Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN PUSTAKA

Infeksi Saluran Kemih pada Dewasa

Pendahuluan

Infeksi saluran kemih merupakan penyakit infeksi yang cukup sering terjadi di
masyarakat yang dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua kelompok umur
anak, remaja, dewasa, maupun usia lanjut. Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah
satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih
mudah melewati jalur ke kandung kemih. Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada
pria dengan usia yang sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostatitis atau
hyperplasia prostat. Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran kenari yang terletak tepat di bawah
saluran keluar kandug kemih. Hiperplasia prostat dapat menyebabkan obstruksi aliran yang
merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam keadaan normal, sekresi prostat memiliki
efek protektif antibakteri.

Secara anatomi, ISK dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi saluran
kemih bagian bawah. ISK bagian atas mencakup semua infeksi yang menyerang ginjal,
sedangkan ISK bagian bawah mencakup semua infeksi yang menyerang uretra, kandung kemih
dan prostat. Dalam keadaan normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau
mikroorganisme lainnya. Dengan kata lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan dengan
membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Pada pasien dengan simptom
ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 105/ml urin. Infeksi ini juga lebih
sering dijumpai pada wanita daripada laki-laki, pada wanita dapat terjadi pada semua umur,
sedangkan pada laki-laki di bawah umur 50 tahun jarang terjadi.

Anamnesis

 Identitas pasien
Nama lengkap pasien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa. Berikut data pasien yang didapatkan:

Nama : Tn. A , usia 50 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

 Keluhan utama
- Keluhan utama pasien : Nyeri saat berkemih sejak 5 hari yang lalu
- Keluhan tambahan : keluhan disertai demam, sering berkemih tapi hanya sedikit dan
urin berwarna keruh
 Riwayat penyakit sekarang
- Bagaimana pola berkemih pasien? Tujuannya untuk mendeteksi faktor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
- Adakah merasa seperti terbakar atau nyeri saat berkemih (dysuria)?
- Adakah timbul rasa sangat ingin ke toilet, dan harus segera melakukannya (urgensi)?
- Adakah bau urine yang menyengat?
- Bagaimana volume urine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
- Adakah nyeri suprapubik? Nyeri suprapubik menunjukkan adanya infeksi pada saluran
kemih bagian bawah.
- Adakah nyeri panggul atau pinggang? Nyeri panggul atau pinggang biasanya pada
infeksi saluran kemih bagian atas.
- Adakah peningkatan suhu tubuh? Peningkatan suhu tubuh biasanya terjadi pada infeksi
saluran kemih bagian atas.

 Riwayat kesehatan :
- Adakah riwayat infeksi saluran kemih?
- Adakah riwayat pernah menderita batu ginjal?
- Adakah riwayat penyakit diabetes melitus, jantung?
 Riwayat sosial
 Riwayat keluarga
Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik yang paling utama harus dilakukan
adalah pemeriksaan tanda-tanda vital berupa suhu, tekanan darah, frekuensi napas, dan frekuensi
nadi.1

 Inspeksi: untuk melihat apakah pasien terlihat sakit berat, lalu kesadaran pasien,
melihat ada atau tidaknya abnormalitas yang terlihat pada bagian abdomen atau
punggung pasien.
 Palpasi: meraba bagian abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak,
serta untuk mengetahui adanya benjolan atau massa pada abdomen dan punggung
pasien.
 Perkusi: melakukan pengetukan pada CVA untuk mengetahui adanya nyeri ketuk
atau tidak. Apabila terdapat nyeri laporkan, untuk mengetahui distensi kandung
kemih dapat melakukan perkusi pada daerah suprapubik. Bila kandung kemih terisi
penuh oleh udara, maka suara perkusi di daerah kandung kemih pekak diikuti oleh
suara timpani pada usus.1

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Urine
 Leukosuria atau piuria: Merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih.2

Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk mengungkapkan adanya proses
inflamasi atau infeksi. Didapatkannya leukositosis, peningkatan laju endap darah,
atau didapatkannnya sel-sel muda pada sediaan hapus darah menandakan adanya
proses inflamasi akut. Pada keadaan infeksi berat, perlu diperiksa faal ginjal, faal
hepar, faal hemostasis, elektrolit darah, analisis gas darah, serta kultur kuman
untuk penanganan ISK secara intensif.2
Bakteriologis
 Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan
positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak emersi.3
 Biakan bakteri
Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam
jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattell :3

 Wanita, simtomatik
>102 organisme coliform/ml urin plus piuria, atau

> 105 organisme pathogen apapun/ml urin, atau

Adanya pertumbuhan organisme patogen apapun pada urin yang diambil


dengan cara aspirasi suprapubik

 Laki-laki, simtomatik
>103 organisme patogen/ml urin

 Pasien asimtomatik
> 105 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh urin berurutan.

Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lainnya


Pada ISK uncomplicated tidak diperlukan pemeriksaan pencitraan, tetapi pada
ISK complicated perlu dilakukan pemeriksaan pencitraan untuk mencari
penyebab/sumber terjadinya infeksi.3
o Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos berguna untuk mengetahui adanya batu radioopak pada
saluran kemih atau adanya distribusi gas yang abnormal pada pielonefritis akut.
Adanya kekaburan atau hilangnya bayangan garis psoas dan kelainan dari
bayangan bentuk ginjal merupakan petunjuk adanya abses perirenal atau abses
ginjal. Batu kecil atau batu semiopak kadangkala tidak tampak pada foto ini,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto tomografi.3
o PIV
PIV adalah pemeriksaan rutin untuk mengevaluasi pasien yang menderita ISK
complicated. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya pielonefritis akut dan
adanya obstruksi saluran kemih; tetapi pemeriksaan ini sulit untuk mendeteksi
adanya hidronefrosis, pielonefrosis, ataupun abses ginjal pada ginjal yang
fungsinya sangat jelek.3
o Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah pemeriksaan yang sangat berguna untuk mengungkapkan
adanya hidronefrosis, pionefrosis, ataupun abses pada perirenal/ginjal terutama
pada pasien gagal ginjal. Pada pasien gemuk, adanya luka operasi, terpasangnya
pipa drainase, atau pembalut luka pasca operasi dapat menyulitkan pemeriksaan
ini.3
o CT Scan
Pemeriksaan ini lebih sensitive dalam mendeteksi penyebab ISK daripada PIV
atau ultrasonografi tetapi biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan ini relative
mahal.3

Working Diagnosis

Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga
menunjukkan gejala yang sangat berat akibat kerusakan pada organ-organ lain. Pada umumnya
infeksi akut yang mengenai organ padat memberikan keluhan yang sangat hebat sedangkan
infeksi pada organ-organ berongga memberikan keluhan yang lebih ringan.3

 Infeksi Saluran Kemih Atas (Pielonefritis)

Pielonefritis akut adalah reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada pielum dan
parenkim ginjal. Pada umumnya kuman yang menyebabkan infeksi ini berasal dari saluran
kemih bagian bawah yang naik ke ginjal melalui ureter. Kuman-kuman itu adalah E.coli,
Proteus, Klebsiella, dan kokus gram positif: Streptococcus faecalis dan enterokokus. Kuman
Stafilokokus aureus dapat menyebabkan pielonefritis melalui penularan secara hematogen,
meskipun sekarang jarang dijumpai.3

Gambaran Klinis

Gambaran klasik dari pielonefritis akut adalah demam tinggi dan disertai menggigil,
nyeri daerah perut dan pinggang, disertai mual dan muntah. Kadang-kadang terdapat gejala
iritasi pada buli-buli yaitu berupa dysuria, frekuensi, atau urgensi.

Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri pada pinggang dan perut, suara usus melemah
seperti ileus paralitik. Pada pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis disertai
peningkatan laju endap darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, dan hematuria. Pada
pielonefritis akut yang mengenai kedua sisi ginjal terjadi penururan faal ginjal dan pada
kultur urine terdapat bakteriuria.

Pemeriksaan foto polos perut menunjukkan adanya kekaburan dari bayangan otot
psoas dan mungkin terdapat bayangan radio-opak dari batu saluran kemih. Pada PIV
terdapat bayangan ginjal membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram.3

Differential Diagnosis

Batu saluran kemih

Batu saluran kemih merupakan kondisi dimana terbentuknya batu di saluran keluarnya
urin. Ia dapat berada di ginjal, ureter, kandung kemih maupun uretra. Sering pula masyarakat
mengenali dengan batu ginjal, secara khusus maksudnya batu itu hanya terdapat diginjal. Adapun
penyebabnya antara lain: gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi, dan keadaan-keadan lain. Biasanya beberapa faktor yang mempengaruhi adalah jenis
kelamin, ras/etnis, usia, geografis, iklim, pekerjaan, berat dan tinggi badan, serta air. Penyakit
batu diketahui lebih sering terjadi pada pria dewasa dibanding wanita, hal ini terkait dengan
kondisi anatomi saluran urinaria pria yang lebih panjang dan sempit.

