Anda di halaman 1dari 23

KUALITAS ARTIKEL JURNAL

SEBAGAI KONDISI YANG PERLU DIPEDULIKAN


OLEH PENULIS

Oleh
Suparno
Universitas Negeri Malang

Makalah disajikan
pada Kegiatan Pelatihan Jurnal bagi Dosen Tahun 2015
yang Diselenggarakan oleh Kopertis Wilayah XIII
pada Tanggal 26—28 Mei 2015-05-25 di Hotel The Pede, Banda Aceh

1. PENDAHULUAN
Artikel jurnal yang berkualitas merupakan target ideal penulisan artikel jurnal. Oleh
sebab itu, tentulah wajar jika kualitas artikel jurnal itu perlu menjadi kepedulian penulis artikel
jurnal. Bahkan, sangatlah benar bagwa kepedulian terhadap kualitas artikel jurnal merupakan
etos kerja dan kinerja penulis artikel jurnal.
Pada garis besarnya, kualitas artikel jurnal ditentukan berdasarkan kondisi tiga penentu
kualitas, yakni kondisi konten, kondisi bahasa (termasuk ejaan dan tanda baca), dan kondisi
teknik penulisan. Odealnya, ketiga kondisi itu berada pada kondisi yang berkualitas tinggi.
Dengan kondisi demikian itu, sangatlah wajar bahwa suatu artikel memenuhi standar kualitas
secara komprehensif. Hal itu berarti bahwa artikel jurnal yang berkualitas dibangun oleh tiga
penentu kualitas secara terinegratif, yakni kualitas konten, kualitas bahasa, dan kualitas teknik
penulisan. Kondisi yang sebaliknya menjadikan suatu artikel jurnal kurang berkualitas, bahkan
tidak berkualitas.
Apakah tiga kondisi penentu tersebut sudah dipedulikan secara komprehensif oleh
penulis jurnal demi target kualitas jurnal yang layak dengan kontribusi ketiga kondisi tersebut?
Idealnya ketiga kondisi tersebut menjadi kepedulian penulis, Akan tetapi, dapat diprediksikan
bahwa bahwa kondisi yang tidak ideal bisa terjadi. Kondisi yang pasti menjadi kepedulian wajib
adalah kondisi konten artikel. Sementara, dua kondisi yang lain belum tentu dipedulian oleh
penulisnya.
Berdasarkan target ideal kualitas artikel jurnal, seharusnya ketiga kondisi peentu kualitas
artikel jurnal mendapatkan kepedulian penulis jurnal secara komprehensif. Dengan kepedulian
itu, kualitas jurnal dapat diwujudkan dengan kontribusi kualitas setiap dan semua kondisi
penentu, yakni kualitas konten, kualitas bahasa, dan kualitas teknik penulisan.
Argumen perluanya kepedulian itu sangatlah jelas. Artikel jurna; adalah karya
akademisi. Label akademisi itu adalah label profesi yang berarti bahwa penulis jurnal adalah
insan profesional dalam bidangnya. Akademisi perlu paham bahwa kualitas jurnal ditentukan
oleh tiga kondisi sebagaimana teruarai di depan. Juga perlu disadari bahwa artikel jurnal
menunjukkan penulisnya, yang berarti bahwa kualitas jurnal menunjukkan kualitas penulisnya.
Berdasarkan paparan di atas, paparan berikut menampilkan hal-hal berikut: (1) peduli
kualitas karya akademik sebagai karakter ideal akademisi, (2) kualitas konten jurnal, (3) kualitas
bahasa jurnal, dan (4) kualitas teknik penulisan jurnal. Hal butir (1) merupakan berguna untuk
merefleksi dan menilai diri tentang kadar profesionalitas akademisi. Tiga hal selanjutnya
beraguna untuk meningkatkan usaha dalam rangka mewujudkan artikel jurnal yang ditentukan
oleh tiga kondisi penentu kualitas jurnal

2. PEDULI KUALITAS KARYA AKADEMIK


SEBAGAI KARAKTER AKADEMISI
Label akademisi adalah profesi. Hal itu berarti bahwa penulis karya akademik, termasuk
penulis artikel jurnal, adalah insan profesional dalam bidang keilmuannyanya. Sebagai insan
profesional, akademisi telah memperoleh keahliannya melalui proses pemerolehan pengalaman
pendidikan, pembelajaran, pelatihan, dan praktik berbuat atau beraksi untuk mendapatkan
pengalaman profesional. Proses itu ditempuh dalam waktu yang panjang dengan intensitas yang
tinggi, serta dengan keuletan perjuangan, dan bahkan ada kemungkinan diikuti dengan
pengeorbanan. Itupun sebatas dalam bidang ilmu tertentu yang diminati dan ditekuni oleh
seorang akademisi.
Dengan proses panjang pemerolehan identitas diri tersebut, seorang akademisi memeiliki
keahlian dan kepakaran profesional dalam suatu bidang ilmu, Seorang akademisi juga memeiliki
kewenangan akademik untuk berpendapat dalam bidang keahliannya dan kepakarannya.
Pendapat yang disampaikan layak untuk diakomodasi oleh pihak lain sebagai rujukan untuk
pengambilan keputusan, misalnya kesaksian yang diberikan oleh akademisi yang ditugasi
sebagai saksi ahli dalam sidang peradilan.
Berdasarkan paparan tersebut, akademisi adalah profesionalis dalam suatu bidang ilmu.
Status itu hanya bisa disandang oleh seorang ahli dan pakar dalam suatu bidang ilmu yang
ditekuni seorang akademisi. Akademisi yang menekuni bidang ilmu yang lain akan menyandang
status keahlian dan kepakarannya dalam bidang yang lain pula.
Sejauh mana keahlian dan kepakaran seorang akademisi telah mendapatkan pengakuan
dari pihak lain, baik oleh insan seprofesi, insan luar profesi, maupun insan kalangan umum?
Pada umumnya, pengakuan itu didasarkan pada kualitas penguasaan ilmu, kualitas kinerja
keilmuan, dan kuantitas serta kualitas produk kinerja keilmuannya yang berupa karya akademik.
Untuk itu, diperlukan sikap positif, semangat tinggi, dan bahkan etos peduli kualitas untuk
mengembangkan diri sebagai insan akademisi yang profesional.
Diperlukan kondisi yang mendukung upaya seorang akademisi untuk menjaga dan
meengembangkan keahlian dan kepakarannya, yakni perangkat kelengkapan fasilitas atau
kemudahan akademik yang tersedia baginya. Perangkat fasilitas akademik utama dalam
pengertian fasilitas vital dan langsung menjadi kemudahan kegiatan akademik seorang akademisi
adalah akses untuk mendapatkan informasi akademik (termasuk pustaka pribadi yang
memdadai), dan perangkat kemudahan untuk melaksanakn penelitian ilmiah (termasuk peralatam
dan bahan-bahan laboratorium).
Dengan fasilitas yang relatif memadai, seorang akademisi dapat melalukan kegiatan
dalam rangka menjaga dan mengembangkan keahlian, melakukan kinerja, dan menghasilkan
karya akademik. Kegiatan utama akademisi profesional adalah (1) menjaga dan mengembangkan
pengetahuannya tenatng perkembangan dan pengembangan ilmu melalui dan dengan membaca
rujukan yang relevan dengan bidang keahliannya, (2) melaksanakan penelitian untuk penerapan
dan pengembangan ilmu, (3) menulis karya akademik dalam berbagai bentuk (laporan penelitian,
buku rujukan, buku ajar, makalah atau kertas kerja, dan artikel jurnal), dan (4) mengikuti
berbagai kegiatan dan forum ilmiah bidang ilmu, baik sebagai partisipam penyaji maupun
partisipan non-penyaji materi akademik.
Kualitas profesionalitas seorang akademisi akan tercemin dalam karya akademiknya
yang berupa berbagai bentuk terurai di atas. Oleh sebab itu, bukti diri akademisi yang profesional
adalah karya akademiknya yang berkualitas berkualitas tinggi. Untuk itu, seorang akademisi
dituntut memeiliki kelengkapan diri yang layak, mampu melakukan kinerja akademik yang
berkualitas, dan pada gilirannya mengahasilkan karya akademik yang berkaualitas. Hanya karya
akademik yang layak yang menjadi bukti untuk mendapatkan pengakuan layak, dan bahkan
penanda kemajuan bidang ilmu.
Untuk mencapai identitas diri sebagai akademisi yang berkualitas dan mendapatkan
pengakuan berdasarkan karya akademiknya, seorang akademisi profesional dipersyaratkan
memiliki dua etos, yakni etos kerja dan kinerja akademik dan etos peduli kualitas karya
akademik. Dengan dua etos itu, seorang akademisi memiliki ciri kepribadian untuk
melaksanakan semua kegiatan akademik sebagaimana telah dipaparkan di depan yang berujung
pada karya akademik yang berkualitas sebagai penanda profesionalitas akademisi penulisnya.

