Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ANIMAL CLINIC JAKARTA


KASUS BEDAH
”ENUKLEASI MATA PADA KUCING”

Oleh :

Ghinanafiana Waafi Tuko, S.KH 170130100111070


Hana Razanah, S.KH 170130100111050

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
I. TAHAPAN PEMERIKSAAN

1. Anamnesa
Seekor kucing bernama Petty datang ke Animal Clinic Jakarta pada
tanggal 9 Juli 2018 dengan keadaan mata kanan mengalami prolapsus bulbi, dan
mata kiri terdapat discharge.

Gambar 1. Kucing Petty


2. Signalement
Nama Hewan : Petty
Jenis Hewan : Kucing
Ras/breed : Persian
Warna bulu & Kulit : Black
Jenis Kelamin : Betina
Umur : 2 bulan
Berat badan : 400 gram
Tanda khusus : Tidak ada

3. Status Present
 Keadaan Umum
Perawatan : Terawat dengan baik
Habitus/tingkah laku : Aktif dan berdiri tegap dengan 4 kaki
Gizi : Ideal (BCS 3)
Pertumbuhan Badan : Baik
Sikap berdiri : Berdiri dengan empat kaki
Suhu tubuh : 38.2 ᵒC
Frekuensi nadi : 172 kali/menit
Frekuensi nafas : 24 kali/menit
Adaptasi Lingkungan : Baik

 Kepala dan Leher


Pertulangan kepala : Tampak tegas
Posisi tegak telinga : Kedua telinga tegak ke atas
Posisi kepala : Kepala lebih tinggi dari tulang punggung
 Kulit dan rambut
Aspek rambut : Tidak ada kelainan
Kerontokan : Rontok
Alopecia : Tidak ada
Turgor kulit : <3 detik
Permukaan kulit : Halus

 Mata
Mata dan Orbita Kiri
Palpabrae : Terlihat adanya discharge
Silia : Mengarah keluar
Konjungtiva : Pucat
Membran nictitans : Tersembunyi
Mata dan Orbita Kanan
Palpabrae : Tidak terlihat
Silia : Tidak terlihat
Konjungtiva : Tidak terlihat
Membran nictitans : Tidak terlihat
Bola Mata Kiri
Sklera : Putih
Kornea : Keruh terdapat discharge
Iris : Tidak ada perlekatan
Limbus : Datar
Pupil : Tidak ada kelainan
Refleks pupil : Positif
Vasa injeksio : Tidak ada
Posisi : Simetris
Bola Mata Kanan
Tidak dapat diamati karena mengalami prolapsus bulbi.

 Hidung dan sinus hidung


Bentuk : Simetris
Lubang : Tidak ada kelainan

 Mulut dan Rongga Mulut


Mukosa : Pucat
Gigi : Lengkap
Lidah : Rose, basah

 Telinga
Posisi : Tegak simetris
Kebersihan : Kotor pada telinga kanan dan kiri
Bau : Bau khas serumen
Krepitasi : Tidak ada
Reflek panggilan : Baik dengan ditandai suara
 Leher
Perototan : Simetris
Trakea : Tidak ada batuk
Esophagus :Kosong, tidak ditemui adanya sisa makanan

 Sistem pertahanan
Ln. Mandibularis
Ukuran : Tidak ada kebengkakan
Lobulasi : Lobulasi jelas
Perlekatan : Tidak ada perlekatan
Konsistensi : Lunak
Suhu : Lebih tinggi dari area sekitar
Kesimetrisan : Simetris
Ln. Retropharyngealis
Ukuran : Tidak ada kebengkakan
Lobulasi : Lobulasi jelas
Perlekatan : Tidak ada perlekatan
Konsistensi : Kenyal
Suhu : Sama dengan area sekitar
Kesimetrisan : Simetris kiri-kanan
Ln. Axillaris, Praeskapularis: Tidak ada
Ln. Poplitea
Ukuran : Ukuran sama
Lobulasi : Lobulasi jelas
Perlekatan : Tidak ada perlekatan
Konsistensi : Kenyal
Suhu : Sama dengan suhu area sekitar
Kesimetrisan : Simetris

