuk pada pH fisiologis. Lebih dari 90% obat ini
diekskresikan kedalam urin dan lebih dari 20% nya dihirdolisis menjadi formaldehid bebas.
Indikasi
Obat ini digunakan untuk profilaksis infeksi saluran kemih rekurens. Obat ini sangat
bermanfaat pada prostatitis dan neurogenik bladder, dan terbentuk residu urine karena waktunya
Efek Samping
Metenamin dan garamnya cukup aman serta relatif ditoleransi dengan baik. Efek
samping yang biasanya terjadi adalah gangguan saluran cerna yang meliputi mual, muntah, dan
diare terutama bila dosis obat diberikan lebih dari 4x500 mg/hari, meskipun diberikan dalam
bentuk salut enterik. Dengan dosis besar juga, mungkin dapat menimbulkan iritasi saluran kemih
yang ditandai dengan disuria dan hematuria. Bila keluaran urin menurun, metenamin dapat
menimbulkan kristaluria. Selain itu juga terdapat beberapa reaksi alergi terhadap zat warna pada
Hiprex.
Interaksi Obat
mencegah hidrolisis metamin menjadi formaldehid. Metenamin tidak boleh diberikan bersamaan
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan 1 g serta suspensi.
3. Quinolon
Quinolon merupakan salah satu dan kelompok antiseptik saluran kemih terbaru dan
efektif dalam melawan ISK bagian bawah. Asam nalidiksat (NegGram) dikembangkan pada
tahun 1964, dan sinoksasin (Cinobac), norfloksasin (Noroxin), dan siprofloksasin hidroklorida
(Cipro) dipasarkan pada tahun 1980an. Quinolon terbaru (sinoksasin, norfioksasin, dan
siprofloksasin) efektif dalam melawan banyak macam ISK. Dosis obat harus diturunkan jika
terdapat disfungsi ginjal. Waktu paruh dari obat-obat iniadalah 2-4 jam tetapi menjadi lebih lama
Farmakokinetik
Sinoksasin diabsorpsi dengan baik dan saluran gastrointestinal, dan 35% dari
norfloksasin diabsorpsi dari saluran gastrointestinal. Sinoksasin tinggi berikatan dengan protein,
tetapi norfloksasin hanya 10-15% yang berikatan dengan protein. Waktu paruh dari ke dua obat
ini adalah singkat; obat-obat ini biasanya diberikan dua kali sehari. Baik sinoksasin maupun
norfloksasin diekskresi sebagai metabolit tanpa mengalami perubahan ke dalam urin. Selain itu
Farmakodinamik
merupakan obat antibakterial saluran kemih yang kuat dan efektif untuk melawan
mikroorganisme gram positif dan gram negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa. Sinoksasin
Mula kerja dari kedua obat ini tidah diketahui. Waktu untuk mencapai konsentrasi
puncak dari kedua obat ini adalah sama, 1-2 jam. Lama kerja sinoksasin adalah 10-12 jam tetapi
untuk norfloksasin tidak diketahui. Antasid mengurangi absorpsi obat- obat ini. Probenesid
memperpanjang kerja sinoksasin dan norfloksasin. Obat-Obat ini mempengaruhi hasil dari
Efek Samping
Pemakaian asam nalidiksat dapat menimbulkan efek samping berikut: sakit kepala,
pusing, sinkope (pingsan), neuritis penifer, gangguan penglihatan, dan ruam kulit. Mual, muntah,
diare, sakit kepala, dan gangguan penglihatan dapat terjadi pada pemakaian sinoksasin dan
norfloksasin.
EFEK SAMPING
(S&N) Mual, muntah, kram, pusing, sakit kepala, fotofobia, ruam kulit
(S) Pruritus, diare
(N) Konstipasi
NORFLOKSASIN (N)
(Noroxin)
SINOKSASIN (S)
(Cinobac)
KONTRADIKSI
(S&N) Penyakit hati dan ginjal yang berat, riwayat serangan kejang
INTERAKSI
(S&N) Probenesid, antasid
(N) Teofilin
Pemeriksaan laboratorium :
(S&N) Peningkatan BUN, kreatinin, ALP, SGOT, SGPT serum
KET :
PO: per oral, PP: pengikatan pada protein, t½: waktu paruh
P: waktu mencapai kadar puncak L: lama kerja
TD: tidak diketahui.