3. KUALITAS KONTEN ARTIKEL JURNAL


Bagian ini berisi paparan tentang konten karya akademik yang perlu diperhatikan oleh
penulis jurnal. Kontens yang dipaparkan berikut bersifat umum dengan cakupan substansi ciri
koherensi dan subsyansi proporsi konten yang perlu dipedulikan oleh penulis jurnal. Cakupn
kualitas substantif bidang ilmu menjadi keterbatasan dalam paparan ini; dan karena itu, tidak
menjadi cakupan paparan ini. Kualitas substantif bidang ilmu merupakan kewewenangan
kalangan akademisi setiap bidang ilmu.
Karya akademik yang berkualitas, termasuk artikel jurnal, adalah karya ilmiah yang utuh
dan padu serta terungkap dengan wacana ekspalatori. Persyaratan pertama dan kedua
menunjukkan bahwa konten karya akademik yang berkualitas dituntut memnuhi persyaratan
keutuhan dan kepaduan. Keutuhan dan kepaduan itu berlaku pada semua jenjang, mulai dari
substansi pada tataran paling tinggi sampai pada tataran yang paling rendah.
Wacana yang utuh terpenuhi oleh wujud wacana akademik yang memiliki satu fokus
substansi konten. Satu fokus itu menjadi pengikat sejumlah jabaran fokus substansi konten
secara sistematis. Cara sistematis mengacu keteraturannya dalam tataan segmen atau struktur
naskah. Berapapun segmen jabaran substansi fokus, segemen-segemen jabaran itu tetap harus
relevan dalam segmen yang sistematis dan sistemis itu.
Kualitas konten lazim diukur berdasarkan keluasan, kedalaman, kelengkapan, keakuratan,
kebaruan, dan kesambungan antar segmen. Keluasan diukur berdasarkan cakupan substansi yang
diperlukan dalam suatu paparan. Kedalaman diukur berdasarkan keterjangkuan tingkat tinggi
kadar eksplanasi yang terungkap dalam paparan. Kelengkapan diukur berdasarkan pemenuhan
komponen yang diperlukan dalam naskah artikel jurnal. Kebaruan diukur bedasarkan
kemutakhiran perkembangan ilmu. Semakin mutakhir suatu substansi, semakin baru pula
subtansi yang terungkap dalam paparan. Kesambungan diukur berdasarkan hubungan linearitas
antarsegmen secara berjenjang dengan posisi yang tepat pada tempat dan jenjangnya dalam
artikel jurnal.
Substansi konten artikel jurnal berupa produk pemikiran dan/atau hasil penelitian. Oleh
sebab itu, substansi konten artikel jurnal merupakan informasi keilmuan. Kualitas informasi
keilmuan ditentukan oleh validitas dan reliabilitas substansi beerdasarkan pendekatan dan
analisis yang digunakan. Oleh sebab itu, perlu disadari bahwa kebenaran informasi keilmuan
bersifat nisbi (relatif), tidak absolut, sesuai dengan metode dan teknik pengkajian dan
pengolahan yang digunakan.

4. KUALITAS BAHASA ARTIKEL JURNAL


4.1 Bahasa Jurnal sebagai Media Pengungkap Konten
Sebagai media pengungkap konten (gagasan, fakta, informasim ilustrasi, contoh, dan
lain-lain), bahasa menjadi segmen andalan penentu kualitas jurnal. Bahasa yang berkualitas
tinggi menjadi andalan pengungkap konten artikel jurnal sehingga konten artikel itu terungkap
dengan baik. Artikel jurnal yang demikian itu dapat dipahami dengan baik pula oleh pembaca.
Konten artikel jurnal yang dipaparkan dengan bahasa yang baik akan memudahkan pembaca
dalam memahamai konten dan maksud sehingga tidak menimbulkan kesulitan pemahaman pada
pembaca. Paparan konten dengan bahasa yang berkualitas tinggi memberikan jaminan makna
pasti, bukan makna ganda dan taksa, juga bukan makna yang tidak jelas.
Sebaliknya, bahasa dengan kualitas yang rendah tidak dapat menjadi media pengungkap
konten dengan tepat. Bahkan, sangat mungkin kontens artikel tidak dapat dipahami dengan baik
oleh pembaca yang berkapasitas layak hanya karena bahasa pengungkap konten tidak memadai.
Dengan kondisi bahasa demikian itu, sangatlah sering seorang penyunting dibingungkan untuk
memahami maksud penulis tentang butir tertentu. Pada gilirannya, bahasa yang tidak memadai
menjadi kendala pemahaman pada pembaca, bahkan artikel yang demikian itu tidak memenuhi
standar kualitas.
Berdasarkan fakta draf artikel jurnal dari para penulis, kondisi penggunaan bahasa yang
kurang memadai sering didapatkan. Hal itu menunjukkan bahwa penulis jurnal kurang peduli
terhadap penggunan bahasa artikel jurnal sehingga terjadi kesalahan bahasa pada karya
akademiknya. Contoh-contoh berikut adalah abstrak draf artikel jurnal yang kualitas bahasanya
tidak memenuhi standar.
Caontoh 4.1a
(Diambil dari Mustofa et al. 2014:1)
Abstract
This aim this research is to analyses: (1) influence of profitability toward
dividend policy, and (2) influence of investment opportunity set toward dividend policy
at property and real estate companies that listing on Indonesia Stock Exchange.
Result from this research, that is: (1) profitability has proven a significant
positive effect to dividend policy. (2) Investment opportunity set has proven a significant
negative effect to dividend policy.