 Thoraks dan Sistem Pernafasan


Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : Simetris
Tipe pernapasan : Costalis
Ritme : Teratur
Intensitas : Sedang
Frekuensi : 24 x/menit

Palpasi
Penekanan rongga thorax : Tidak ada reflek kesakitan
Palpasi intercostal : Tidak ada reflek kesakitan

 Sistem Sirkulasi
Inspeksi
Ictus cordis/apex jantung : Terasa
Auskultasi
Frekuensi : 172 x/menit
Intensitas : Cepat
Ritme : Teratur
Suara sistol dan diastol : Terdengar jelas
Ekstrasistolik : Tidak ada
Lapangan jantung : Tidak ada perubahan
Pulsus dan jantung : Seirama

 Sistem Pencernaan
Inspeksi
Besarnya : Tidak ada kelainan
Bentuk : Simetris
Suara peristaltik lambung : Ada suara cerna
Palpasi
Epigastrikus : Tidak ada reflek sakit
Mesogastrikus : Tidak ada reflek sakit
Hypogastrikus : Tidak ada reflek sakit
Isi usus halus : Kosong
Isi usus besar : Kosong
Auskultasi
Peristaltik usus : Ada

 Anus
Sekitar anus : Bersih
Refleks sphincter ani : Ada
Pembesaran kolon : Tidak ada kelainan
Kebersihan daerah perineal : Bersih

 Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : Simetris
Perototan kaki belakang : Simetris
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Sudut persendian : Proposional
Cara berjalan/berlari : Koordinatif
Palpasi
Kaki kiri depan : Kompak dan simetris
Kaki kanan depan : Kompak dan simetris
Kaki kiri belakang : Kompak dan simetris
Kaki kanan belakang : Kompak dan simetris
Konsistensi tulang : Tegas dan keras
Reaksi saat palpasi : Tidak ada rasa sakit
Panjang kaki depan ka/ki : Simetris
Panjang kaki blkg ka/ki : Simetris
4. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik di atas, maka diputuskan
untuk melakukan prosedur enukleasi. Sebelum melakukan operasi, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan CBC (Complete Blood Count). Pemeriksaan tersebut
sangat penting sebelum dilakukan operasi untuk mengetahui status kondisi pasien.
Tabel 1. Hasil Uji CBC (Complete Blood Count) kucing Petty tanggal 10
Juli 2016.
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan Interpretasi
WBC 6.82 5,5-19,5 103/μl Normal
3
Limfosit 1.90 1,5-7 10 /μl Normal
3
Monosit 0.20 0-1,5 10 /μl Normal
Neutrofil 4.61 2,5-14 103/μl Normal
3
Eosinofil 0.03 0-1 10 /μl Normal
Basofil 0.00 0-0,2 103/μl Normal
Limfosit 27.9 20-55 % Normal
Monosit 4.0 1-3 % Meningkat
Neutrofil 67.6 35-80 % Normal
Eosinofil 0.4 0-10 % Normal
Basofil 0.0 0-1 % Normal
6
RBC 7.41 5-10 10 /μl Normal
Hemoglobin 9.8 8-15 gr/dl Normal
HCT 30.18 24-45 % Normal
MCV 41 39-55 Fl Normal
MCH 13.2 12,5-17,5 Pg Normal
MCHC 32.4 30-36 g/dl Normal
RDWc 22.8 % Normal
PLT 191 300-800 F1 Menurun
PCT 0.17 % Normal
MPV 9.0 12-17 Fl Menurun
PDWc 34.1 % Normal

5. Diagnosa
Berdasarkan hasil anamnesa, signalment, pemeriksaan fisik, serta CBC kucing
Petty didiagnosa mengalami Prolapsus Bulbi.
6. Prognosa
Fausta.
7. Penanganan dan Terapi
 Terapi yang dilakukan pada mata kiri yaitu pemberian obat tetes mata
erlamycetin yang mengandung chloramphenicol 0.5%.
 Terapi yang dilakukan pada mata kanan yaitu operasi enukleasi.
Pre-operasi : Ampicillin 11 mg/kg BB
Operasi : Isoflurance 1-2 %
Post operasi : Terramycin
II. METODE OPERASI

1. Persiapan Ruang Operasi


Prosedur persiapan yang pertama kali dilakukan sebelum melakukan
operasi enukleasi yaitu membersihkan seluruh area atau ruangan operasi dengan
cara disapu, dipel dan disterilisasi menggunakan lampu ultraviolet untuk
mencegah kontaminasi. Meja operasi dibersihkan menggunakan larutan
desinfektan dengan cara mengambil 1 ml TH4+ dilarutkan dalam 1 liter air.
Ruangan atau tempat yang digunakan untuk operasi harus dijaga kondisi suhu 20-
25oC untuk membuat suasana ruangan nyaman.