4. Trimetoprim
Trimetoprim (Proloprim, Trimpex) dapat dipakai tersendiri untuk pengobatan ISK atau
dikenal sebagai ko-trimoksazol), untuk mencegah terjadinya organisme yang resisten terhadap
trimetoprim. Obat ini menghasilkan efek bakterisidal dengan masa kerja lambat untuk melawan
hampir semua organisme gram positif dan gram negatif. Trimetoprim dipakai untuk pengobatan
dan pencegahan ISK akut dan kronik. Jumlah trimetropim dalam cairan prostat adalah kira-kira
dua sampai tiga kali lebih besar dari jumlahnya dalam cairan vaskular. Dalam keadaan normal
waktu paruh dari trimetoprim adalah 9-11 jam; waktu paruhrya akan lebih panjang jika terdapat
disfungsi ginjal.
Farmakokinetik
Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap, kadar puncak plasma dicapai dalam
waktu 2 jam dan waktu paruh 11 jam. Distribusi cepat ke seluruh jaringan termasuk SSP, saliva
Efek Samping
Efek sampingnya terutama gejala-gejala gastrointestinal, yaitu mual dan muntah; dan
masalah kulit, seperti ruam kulit dan pruritus. Untuk menghindari resistensi lebih lanjut yang
semakin sering terjadi, sebaiknya jangan digunakan sebagai obat pencegah. Resistensi dari
Dosis
Dosis, setiap malam 300 mg selama 3-7 hari atau 2 dd 200 mg. Untuk anak-anak 5-12
5. Interaksi Obat-Obat
Interaksi obat-obat berikut ini dapat terjadi :
3. Kebanyakan dari antiseptiksaluran kemih menyebabkan hasil positif palsu pada pemeriksaan
Clinitest.
Fenazopiridin hidroklorida (Pyridium), suatu analgesik zat warna azo, merupakan suatu
analgesik saluran kemih yang telah dipakai sejak 40 tahun yang lalu. Obat ini dipakai untuk
meredakan nveri, rasa terbakar, dan sering berkemih serta rasa dorongan berkemih yang
merupakan gejala dan ISK bagian bawah. Obat ini dapat menimbulkan gangguan
warna menjadi jingga kemerahan akibat zat warna, tetapi hal ini tidak membahayakan.
Farmakokinetik
pengikatan pada protein dan waktu paruhnya tidak diketahui. Fenazopiridin dimetabolisme oleh
hati dan diekskresikan ke dalam urin, yang berwarna jingga kemerahan akibat zat warna dalam
Farmakodinamik
Fenazopiridin telah tersedia sejak beberapa dasawarsa yang lalu untuk mengurangi nyeri
dan rasa tidak enak sewaktu berkemih. Obat ini mempunyai efek anestetik pada selaput lendir
saluran kemih; tetapi cara kerja pastinya tidak diketahui. Waktu untuk mencapai konsentrasi
dalam serum untuk obat ini adalah 5 jam, dan lama kerjanya adalah 6-8 jam. Fenazopiridin
biasanya diberikan beberapa kali dalam sehari. Pada penyakit hati atau ginjal yang berat,
Indikasi
Obat ini digunakan untuk mengurangi nyeri, rasa terbakar, urigensi dan frekuensi
kencing yang berlebihan yang erat kaitannya dengan iritasi saluran kemih. Gejala-gejala ini
dapat disebabkan oleh infeksi (sistitis), trauma, pembedahan, endoskpi serta kateterisasi. Obat ini
sebaiknya dihentikan apabila nyeri sudah terkontrol atau tidak boleh dilanjutkan setelah 48 jam
pemakaian karena tidak ada bukti bahwa kombinasi obat ini dengan antibiotika lebih bermanfaat
Efek Samping
Efek samping yang paling sering adalah gangguan saluran cerna dan pusing. Obat ini
membentuk warna urin menjadi oranye atau merah. Dan ada pada beberapa kasus anemia
hemoitik, gangguan ginjal dan hati yang timbul, terutama pada pemberian dosis takar lajak.
Skema 2 menjelaskan perilaku farmakologik dari fenazopiridin.
FENAZOPIRIDIN
(Pyridim)
KONTRADIKSI
Penyakit hati dan ginjal yang berat
INTERAKSI
Tidak diketahui
FARMAKOKINETIK
Absorbsi : PO; diabsorbsi dengan baik
Distribusi : PP; TD
(Metabolisme : t½; TD
Eliminasi: ke dalam urin
FARMAKODINAMIK
PO: Mula : TD
P: 5 jam
L: 6-8 jam
EFEK TERAPEUTIK
Meredakan iritasi saluran kemih akibat infeksi
EFEK SAMPING
Anoreksia, mual, muntah, diare, sakit ulu hati, ruam kulit, urin berwarna jingga-merah
REAKSI YANG MERUGIKAN
Hepatotoksisitas, nefrotoksisitas, trombositopenia, agranulositopenia, lekopenia, anemia
hemolitik
KET : PO: per oral, PP: pengikatan pada protein, t½: waktu paruh, P: waktu mencapai kadar
puncak, L: lama kerja, TD: tidak diketahui.