Contoh 4.1b
(Diambil dari Istutik, 2014:1)
Abstraksi
Kualitas sumber daya manusia mempengaruhi dalam pencapaian good governance.
Agar suatu organisasi yakin bahwa sumber daya manusia yang dimiliki berkualitas
tentunya perlu ada pengukuran. Perlu ada sistem yang tepat untuk menilai kinerja
sumber daya manusia secara komprehensif bersama-sama dengan sumber daya yang
lain dapat meningkatkan daya saing organisasi. Penelitian ditujukan untuk melakukan
analisis terhadap sistem penilaian kinerja yang sedang berjalan guna mengidentifikasi
kelemahan sistem. Selanjutnya didesain model sistem penilaian kinerja berbasis WEB.
Sistem penilaian kinerja pada ... merupakan subsistem dari sistem informasi sumber
daya manusia. Informasi yang dihasilkan dari sistem ini sangat berguna untuk pihak
manajemen (Ketua dan Pembantu Ketua) dalam pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pengembangan dosen. Kinerja diukur dari Tingkat partisipasi dalam kegiatan-
kegiatan Tri Dhatma Perguruan Tinggi bagi dosen. Agar informasi dapat tersedia
dengan cepat dan mudah untuk diakses, maka sistem penilaian kinerja berbasis Web
menjadi solusi.
Pada dua contoh teks abstrak tersebut tampak adanya kesalahan penggunaan bahasa yang
mencolok,. Kesalahan itu tampak pada diksi, bentukan kata, struktur kalimat, strruktur teks, dan
ejaan serta tanda baca. Bahkan, kesalahan juga tampak pada kualitas logika dalam penggunaan
bahasa. Dengan kesalahan yang mencolok itu, kualitas bahasa yang digunakan dalam abstrak
artikel tersebut tidak memenuhi syarat sebagai abstrak yang berkualitas. Anstrak yang demikian
itu tentu berkontribusi pada kualitas artikel jurnal sebagai artikel yang tidak berkualitas juga.
Kesalahan penggunaan bahasa dapat terjadi karena hal-hal berikut. Pertama, penulis
belum berpengalaman cukup dalam menulis artikel jurnal. Dengan minimnya pengalaman,
kemampuan yang terbentuk dari kebiasaan menulis artikel jurnal tidak memadai. Padahal,
kemampuan menggunakan bahasa adalah produk kebiasaan sebagaimana terkandung dalam
ungkapan bahwa bahasa adalah seperangkat kebiasaan (language is a set of habits). Kedua,
mungkin penulis tidak terbiasa menggunakan bahasa dengan cermat, termasuk dalam menulis
artikel jurnal. Ketiga, penulis mungkin menganggap ringan urusan penggunaan bahasan; dan
dengan anggapan itu, penulis kurang peduli terhadap kualitas bahasa yang digunakan dalam
jurnal.

4.2 Kebakuan Bahasa Artikel Jurnal


Kebakuan bahasa artikel jurnal ditentukan berdasarkan kebakuan ragam bahasa, pilihan
kata, struktur bahasa, dan penggunaan ejaan dan tanda baca. Kekurangan pada sebagian dasar
kebakuan itu akan mengakibatkan tingkat kebakuan berkurang. Semakin besar atau banyak
kekurangan yang terdapat dalam penggunaan bahasa, semakin besar dan banyak pula kebakuan
bahasa artikel jurnal.

4.2.1 Kebakuan Ragam Bahasa


Ragam bahasa artikel jurnal adalah ragam tulis teknis formal. Sebagai ragam tulis, ragam
bahasa artikel jurnal berbeda dengan ragam bahasa lisan, seperti bahasa komunikasi lisan baik
dalam situasi resmi maupun situasi tidak resmi. Sebagai bahasa teknis, bahasa artikel jurnal
merupakan ragam yang digunakan untuk bidang ilmu, termasuk kekhasan dalam bidang ilmu
tertentu. Sebagai bahasa tulis formal, bahasa artikel jurnal berbeda dengan bahasa tulis tidak
formal, seperti bahasa tulis catatan kuliah dan bahasa tulis berita di media masa cetak.
Bahasa artikel jurnal adalah ragam bahasa teknis keilmuan. Dengan ciri ragam itu,
berlaku kaidah bahasa teknis dalam bidang ilmu, yang ditandai dengan penggunaan istilah-istilah
atau terma-terma teknis. Di dalam bahasa teknis itu juga sangat lazim terdapat rumus-rumus
dalam bidang ilmu dan penerapannya dalam pengolahan data yang terungkapa dalam paparan
konten artikel jurnal.
Sesuai dengan atribut formal, Ragam tulis formal ditandai oleh kelengkapan unsur
bentuk (form). Sejauh suatu unsur diperlukan dan dituntut ada dalam teks, unsur itu harus
terungkap secara eksplisit. Contoh 4.1.1a memenuhi persyaratan kebakuan formal, sedangkan
contoh 4.1.1b tidak memenuhi persyaratan kebakuan formal.
Contoh 4.1.1a
Jika diketahui besaran modal Ali sama dengan besaran modal Inul, tidak harus berarti
bahwa besaran laba Ali sama dengan besaran laba Inul.
Contoh 4.1.1b
Jika diketahui besaran modal Ali sama dengan Inul, tidak harus berarti besaran laba Ali
sama dengan Inul.
Dengan ciri-ciri ragam bahasa ilmu terurai di atas, bahasa artikel jurnal bersifat mantiki,
sifat yang sejalan dengan ilmu logika. Penggunaan bahasa yang demikian dapat dipahami dengan
satu maka yang benar dan logis. Misalnya, kata hubung jadi digunakan dalam suatu kalimat
untuk menunjukkan hubungkan antara paparan uraian dan simpulan. Jika hubungan demikian itu
tidak ada, berarti penggunaan kata jadi tersebut tidak tepat. Penggunaan kata selanjutnya pada
contoh abstrak 4.1b tidak sesuai dengan logika dan fakta kebenaran paparan dalam teks.

4.2.2 Kebakuan Pilihan Kata


Kebakuan pilihan kata (diksi) ditentukan berdasarkan kecocokan kata terpilih yang
digunakan dalam teks artikel jurnal. Dalam kosakata yang tersedia lazim dibedakan atas dua
kategori, yakni kosakata teknis (istiliah keilmuan) dan kosakata umum. Penggunaan kata yang
dipilih dari kosakata itu didasarkan pada kelaziman ragam bahasa. Bahasa artikel jurnal
dipersyaratkan menggunakan istilah teknis sebagai pengungkap konten keilmuan. Misalnya, kata
mamalia merupakan kata teknis, sedangkan kata pemakan segala merupakan kata umum; kata
instrumen merupakan kata teknis, sedangkan kata alat merupakan kata umum.
Dalam kosakata umum juga tersedia kata yang lazim menjadi pilihan, sedangkan kata
yang lain tidak menjadi pilihan untuk menandai ciri formal penggunaan bahasa artikel jurnal.
Misalnya, kata tidak, tetapi, misalnya, struktur, dan dapat merupakan kata-kata yang cocok
untuk menandai ragam formal daripada kata ndak/nggak, tapi, umpamanya, susunan, dan
bisa.