2. Persiapan Alat dan Bahan


Alat – alat yang digunakan dalam operasi adalah seperangkat alat bedah
minor yang terdiri dari 2 pinset anatomis dan sirurgis, 1 gagang scalpel dan blade,
3 gunting (tumpul-tumpul lurus, tumpul-lancip lurus, tumpul-lancip bengkok), 4
tang arteri anatomis lurus, 2 tang arteri anatomis bengkok, 2 tang arteri sirurgis
lurus, 1 needle holder. Dua set perlengkapan baju bedah (sterile gown) dan
penutup kepala (cap) untuk operator dan asisten operator, lap, tampon kasa, blade
size 15, 1 benang polyglicolid acid ukuran 3.0, kain penutup/duk, gamex/gloves,
masker, stetoskop, termometer, meja operasi, lampu operasi, underpad, Elizabeth
Collar ukuran 7.5, monitor nafas, alat anasthesi
Bahan-bahan yang digunakan meliputi alkohol 70%, , Ampisilin 22 mg/kg
BB SC, Isoflurance 1-2 % .

3. Persiapan Hewan
Hewan sebelum operasi di puasakan 8-12 jam yang bertujuan untuk
mengosongkan lambung dari makanan agar tidak muntah saat diinduksi anastesi.
Terjadinya muntah pada saat operasi harus dihindari karena pemberian anestesi
akan menghilangkan reflek menelan dan epiglotis, sehingga bila terjadi muntah
cairan dapat masuk ke dalam saluran pernafasan dan menimbulkan aspirasi
pneumonia.
Sebelum dilakukan operasi, kucing Petty di cukur rambut disekitar orbita
kanannya. Area sudah dicukur, lalu dibersihkan menggunakan aseptic gel yang
mengandung alcohol 70%. Hewan kemudian dibaringkan di atas meja operasi
dengan posisi rebah ventral. Pada kucing Petty tidak dilakukan pemasangan ETT
(EndoTracheal Tube) dikarenakan hewan terlalu kecil. Tujuan ETT sendiri adalah
untuk membuka jalan saluran pernapasan, mencegah terjadinya aspirasi
pneumonia dan untuk menghubungkan hewan dengan alat anasthesi dan
oksigenasi hal ini bisa diminimalisir dengan kecapatan operasi, sehingga pada
kucing Petty harus dilakukan monitoring nafas secara manual.

4. Persiapan Obat-obatan
Tabel 2. Daftar Obat yang Diberikan

No. Obat Jenis Dosis (mg/kg BB) Jumlah Rute


1. Ampisilin Antibiotik 22 mg/kg BB 0,1 ml SC
2. Isofluran Anestesi 1-2 % selama 1 jam PI
5. Persiapan Operator dan Asisten Operator
Tim bedah terdiri dari 3 orang operator yang melaksanakan operasi.
Pertama yaitu operator bedah sebagai seorang yang melakukan kegiatan bedah,
asisten operator yang membantu operator dalam melakukan kegiatan operasi, serta
paramedis yang menangani peralatan, obat-obatan dan memonitor pembiusan,
suhu, frekuensi pernafasan serta jantung.
Persiapan dilakukan oleh operator dan asisten operator. Operator dan asisten
operator membersihkan diri termasuk memotong kuku, rambut tidak boleh
menjuntai, tidak boleh menggunakan acessoris pribadi, menggunakan baju yang
bersih. Setelah itu operator dan asisten operator mencuci tangan dengan sabun
chlorhexidine dan digosok menggunakan sikat secara beruntut dari jari tangan ke
arah siku. Selanjutnya dikeringkan menggunakan handuk kering yang sudah
disterilisasi. Setelah kering dan bersih, menggunakan baju operasi yang sudah
disterilisasi. Setelah itu memakai sarung tangan steril khusus bedah. Selanjutnya
asisten operator menyiapkan peralatan bedah minor (towel clamp, scalpel, pinset,
gunting, hemostat dan needle holder).
III. PEMBAHASAN