C. PERANGSANG SALURAN KEMIH
Jika fungsi kandung kemih menurun atau hilang akibat kandung kemih neurogenik
(suatu disfungsi akibat lesi pada sistem saraf) akibat cedera medula spinalis (paraplegia,
hemiplegia) atau cedera kepala yang berat, maka dapat dipakai parasimpatomimetik untuk
merangsang miksi (berkemih). Obat pilihannya, yaitu betanekol klorida (Urecholine), merupakan
suatu perangsang saluran kemih, juga dikenal sebagai parasimpatomimetik yang bekerja
langsung (kolinomimetik), dan obat ini bekerja dengan meningkatkan tonus kandung kemih.
Spasme saluran kemih akibat infeksi atau cedera dapat diredakan dengan antispasmodik
yang bekerja langsung pada otot polos dari saluran kemih. Kelompok obat-obat ini (dimetil
sulfoksida juga dikenal dengan DMSOI, oksibutinin, dan flavoksat) merupakan kontraindikasi
jika terdapat obstruksi saluran kemih atau gastrointestinal, atau jika orang tersebut menderita
dan antikolinergik. Efek sampingnya meliputi mulut kering, peningkatan denyut jantung, pusing,
E. DIURETIK
Diuretika adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan
natrium klorida. Secara normal, rearbsorbsi garam dan air dikendalikan masing-masing oleh
aldosteron dan vasopresin (hormon antidiuretik, ADH). Sebagian besar diuretik bekerja dengan
menurunkan rearbsobsi oleh tubulus (atas). Ekskresi elektrolit yang meningkat diikuti oleh
peningkatan ekskresi air, yang penting untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Diuretik
digunakan untuk mengurangi edema pada gagal jantung kongestif, beberapa penyakit ginjal, dan
sirosis hepatis. Beberapa diuretik, terutama tizaid secara luas digunakan pada terapi hipertensi,
namun kerja hipotensif jangka panjangnya tidak hanya berhubungan dengan sifat diuretiknya.
Tizaid dan senyawa yang berkaitan bersifat aman, aktif secara oral, namun merupakan
diuretik yang relatif lemah. Obat yang lebih efektif adalah high celling atau diuretik loop. Obat
ini mempunyai awitan yang sangat cepat dan durasi kerja yang cukup pendek. Obat ini sangat
kuat dan bisa menyebabkan ketidakseimbanangan elektrolit serta dehidrasi yang seruis.
Metolazon merupakan obat yang berkaitan dengan tizaid dan aktivitasnya berada diantara
diuretik loop dan tizaid. Metolazon mempunyai efek sinergis yang kuat dengan furosemid dan
kombinasi tersebut bisa efektif pada edema yang resisten dan pada pasien dengan gagal ginjal
yang seruis. Tizaid dan diuretik loop meningkatkan ekskresi kalium, dan mungkin dibutuhkan
Beberapa diuretik bersifat ‘hemat kalium’. Duiretik ini lemah bila digunakan tersendiri,
namum menyebabkan retensi kalium dan sering diberikan bersama tizaid atau diuretik loop
1. Tizaid
Tizaid terbentuk dari inhibitor karbonat anhidrase. Akan tetapi aktivitas diuretik obat ini
tidak berhubungan dengan efeknya pada obat tersebut. Tizaid digunakan secara luas pada terapi
gagal jantung ringan dan hipertensi, dimana telah terbukti bahwa obat tersebut menurukan
insidensi stroke. Terdapar banyak macam tizaid, namun satu-satunya perbedaan utama adalah
Tizaid bekerja terutama pada segmen awal tubulus distal, dimana tizaid menghambat
rearbsorbsi NaCl dengan terikat pada sinporter yang berperan untuk kontraspor Na+/Cl-
elektronetral. Terjadi peningkatan eksresi Cl-, Na+ dan disertai H2O. Beban Na yang meningkat
dalam tubulus distal menstimulasi pertukaran Na+ dengan K+ dan H+, meningkatkan sekresinya
Efek Simpang
Efek simpang termasuk kelemahan, impotensi dan kadang-kadang ruam kulit. Reaksi
alergi yang serius (misalnya trombositopenia) jarang terjadi. Yang lebih sering terjadi adalah
- Hipokalemia bisa mempresitipasi aritmia jantung, terutama pada pasien yang mendapat digitalis.
