Anda di halaman 1dari 18

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Nn. S / perempuan / 18 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Pelajar
c. Alamat : RT. 10 Arab Melayu
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara :-
c. Status ekonomi keluarga : cukup
d. Kondisi Rumah : Rumah pasien merupakan rumah permanen

dengan luas 8x10m2. Pasien tinggal dirumah bersama dengan kedua


Orangtuanya dan adik pasien. Rumah pasien terdiri atas 1
ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 1 ruang
makan, 1 dapur, dan 2
kamar tidur. Ventilasi
Dirumah pasien cukup
memadai, rumah
pencahayaan cukup,
penataan rumah rapi, perabotan rumah tangga tersusun rapi. Dirumah
bagian belakang juga terdapat kamar mandi. Dirumah pasien sumber air
bersih berasal dari PDAM sedangkan sumber penerangan berasal dari
PLN. Lantai rumah terbuat dari kayu.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga: Pasien dirumah tinggal bersama kedua
orangtuanya dan adik pasien. Pasien merupakan seorang pelajar sekolah
menengah atas. Keluarga pasien ini cukup harmonis.

1
III. Aspek prilaku dan psikologis di keluarga : Tidak ada masalah psikologis
dalam keluarga

IV. Keluhan Utama :


Benjolan didalam kelopak mata bagian bawah sebelah kanan sejak ± 2 hari yang
lalu

V. Riwayat Penyakit Sekarang : (alloanamnesa)


Pasien datang ke puskesmas dibawa oleh ibunya dengan keluhan
timbul benjolan di kelopak mata kanan bagian bawah sejak 2 hari yang lalu.
Pasien mengaku benjolan timbul awalnya kecil berwarna kemerahan
dan lama-kelamaan keesokannya saat bangun tidur kelopak mata kanan bagian
bawah semakin membesar. pasien mengeluh benjolan tersebut terasa panas,
gatal dan nyeri terutama bila tersentuh. Pasien merasa seperti ada yang
mengganjal matanya.
Tidak ada keluhan mata merah, rasa berpasir (-), gangguan
pengelihatan (-). Demam tidak ada, sakit kepala (-), mual dan muntah tidak
ada, riwayat didahului trauma pada mata yang sakit (-)

VI. Riwayat Penyakit Dahulu:


 Riwayat penyakit yang sama sebelumnya di sangkal

 Riwayat sakit mata lainnya (-)
VII. Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat penyakit yang sama di sangkal

 Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama
VIII. Riwayat makan, alergi, obat-obatan, perilaku kesehatan
 Alergi makanan (-)

 Alergi obat-obatan (-)

 Pasien merupakan seorang pelajar dengan aktivitas keseharian
banyak di sekolah dan di rumah berupa belajar
 . Perilaku kesehatan pasien yang jarang mencuci tangan bila
sehabis aktivitas diluar rumah, dan pasien sering tidak
menggunakan helm saat berkendara, sehingga memungkinkan debu
dan kotoran lebih mudah masuk ke mata. Hal ini dapat menjadi

2
timbulnya penyakit pada pasien. Terdapat hubungan timbulnya
peyakit yang diderita pasien dengan perilaku kesehatan pasien.

IX. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. BB/TB : 54 kg/156 cm
4. Suhu : 36,6°C
5. Nadi : 86 x/menit
6. Tekanan Darah : 90/60
7. Pernafasan
- Frekuensi : 20x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : thorakoabdominal
Status Generalis
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata

3
STATUS OPHTHALMOLOGIS

OD OS
Visus dbn Dbn
Kedudukan bola mata Ortoforia
Pergerakan bola mata

Versi : baik Versi : baik


Duksi : baik Duksi : baik
PEMERIKSAAN EXTERNAL

Palpebra supp Masa (-), Edem (-), Masa (-), Edem (-),
hiperemis (-), nyeri tekan (- hiperemis (-), nyeri tekan (-
) )
Palpebra inf Edem (+), hiperemis (+) Edem (-)
Nyeri (+) Hiperemis (-), nyeri tekan (-)

Conj. Tars Supp Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
hiperemis (-) hiperemis (-)
Conj. Tars Inf Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
hiperemis (-) hiperemis (-)
Conj. Bulbi Inj. Konjungtiva (-), Inj. Inj. Konjungtiva (-), Inj.
Silier (-), Sekret (-) Silier (-), Sekret (-)

Pupil Isokor ,D = 3 mm Isokor , D = 3 mm


Reflek cahaya langsung (+) Reflek cahaya langsung (+)
Reflek cahaya tdk langsung Reflek cahaya tdk langsung
(+) (+)

4
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : basah, tidak pucat
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda,
perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Auskultasi Wheezing (-), Ronkhi Wheezing (-), Ronkhi
(-) (-)

