Nomor : /KEP/DIR/RSDK/I/2019
BAB I
DEFINISI
RUANG LINGKUP
A. Lingkup Area
Panduan ini di terapkan kepada semua pasien rawat inap, rawat jalan, dan pasien
instalasi gawat darurat yang akan menjalani suatu operasi. Pelaksana panduan ini
adalah petugas tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan
lainnya yang bekerja di Rumah Sakit Umum Dadi Keluarga
1. Poliklinik Bedah
2. Ruang rawat Inap
3. IGD
4. Kamar Operasi
5. Poliklinik Gigi
Berangkat dari tingginya kasus kematian bedah di dalam rumah sakit hampir di
seluruh dunia, maka WHO merekomendasikan untuk meningkatkan keselamatan
pembedahan di rumah sakit. Senada dengan misi tersebut, maka Rumah Sakit
Santa Elisabeth menyusun prosedur-prosedur terkait dengan peningkatan
keselamatan pasien pembedahan dan menurunkan angka kematian pasien terkait
prosedur pembedahan.
A. Tujuan
1. Menurunkan angka kematian pasien akibat proses pembedahan /tindakan
invasif.
2. Melakukan konfirmasi ulang untuk identifikasi pasien dan seluruh tim
operasi yang bertugas sebelum operasi dilaksanakan.
3. Mencegah kejadian salah lokasi, salah prosedur, dan salah pasien operasi.
4. Mengatur proses persiapan untuk pembedahan/tindakan invasif yang
aman, mulai dari pasien masuk ke ruang operasi hingga pasien keluar dari
ruang operasi.
5. Menerapkan standar komunikasi yang efektif dalam kasus pembedahan.
6. Menerapkan tindakan antisipasi terhadap segala kemungkinan yang
dapat/mungkin terjadi, khususnya dalam kasus pembedahan yang sifatnya
kompleks , rumit atau dengan penyulit.
7. Melakukan pengecekan akhir terhadap semua alat-alat yang akan di
gunakan dalam proses operasi, baik jenis, jumlah dan fungsinya.
B. Dasar Hukum
1. Undang- undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang- undang RI No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Keputusan Menteri Kesehatan No 129/ MENKES/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1173/ MENKES.PER/X/2004 tentang
standar Akreditasi RS
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1691/MENKES/per/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
C. Pemberian Marking Site
1. Proses pemberian marking site dilakukan pada pasien yang akan menjalani
operasi pembedahan.
a. Proses pemberian marking site dilakukan di tempat sebelum pasien
dipindah ke ruangan tempat prosedur pembedahan dilakukan.
b. Pemberian marking site dilakukan dengan metoda penandaan khusus
menggunakan marker warna hitam. Diberi simbol tanda bulat (O).
c. Pemberian marking site dilakukan oleh operator bedah.
d. Proses pemberian marking site dilakukan dengan konfirmasi melibatkan
pasien, tentang lokasi operasi dan prosedur operasi yang akan dilakukan;
agar pasien mengerti keadaannya dan tindakan pembedahan/intervensi
yang akan dilakukan . Perkecualian pada pasien tidak sadar atau tidak
mampu berkomunikasi marking site dilakukan di depan keluarga inti
dengan disaksikan perawat atau dokter yang ada di ruangan tersebut.
Pada kondisi khusus ini pemberian marking site dilakukan dengan
pendampingan keluarga / penanggung jawab.
2. Kriteria Marking Site:
a. Marking site dilakukan pada operasi yang melibatkan:
1) Sisi kanan/kiri tubuh
2) Struktur tubuh berlevel/multi level (antara lain: jari tangan/kaki,
tulang belakang)
3) Struktur di garis tengah (antara lain: thyroid)
4) Organ tubuh tunggal ( antara lain: limpa, hati )
b. Marking Site tidak dilakukan pada
1) Semua jenis operasi Endoscopy yang tidak direncanakan. Prosedur
invasif yang tidak memungkinkan dilakukan penandaaan luka
operasi.
2) Prosedur yang bmenggunakan metode insisi garis tengah untuk
penanganan khusus pada satu organ spesifik, misalnya operasi caesar
(caesarean section), Hysterectomy atau Thyroidectomy
diperbolehkan untuk tidak dilakukan penandaan luka.
3) Untuk kasus operasi gigi atau pada selaput lendir terutama pada
rencana ektraksi gigi yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan penijauan terhadap catatan radiografi gigi dan
penomoran anatomi,penandaan dapat dilakukandengan
mencantumkan keterangan pada catatan medis pasien mengenai
lpkasi pembedahan yang akan dilakukan.
4) Jika ada lesi atau luka pada area yang akan ditandai maka penandaan
luka tidak perlu dilakukan.
5) Daerah atau wilayah lain pada tubuh pasien yang secara anatomis
dan secar teknis sulit untuk dilakukan penandaan luka misalnya pada
bayi prematur atau neonatus
6) Untuk pasien yang tidak di tandai, harus dilakukan verifkasi pasien
mengenai rencana tindakan/operasi disaat aplikasi ceklist
kesempatan pasien operasi pada bagian time out.Ini dilakukan
dengan melihat dokumen lain yang relevab, termasuk rekam medik
pasien,hasil pemeriksaan diagnostik dan radiologi, dan dilakukan
double check atau diperiksa oleh dua orang yang berbeda.
7) Pada kasus bedah mata atau THT, penendaan luka dilakukan dengan
inform concent
D. Pelaksanaan Keselamatan Pembedahan Pasien di Rumah Sakit Umum Dadi
Keluarga
Pasien yang akan dilakukan pembedahan baik dari instalasi Gawat Darurat,
unit rawat jalan dan ruang rawat inap wajib dilakukan verifikasi dengan
menggunakan check list keselamatan pembedahan. Tujuan utama dari WHO
Surgical Safety Chekklist dan manualnya untuk membantu mendukung bahwa
tim secara konsisten mengikuti beberapa langkah keselamatan yang kritis dan
meminimalkan hal yang umum dan resiko yang membahayakan dan dapat
dihindari dari pasien bedah. Cheklist ini juga memandu interaksi verbal antar
tim sebagai arti konfirmasi bahwa standar perawatan yang tepat dipastikan
untuk setiap pasien.Cheklist membedakan operasi menjadi 3 fase dimana
hubungan dengan waktu tertentu seperti prosedur normal periode sebelum
insisi pembedahan dan periode selama atau setelah penutupan luka tapi
sebelum pasien masuk ke Recovery Room. Cheklist pelaksanaan keselamatan
pembedahan pasien di Rumah Sakit Umum Dadi Keluarga meliputi 3 fase
sebagai berikut:
1) Nama pasien
2) Tangggal lahir pasien
3) Jenis operasi
4) Lokasi operasi
1) Rekammedispasien.
2) Inform consent pembedahan dan anestesi terisi lengkap dan sudah
diberikan persetujuan.
2. Time Out ( Sebelum Mengiris Kulit )
1) Tim Bedah: langkah apa saja yang akan diterapkan pada keadaan
kritis dan tidak diharapkan, durasi operasi, dan kemungkinan jumlah
pendarahan.
2) Tim anestesi: identifikasi hal kritis penting terkait kondisi pasien
dalam proses pembedahan.
3) Tim Keperawatan: identifikasi kelengkapan alat bedah yang akan
dibutuhkan dan status sterilisasinya.
4) Kelengkapan foto (imaging) serta pemeriksaan penunjang yang
relevan tersedia, diberi label dengan baik dan dipampang di tempat
yang terlihat oleh tim bedah.
DOKUMENTASI