Mekanisme pembentukan batu adalah dimulai terjadinya hambatan aliran urin yang
biasanya terjadi di tempat-tempat yang lebih sembit dan berkelok, seperti di penyempitan
pelvikalises atau penyempitan di ureter yang masuk ke kandung kemih. Adanya kelainan bawaan
seperti stenosis, diventrikel, hyperplasia prostat benigna, striktur ataupun buli-buli neurogenic
dapat memudahkan terjadinya pembentukan batu.

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik dalam urin. Kristal-kristal tersebut mengendap dan berkumpul menjadi inti batu. Batu
saluran kemih terdiri atas batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu sistein,
batu maupun magnesium-amonium-fosfat dan xanthyn.3

Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu:3

 Rasa Nyeri

Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung dari lokasi
batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal,
tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu
yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar
ke paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang
keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik
ureter.

 Demam

Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga menyebabkan suhu
badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan darah
rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.

 Infeksi

BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan statis di
proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.

 Hematuria dan kristaluria

Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih yang berpasir
(kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK.
 Mual dan muntah

Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan mual dan
muntah.

Uretritis

Uretritis adalah infeksi dari uretra, yaitu saluran yang membawa air kemih dari kandung
kemih keluar tubuh. Penyebabnya bisa berupa bakteri, jamur atau virus. Pada wanita jasad renik
tersebut biasanya berasal dari vagina. Pada kebanyakan kasus, bakteri berasal dari usus besar dan
sampai ke vagina melalui anus. Lelaki lebih jarang menderita uretritis. 3,4

Jasad renik yang ditularkan melalui hubungan seksual (misalnya Neisseria gonorrhoeae
penyebab gonore), masuk ke vagina atau penis pada saat melakukan hubungan seksual dengan
mitra seksual yang terinfeksi dan bisa menjalar ke uretra. Uretritis pada pria paling sering
disebabkan oleh gonokokus. Klamidia dan virus herpes simpleks juga bisa ditularkan melalui
hubungan seksual dan bisa menyebabkan uretritis. 3,4

Pada pria, uretritis biasanya dimulai dengan keluarnya cairan dari uretra. Jika
penyebabnya adalah gonokokus maka cairan ini akan mengandung nanah. Jika penyebabnya
adalah jasad renik yang lainnya, maka cairan ini mengandung lendir. Gejala lainnya adalah nyeri
pada saat berkemih dan penderita sering mengalami desakan untuk berkemih. 3

Jika uretritis karena gonokokus tidak diobati secara adekuat, maka pada akhirnya akan
terbentuk penyempitan uretra (striktur). Striktur ini akan meningkatkan resiko terjadinya uretritis
pada uretra yang lebih tinggi dan kadang menyebabkan terbentuknya abses di sekitar uretra.
Abses bisa membentuk kantong pada dinding uretra (divertikulum uretra), yang juga bisa
mengalami infeksi. Jika abses menyebabkan terjadinya perforasi kulit, maka air kemih bisa
mengalir melalui saluran baru (fistula uretra). 3

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk mengetahui penyebabnya,


bisa diambil contoh cairan yang keluar dari uretra dan dianalisa di laboratorium. 3
Pengobatan tergantung kepada mikroorganisme penyebabnya. Jika penyebabnya adalah
bakteri, maka diberikan antibiotik. Jika penyebabnya adalah virus herpes simpleks, maka
diberikan obat anti-virus (misalnya asiklovir).3

Etiologi

Hampir semua infeksi saluran kemih disebabkan oleh satu spesies bakteri. Paling tidak
80% dari cystitis uncomplicated dan pielonefritis disebabkan oleh E.coli, dengan strain patologi
terbanyak pada serogrup O. bakteri pathogen saluran kemih lainnya yang lebih jarang termasuk
Klebsiella, Proteus, dan Enterobacter dan Enterococci. Pada infeksi nosocomial ISK, varietas
yang lebih luas penyebab penyakit lebih banyak termasuk Pseudomonas dan Staphylococcus.
ISK yang disebabkan oleh S.aureus biasanya ditemukan sebagai hasil dari diseminasi
hematogen. Streptococcus grup B beta-hemolitikus dapat menyebabkan ISK pada wanita hamil.
S.saprophyticus dapat menyebabkan ISK pada wanita muda. Pada anak-anak, spektrum bakteri
penyebab agak berbeda dengan dewasa dengan Klebsiella dan Enterobacter sebagai bakteri
tersering penyebab ISK.4