Jantung
Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula
Inspeksi
kiri
Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula
Palpasi
kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea parasternalis kiri
Kanan : linea parasternalis kanan
Kiri : ICS V linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

8. Abdomen
5
Inspeksi : tidak tampak membuncit, striae(-), Sikatrik (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : bising usus (+) normal
9. Ekstremitas
Atas : Kekuatan: 5 / 5, Edema: (-) / (-)
Bawah : Kekuatan: 5 / 5, Edema: (-) / (-)

X. Pemeriksaan Laboratorium :
Tidak dilakukan pemeriksaan
XI. Pemeriksaan Usulan :

XII. Diagnosis Kerja :


Hordeolum Interna Okuli Dextra (H00.019)
XIII. Diagnosis Banding
- Kalazion (H00.19)

XIV. Manajemen
a. Promotif :
- Memberikan informasi mengenai penyakit diderita oleh pasien dan
tatalaksananya
- Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pola hidup bersih dan sehat
yang mencakup tentang pentingnya menjaga kebesihan dan menjaga
kesehatan mata
- Istirahat yang cukup
- Makan-makanan bergizi.
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
b. Preventif :
- Jangan menekan atau menusuk benjolan (hordeolum), hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
- Jangan mengusap-usap mata dalam keadaan tangan kotor atau belum
mencuci tangan.
- Hindari bermain panas dan keluar rumah agar mata tidak terkena debu
c. Kuratif :
 Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 10 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.

6
Farmakologi
 Paracetamol Tab 3x 500 mg

 Kloramfenikol 1% salep mata 3 kali sehari
Pengobatan tradisional

 Kencur
Pada penelitian sari kencur maupun beras kencur terhadap efek analgesik
dilakukan pada manusia diapatkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa 200 ml sari
kencur 10% yang diberikan secara oral mempunyai khasiat analgesik yang tidak
berbeda dengan metampiron 500 mg. Sedangkan penelitian dengan beras kencur
menunjukkan bahwa beras kencur mempunyai efek analgesik yang tidak berbeda
dengan novalgin. Cara mengkonsumsinya adalah dengan menyiapkan sebanyak 3 x 1
tea bag (5 g serbuk kencur)/hari yang masing-masing diseduh dalam 1 cangkir air
diminum sebelum makan.
d. Rehabilitatif
 Menaati nasihat dan minum obat teratur

 Segera berobat ke pusat pelayanan bila keluhan tidak membaik.

7
Resep puskesmas Resep ilmiah

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Dokter Yaumil Khalida Putri Dokter Yaumil Khdalida Putri
SIP : G1A217037 SIP : G1A217037
Jambi, Feb 2019 Jambi, Feb 2019

R/ Gentamisin salep mata No. I R/ Paracetamol tab 500mg No. X


S3 dd tab 1 pc
R/ Cloramfenikol salep mata No. I

Pro : Nn. S Pro : Nn. S


Alamat : RT. 10 Arab Melayu Alamat : RT. 10 Arab Melayu
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Dokter Yaumil Khalida Putri Dokter Yaumil Khdalida Putri
SIP : G1A217037 SIP : G1A217037
Jambi, Feb 2019 Jambi, Feb 2019

R/ Gentamisin salep mata No. I R/ Ibuprofen tab mg No. X


S3 dd tab 1 pc
R/ Cloramfenikol salep mata No. I

Pro : Nn. S Pro : Nn. S


Alamat : RT. 10 Arab Melayu Alamat : RT. 10 Arab Melayu
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Hordeolum merupakan infeksi akut yang umumnya disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus pada kelenjar palpebra. Hordeolum terbagi atas hordeolum
eksterna yang merupakan infeksi pada kelenjar yang lebih kecil dan superfisial
(Zeis atau Moll) dan hordeolum interna dimana infeksi terjadi pada kelenjar
Meibom. Hordeolum sering dihubungkan dengan diabetes, gangguan pencernaan
dan jerawat. 1,3

2.2 INSIDENS
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan.
Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.2,3

2.3 ANATOMI PALPEBRA


Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata yang rentan terhadap trauma.
Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulit di sini paling tipis di antara kulit
di bagian tubuh lain. Di palpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak
dengan pembesaran.Di bawah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang dapat
mengalami distensi akibat edema masif.Muskulus orbikularis oculi melekat pada
kulit. Permukaan dalamnya dipersarafi nervus fascialis (VII), dan fungsinya
adalah untuk menutup palpebra.4
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata;
palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan
utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit dan jaringan subkutaneus,
lapis muskulus protraktor (M.orbikularis okuli), septum orbita, musculus retraktor
(M.levator palpebra), tarsus, lapisan membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).3