Pada tanggal 9 Juli 2018 kucing ras persia bernama Petty dengan jenis
kelamin betina dan berat badan 400 gram datang ke Animal Clinic Jakarta dengan
kondisi mata kanan prolapsus bulbi. Pemeriksaan fisik yang dilakukan yakni
melakukan inspeksi dan palpasi pada regio orbitalis. Berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik tersebut, diketahui bahwa kucing Petty mengalami kebutaan
pada mata sebelah kanan dan keluarnya discharge pada mata kiri. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan Complete Blood Count (CBC).
Berikut adalah hasil hematologi darah kucing Petty:
Tabel 3. Hasil CBC Kucing Petty

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan Interpretasi


WBC 6.82 5,5-19,5 103/μl Normal
Limfosit 1.90 1,5-7 103/μl Normal
Monosit 0.20 0-1,5 103/μl Normal
Neutrofil 4.61 2,5-14 103/μl Normal
Eosinofil 0.03 0-1 103/μl Normal
Basofil 0.00 0-0,2 103/μl Normal
Limfosit 27.9 20-55 % Normal
Monosit 4.0 1-3 % Meningkat
Neutrofil 67.6 35-80 % Normal
Eosinofil 0.4 0-10 % Normal
Basofil 0.0 0-1 % Normal
RBC 7.41 5-10 106/μl Normal
Hemoglobin 9.8 8-15 gr/dl Normal
HCT 30.18 24-45 % Normal
MCV 41 39-55 Fl Normal
MCH 13.2 12,5-17,5 Pg Normal
MCHC 32.4 30-36 g/dl Normal
PLT 191 300-800 F1 Menurun
PCT 0.17 % Normal
MPV 9.0 12-17 Fl Menurun