4.2.3 Kebakuan Struktur Bahasa


Struktur bahasa mencakup struktur satuan-satuan lingual, yakni struktur kata, struktur
kalimat, dan struktur paragraf, dan struktur wacana. Kebakuan struktur bahasa diukur
berdasarkan kaidah struktur bahasa pada setiap satuan lingual tersebut. Struktur bahasa dalam
artikel jurnal dipersyaratkan memenuhi kaidah struktur yang berlaku. Pada paparan berikut
diuraikan kebakuan struktur, kecuali struktur wacana.
4.2.3.1 Kebakuan Struktur Kata
Dalam struktur kata berlaku kaidah morfologis, yakni kaidah yang menjadi ketentuan
pembentukan kata. Ada dua kata bentukan atau lebih yang benar berdasarkan kaidah struktur
bahasa, tetapi bentukan kata yang dipilih terikat konteks penggunaan. Misalnya, kata
pembelajar dan pebelajar tentulah berbeda makna berdasarkan kaidah morfologisnya. Kata
pembelajar bermakan ‘orang yang membelajarkan’ karena kata itu diturunkan dari bentuk dasar
membelajarkan, sedangkan kata pebelajar bermakna ‘ orang yang belajar’ atau ‘orang yang
dibelajarkan’ karena diturunkan dari bentuk dasar belajar. Berdasarkan analisis bentukan kata
itu, kata pembelajar digunakan untuk merujuk orang yang membelajarkan seperti guru, dosen,
dan instruktur; sedangkan kata pebelajar digunakan untuk merujuk orang yang belajar atau
dibelajarkan, seperti murid, siswa, mahasiswa, dan peserta didik.
Ada juga kata bentukan yang kelihatan benar dan lazim digunakan, padahal berdasarkan
kaidah bentukan kata itu tidak benar. Kata pendarahan dan pedesaan, misalnya, sangat lazim
dalam penggunaan bahasa sehari-hari, padahal kata bentukan yang benar adalah perdarahan dan
perdesaan. Kata perdarahan merupakan kata turunan dari bentuk dasar berdarah yang
mendapatkan afik simultan per-an. Kata pendarahan, sekalipun lazim digunakan, tidak dapat
dirunut asal-usulnya. Dengan analisis demikian itu, kata pendarahan (seharusnya) diturunkan
dari bentuk dasar mendarah(-kan) dan bentuk dasar itu tidak ada. Kata perdesaan merupakan
bentuk turunan dari bentuk dasar desa yang mendapakan afiks simultan per-an, seperti halnya
kata perkotaan, persawahan, dan perkebunan.

