ت ذَ ِل ُك ُم ه
َُّللا ص َو َر ُك أم َو َرزَ قَ ُك أم ِمنَ ال ه
ِ ط ِِّيبَا َ ص هو َر ُك أم فَأَحأ
ُ َسن َ س َما َء ِبنَا ًء َو
ارا َوال ه َ (َّللاُ الهذِي َجعَ َل لَ ُك ُم أاْل َ أر
ً ض قَ َر ه:يقول تعالى
.]64 :َّللاُ َربُّ أال َعالَ ِمينَ ) [غافر َ ََربُّ ُك أم فَتَب
اركَ ه
“Allah yang menjadikan buat kamu bumi sebagai tempat menetap dan langit sebagai bangunan,
dan membentuk kamu lalu membaguskan bentuk kamu serta memberi kamu rezeki yang baik-
baik. Demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, maka Maha banyak anugerah Allah, Tuhan
semesta alam”. Q.S. Ghafir; 40:64
Dalam ayat ini Allah berbicara tentang aneka anugerah-Nya yang dibentangkan di hadapan kita,
yaitu dijadikannya bumi sebagai tempat menetap dan langit sebagai bangunan, dan membentuk
rupa dan postur manusia dalam aneka bentuk yang berbeda satu dengan yang lain, serta memberi
rezeki yang baik-baik dan bermanfaat.
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan kata (qararan) yakni bumi sebagai hamparan dan
tempat menetap dalam kondisi stabil dan layak buat kehidupan kamu walau dia senantiasa
beredar. Berkat rahmat dan karunia-Nya, Allah SWT menjadikan bumi ini terhampar luas dalam
kondisi stabil. Kenapa demikian?
FAKTA ILMIAH
Dalam riset ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuwan terdahulu, mereka mengatakan bahwa
semua benda memiliki gaya Gravitasi yaitu gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel
yang mempunyai massa di alam semesta. Berat suatu benda adalah hasil kali massa benda
tersebut dengan percepatan gravitasi bumi.
Ilmuwan pertama yang mengungkap hukum Gravitasi Bumi ini adalah Isaac Newton pada abad
17, ia menjelaskan semua benda-benda di angkasa memiliki massa. Begitu juga bumi memiliki
massa yang sangat besar yang menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik
benda-benda di sekitarnya, termasuk makhluk hidup, dan benda-benda yang ada di bumi. Karena
gravitasi inilah maka semua benda di alam raya ini menyatu hingga atmosfer (lapisan udara).Jika
bumi tidak memiliki gaya gravitasi, benda-benda di alam raya ini akan tersebar, begitu pula bumi,
matahari, dan sebagian besar benda makroskopik di alam semesta. Gravitasi dikenal juga sebagai
agen yang memberi bobot ke objek dengan massa dan menyebabkan mereka untuk jatuh ke tanah
ketika jatuh.
Para ulama yang mendalami kemukjizatan al-Qur’an mengatakan bahwa Allah telah
mengisyaratkan tentang nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada kita jauh sebelum para ilmuwan
melakukan penelitian tentang gravitasi, yaitu dijadikannya bumi sebagai tempat menetap (“Allah
yang menjadikan buat kamu bumi sebagai tempat menetap” ) dan juga kestabilan segala sesuatu
yang berada di atasnya karena sebuah sistem yang disebut “sistem gravitasi bumi”.
Kontribusi
Abu Nasr Mansur telah memberikan kontribusi yang penting dalam dunia ilmu pengetahuan.
Sebagian Karya Abu Nasr fokus pada bidang matematika, tapi beberapa tulisannya juga
membahas masalah astronomi.
Dalam bidang matematika, dia memiliki begitu banyak karya yang sangat penting dalam
trigonometri. Abu Nasr berhasil mengembangkan karya-karya ahli matematika, astronomi,
geografi dan astrologi Romawi bernama Claudius Ptolemaeus (90 SM – 168 SM).
Dia juga mempelajari karya ahli matematika dan astronom Yunani, Menelaus of Alexandria
(70 SM – 140 SM).
Perannya sungguh besar dalam pengembangan trigonometri dari perhitungan Ptolemy dengan
penghubung dua titik fungsi trigonometri yang hingga kini masih tetap digunakan. Selain itu,
dia juga berjasa dalam mengembangkan dan mengumpulkan tabel yang mampu memberi solusi
angka yang mudah untuk masalah khas spherical astronomy (bentuk astronomi).
