Sistem imun atau kekebalan tubuh manusia berfungsi menjaga tubuh dengan cara
melawan infeksi yang menyerang. Tetapi pada kondisi tertentu, sistem imun tubuh malah
menyerang sel-sel dalam tubuh kita sendiri sehingga timbul berbagai gejala penyakit yang
disebut penyakit autoimun. Salah satu penyakit autoimun yang sering dijumpai adalah
lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematous, SLE) atau masyarakat
mengenalnya dengan sebutan “Lupus”.
Lupus adalah suatu penyakit autoimun akibat tubuh memproduksi antibodi berlebihan
yang menyerang jaringan tubuh sendiri di berbagai organ. Kerusakan organ selanjutnya
akan menyebabkan berbagai keluhan dan gejala. Penyakit ini lebih banyak mengenai
anak perempuan, dan angka kejadiannya meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Pada anak, sebagian besar penderita lupus berusia 9-15 tahun (masa pubertas).
Penyakit lupus sulit untuk dikenali karena gejalanya yang beragam. Setiap anak dapat
memiliki gejala yang berbeda dengan anak lainnya. Berikut adalah beberapa gejala yang
dapat muncul dan membantu orang tua dalam mengenali penyakit lupus, antara lain:
Seringkali pasien lupus datang ke rumah sakit karena keluhan demam ringan, hilang
timbul, yang lama (berminggu-minggu atau berbulan-bulan) tanpa diketahui
penyebabnya.
Bila anak tampak pucat, mudah lelah, dan lesu, ada riwayat transfusi darah berulang,
salah satu penyakit yang harus dipikirkan adalah lupus. Anak dengan anemia hemolitik
autoimun pada perjalanan penyakit selanjutnya banyak yang menjadi lupus.
3. Mudah letih
Anak yang biasanya aktif kemudian menjadi tidak aktif, malas beraktivitas, harus waspada
akan penyakit lupus.
Ruam dapat muncul di wajah berbentuk seperti sayap kupu-kupu atau yang disebut
dengan butterfly rash (bercak malar). Ruam lainnya yang berbentuk bulat-bulat, dapat
muncul di bagian tubuh lain selain di wajah, seperti leher, batang tubuh, lengan dan
tungkai yang disebut bercak diskoid.
a. Bercak Malar .
b. Bercak diskoid
Anak sering mengeluh nyeri dan bengkak pada persendian, umumnya di sendi-sendi
besar seperti siku dan lutut.
Salah satu gejala yang dapat timbul adalah bengkak pada kelopak mata dan tungkai
bawah, diaertai buang air kecil yang lebih sedikit dari biasanya. Bila ditemukan keluhan
ini harus waspada adanya kelainan ginjal akibat lupus.
7. Rambut rontok
Bila rambut anak rontok lebih dari 100 helai per hari, maka harus waspada kemungkinan
adanya penyakit lupus.
Penyakit lupus dapat menyerang organ paru-paru dan jantung, sehingga anak mungkin
mengeluhkan adanya nyeri di daerah dada dan sesak napas.
Dokter akan memberikan obat untuk mengendalikan peradangan yang timbul untuk
mencegah dan meredakan kerusakan organ.
Minum obat dan kontrol secara rutin ke dokter sampai penyakitnya dinyatakan
remisi (dalam kondisi perbaikan). Minum obat dapat berlangsung cukup lama,
sampai bertahun-tahun tergantung derajat keparahan penyakit lupus.
Anak dengan lupus harus menghindari paparan sinar matahari langsung (memakai
tabir surya, payung, baju lengan panjang)
Mengendalikan stress psikis
Membatasi konsumsi makanan berkadar garam tinggi
Minum suplemen kalsium dan vitamin D3 (untuk mencegah osteoporosis akibat
efek samping obat)
Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang hanya dapat dikontrol agar gejalanya tidak
kambuh. Kondisi anak dapat membaik (remisi) atau memburuk (kambuh, namun tidak
dikatakan sembuh. Dibutuhkan kerjasama antara orangtua dan dokter spesialis anak
untuk dapat menjaga kondisi anak tetap optimal sehingga penyakit dapat terkontrol.