9
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan.Muskulus Orbikularis okuli berfungsi untuk menutup palpebra.Serat
ototnya mengelilingi fisura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita.Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.Bagian otot yang
terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pretarsal; bagian diatas septum
orbital adalah bagian preseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.3,4
Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli,
berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.Tarsus merupakan
struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di
kelopak bawah).3
Konjungtiva Palpebrae bagian posterior palpebrae dilapisi selapis
membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.Margo
palpebra dipisahkan oleh garis abu-abu (batas mukokutan) menjadi margo anterior
dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll.Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.Margo
posterior berhubungan dengan bola mata, dan sepanjang margo ini terdapat
muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula
Meibom atau tarsal). Pungtum lakrimalis terletak pada ujung medial dari margo
posterior palpebra. Pungtum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah
melalui kanalikulus ke sakus lakrimalis.2,3
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka.Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-
kira 0,5 cm dari margo lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbital
adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara
margo orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai pemisah antara palpebra orbita.
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan
tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.3,4

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,


bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks

10
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli.Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.
Levator dan muskulus rektus inferior dipersarafi oleh nervus
okulomotoris.Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.2,3

Gambar1. Anatomi Palpebra mata

2.4 ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Lebih sering pada anak kecil dan dewasa muda, meskipun tidak ada
batasan umur dan pada pasien dengan tarikan pada mata akibat
ketidakseimbangan otot atau kelainan refraksi.Kebiasaan mengucek mata
atau menyentuh kelopak mata dan hidung, serta adanya blefaritis kronik
dan diabetes mellitus adalah faktor-faktor yang umumnya berkaitan
dengan hordeolum rekuren. Hiperlipidemia termasuk kolesterolemia,
hygiene lingkungan dan riwayat hordeolum sebelumnya juga

mempengaruhi.2

11
2. Organisme penyebab
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.5

2.5 KLASIFIKASI
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis :
1. Hordeolum interna, terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna
ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian
dalam).
2. Hordeolum eksterna, terjadi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll.
Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar
(palpebra).3

2.6 PATOGENESIS
Kebanyakan hordeolum disebabkan infeksi Staphylococcus, biasanya
Staphylococcus aureus. Infeksi tersebut dapat mengenai kelenjar Meibom
(hordeolum interna), maupun kelenjar Zeis dan Moll (hordeolum eksterna). Proses
tersebut diawali dengan pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis
ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus sehingga
terjadi pembentukan pus dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak
gambaran abses, dengan ditemukannya sel Polimorfonuklear (PMN) dan debris
nekrotik. Nyeri, hiperemis, dan edema palpebral adalah gejala khas pada
hordeolum.Intensitas nyeri mencerminkan beratnya edema palpebra. Apabila
pasien menunduk, rasa sakit bertambah. Pada pemeriksaan terlihat suatu benjolan
setempat, warna kemerahan, mengkilat dan nyeri tekan, dapat disertai bintik

kuning atau putih yang merupakan akumulasi pus pada folikel silia.1,2,5

2.7 MANIFESTASI KLINIK


1. Gejala Klinis
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yaitu tampak adanya
benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan dan
nyeri. Hordeolum eksterna adalah infeksi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll.
Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra).
Hordeolum interna adalah infeksi yang terjadi pada kelenjar Meibom. Pada
hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata
bagian dalam). Benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata.
12
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum
eksternum.6,7

2. Tanda klinik
Pada stadium selulitis ditandai dengan adanya benjolan keras, kemerahan,
lokal, nyeri, edema, umumnya pada margo palpebral.
Pada stadium abses ditandai dengan adanya pus yang dapat terlihat berupa bintik
kuning atau putih pada kelopak mata pada silia yang terifeksi. Umumnya
pembentukan hordeolum tunggal, namun bisa lebih dari satu/multipel (hordeola).2
Pseudoptosis atau ptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya kelopak mata
sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel
kadang ditemukan ikut membesar. Keluhan lain yang umumnya dirasakan oleh
penderita hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada kelopak mata, nyeri tekan
dan intensitas nyeri bertabah bilapasien menunduk. Hordeolum dapat membentuk
abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.6,7,8

Gambar 2. Hordeolum eksterna

Gambar 3. Hordeolum interna

13
2.8 PEMERIKSAAN
Diagnosis dapat di tegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisis seperti
yang telah dipaparkan di atas.