4.2.3.2 Kebakuan Struktur Kalimat


Kebakuan struktur kalimat ditandai oleh kelengkapan unsur-unsur pembentuk kalimat
dan kejelasan hubungan antara unsur-unsur kalimat itu. Berdasarkan kandungan unsur fungsi
sintaktisnya, kalimat terdiri minimal atas subjek dan predikat. Sesuai dengan tuntutan unsur
kalimat dan karakteristik tipe kalimat, unsur selain subjek dan predikat adalah objek dan
keterangan. Dengan demikian, berdasarkan kelengkapan unsur itu, struktur kalimat memiliki
kemungkinan struktur berikut: subjek-predikat, subjek-predikat-objek, subjek-predikat-
keterangan, dan subjek-prdikat-objek-keterangan. Urutan tempat unsur kalimat tersebut
bergantung pada kebutuhan struktur informasi yang dikehendaki penulis. Misalnya, kalimat Di
lokasi penelitian ada sekitar 200 keluarga miskin. berstruktur keterangan-predikat-subjek.
Unsur kalimat di lokasi penelitian sebagai keterangan, ada sebagai predikat, dan sekitar 200
keluarga miskin sebagai subjek.
Urutan fungsi sintaktis tersebut dapat dijelaskan berdasarkan fungsi pragmatis kalimat.
Berdasarkan kandungan unsur fungsi pragmatisnya, kalimat terdiri atas unsu topik (topic) dan
komen (comment). Topik adalah unsur kalimat pengungkap informasi tentang apa yang
diungkapkan dalam kalimat dan komen adalah unsur kalimat pengungkap informasi apa yang
diterangkan tentang topik. Kalimat Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan. berisi unsur
penelitian ini sebagai topik dan dilaksanakan Kota Medan sebagai komen. Berdasarkan
kebutuhan informasi dalam teks, kalimat pengungkap yang lain yang kontekstual bisa terjadi,
misalnya Lokasi penelitian ini adalah Kota Medan., Kota Medan adalah lokasi penelitian
ini, Kota Medan dipilih sebagai lokasi penelitian ini, dan seterusnya.
Sehubungan dengan ragam bahasa artikel jurnal yang mantiki, dengan struktur yang
gramatikal, kalimat dan ruas-ruasnya dapat dikenali secara logis. Kondisi demikian itu berarti
bahwa struktur informasi kalimat juga terungkap secara logis sehingga dapat dipahami oleh
pembaca dengan mudah dan benar.
Dengan kelengkapan dan kejelasan hubungan unsur kalimat, kalimat dalam artikel jurnal
merupakan media pengungkap konten yang efektif. Kalimat yang demikian itu lazim disebut
kalimat efektif, yakni kalimat yang berfungsi sebagai pengungkap makna yang tepat sehingga
makna itu dipahami dengan tepat pula oleh pembaca. Idealnya, makna dan maksud penulis yang
terungkap dalam kalimat dapat dipahami secara sama dan tepat oleh pembaca.
Keefektifan kalimat tidak hanya ditentukan oleh kejelasan unsur dan hubungan unsur
dalam kalimat. Di samping kelengkapan unsur dan hubungan unsur, kalimat efektif juga
ditentukan oleh kebernalaran unsur-unsur yang (diharapkan oleh penulis) memiliki hubungan
logis. Kalimat-kalimat pada contoh-contoh berikut menunjukkan tingkat kebernalaran itu,
termasuk adanya pelanggaran kaidah. Pelanggaran tampak pada bentukan kata, hbungan
antarunsur kalimat, dan pilihan kata. Pelanggaran logika tampak pada Contoh 4.2.3.2a,
sedangkan pelanggaran itu tidak terdapat pada kalimat Contoh 4.2.3.2b dan Contoh 4.2.3.2c.
Contoh 4.2.3.2a
(diambil Purnomo & Putri A, 1914:1)
Bab ini berisi pemaparan mengenai latar belakang dari makalah ini, berikut pemaparan dari
dari kedua subbab ini.
Contoh 4.2.3.2b
(Kalimat hasil perbaikan kalimat Contoh3.2.3.2a).
Bab ini ini berisi paparan tentang latar belakang penulisan makalah ini yang terdiri atas dua
subbab berikut.
Contoh 4.2.3.2c
(Kalimat hasil perbaikan kalimat Contoh3.2.3.2a).
Dalam bab ini ini berisi paparan tentang latar belakang penulisan makalah ini. Paparan
terbagi atas dua subbab berikut.
Kalimat efektif adalah kalimat yang tepat konteks. Ketepatan konteks itu didasarkan pada
kecocokannya dengan kalimat-kalimat yang menjadi konteksnya. Konteks itu adalah kalimat
yang terdekat, baik kalimat di mukanya maupun kalimat di belakangnya, paragraf tempat
kalimat, dan wacana tempat kalimat itu digunakan. Kalimat yang tepat konteks memilki struktur
sintaktis dan struktur informasi yang diperlukan dalam konteks itu.
4.2.3.3 Kebakuan Struktur Paragraf
Paragraf adalah bentuk minimal suatu teks atau karangan. Zemach & Rumisek (2005:11)
mendefinisikan paragraf sebagai sekelompok kalimat tentang suatu topik (a group of sentences
about singgle topic). Berdasarkan definsi itu, dapat dielaborasi bahwa dalam paragraf itu sudah
terkandung sejumlah butir konten yang berhubungan. Butir konten dalam paragraf itu dipilah
atas dua kategori, yakni gagasan utama (main idea), yang oleh Zemach & Rumisek (Ibid.)
diartikan sebagai gagasan yang paling penting (most important idea), dan gagasan penjelas atau
gagasan pendukung.
Paragraf adalah produk tulisan yang mewadahi konten gagasan utama dan gagasan
pendukung. Gagasan pendukung dikembangkan dari gagasan utama dengan menambahkan
informasi lebih lanjut untuk memberikan penjelasan terhadap gagasan utama. Sebagaimana
dinyatakan oleh & Rumisek (Ibid.), ada tiga cara umum yang lazim digunakan untuk
mengembangkan paragraf dengan gagasan-gagasan pendukung, yakni memberikan rincian,
memberikan penjelasan, dan memberikan contoh-contoh. Sangatlah mungkin bahwa gagasan
pendukung berupa kombinasi dari cara-cara tersebut.
Dalam tampilan teks, gagasan utama dan sejumlah gagasan pendukung tersebut tertuang
dalam kalimat-kalimat pembentuk paragraf. Sejalan dengan jenis gagasan tersebut, gagasan
utama tertuang dalam kalimat topik (topic sentence) dan sejumlah gagasan pendukung tertuang
dalam kalimat-kalimat pendukung (supported sentences). Jumlah gagasan pendukung sejalan
dengan jumlah kalimat pengungkap gagasan pendukung itu.
Berdasarkan paparan tersebut, dalam wujudnya yang formal, paragaraf terbentuk dari
sejumlah kalimat, minimal terbentuk dari dua kalimat. Kalimat-kalimat pembentuk paragraf itu
terdiri atas kalimat topik dan sejumlah kalimat pendukung. Kalimat-kalimat tersebut
berhubungan secara kohesif (hubungan yang terungkap secara formal) dan secara koherensif
(hubungan yang terungkap secara semantis).
Paragraf yang ideal tampak pada hubungan formal dan semantis. Kalimat topik yang
mengandung gagasan utama menjadi syarat pengikat hubungan bagi terwujudkan paragraf yang
utuh. Hubungan formal lazim untuk menandai hubungan semantis secara eksplisit. Hubungan
formal dan hubungan semantis menjadi ukuran kepaduan hubungan antarkalimat dalam paragraf,
baik hubungan antara kalimat topik dan kalimat-kalimat pendukung maupun hubungan antara
kalimat-kalimat pendukung. Paragraf Contoh 4.2.3.3a berikut berguna untuk memahami paragaf
sesuai dengan karakteristiknya sebagaimana dipaparkan di di depan. Akan tetapi, ada juga
paragraf yang kurang atau tidak memenuhi syarat ideal, sebagaimana tampak pada Contoh
4.2.3.3b dan 4.2.3.3c.
Contoh 4.2.3.3a
(diambil dari Rino. 2014:20)
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel eksogen dan variabel endogen.
Variabel eksogen dalah variabel penyebab yang tidak dijelaskan dalam model. Variabel
endogen adalah variabel yang dijelaskan atau diprediksi dalam model. Dalam penelitian
ini variabel eksogen adalah pemanfaatan teknologi informasi smart kampus, implementasi
manajemen mutu ISO 9001:2008, skill kepemimpinan, KM, dan motivasi kerja. Variabel
endogen adalah kinerja dosen UNP.
Contoh 4.2.3.3b
(Diambil dari Sapir et al. 2014:2)
Kabupaten Magetan merupakan suatu daerah yang sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian pertanian/perdagangan dan industry. Lokasi daerah ini berbatasan di
sebelah barat dengan Gunung Lawu, menuju barat daya merupakan deretan gunung-
gunung Sidoramping, Jobolarangan, dan Kukusan, berbatasan dengan Kabupaten
Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. Dari sisi Kuliner pecel Magetan dan ayam panggang
menjadi potensi kuliner dengan citarasa yang banyak digemari pecinta kuliner (Admin,
2010).
Contoh 4.2.3.3c
(Diambil dari Redjeki, Muoedzakir, & Sopingi. 2014:16)
Rendahnya kemampuan refleksi terhadap keyakinan, asumsi dan sudut pandang diri
sendiri antara lain ditunjukkan oleh beberapa hal berikut, yaitu (i) tidak jelasnya
kecenderungan orientasi filosofi PB, dimana setiap PB memiliki lebih dari satu
orientasifilosofi, (ii) tidak sinkron antar orientasi filosofi yang dimiliki PB dengan ragam
atau model program PLS yang dikembangkan selama ini, (iii) kecenderungan ragam atau
fokus program yang dikembangkan oleh PB lebih didasarkan pada kepentingan proyek,
bukan orientasi filosofi, (iv) pada umumnya PB tidak paham terhadap keterkaitan orientasi
filosofi dan ragam program PLS.
4.2.3.4 Kebakuan Ejaan dan Tanda Baca
Sebagai naskah akademik formal, naskah jurnal terikat dengan ketat pada kaidah ejaan
dan tanda baca. Ketentuan yang berlaku untuk mewujudkan naskah yang memenuhi kebakuan
ejaan dan tanda baca tertuang dalam Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dengan
ketentuan itu, penulis akan terpandu dalam mewujudkan tulisan yang memenuhi standar kualitas
berdasarkan kaidah EYD. Seyogyanya, penulis senantiasa mencermati tulisannya berdasarkan
ketentuan yang berlaku dalam Pedoman EYD.
Jika selama ini ada kesalahan dalam penerapan kaidah EYD, sebab dan latar belakangnya
dengan mudah dapat dirunut. Pada umumnya, penulis sudah merasa terlatih dalam menulis dan
perasaan terlatih itu sudah percaya diri mampu menerapkan kaidah EYD dengan benar. Dengan
perasaan demikian itu, penulis terlengah bahwa menulis dengan kaidah EYD adalah kebiasaan.
Beruntung jika kebiasaan itu benar. Akan tetapi, jika kebiasaan itu salah, maka kesalahan akan
terjadi berulang-ulang. Pada Contoh 4.2.3.4a tidak terdapat kesalahan ejaan dan tanda baca,
tetapi pada contoh 4.2.3.4b terdapat kesalahan ejaan dan tanda baca. Kesalahan itu diberi tanda
merah.