Epidemiologi

ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Selama
periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK
dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor
predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada
perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5% selama
periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-
laki maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti berikut litiasis, obstruksi saluran
kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal,
nefropati analgesik, penyakit sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table
progesterone, serta kateterisasi.1
Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat (ascending), hematogen, limfogen, dan eksogen ( akibat pemakaian kateter). Ada dua
jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen.5-7
 Secara asending yaitu:5-7
1) Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: faktor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
 Secara hematogen yaitu:5-7
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran
infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan
lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:5-7
 Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap atau kurang efektif.
 Mobilitas menurun
 Nutrisi yang sering kurang baik
 Sistem imunitas yang menurun
 Adanya hambatan pada saluran urin
 Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya
akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar ke seluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK,
antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang mengakibtakan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefrosis. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering
ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.5-7

Gejala Klinis

Gejala – gejala dari ISK sering meliputi:


 Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
 Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
 Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
 Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
 Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
 Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
 Rasa sakit pada daerah di atas pubis
 Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
 Demam
 Sering berkemih pada malam hari.3

Setiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tanda – tanda dan gejala yang spesifik,
tergantung bagian saluran kemih yang terkena infeksi:3

 Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya
infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa
salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta
mual atau muntah.
 Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa
tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat
urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
 Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi.
Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.

Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:3


 Panjang urethra. Wanita mempunyai urethra yang lebih pendek dibandingkan pria
sehingga lebih mudah
 Faktor usia: Orang tua lebih mudah terkena dibandingkan dengan usia yang lebih muda.
 Wanita hamil lebih mudah terkena penyakit ini karena penaruh hormonal ketika
kehamilan yang menyebabkan perubahan pada fungsi ginjal dibandingkan sebelum
kehamilan.
 Faktor hormonal seperti menopause. Wanita pada masa menopause lebih rentan terkena
karena selaput mukosa yang tergantung pada esterogen yang dapat berfungsi sebagai
pelindung.
 Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin. Sifat urin yang asam dapat menjadi
antibakteri alami tetapi apabila terjadi gangguan dapat menyebabkan menurunnya
pertahanan terhadap kontaminasi bakteri.
 Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis, atau menggunakan
kateter dapat mengalami peningkatan resiko infeksi.

Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan faktor risiko tertentu.
Namun pada infeksi saluran kemih berulang, perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko seperti:3
 Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih
 Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder emptying)
 Konstipasi
 Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap saluran kemih sehingga
terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar.
 Kekebalan tubuh yang rendah.
Penatalaksannaan

Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. Indikasi rawat
inap pielonefritis akut seperti terungkap pada Tabel 2.7

Tabel 2. Indikasi Rawat Inap Pasien dengan Pielonefritis Akut


 Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotika oral
 Pasien sakit berat atau debilitasi
 Terapi antibiotika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
 Diperlukan investigasi lanjutan
 Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
 Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, usia lanjut
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotik
IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui MO sebagai penyebabnya :
 Fluorokuinolon
 Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
 Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.7

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran kemih,
obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisistem, dan gangguan fungsi ginjal.

Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang
adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal
kronik. ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati:
pielonefritis, bayi prematur, anemia, Pregnancy-induced hypertension.8

Prognosis

Prognosis infeksi saluran kemih adalah baik bila dapat diatasi faktor pencetus dan
penyebab terjadinya infeksi tersebut.

Kesimpulan

Pasien Laki-laki usia 50 tahun mengalami ISK. Diagnosis dipastikan dilihat dari gejala
klinis yang dirasakan pasien dan hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan. Terapi
yang cepat dan adekuat penting agar prognosis baik dan mengurangi kemungkinan terjadinya
komplikasi. Pencegahan penting dilakukan agar tidak terjadi ISK yang rekurens.

Daftar Pustaka

1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;


2007. h.99.
2. Burnside John W,McGlynn Thomas J. Diagnosis fisik, edisi 17. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC; 2006. h.292-295.
3. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2007. h.35-49, 62-6.
4. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC; 2005. h.750-1.
5. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga; 2006.
h.166-7.
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit volume 2.
Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006. h.918-24.
7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h.1009-13.
8. Mitchell RN. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran. Edisi ke- 7. Jakarta:
EGC; 2008.h.50-1
9.

Anda mungkin juga menyukai