Hasil CBC menunjukkan terdapat abnormalitas yaitu adanya peningkatan


jumlah monosit, penurunan jumlah platetet serta penurunan MPV (Mean Platelet
Volume). Jumlah monosit kira-kira 3-8% dari total jumlah leukosit. Monosit
memiliki dua fungsi yaitu sebagai fagosit mikroorganisme (khusunya jamur dan
bakteri) serta berperan dalam reaksi imun (Bijanti, dkk. 2010). Sel monosit ini
berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh sekunder, dapat memfagositosis
dengan baik dan termasuk dalam makrofag. Terjadinya peningkatan jumlah
monosit berkaitan dengan infeksi virus, bakteri dan parasit tertentu. hasil
pemeriksaan platelet (trombosit) menunjukkan nilai dibawah normal, keadaan ini
disebut trombositopenia, hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai macam
faktor misalnya karena bleeding. Thrombositopenia merupakan kondisi
kekurangan platelet sehingga meningkatkan resiko terjadinya bleeding.
Trombositopenia terjadi ketika bone marrow membuat platelet yang terlalu sedikit
atau terjadi ketika banyak platelet yang dihancurkan. Platelet merupakan sel yang
bersirkulasi dalam aliran darah dan membantu proses clotting. Ketika jumlah
platelet yang bersirkulasi rendah maka dapat mengakibatkan terganggunya proses
penyembuhan luka dikarenakan platelet berfungsi sebagai pembekuan darah.
Mean platelet volume (MPV) menunjukkan ukuran platelet yang di produksi bone
marrow.
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
diagnosa kucing Petty mengarah ke Feline Herpes Virus-1 (FHV-1). FHV-1
masuk melalui hidung, mata dan oral. Infeksi ditandai dengan replikasi litik di
epitel sel-sel membrane mukosa hidung, nasofaring. Replikasi virus ini
berlangsung di dalam inti dan kebanyakan bersifat laten (Rantam, 2005). Virus
akan menginvasi sel epitel dan menyebabkan permukaan epitel menjadi erosi dan
inflamasi. Pada sel epitel trakea juga dapat dilapisi oleh fibrin dan debris sel yang
mengalami nekrosis disertai dengan neutroful yang bermigrasi ke mukosa,
sedangkan di submukosa trakea terdapat infiltrasi limfosit, sel plasma dan
makrofag (Maes et al., 2011).
Infeksi FHV-1 sering terjadi pada neonatal dan anak kucing umur 1-4
minggu. Kejadian ini dinamakan neonatal ophtalmia, dengan gejala mata
membengkak dan banyak eksudat seperti nanah jika dibuka kelopak matanya.
Kejadian ini dapat ditularkan melalui induk atau sesaat setelah dilahirkan. Gejala
klinis FHV-1 adalah konjungtivitis, bersin, rhinitis, demam, depresi, kehilangan
nafsu makan. Konjugtivitis dapat menyebabkan adanya discharge ocular.
Discharge pada awal infeksi secara umum akan tampak serous dan akan
berkembang menjadi mucopurulen apabila disertai infeksi bakteri (Sajuthi, dkk.
2015). Infeksi FHV-1 akan membuat inflamasi yang akan mengaktifkan mediator
inflamasi seperti histamine, prostaglandin dan bradikinin yang memicu rasa gatal.
Pada kasus kucing Petty, prolaps mata yang terjadi kemungkinan karena trauma
akibat di garuk.
Salah satu teknik operasi mata adalah enukleasi, yaitu pembedahan pada
mata dengan cara mengangkat bola mata dan syaraf mata (Wyman et. al. 2007).
Indikasi enukleasi adalah pada kejadian rusaknya kornea atau injury intraocular,
endophthalmitis, intraocular neoplasia, proptosis, dan uveitis intact. Metode
enukleasi terdapat dua macam yaitu metode transpalpebrae dan transkonjunctiva.
Pemilihan metode didasarkan pada kondisi patologi mata, anatomi mata pasien
dan preferensi dokter bedah (Fossum, 2013).
Setelah itu dilakukan pemasangan towel clamp kecil untuk memfiksir area
yang akan dioperasi. Teknik yang digunakan dalam enukleasi ini adalah teknik
transkonjunctiva. Kelebihan metode transkonjunctiva dibandingkan dengan
metode lain yatu hilangnya jaringan orbita lebih minimal dan resiko bleeding
yang lebih minimal (Fossum, 2013). Enukleasi transkonjunctiva dilakukan dengan
cara melakukan canthotomy lateral untuk mengekspose area operasi menggunakan
blade. Kemudian clamp pada area yang akan dipotong untuk mengurangi
hemoragi. Kemudian buat incisi 360° pada bulbar konjunctiva (peritomy) disekitar
limbus menggunakan gunting tumpul yang kecil. Pada tepi orbita, gunakan
gunting Metzenbaum bengkok untuk menggunting bulbar konjunctiva hingga
subtenon space untuk mengekspose musculus extraocular. Lakukan incisi
musculus extraocular pada bagian yang terdekat dengan sclera. Kemudian clamp
serta dilakukan ligasi pada nervus opticus, musculus retractor bulbi dan
vasculature sekitar menggunakan hemostat bengkok. Jangan menarik mata karena
dapat mengakibatkan sobeknya nervus opticus pada optic chiasm yang akan
membutakan mata yang lain. Pastikan untuk memotong nervus opticus dan
hindari mempotong sclera posterior. Kontrol bleeding menggunakan tampon
steril. Buang kelenjar lakrimal dan seluruh konjunctiva. Buang tepi palpabrae
dengan melakukan incisi pada dasar nictitan. Buang seluruh nictitan termasuk
kartilago dan kelenjar pada dasar nictitan. Buang tepi palpabrae dengan gunting,
dimulai dari area awal cathotomy. Dalam mencegah adanya dead space, tepi
palpabrae bagian hairless dapat dilakukan pemotongan. Untuk mencegah kista
post-enukleasi, tutup bagian orbital septum pada kelopak mata dengan pola simple
interrupted menggunakan benang polyglicolic acid (absorbable) nomor 3.0 lalu,
jahit jaringan subkutan menggunakan pola simple continuous dengan benang
polyglicolic acid (absorbable) nomor 3.0.