Contoh 4.2.3.4a
(Diambil dari Novitayati, 2913:49)
Berdasarkan hasil uji ANOVA, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode
blended learning learning terhadap hasil belajar kognitif siswa. Penelitian ini didukung
oleh Uzun & Senturk (2010:202) bahwa terdapat perbedaan antara siswa yang diajar
dengan menggunakan metode blended learning dengan siswa yang diajar dengan face to
face learning.
Contoh 4.2.3.4b
(Diambil dari Purbaningtyas & Hidayat. 2014:2)
Akuwarium diperjual-belikan memenuhi berbagai fungsi, yaitu (1) Penghias Ruang
Tamu. Berdasarkan pengamatan, para pembeli akuwarium yang terbanyak adalah membeli
akuwarium kecil. Fungsinya adalah untuk mengisi ruang tamu. Baik untuk hobi atau untuk
memenuhi keinginan anak-anak dari keluarga muda. Penjual akuwarium kecil dapat
menjual antara 10 – 20 buah perlulan, (2) Objek Rekreatif Pribadi. Para pembeli
akuwarium sedang umumnya adalah untuk rekreatif, yaitu untuk hiburan pribadi. Jumlah
peminatnya tidak terlalu banyak. Penjual akuwarium di pasar ikan hias di Kota Malang
menjual akuwarium sedang kurang lebih 5 – 10 buah perbulan, dan (3) Simbol Prestis
Pribadi. Akuwarium untuk prestis jumlah peminatnya sangat terbatas.

KUALITAS PENGGUNAAN TEKNIK PENULISAN ARTIKEL JURNAL


5.1 Kaidah Umum dan Kaidah Selingkung
Kualitas penggunaan teknik penulisan artikel jurnal terlihat pada teks jurnal yang
menunjukkan penerapan kaidah teknik penulisan dengan benar. Ada dua kaidah teknik
penulisan, yakni kaidah teknik universal dan kaidah teknik selingkung. Kaidah teknik universal
berlaku secara umum (selanjutnya disebut dengan kaidah umum) pada semua terbitan artikel
jurnal, sedangkan ketentuan teknik selingkung berlaku pada suatu jurnal. Akan tetapi, kaidah
selingkung itu lazim tidak bertentangan dengan kaidah umum.
Kaidah teknik selingkung dipilih dan diberlakukan secara konsisten pada suatu jurnal dan
menandai kekhasan teknik pada jurnal itu. Hal itu terjadi karena pada kaidah umum tersedia
alternatif-alternatif butir kaidah teknik tertentu yang menyediakan kelonggaran bagi pengelola
jurnal untuk memberlakukan kaidah teknik dalam konteks pengelolaan jurnal. Misalnya, abstrak
dalam jurnal yang berbahasa Indonesia ada yang memberlakukan kaidah penggunaan bahasa
monolingual (bahasa Ingris atau bahasa Indonesia) dan ada pula yang hanya menggunakan
kaidah bilingual (bahasa Inggris dan bahasa Indonesia).
Sekadar untuk menunjukkan gaya selingkung, komponen isi abstrak juga menandai gaya
selingkung. Ada abstrak yang berisi komponen judul artikel dan ada pula yang tidak berisi
komponen judul artikel, sebagaimana tampak pada dua contoh berikut.
Contoh Abstrak Berkomponen Judul
(diambil dari Zahrulianingdyah, 2013:129)
Abstrak: Model Pengorganisasian Diklat Gizi Berbasis Masyarakat. Penelitian ini
bertjuan mendeskripsikan model yang telah ada,, mengembangkan dan mendeskripsikan
keegektifan model diklat gizi dalam mengatasi anemia gizi pada ibu-ibu usia produktif.
...............................................................................................................................................
Contoh Abstrak Tidak Berkomponen Judul
(diambil dari Nugroho, 1013:1)
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengevaluasi: (1) pelaksanaan KTSP mata pelajaran
ekonomi pada sekolah RSBI; dan (2) proses penyesuaian dalam penyempurnaan KTSP
mata pelajaran ekonomi pada sekolah RSBI. .....................................................................
.............................................................................................................................................
Secara garis besar, kaidah teknis terjabar pada butir-butir tatacara teknis penulisan artikel
jurnal. Tatacara teknis itu secara garis besar memiliki cakupan verikut: (1) teknik penandaan
jenjang judul dan subjudul, (2) teknik perujukan, (3) teknik penulisan daftar rujukan, (4) kaidah
teknis penampilan figuraai visual (tabel, diagram, gambar, foto, peta, dan lain-lain), (5) kaidah
teknis penggunaan catatan (catatan kaki (footnote) dan catatan akhir (endnote)), dan (6) kaidah
teknis penempatan/penataan lampiran. Dalam kondisi yang terbatas, paparan berikut terbatas
empat kaidah teknis yang pertama dengan elaborasi secara singkat.

5.2 Teknik Penandaan Jenjang Posisi Judul dan Subjudul


Sebagaimana dipaparkan pada butir 4, artikel memiliki struktur isi yang setiap
segmennya berada pada suatu jenjang. Sebagaimana dipaparkan oleh Mukhadis (dalam Saukah
dan Waseso, 2012:40), untuk menandai posisi jenjang itu dalam struktur, digunakan pada label
judul dan subjudul dengan jenis huruf. Penandaan dengan angka dan abjad tidak berlaku.
Penanandaan posisi judul dan subjudu paparan dengan jenis huruf mengikuti kaidah
teknik berikut.
 Peringkat 1 berlaku untuk judul artikel, dituliskan dengan huruf besar semua, dicetak tebal,
dan ditempatkan pada posisi tengah.
 Peringkat 2 berlaku untuk subjudul bawahan peringkat 1, dituliskan dengan huruf besar
semua, dicetak tebal, ditempatkan di tepi kiri, dan berjarak spasi ganda dari baris terakhir
sebelumnya. Khusus subjudul PENDAHULUAN tidak diformalkan dan langsung dituliskan
paparan konten subjudul itu.
 Peringkat 3 berlaku untuk subjudul bawahan peringkat 2, dituliskan dengan huruf besar-
kecil, dicetak tebal. ditempatkan di tepi kiri, dan berjarak spasi ganda dari baris terakhir
sebeleumnya. Kata tugas dituliskan dengan huruf kesil semua.
 Peringkat 4 nerlaku untuk subjudul bawahan peringkat 3, dituliskan dengan huruf besar-
kecil, dicetak tebal dan miring, ditempatkan di tepi kiri, dan berjarak spasi ganda dari baris
terakhir sebelumnya.
Contoh penandaan posisi judul dan sub-judul (termasuk DAFTAR RUJUKAN) sampai peringkat
3 dapat dilihat pada Lampiran (diambil dari Angraini et al, 2013:187—195).

