Lapsus Hordeolum
Lapsus Hordeolum
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Nn. S / perempuan / 18 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Pelajar
c. Alamat : RT. 10 Arab Melayu
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara :-
c. Status ekonomi keluarga : cukup
d. Kondisi Rumah : Rumah pasien merupakan rumah permanen
1
III. Aspek prilaku dan psikologis di keluarga : Tidak ada masalah psikologis
dalam keluarga
2
timbulnya penyakit pada pasien. Terdapat hubungan timbulnya
peyakit yang diderita pasien dengan perilaku kesehatan pasien.
3
STATUS OPHTHALMOLOGIS
OD OS
Visus dbn Dbn
Kedudukan bola mata Ortoforia
Pergerakan bola mata
Palpebra supp Masa (-), Edem (-), Masa (-), Edem (-),
hiperemis (-), nyeri tekan (- hiperemis (-), nyeri tekan (-
) )
Palpebra inf Edem (+), hiperemis (+) Edem (-)
Nyeri (+) Hiperemis (-), nyeri tekan (-)
Conj. Tars Supp Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
hiperemis (-) hiperemis (-)
Conj. Tars Inf Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
hiperemis (-) hiperemis (-)
Conj. Bulbi Inj. Konjungtiva (-), Inj. Inj. Konjungtiva (-), Inj.
Silier (-), Sekret (-) Silier (-), Sekret (-)
4
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : basah, tidak pucat
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda,
perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Auskultasi Wheezing (-), Ronkhi Wheezing (-), Ronkhi
(-) (-)
Jantung
Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula
Inspeksi
kiri
Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula
Palpasi
kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea parasternalis kiri
Kanan : linea parasternalis kanan
Kiri : ICS V linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen
5
Inspeksi : tidak tampak membuncit, striae(-), Sikatrik (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : bising usus (+) normal
9. Ekstremitas
Atas : Kekuatan: 5 / 5, Edema: (-) / (-)
Bawah : Kekuatan: 5 / 5, Edema: (-) / (-)
X. Pemeriksaan Laboratorium :
Tidak dilakukan pemeriksaan
XI. Pemeriksaan Usulan :
XIV. Manajemen
a. Promotif :
- Memberikan informasi mengenai penyakit diderita oleh pasien dan
tatalaksananya
- Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pola hidup bersih dan sehat
yang mencakup tentang pentingnya menjaga kebesihan dan menjaga
kesehatan mata
- Istirahat yang cukup
- Makan-makanan bergizi.
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
b. Preventif :
- Jangan menekan atau menusuk benjolan (hordeolum), hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
- Jangan mengusap-usap mata dalam keadaan tangan kotor atau belum
mencuci tangan.
- Hindari bermain panas dan keluar rumah agar mata tidak terkena debu
c. Kuratif :
Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 10 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
6
Farmakologi
Paracetamol Tab 3x 500 mg
Kloramfenikol 1% salep mata 3 kali sehari
Pengobatan tradisional
Kencur
Pada penelitian sari kencur maupun beras kencur terhadap efek analgesik
dilakukan pada manusia diapatkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa 200 ml sari
kencur 10% yang diberikan secara oral mempunyai khasiat analgesik yang tidak
berbeda dengan metampiron 500 mg. Sedangkan penelitian dengan beras kencur
menunjukkan bahwa beras kencur mempunyai efek analgesik yang tidak berbeda
dengan novalgin. Cara mengkonsumsinya adalah dengan menyiapkan sebanyak 3 x 1
tea bag (5 g serbuk kencur)/hari yang masing-masing diseduh dalam 1 cangkir air
diminum sebelum makan.
d. Rehabilitatif
Menaati nasihat dan minum obat teratur
Segera berobat ke pusat pelayanan bila keluhan tidak membaik.
7
Resep puskesmas Resep ilmiah
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Hordeolum merupakan infeksi akut yang umumnya disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus pada kelenjar palpebra. Hordeolum terbagi atas hordeolum
eksterna yang merupakan infeksi pada kelenjar yang lebih kecil dan superfisial
(Zeis atau Moll) dan hordeolum interna dimana infeksi terjadi pada kelenjar
Meibom. Hordeolum sering dihubungkan dengan diabetes, gangguan pencernaan
dan jerawat. 1,3
2.2 INSIDENS
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan.
Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.2,3
9
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan.Muskulus Orbikularis okuli berfungsi untuk menutup palpebra.Serat
ototnya mengelilingi fisura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita.Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.Bagian otot yang
terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pretarsal; bagian diatas septum
orbital adalah bagian preseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.3,4
Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli,
berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.Tarsus merupakan
struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di
kelopak bawah).3
Konjungtiva Palpebrae bagian posterior palpebrae dilapisi selapis
membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.Margo
palpebra dipisahkan oleh garis abu-abu (batas mukokutan) menjadi margo anterior
dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll.Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.Margo
posterior berhubungan dengan bola mata, dan sepanjang margo ini terdapat
muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula
Meibom atau tarsal). Pungtum lakrimalis terletak pada ujung medial dari margo
posterior palpebra. Pungtum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah
melalui kanalikulus ke sakus lakrimalis.2,3
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka.Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-
kira 0,5 cm dari margo lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbital
adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara
margo orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai pemisah antara palpebra orbita.