Abu Nasr juga mengembangkan The Spherics of Menelaus yang merupakan bagian penting,
sejak karya asli Menelaus Yunani punah. Karya Menelaus berasal dari dasar solusi angka
Ptolemy dalam masalah bentuk astronomi yang tercantum dalam risalah Ptolemy bertajuk
Almagest.
Pada karya trigonometrinya, Abu Nasr Mansur menemukan hukum sinus sebagai berikut:
a/sinA=b/sinB=c/sinC.
Risalah Abu Nasr membahas lima fungsi trigonometri yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dalam bentuk astronomi. Artikel menunjukkan perbaikan yang diperoleh Abu Nasr
Mansur dalam penggunan pertama sebagai nilai radius. Karya lain Abu Nasr Mansur dalam
bidang astronomi meliputi empat karya dalam menyusun dan mengaplikasi astrolab.
Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan usaha untuk memfokuskan kembali ilmu, menyusun
ulang data, memikir kembali argumen dan rasionalisasi yang berhubungan dengan data itu,
menilai kembali kesimpulan dan tafsiran, membentuk kembali tujuan dan disiplin ilmu yang
ditujukan memperkaya visi dan perjuangan islam.
Dengan adanya islamisasi ilmu pengetahuan diharapkan nantinya akan dihasilkan sebuah sains
Islam yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits, di mana sains Islam tersebut berbeda
dengan sains Barat yang telah berkembang saat ini.
Karena ilmu pengetahuan dalam budaya dan peradaban Barat itujustru menghasilkan krisis ilmu
pengetahuan yang berkepanjangan, Syed Muhammad Naquib al-Attas berpendapat ilmu yang
berkembang di Barat tak semestinya harus diterapkan di dunia Muslim. Ilmu bisa dijadikan alat
yang sangat halus dan tajam bagi menyebarluaskan cara dan pandangan hidup sesuatu
kebudayaan. Sebabnya, ilmu bukan bebas-nilai (value-free), tetapi sarat nilai (value laden).
Prosesnya islamisasi ilmu menurut al-Attas, melibatkan dua langkah utama yang saling
berhubungan: pertama, proses mengeluarkan unsur-unsur dan konsep-konsep penting Barat
dari suatu ilmu, dan kedua, memasukkan unsur-unsur dan konsep-konsep utama Islam ke
dalamnya.
Islam tidak memisahkan pengetahuan dengan Tuhan, pengetahuan itu bukan hal yang bebas
nilai, karena hakikat manusia hidup adalah menjalankan fungsi sosialnya selain menjalankan
fungsinya sebagai hamba. Al-qur’an juga menjelaskan bahwa umat islam supaya mencari ilmu
pengetahuan dengan penelitian terhadap alam semesta yang telah disediakan, terdapat dalam
firman Allah (Q.S Al-mujadalah: 11) “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. Dari ayat tersebut
dalam islam tidak ada perbedaan antara ilmu pengetahuan dan islam. Dalam islam, ilmu
merupakan salah satu perantara untuk memperkuat keimanan. iman hanya akan bertambah dan
menguat, jika disertai ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1968, al-Faruqi menjadi guru besar pemikiran dan kebudayaan islam pada Temple
University, disini al-Faruqi mendirikan Departemen Islamic Studies hingga akhir hanyatnya.
Dalam Zaenul (2002; 179) untuk mengenang jasa-jasa al-Faruqi maka, Organisasi Masyarakat
Islam Amerika Utara (ISNA) berusaha mendirikan The Isma’il and lamnya’ al-Faruqi
Memorial Fund, yang bermaksud melanjutkan cita-cita islamisasi ilmu pengetahuan yang telah
dicetuskannya.
Menurut al-Faruqi yang dapat dilakukan dalam mempercepat islamisasi pengetahuan adalah
dengan mengadakan konferensi dan seminar untuk melibatkan berbagai ahli di bidang-bidang
ilmu yang sesuai dalam merancang pemecahan masalah-masalah antar disiplin ilmu. pertemuan
tersebut juga harus menjajaki persoalan metode yang diperlukan dalam islamisasi ilmu
pengetahuan.