5.3 Teknik Perujukan


Perujukan adalah pengungkapan informasi dari suatu sumber beserta penyebutan sumber
informasi itu dalam artikel jurnal. Kaidah ini mengatur dua hal, yakni teknik pengungkapan
informasi yang dimasukkan dalam naskah dan teknik pengungkapan sumber informasi yang
dirujuk. Informasi yang diungkap itu dapat berupa kutipan langsung dan dapat pula berupa
kutipan tidak langsung. Kutipan lngsung digunakan untuk menunjukkan informasi akademik teks
aslinya dalam sumber rujukan. Untuk mengungkap kutipan langsung itu, berlaku kaidah teknik
berikut.
 Kutipan langsung yang jumlahnya kurang dari 40 kata, kutipan itu diapit oleh tanda kutip dan
diintegrasikan dalam kalimat tempat informasi kutipan itu diungkapkan.
Contoh
Hubungan antara fungsi utama bahasa dan bentuk bahasa pengungkap fungsi itu dapat
dirunut dari pandangan Sinclair & Coulthard (1975:11) berikut: “Traditionally three major
language functions, or contextual types, have been identified as statement, question, and
command, having their typical realizations in declarative, interrogative, and imperative
forms.”
 Kutipan langsung yang jumlahnya 40 kata ke atas, kutipan itu dituliskan tanpa tanda kutip,
terpisah dari kalimat atau bagian teks yang lain, berindentasi 1,2 cm dari margin kiri.
Contoh
Hubungan antara fungsi utama bahasa dan bentuk bahasa pengungkap fungsi itu dapat
dirunut dari pandangan Sinclair & Coulthard (1975:11) berikut.
Traditionally three major language functions, or contextual types, have been identified
as statement, question, and command, having their typical realizations in declarative,
interrogative, and imperative forms. However, the relationship between those
functions and forms in actual language use is more flexible—we can, for instance, use
declarative form to give a command or make a request.
 Kutipan tidak langsung digunakan untuk mengungkap informasi dari suatu sumber sebatas
konten atau kandungan informasi dalam sumber itu dan diungkapkan dengan teks karya
penulis jurnal.
Contoh
Hubungan antara fungsi utama bahasa dan bentuk bahasa pengungkap fungsi itu dapat
dirunut dari pandangan Sinclair & Coulthard (1975:11) tentang adanya tiga fungsi utama
bahasa atau tiga tipe kontekstual bahasa, yakni pernyataan, pertanyaan, dan perintah.
Masing-masing tipe itu terwujud dalam bentuk kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan
kalimat imperatif.
 Sumber rujukan meliputi kemungkinan-kemungkinan berkut: buku terbitan karya seorang
penulis, buku kumpulan karya sejumlah penulis yang terbit dalam bentuk prosiding, buku
kompilasi sejumlah penulis suntingan editor, buku laporan penelitian, artikel jurnal, makalah,
informasi di media massa (media cetak dan media elektronik, monograf, manuskrip, laporan
penelitian yang mencakup laporan teknis karya akademisi, skripsi, thesis, dan disertasi, dan
dokumen lain yang terpercaya sebagai sumber rujukan.
 Sumber rujukan primer lebih diutamakan daripada sumber rujukan sekunder. Penggunaan
sumber rujukan primer memberikan dampak lebih meyakinkan daripada sumber rujukan
sekunder. Sejauh sumber rujukan primer dapat diupayakan, penggunaan sumber rujukan
sekunder perlu dihindari.
 Sumber rujukan haruslah tercantum dalam daftar rujukan. Daftar rujukan dituliskan dengan
kaidah teknis yang berlaku, sebagaimana dipaparkan pada butir 5.4.
5.4 Teknik Penulisan Daftar Rujukan
Sumber rujukan dengan jabaran jenis sebagaimana dipaparkan pada butir 5.3 dituliskan
dalam daftar rujukan dengan ketentuan berikut.
 Sumber rujukan yang dituliskan dalam daftar rujukan terbatas sumber rujukan yang dirujuk
dalam teks naskah jurnal.
 Sumber rujukan dituliskan dalam daftar rujukan dengan urutan secara alfabetis bedasarkan
urutan albet awal identitas setiap rujukan.
 Setiap jenis sumber rujukan dituliskan dengan teknik yang khas berlaku untuk setiap rujukan
itu. Contoh-contoh berikut diambil dari bagian Petunjuk bagi (Calon) Penulis Jurnal Ilmu
Pendidikan (JIP) yang selalu dimuat pada halaman terakhir setiap terbitan jurnal itu.

Buku
Anderson, D.W, Vault, V.D., & Dickson, C.E. 1999. Problems and Prospects for the Decade
Ahead Competency Based Teacher Education. Berkely: McCutchan Publishing Co
Buku kumpulan artikel
Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis Artikel unutk Jurnal Ilmiah (edisi ke-4,
cetakan ke-1). Malang: UM Press.
Artikel dalam buku kumpulan artikel
Russel, T. 1998. An Alternative Conception: Representing Representation. Dalam P.J. Black
& A. Lucas (Eds.). Children’s Informal Ideas ini Science (hlm. 62—64. London:
Routledge.
Artikel dalam jurnal atau majalah
Kamil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Proram Profesional dalam
Memenuhi Kebutuhan Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57—61.
Artikel dalam koran
Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukan Sekolah Pengunggulan?.
Majapahit Pos, hlm. 4 & 11.
Tulisan dalam koran (tanpa nama pengarang)
Jawa Pos. 22 Desember, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.
Dokumen resmi
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedomana Penulisan Laporan
Penelitian. Jakarta: Depdikbud.
Undang-undang Nonor 2 tentantg Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas
Duta Jaya.
Laporan penelitian
Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang
Jurusan Bangunan Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan
Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP
Malang.
Makalah seminar, lokakarya, penataran
Mulyadi, G.W. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar
Lokakarya Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal. Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin, 9—11 Agustus.
Internet (karya individual)
Hitchcock, S., Car. L, & Hll, W. 1996. A Survey of STM Online Journals. 1990—1995. The
Calm before the Storm, (Online), (http://journal.ccs.soton.uk/survey/.html), diakses 12
Juni 1996.
Internet (artikel dalam jurnal online)
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu
Pendidikan. (Online), Jilid 5, Nomor 4, (http://www.malang.ac.id), diakses 20 Januari
2000.
5.5 Teknis Penampilan Figurasi Visual
Teknik ini digunakan untuk menampilkan konten artikel yang non-verbal atau ang berupa
bentuk-bentuk visual. Bentuk-bentuk visual itu berupa tabel, diagram, organigram, skema,
gambar, foto, peta, dan lain-lain. Untuk penampilan figurasi visual itu, berlaku kaidah teknik
berikut.
 Setiap figurasi visual diberi identitas, misalnya Organigram ..., Tabel ...., Gambar ... dan lain-
lain.
 Jika diambil dari suatu sumber, sumber rujukan dicantumkan sebagai komponen identitas
figurasi visual.
 Figurasi visual ditampilkan berdsarkan nilai fungsional kehadirannya sebagai konten yang
terintegrasi dalam teks. Untuk itu, informasi figurasi visual menjadi informasi yang disebut
dalam naskah artikel jurnal. Sumber rujukan dituliskan dalam daftar rujukan dengan urutan
secara alfabetis bedasarkan urutan albet awal identitas setiap rujukan.
 Figurasi visual yang menjadi bagian integral teks dan fisibel dimasukkan dalam bodi teks
ditempatkan berdekatan dengan bagian teks yang mengungkap figurasi visual itu. Figurasi
yang tidak fisibel diintegrasikan dengan teks ditempatkan dalam lampiran.
5.6 Teknis Penempatan/Penataan Lampiran
Salah satu komponen jurnal adalah lampiran. Jenis lampiran pada suatu arikel jurnal
didasarkan pada informasi yang diperlukan dan dipenuhi dengan lampirannya. Lampiran pada
artikel jurnal ditampilkan dengan teknik berikut.
 Lampiran yang ditampilkan memiliki identitas diri, yang terdiri atas komponen nomor (jika
lampiran lebih dari satu) dan nama lampiran, misalnya Lampiran 1: Foto ....., Lampiran 2:
Peta Lokasi .....
 Lampiran adalah bagian integral konten artikel jurnal. Oleh sebab itu, informasi dalam
lampiran adalah informasi integral dalam teks artikel jurnal. Unuk menunjukkan integrasinya
itu, informasi lampiran menjadi konten paparan naskah artikel jurnal dan identitas lampiran
itu dirujukan dalam teks naskah jurnal.