Hal ini dapat dicegah dengan pemberian suplemen kalium bila dibutuhkan, atau terapi kombinasi
- Hiperurisemia. Kadar asam urat dalam darah sering kali meningkat karena tizaid disekresi oleh
sistem sekresi asam organik dalam tubulus dan berkompetisi untuk sekresi asam urat. Keadaan
- Toleransi glukosa bisa terhanggu dan tizaid adalah kontraindikasi pada pasien diabetes tidak
tergantung insulin.
- Lipid. Tizaid meningkatkan kadar kolesterol plasma paling tidak selama 6 bulan pertama
2. Diuretik Loop
Diuretik loop (biasanya furosemid) diberikan secara oral dan digunakan untuk
mengurangi edema perifer dan edema paru pada gagal jantung sedang sampai berat. Obat ini
diberikan secara intravena pada pasien dengan edema paru akibat gagal ventrikel akut. Tidak
seperti tizaid, diuretik loop efektif pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.
Mekanisme Kerja
Obat yang bekerja di loop menghambat rearbsorbsi NaCl dalam ansa Henle asendens
segmen tebal. Segmen ini mempunyai kapasitas yang besar untuk merearbsorsi NaCl sehingga
obat yang bekerja pada tempat ini menyebabkan diuresis yang lebih hebat daripada duiretik lain.
Diuretik loop bekerja pada membran lumen dengan cara menghambat kontraspor Na+/K+/2Cl-.
(Na+ secara aktif ditranspor keluar sel ke dalam intertisium oleh pompa yang tergantung pada
Na+/K+ -ATPase di membran basolateral). Spesifisitas diuretik loop disebabkan oleh konsentrasi
lokalnya yang tinggi dalam tubulus ginjal. Akan tetapi, pada dosis tinggi obat ini bisa
Efek Simpang
Obat ini bekerja di loop dan dapat menyebabkan hiponatremia, hipotensi, hipovolemia,
dan hipokalemia. Kehilangan kaliun seperti dengan pemberian tizaid, secara klinis seringkali
tidak penting kecuali bila terdapat faktor resiko tambahan untuk aritmia (misalnya terapi dengan
digoksin). Ekskresi kalium dan magnesium meningkat dan dapat terjadi hipomagnesemia.
Penggunaan diuretik loop yang berlebihan (dosis tinggi, pemberian secara intravena) bisa
Diuterik ini bekerja pada segmen yang berespon terhadap aldosteron pada nefron distal,
mengantagonis aldosteron (spironolakton) atau memblok kanal Na+ (amilorid, triamteren). Hal
ini menyebabkan potensial listrik epitel tubulus menurun, sehingga gaya untuk sekresi K+
berkurang. Obat ini dapat menyebabkan hiperkalemia berat, terutama pada pasien dengan
gangguan ginjal. Hiperkalemia juga mungkin terjadi bila pasien mengkonsumsi inhibitor ACE
(misalnya kaptopril), karena obat ini menurunkan sekresi aldosteron (dan selanjutnya ekskresi
K+).
sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan sekresi K+ yang ‘diperkuat
oleh listrik’. Sprinolakton merupakan diuretik lemah, karena hanya 2% dari rearbsorbsi Na+ total
yang berada dibawah kendali aldosteron. Sprinolakton digunakan terutama pada penyakit hati
dengan asites, sindrom Conn, (hiperaldosteronisme primer) dan gagal jantung berat.
Amilorid dan triamteren menurunkan preamibilitas membran lumen terhadap Na+ pada
distal nefron dengan mengisi kanal Na+ dan menghambatnya dengan perbandingan 1:1. Hal ini
meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan ekskresi K+.
BAB III
PENGKAJIAN
Kaji pasien untuk adanya tanda dan gejala infeksi saluran kemih (frekuensi, urgensi, nyeri dan
rasa terbakar saat berurinasi; demam; urin keruh atau berbau busuk) sebelum dan secara periodik
selama terapi.
Dapatkan spesimen untuk kultur dan sensitivitas sebelum dan selama pemberian obat.
Pantau perbandingan asupan dan haluaran. Beritahu dokter adanya selisih total yang signifikan.
