Anda di halaman 1dari 3

A.

Eksplorasi Minyak Bumi


Umumnya metode geolistrik jarang digunakan untuk eksplorasi minyak dan gas
bumi dikarenakan metode ini tidak dapat menjangkau wilayah yang dalam
karena jangkauannya berkisar 1000-1500 kaki dibawah permukaan bumi.
Padahal minyak bumi umumnya terakumulasi kedalaman di atas 1000 meter
dibawah permukaan bumi. Namun untuk kasus reservoir minyak bumi yang
dangkal metode geolistrik ini bias digunakan. Prinsip dasarnya adalah bahwa
setiap batuan berpori akan di isi oleh fluida. Fluida ini bisa berupa air, minyak
ataupun gas. Membedakan kandungan fluida di dalam batuan salah satunya
dengan menggunakan sifat resistan yang ada pada fluida. Fluida air memiliki
nilai resistan yang rendah dibandingkan dengan minyak, demikian pula nilai
resistan minyak lebih rendah dari pada gas. dari data log kita hanya bisa
membedakan resistan rendah dan resistan tinggi, bukan jenis fluida karena nilai
resitan fluida berbeda beda dari tiap daerah. sebagai dasar analisis fluida perlu
kita ambil sampel fluida di dalam batuan daerah tersebut sebagai acuan kita
dalam interpretasi jenis fluida dari data resistiviti yang kita miliki.
B. Eksplorasi Batubara
Salah satu metoda geofisika yang dapat digunakan untuk memperkirakan
keberadaan dan ketebalan batubara di bawah permukaan adalah metoda
geolistrik tahanan jenis. Metoda geolistrik dapat mendeteksi lapisan batubara
pada posisi miring, tegak dan sejajar bidang perlapisan di bawah permukaan
akibat perbedaan resistansi perlapisan batuan yang satu dengan yang lain,
karena pada umumnya batubara memiliki harga resistansi tertentu. Metode
geolistrik memiliki beberapa variasi konfigurasi, beberapa yang umum
digunakan antara lain ; konfigurasi schlumberger, wenner dan dipole – dipole.
Setiap konfigurasi memiliki hasil pemodelan dan resolusi yang berbedabeda.
Dalam eksplorasi batubara sering kali beberapa peneliti menggunakan
konfigurasi dipole – dipole atau yang berifat “pole” (mengutub). Hal ini
menjadi “tidak tepat” karena biasanya kondisi seam batubara adalah berlapis /
melampar, selain itu kedalaman yang dicapai cukup dangkal, sehingga target
seam yang dalam tidak ter-cover. Metode yang lebih tepat digunakan adalah
konfigurasi wennerschlumberger, konfigurasi ini memiliki resolusi yang baik
dan penentrasi kedalaman yang lebih dalam. Akan tetapi tetap harus
disesuaikan dengan kondisi geologi daerah survei. Ambiguitas yang tinggi
menyebabkan tingkat kesalahan interpretasi menjadi tinggi. Batubara memiliki
respon yang resistif terhadap arus listrik, respon ini pula yang diberikan oleh
batupasir, batugamping dan batuan beku. Oleh karena itu perlu sekali kalibrasi
terhadap harga resistivitas batubara di lapangan, sehingga harga tersebut dapat
digunakan sebagai acuan respon batubara.
C. Eksplorasi Geothermal
Metoda tahanan jenis digunakan untuk mengetahui sebaran zona prospek panas
bumi, struktur resistivitas dan hubungannya dengan system hidrologi dan
termal yang berasosiasi dengan reservoar panas bumi. Dalam eksplorasi panas
bumi digunakan metode geolistrik tahanan jenis untuk memetakan harga
tahanan jenis batuan di daerah penelitian dalam rangka menentukan daerah
konduktif yang merupakan batas reservoir panas bumi. Peninjauan yang
dilakukan dengan cara profiling untuk memperoleh gambaran umum daerah
prospek panasbumi.
D. Eksplorasi Mineral Logam/Bijih Besi
Dalam eksplorasi mineral atau bijih besi digunakan metode geolistrik polarisasi
terimbas. Metode polarisasi terimpas ini mampu mengukur nilai chargeability
atau kemampuan suatu medium untuk menyimpan muatan. Mengenai polarisasi
yang terjadi pada batuan dan tanah adalah melingkupi penyebaran atau difusi
ion-ion menuju mineral-mineral logam dan pergerakan ion-ion di dalam pore-
filling elektrolit. Yang menjadi efek utama atau mekanisme utama yang terjadi
dalam suatu proses polarisasi adalah polarisasi elektroda atau electrode
polarization. Sehingga adanya kandungan mineral logam dalam batuan akan
meningkatkan nilai chargeability batuannya.
E. Eksplorasi Batugamping
Batugamping merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling
banyak jumlahnya.Batugamping itu sendiri terdiri dari batugamping non-
klastik dan batugamping klastik. Secara umum batu gamping memiliki tekstur
batuan yang kompak dan memiliki sifat porositas sekunder yang menyebabkan
batugamping ini memiliki sifat yang khas daripada batuan yang lainnya.
Batugamping yang memiliki tekstur yang kompak akan memberian kontras
nilai resistivitas yang besar dibandingkan batuan sekitarnya mengingat semakin
kompak suatu batuan maka nilai resistivitas akan semakin besar. Batugamping
juga dapat memiliki sifat porositas dan permeabilitas yang tinggi yang bias
menjadi suatu akifer produktif di kawasan karst. Sehingga dapat menurunkan
nilai resistivitasnya.
Metode Geolistrik resistivitas digunakan untuk memperkirakan formasi batuan
bawah tanah melalui analisis kemampuan medium untuk menghantarkan listrik
atau kemampuan menghambat arus listrik (resistivitas). Oleh karena itu,
geolistrik banyak digunakan untuk pencarian sasaran yang memiliki kontras
resistivitas yang tinggi dari penyusun lapisan tanah yang lain. Batu gamping
yang yang memiliki tekstur yang kompak akan memberikan harga nilai
resistivitas yang besar dari batuan sekelilingnya. Namun ketika batugamping
tersebut mengalami proses kartstifikasi maka batu gamping tersebut akan
berubah menjadi akuifer air tanah yang baik. Adanya air tanah pada rongga-
ronga batugamping ini memungkinkan menurunnya harga resistivitas
batuannya. Sehingga dalam identifikasi batugamping sangat diperlukan data-
data tambahan seperti sample nilai resistivitas batugamping yang ada
dipermukaan, data konduktivitas dengan metode elektromagnetik dan informasi
geologi (outcrop dan struktur lokal) yang sangat dibutuhkan agar dapat
mempermudah dalam tahap interpretasi.

Anda mungkin juga menyukai