Gambar 2. Enukleasi transkonjunctiva. A, Lakukan cantothomy lateral dengan


gunting. B, Buat incisi pada konjunctiva (peritomy) sebesar 360°. C, Cari
perlekatan musculus extraocular dan incisi pada bagian terdekat dengan sklera. D,
Clamp nervus opticus dan musculus retractor bulbi dengan hemostat bengkok
kemudian dilakukan incise. E, Buang bagian nictitan dan konjunctiva sekitar. F,
Buang tepi palpabrae sebelum melakukan jahitan orbita.
Gambar 3. Kucing Petty setelah enukleasi
Perawatan post-operasi yang dilakukan terhadap kucing Petty yaitu dengan
melakukan pembersihan luka kemudian ditetes dengan Erlammycetin gtt. dan
diberi Amoxsan melalui per-oral. Berikut adalah tabel perawatan post operasi
kucing Petty:
Tabel 4. Perawatan Post Operasi kucing Petty
Tanggal Kondisi Harian Terapi
10-07-2018 Lemas, belum bisa makan sendiri
,defikasi dan urinasi normal
11-07-2018 Aktif, suhu 38 0C, force feeding, Erlamycetin gtt
menggunakan lampu penghangat Amoksan
feses dan urine normal ,pasien di
bawa pulang oleh pemiliknya
16-07-2018 Pasien kontrol untuk lepas jahitan. Amoksan
Pada ujung mata kiri sedikit masih Terramycin
terbuka dan ditemukan discharge
dengan bentuk cair

Ampisilin adalah antibiotika golongan penisilin (beta-laktam) semi sintetik,


dapat dipakai secara per oral dan parenteral. Aktif terhadap bakteri gram positif
dan negatif dengan spektrum antibakteri karena semua golongan ini akan dirusak
oleh beta laktamase yang diproduksi oleh bakteri gram negtaif maupun positif
sehingga terjadi hambatan sistesis dinding bakteri (Gunawan, 2007).
Isofluran adalah obat anestesi golongan eter berhalogen yang tidak mudah
terbakar tanda yang digunakan untuk mengamati kedalaman anestesia adalah
penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi nafas (kecuali ventilasi
dikendalikan) dan meningkatnya frekuensi denyut jantung (Gunawan, 2007).
Dosis yang digunakan 5% induksi, 1.5 – 2.5% maintenance, dan 0.5 – 3 %
inhalalasi (Plumb, 2008).
Erlamycetin adalah obat yang mengandung antibiotik Chloramphenicol.
Chloramphenicol bekerja dengan menghambat sinstesis protein bakteri dengan
cara mengikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil
tranferase. Erlamycetin salep atau tetes efektif digunakan pada Blepharitis,
catarrhae, conjunctivitis bernanah, traumatic keratitis, trachoma, ulcerative
keratitis (Gunawan, 2007).
IV. KESIMPULAN

Dari hasil pemeriksaan fisik dan hematologi darah yang telah dilakukan
kucing Petty didiagnosa mengalami prolapses bulbi pada mata kanan. Terapi yang
diberikan yakni melakukan operasi enukleasi pada mata kanan.
DAFTAR PUSTAKA

Bijanti, R. Yuliani, G. Wahyuni, R. Utomo, B. 2010. Buku Ajar Patologi Klinik


Veteriner. Surabaya: Airlangga University Press.
Fossum, T. 2013. Small Animal Surgery Fourth Edition. St. Louis: ELSEVIER.
Gunawan, S. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta: Gaya Baru.
Plumb, D. 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook Sixth Edition. Iowa:
Blackwell Publishing.
Sajuthi, C. Sajuthi, K. 2015. Oftalmologi Dasar untuk Praktisi Hewan Kecil.
Bogor: IPB Press.
Wyman M, Boevé MH, Neumann W, Spiess B. 2007. Opthamology for The
Veterinary Practicioner. 2th Edition. Germany (GE): Schliitersche
Verlagsgesellschaft.

Anda mungkin juga menyukai