Pertimbangan Tes Lab: HSD harus dipantau secara rutin pada pasien yang menjalani terapi
jangka panjang.
Dapat menyebabkan peningkatan glukosa serum, alkaline fosfatase, BUN dan kreatinin.
Dapat menyebabkan hasil positif palsu pada tes glukosa urin dengan tembaga sulfat (Clinitest ).
Gunakan metode tes enzimatik glukosa (Ketodiastix atau Tes-tape) untuk memeriksa glukosa
urin.
Nyeri (indikasi).
Tanda-Tanda dan gejala-gejala infeksi saluran kemih pada klien akan hilang dalam 10 hari.
IMPLEMENTASI
PO: Berikan bersama makanan atau susu untuk meminimalkan iritasi GI, untuk memperlambat
dan meningkatkan absorbsi, untuk meningkatkan konsentrasi puncak, dan untuk memperpanjang
Berikan preparat cair denga alat ukur yang sudah dikalibrasi. Kocok dengan baik sebelum
diberikan. Suspensi oral dapat dibantu dengan air, susu, jus buah atau formula bayi. Kumur
dengan air setelah pemberian suspensi oral untuk mencegah perubahan warna gigi.
Nitrofurantoin :
Instruksikan pasien untuk mengkonsumsi obat dalam 24 jam sesuai anjuran. Jika ada satu dosis
yang terlewat, segera konsumsi dan buat jarak sekitar 2-4 jam dengan dosis berikutnya. Jangan
Dapat menyebabkan pusing atau mengantuk. Peringatkan pasien untuk tidak mengendarai
kendaraan atau melakukan aktifitas lain yang memerlukan kewaspadaan sampai respons terhadap
obat diketahui.
Beritahu pasien bahwa obat ini dapat menyebabkan urin berwarna kuning-karat sampai cokelat,
ruam kulit, kebas atau kesemutan pada jari tangan dan kaki, atau ketidaknyamanan GI yang tidak
dapat ditoleransi. Laporkan juga tanda-tanda superinfeksi (urin keruh atau berbau busuk; iritasi
perineum; disuria).
Instruksikan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika tidak ada perbaikan yang terlihat
Metenamin :
Nasehatkan klien untuk meminum sari buah cranberry atau meminum vitamin C atas
persetujuan dokter untuk menjaga agar urin tetap asam. Makanan yang bersifat basa, seperti susu
dan beberapa macam sayur-sayuran, dapat rneningkatkan pH urin. pH urin harus kurang dan 5,5
Quinolon :
Nasehatkan klien untuk menghindari menjalankan mesin yang berbahaya atau mengemudikan
Nasehatkan klien bahwa fotosensitivitas merupakan efek samping dan hampir Semua obat
dalam kelompok ini. Klien harus menggunakan sunblock dan baju pelindun jika terkena sinar
matahari.
Beritahu klien untuk minum sedikitnya enam sampai delapan gelas (gelas ukuran 8 ounce)
Fenazopiridin :
Nasehatkan klien bahwa urin akan berubah warna menjadi jingga kemerahan yang tidak
berbahaya.
Betanekol :
Beritahu klien untuk melaporkan jika mengalami rasa tidak enak pada abdomen, diare, mual,
muntah, bertambahnya air liur, rasa dorongan berkemih, kulit wajah kemerahan, atau
berkeringat.
EVALUASI
Hilangnya tanda dan gejala infeksi. Terapi harus dilanjutkan selama minimal 7 hari dan selama
PENGKAJIAN
Informasi umum: Kaji status cairan selama terapi. Pantau berat badan harian, perbandingan
asupan dan haluaran, jumlah dan lokasi edema, bunyi paru, turgor kulit dan membran mukosa.
Kaji pasien untuk adanya anoreksia, kelemahan otot, kebas, kesemutan, parestesia, konfusi dan
rasa haus yang berlebihan. Segera beritahu dokter bila terjadi tanda-tanda ketidakseimbangan
elektrolit.
Peningkatan tekanan intracranial: Pantau status neurologik dan tekanan intracranial pada pasien-
Peningkatan tekanan intraokuler: Pantau nyeri mata yang menetap atau bertambah atau
Pertimbangan tes lab: Pantau elektrolit (khususnya kalium) glukosa, darah, BUN dan kadar
IMPLEMENTASI
Berikan diuretic oral di pagi hari untuk menghindari terganggunya siklus tidur.
Banyak diuretic tersedia dalam kombinasi dengan antihipertensi atau diuretic hemat kalium.