2.9 DIAGNOSIS BANDING


 
KALAZION
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom
dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut.
Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan
jaringan parut lainnya.8,10
Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar
Meibom. Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan
pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.8

2.10 PENATALAKSANAAN
Dapat dengan kompres air hangat 2-3 kali per hari sangat membantu pada
stadium selulitis. Ketika bintik pus sudah terbentuk dapat dilakukan evakuasi
dengan epilasi pada silia yang berkaitan.Insisi pembedahan jarang dilakukan
kecuali pada abses yang besar. Antibiotik tetes (3-4 kali sehari) dan salep
antibiotik (saat akan tidur) sebaiknya diberikan setiap tiga jam untuk mengontrol
terjadinya infeksi. Obat anti inflamasi dan analgetik dapat diberikan untuk
mengurangi nyeri dan edema.Pada kasus tertentu yang jarang terjadi, hordeolum
dapat menyebabkan timbulnya selulitis preseptal sekunder sehingga dibutuhkan
pemberian antibiotik sistemik.Antibiotik sistemik dapat digunakan pula untuk
kontrol segera infeksi.Pada hordeolum rekuren, perlu dicari dan diterapi kondisi
predisposisi yang berkaitan. Jika tidak ada perbaikan kondisi dalam 48 jam, insisi
dan drainase bahan purulent dapat diindikasikan.1,2,4,6
Pada tindakan pembedahan berupa insisi hordeolum terlebih dahulu
diberikan anestesia topikal dengan pantokain tetes mata.Dilakukan anestesi

14
infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi
yang bila :
-
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
-
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.11

2.11 PROGNOSIS
Hordeolum termasuk gangguan kelopak mata yang jinak, namun
umumnya sering rekuren.4

2.12 KOMPLIKASI
 Konjungtivitis

 Selulitis

 Astigmatisme

15
BAB III
ANALISIS KASUS

Hubungan diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah


dan lingkungan sekitar
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah Os, dapat
disimpulkan bahwa keadaan/ kondisi rumah Os tidak mempengaruhi atau
memperberat penyakit yang diderita oleh Os saat ini. Hubungan diagnosis dengan
lingkungan sekitar pada kasus ini, diagnosis penyakit pada Os ini tidak ada
kaitannya terhadap lingkungan disekitarnya.

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga
Diagnosis penyakit Os saat ini tidak berhubungan langsung dengan
keadaan keluarga.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
perilaku kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Diantara faktor –
faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan
individu maupun keluarga sangatlah besar. Perilaku kesehatan pasien yang jarang
mencuci tangan bila sehabis aktivitas diluar rumah, os juga sering membawa
motor tanpa menggunakan helm yang bisa menyebabkan debu dan kotoran
gampang masuk ke mata.Hal ini dapat menjadi timbulnya penyakit pada pasien.
Terdapat hubungan timbulnya peyakit yang diderita pasien dengan perilaku
kesehatan pasien.

Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien ini
Beberapa etiologi dan faktor predisposisi timbulnya hordeolum adalah
adanya infeksi oleh bakteri pada kelenjar dimata. Hal ini dapat disebabkan karna
faktor kebersihan tangan yang kurang terjaga. Sehingga bisa menjadi transmisi
masuknya kuman ke bagian mata melalui tangan yang kotor tersebut. Karena
memiliki kebiasaan mengusap-usap mata menggunakan tangan bila mata terasa
gatal.
16
Analisis untuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan dengan
faktor risiko atau etiologi pada pasien ini
Untuk mengurangi resiko penyakit, pasien harus membiasakan hidup bersih
dan sehat. Pasien harus menjaga kebersihan diri tertama dengan cara mencuci
tangan. pasien harus di ajarkan dan diberi tahu mengenai pentingnya mencuci
tangan

Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga


Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit
diderita oleh pasien dan tatalaksananya, pengetahuan tentang pola hidup bersih
dan sehat yang mencakup tentang pentingnya menjaga kebesihan dan menjaga
kesehatan mata, anjuran istirahat yang cukup, makan-makanan bergizi serta
memulai menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Pasien juga diinformasikan agar jangan menekan atau menusuk benjolan
(hordeolum), hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius. Jangan
mengusap-usap mata dalam keadaan tangan kotor atau belum mencuci tangan.
Hindari bermain panas dan keluar rumah agar mata tidak terkena debu. Menaati
nasihat dokter dan minum obat teratur serta jika keluhan tidak membaik atau
justru timbul penyulit seperti demam, agar langsung kontrol ke unit pelayanan
kesehatan terdekat.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika,


Jakarta, 2000: Hal 17-20
2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta. 2004: Hal 92-94
3. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta 2003: Hal15 -16
4. Michael, P. 2009. Hordeolum. Online:
http://emedicine.medscape.edu/article/1213080 American academy of
opthalmology. 2008. Clasification and management of eyelid disorders. In
orbit, eyelids, and lacrimal system. Singapore: lifelong education
opthalmologist. Pp 165-167.
5. Maria, B. 2007. Hordeolum.Online :
http://www.empowher.gov/media/reference/hordeolum

18

Anda mungkin juga menyukai