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan
tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.3,4
10
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli.Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.
Levator dan muskulus rektus inferior dipersarafi oleh nervus
okulomotoris.Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.2,3
2.4 ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Lebih sering pada anak kecil dan dewasa muda, meskipun tidak ada
batasan umur dan pada pasien dengan tarikan pada mata akibat
ketidakseimbangan otot atau kelainan refraksi.Kebiasaan mengucek mata
atau menyentuh kelopak mata dan hidung, serta adanya blefaritis kronik
dan diabetes mellitus adalah faktor-faktor yang umumnya berkaitan
dengan hordeolum rekuren. Hiperlipidemia termasuk kolesterolemia,
hygiene lingkungan dan riwayat hordeolum sebelumnya juga
mempengaruhi.2
11
2. Organisme penyebab
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.5
2.5 KLASIFIKASI
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis :
1. Hordeolum interna, terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna
ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian
dalam).
2. Hordeolum eksterna, terjadi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll.
Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar
(palpebra).3
2.6 PATOGENESIS
Kebanyakan hordeolum disebabkan infeksi Staphylococcus, biasanya
Staphylococcus aureus. Infeksi tersebut dapat mengenai kelenjar Meibom
(hordeolum interna), maupun kelenjar Zeis dan Moll (hordeolum eksterna). Proses
tersebut diawali dengan pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis
ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus sehingga
terjadi pembentukan pus dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak
gambaran abses, dengan ditemukannya sel Polimorfonuklear (PMN) dan debris
nekrotik. Nyeri, hiperemis, dan edema palpebral adalah gejala khas pada
hordeolum.Intensitas nyeri mencerminkan beratnya edema palpebra. Apabila
pasien menunduk, rasa sakit bertambah. Pada pemeriksaan terlihat suatu benjolan
setempat, warna kemerahan, mengkilat dan nyeri tekan, dapat disertai bintik
kuning atau putih yang merupakan akumulasi pus pada folikel silia.1,2,5
2. Tanda klinik
Pada stadium selulitis ditandai dengan adanya benjolan keras, kemerahan,
lokal, nyeri, edema, umumnya pada margo palpebral.
Pada stadium abses ditandai dengan adanya pus yang dapat terlihat berupa bintik
kuning atau putih pada kelopak mata pada silia yang terifeksi. Umumnya
pembentukan hordeolum tunggal, namun bisa lebih dari satu/multipel (hordeola).2
Pseudoptosis atau ptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya kelopak mata
sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel
kadang ditemukan ikut membesar. Keluhan lain yang umumnya dirasakan oleh
penderita hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada kelopak mata, nyeri tekan
dan intensitas nyeri bertabah bilapasien menunduk. Hordeolum dapat membentuk
abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.6,7,8
13
2.8 PEMERIKSAAN
Diagnosis dapat di tegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisis seperti
yang telah dipaparkan di atas.
2.10 PENATALAKSANAAN
Dapat dengan kompres air hangat 2-3 kali per hari sangat membantu pada
stadium selulitis. Ketika bintik pus sudah terbentuk dapat dilakukan evakuasi
dengan epilasi pada silia yang berkaitan.Insisi pembedahan jarang dilakukan
kecuali pada abses yang besar. Antibiotik tetes (3-4 kali sehari) dan salep
antibiotik (saat akan tidur) sebaiknya diberikan setiap tiga jam untuk mengontrol
terjadinya infeksi. Obat anti inflamasi dan analgetik dapat diberikan untuk
mengurangi nyeri dan edema.Pada kasus tertentu yang jarang terjadi, hordeolum
dapat menyebabkan timbulnya selulitis preseptal sekunder sehingga dibutuhkan
pemberian antibiotik sistemik.Antibiotik sistemik dapat digunakan pula untuk
kontrol segera infeksi.Pada hordeolum rekuren, perlu dicari dan diterapi kondisi
predisposisi yang berkaitan. Jika tidak ada perbaikan kondisi dalam 48 jam, insisi
dan drainase bahan purulent dapat diindikasikan.1,2,4,6
Pada tindakan pembedahan berupa insisi hordeolum terlebih dahulu
diberikan anestesia topikal dengan pantokain tetes mata.Dilakukan anestesi
14
infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi
yang bila :
-
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
-
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.11
2.11 PROGNOSIS
Hordeolum termasuk gangguan kelopak mata yang jinak, namun
umumnya sering rekuren.4
2.12 KOMPLIKASI
Konjungtivitis
Selulitis
Astigmatisme
15
BAB III
ANALISIS KASUS
17
DAFTAR PUSTAKA
18