PENYULUHAN PASIEN/KELUARGA
Informasi umum: Peringatkan pasien untuk melakukan perubahan posisi secara perlahan guna
dalam cuaca panas, atau berdiri untuk waktu lama selama terapi dapat memperkuat hipotensi
ortostatik.
Instruksikan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai pedoman kalium diet.
Instruksikan pasien untuk memantau berat badan setiap minggu dan memberi tahu dokter bila
terdapat perubahan yang bermakna. Intruksikan pasien yang menderita hipertensi mengenai
Peringatkan pasien untuk menggunakan tabir surya dan pakaian pelindung guna mencegah
reaksi fotosensitivitas.
Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dahulu dengan dokter atau apoteker sebelum menggunakan
Instruksikan pasien untuk memberi tahu dokter atau dokter gigi mengenai program pengobatan
Anjurkan pasien untuk segera menghubungi dokter bila terjadi kelemahan otot, kram, mual,
berat badan, latihan teratur, pembatasan asupan natrium, pengurangan stress, pengurangan
EVALUASI
Berkurangnya edema
pengobatan hiperaldosteronemia
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
pemeriksaan sebelum memutuskan memberikan obat kepada pasien. Juga harus ada pengecekan
berulang kali sebelum memberikan obat kepada pasien sehingga dapat meminimalisir
kemungkinan terburuk yang akan terjadi apabila ceroboh dalam pemberian obat.
Kepatuhan dalam pemberian obat terjadi apabila aturan pakai obat diresepkan serta
pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar. Sehingga sangat bijaksana jika perawat mau
Cara pemberian obat pada klien yang menderita gangguan pada sistem perkemihan pun
harus diperhatikan para perawat sebagaimana kita ketahui bahwa peran dari saluran perkemihan
sangat penting dalam proses pengeluaran zat-at yang tidak digunakan oleh tubuh dan zat-zat
B. SARAN
Adapun saran dalam makalah yang telah kami susun ini ialah :
1. Sebaiknya tidak sembarangan atau mengira-ngira dalam memberikan dosis obat kepada pasien.
2. Kaji penyakit pasien sebelum memberikan obat, dan berikan obat sesuai dengan tujuan
pemberian.
3. Jangan memberikan obat yang efek samping yang tinggi yang tidak sesuai dengan
kemampuan tubuh pasien dalam mencerna, hal itu dapat menimbulkan terjadinya hal
DAFTAR PUSTAKA
Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. In: Suyono HS. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam 3rd edition. Jakarta, FKUI. 2001.
Purnomo BB: Dasar-Dasar Urologi 2nd Edition . Jakarta, Sagung Seto. 2003
Hooton TM, Scholes D, Hughes JP, Winter C, Robert PL, stapleton AE, Stergachis A, Stamm
WE. A Prospective Study of Risk Factor for Symtomatic Urinary Tract Infection in Young
Women. N Engl J Med 1996; 335: 468-474.
Burke JP. Infection Control- A Problem for Patient Safety. N Engl J Med2008; 348: 651-656.
Kennedy ES. Pregnancy,Urinary Tract infections. http://www.eMedicine.com. last updated 8
August 2007. accesed 22 February 2008.
Stamm WE. An Epidemic of Urinary Tract Infections? N Engl J Med 2001; 345: 1055-1057.
Jawetz E. Sulfonamid dan trimetoprim. In: Katzung BG (Ed): Farmakologi dasar dan
klinik. Jakarta, EGC.2002.
Hanno PM et al. Clinical manual of Urology 3rd edition. New york, Mcgraw-hill.2001.
Trevor AJ, Katzung BG, Mastri SB. Katzung and Trevor’s Pharmacology Examination and
Board Review 7th Edition. Newyork, Mcgrtaw-hill.2005.
Katzung BG (Ed). Lange Medical Book. Basic and Clinical Pharmacology 9thEdition,
Newyork, Mcgraw-hill.2001.
Carruthers SG et al. Melmon and Morrelli’s Clinical Pharmacology 4th edition,
Newyork, Mcgraw-hill.2000.
Urinary Tract Infection. http://www.wikipedia.com. last updated on February 19 2008. accesed
on February 22 2008.
Fihn SD. Acute Uncomplicated Urinary Tract Infection in Women. N Engl J Med 2003; 349:
259-26
Winotopradjoko M et al. Antifektikum kombinasi in: ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat
Indonesia Vol.40Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2005 ;01.06
Diposkan oleh Vicky Aldio Saputra di 15.20
Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)