SIMPULAN
Sesuai dengan tiga aspek penentu kualitas jurnal, kondisi yang perlu mendapatkan
kepedulian penulis jurnal adalah kualitas isi, bahasa, dan teknik penulisan jurnal. Kepedulian itu
layak menjadi ciri kepribadian penulis jurnal yang berprofesi sebagai akademisi. Kepribadian itu
tampak pada kelengkapan diri, komptensi diri, kegiatan dan kinerja akademik, dan produk karya
akademiknya.
Kualitas yang tersebar pada isi, bahasa, dan teknik penulisan dapat dipenuhi oleh penulis
jurnal dengan mewujudkan naskah jurnal yang memenuhi standar-standari kualitas. Pada aspek
isi, standar kualitas isi jurnal adalah (1) kedalaman dan keluasan, (2) keutuhan dan kepaduan, (3)
kelengkapan yang proporsional, dan (4) kemutakhiran. Pada aspek bahasa, standar kualitas
bahasa yang perlu dipedulikan adalah (1) ragam bahasa, (2) diksi, (3) kalimat, (4) paragraf, (5)
wacana, dan (6) Ejaan dan Tanda Baca. Pada aspek teknik penulisan, standar kualitas yang perlu
diperhatikan adalah (1) teknik penandaan jenjang judul dan subjudul, (2) teknik perujukan, (3)
teknik penulisan daftar rujukan, (4) teknis penampilan figuraai visual (tabel, diagram, gambar,
foto, peta, dan lain-lain), dan (6) teknis penempatan/penataan lampiran.

DAFTAR RUJUKAN
Alwi, H. et al. 2003.Tata Vahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Angraini, V.D. et al. Problem Based Learning, Motivasi Belajar, Kemampuan Aal, dan Hasil
Belajar Siswa SMK. Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 19, Nomor 2, Desember 2013,
hlm.187—195.
Ibnu, Suhadi. 2012. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Dalam Mulyadi Guntur Waseso & Ali Saukah,
Menerbitkan Jurnal Ilmiah Bermutu. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Istutik. 2014. Rancangan Model Sistem Penilaian Kinerja Dosen Berbasis WEB STIE
Malangkucekwara Malang. Draf Artikel Jurnal.
Mukhadis, Amat. 2012. Tata Tulis Artikel Ilmiah. Dalam A. Saukah & G. Waseso. Menulis
Artikel untuk Jurnal Ilmiah. Edisi 6, Juli.
Mustafa, M. 2014. Pengaruh Profitabilitas dan Insvestment Opportunity Set terhadap
Kebijakan Dividen. Draft Artikel Jurnal.
Novitayati, R. 12013. Pengaruh Metode Blended Learning dan Self Regulated Learning terhadap
Hasil Belajar Kognitif IPS. Dalam Jurnal Penelitian Kependidikan, Tahun 23, Nomor 1,
April:48—57.
Nugroho, A.W. 2013. Evaluasi Pelaksanaan Kurikuloum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Mata Pelajaran Ekonomi SMA RSBI. Dalam Jurnal Penelitian Kependidikan, Tahun 23,
Nomor 3, April 2013, hlm. 1.
Purnomo, A & Putri A, M. 2014. Budaya Komunikasi yang Terungkap dalam Wacana Bahasa
Indonesia. Makalah disajikan pada Matakuliah Studi Wacana, Program Studi S2
Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.
Resmi, S. & Hidayat, R. 2014. Pengembangan Model Desin Produk Akuarium “Aquaspace
Artistic” untuk Peningkatan Produk Rumah Lingkungan dan Indah. Draf Artikel Penelitian
Hibah..
Rino. 2014. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Dosen. Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan,
Jilid 20, Nomor 1, Juni 2014:17—26.
Sapir et al. 2014. Model Pembelajaran Kewirausahaan Berbasis Kearifan Lokal.
Naskah Artikel Jurnal, Disajikan pada Konferensi Riset Manajemen VII di Universitas
Denpasar, Bali, 10—12 Oktober.
Smalley, R.L. 2001. Refining Composition Skills: Rhetoric and Grammar. Boston: Heinle &
Heinle Publisher.
Zahrulianingdyah, A. 2013. Model Pengorganisasian Pendidikan & Latihan (Diklat) Gizi
Berbasis Masyarakat. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 19, Nomor 2, Desember 2013, hlm.
129.
Zemach, Dorothy E. & Rumisek, Lisa A. 2005. Academic Writing: from Paragaph to Essay.
New York. Macmillan Publisher Limited.
Lampiran
Contoh Penggunaan Huruf sebagai Penanda Posisi Judul dan Subjudul

PROBLEM BASED LEARNING,


MOTIVASI BELAJAR, KEMAMPUAN AWAL, DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

Verianti Dwi Anggraini, Amat Mukhadis, Muladi


SMK Negeri 6, Jln. Ki Ageng Gribig 28, Malang
Universitas Negeri Malang, Jln. Semarang 5, Malang
e-mail: vebriyanti dwi anggraini@gmail.com

Abstract:
............................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................

Keywords: ...

Abstrak:
............................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................

Kata Kunci: ...

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum SMK berisi mata
pelajaran wajib, mata pelajaran kejuruan, mudatan lokal, dan pengembangan diri. .............
................................................................................................................................................

METODE

..................................................................................................................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Model PBL terhadap Hasil Belajar

.....................................................................................................................................................
Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar

.....................................................................................................................................................

Pengaruh Kemampuan Awal terhadap Hasil Belajar

.........................................................................................................................................................

Interaksi Model Pembelajaran, Motivasi, dan Kemampuan Awal dengan Hasil Belajar

........................................................................................................................................................

SIMPULAN

.........................................................................................................................................................

DAFTAR RUJUKAN

.........................................................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai