Anda di halaman 1dari 10

JOURNAL READING

Incidence and empiric use of antibiotics herapy for tonsillitis in children

Insidensi dan Penggunaan Empiris Terapi Antibiotik Untuk Tonsilitis


Pada Anak

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro
Oleh:

1. Jeremi Ferdian 22010117220065


2. Dwi Nina Wijayanti 22010117220189
3. Dina Hisan Nabyla 22010117220194
4. Adinda 22010117220192
5. Herna Rizkia A 22010117220044
6. Reza Akbar Effendi 22010117220126
7. Esya Adetia Tanderi 22010116220239

Penguji Kasus: dr. Hesti Dyah Palupi, Sp.THT-KL

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DR KARIADI SEMARANG
2018
INSIDENSI DAN PENGGUNAAN EMPIRIS TERAPI ANTIBIOTIK UNTUK
TONSILITIS PADA ANAK

Abstrak

Latar Belakang: tonsilitis merupakan salah satu infeksi tenggorokan berulang yang paling
berat yang dapat berujung pada keganasan atau kematian. Diagnosis dari tonsillitis akut
bersifat klinis dan tes rapid antigen dilakukan untuk menegakkan diagnosis tonsillitis.

Tujuan: Penelitian ini membahas penggunaan antibiotic pada anak, tatalaksana tonsillitis
eksudatif akut dan untuk mempelajari kesempatan bagi apoteker mengenai tata laksana
tonsillitis eksudatif akut.

Metode: Sebuah studi observasional dilakukan untuk meneliti prevalensi, farmakoterapi,


penggunaan obat selama periode Juni 2017-Agustus 2017. Lembar pengumpulan data
disusun dan diisi dalam wawancara tatap muka dengan pasien, dan dokter. Data disajikan
dalam persentase.

Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa 60% pasien memiliki riwayat keluarga, 40%
direkomendasikan untuk pembedahan. Gejala seperti sulit menelan, nyeri pada tenggorokan
menunjukkan prevalensi sebesar 12% dan 24% secara berurutan, obat-obat yang diresepkan
per pasien sejumlah 2-3 dan obat yang sering digunakan adalah augmentin, levofloxacin,
amoksisilin.

Kesimpulan: Disimpulkan bahwa tonsillitis memiliki bermacam etiologi namun paling


sering adalah infeksi bakteri dan virus. Obat yang paling sering diberikan adalah antibiotic,
NSAID, sefalosporin dan makrolida namun juka pasien tidak berespon terhadap pengobatan,
direkomendasikan untuk operasi.

Kata kunci: Tonsil, anak, antibiotic, pengobatan, operasi


Pendahuluan

Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil faring tetapi biasanya proses inflamasi tersebut meluas
sampai ke adenoid dan tonsil lingual; oleh karena itu, istilah faringitis juga dapat digunakan
[1]. Banyak organisme yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada tonsil.
Termasuk bakteri, virus, ragi, dan parasit. Beberapa organisme yang menyebabkan terjadinya
infeksi adalah bagian dari flora normal orofaring sedangkan yang lainnya adalah patogen
eksternal. Karena di orofaring terdapat kolonisasi yang terdiri dari banyak organisme,
sebagian besar infeksi disebabkan oleh polimikrobial. Organisme ini bekerja secara sinergis
dan dapat ditunjukkan dalam infeksi campuran aerobik dan anaerobik [2].

Tanda dan Gejala termasuk sakit tenggorokan, demam, dan sakit kepala, kelelahan,
pembesaran tonsil, kesulitan menelan dan mendengkur [3].

Untuk mendiagnosis, perawatan kesehatan professional melakukan pemeriksaan fisik daerah


tenggorokan dan leher untuk melihat gejala yang terjadi. Tonsilitis yang disebabkan oleh
virus terlihat sangat mirip dengan tonsilitis bakteri, oleh karena itu tes diagnostik mungkin
diperlukan untuk membedakan antara dua penyebab potensial tersebut. Tes swab
tenggorokan, tes CBC & tes deteksi antigen cepat digunakan untuk membedakan penyebab
[4].

Antibiotik sering diberikan kepada anak-anak dengan tonsilitis eksudatif akut. Untuk
mengevaluasi insiden dan penggunaan terapi antibiotik empiris, kami melakukan survei di
ruang pediatrik. Telah dilaporkan bahwa pengobatan tonsilitis akut berfokus pada
pengendalian rasa sakit dan demam. Obat-obatan yang digunakan untuk menghilangkan nyeri
& demam adalah parasetamol, ibuprofen suspensi, terapi kombinasi ibuprofen dengan
pseudoephedrine HCl dan nimesulide sedangkan untuk pereda nyeri tenggorokan adalah
lozenges, air garam hangat untuk berkumur, dissolve aspirin gargle [5]. Jika tonsilitis
disebabkan oleh bakteri maka antibiotik yang diresepkan adalah penicillin (amoxicillin) dan
flouroquinolone (levofloxacin). Individu yang gagal terapi penicillin mungkin dapat
meresponpengobatan yang efektif melawan bakteri penghasil enzimbeta-laktamase seperti
klindamisin & amoksisilin-klavulanat. Ketika tonsilitis disebabkan oleh virus, lamanya sakit
tergantung pada virus mana yang terlibat. Biasanya, pemulihan secara keseluruhan dapat
terjadi dalam satu minggu; Namun, gejala bisa juga dapat berlangsung hingga dua minggu.
Kasus kronis dapat diobati dengan tonsilektomi [6].
Tonsilitis dikelola dengan cara pengobatan sesuai dengan infeksi virus dan bakteri. Terapi
tonsillitis virus diantaranya adalah istirahat, pemulihan dan meredakan gejala.
Memperbanyak konsumsi cairan dan makan teratur (makanan lunak dan smoothies adalah
yang terbaik) merupakan hal yang penting untuk dilakukan, sedangkan infeksi bakteri
dikonfirmasi dengan kultur tenggorokan dan antibiotik akan diresepkan untuk mencegah
komplikasi [7]. Penting untuk menghabiskan seluruh antibiotik sebagaimana yang ditentukan
untuk mencegah infeksi. Antibiotik tidak akan diresepkan untuk tonsilitis viral karena
antibiotik tidak efektif terhadap virus. Tonsilitis virus biasanya akan menjadi lebih baik
tanpa pengobatan. Untuk pereda nyeri dan penurun demam dapat diberikan parasetamol over-
the-counter (misalnya Panadol) dan ibuprofen [8]. Berkumur air asin (setengah sendok teh
garam dalam secangkir air hangat) dapat meringankan beberapa gejala seperti mengisap
permen keras atau pelega tenggorokan yang mengandung bahan-bahan yang mendinginkan,
anaesthetic, anti-septik, atau anti -peradangan. Kortikosteroid seperti dexamethasone atau
prednisone dapat diresepkan untukmengurangi peradangan dan pembengkakan, terutama
ketika keluhan tersebut membuat penderita kesulitan saat menelan dan bernapas [9, 10].

Peran apoteker dalam pengobatan tonsilitis akut adalah untuk menganalisis resep,
memberisaran tentang ADR, memberikansaran untuk pasien agar mengambil obat pada
waktu yang tepat & tindakan pencegahan setelah operasi dan juga memandu pasien tentang
diet yang dapat mengurangi keparahan penyakit.

Bahan dan metode


Desain penelitian yang digunakanadalah observasional dengan menggunakan teknik
convenient sampling, selama periode Juni-2017 hingga Agustus-2017. 50 jumlahsampel
diambil dan studi dilakukan di tiga rumah sakit utama di Lahore yaitu rumah sakit Sir Ganga
Ram, Rumah Sakit Anak & Rumah Sakit Pelayanan, Lahore.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Pasien yang didiagnosis dengan tonsilitis antara usia 5 hingga 16 tahun diinklusi. Pasien
dewasa (di atas 16 tahun) & anak-anak dengan penyakit pernapasan lainnya dieksklusi.

Pertimbangan Etis
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan etis dari Institut Farmasi Universitas
WanitaLahore. Lembaga ini memberikan persetujuan etis setelah menilai informed consent
lisan yang disampaikan dengan semua komponen protokol penelitian. Persetujuan verbal dari
kuesioner diminta sebelum pengisian data. Para peserta untuk studi ditanya apakah mereka
bersedia atau tidak mau setelah mendengar tentang persetujuan penelitian dan ini
dikonfirmasi oleh respon mereka ditunjukkan sebagai ya atau tidak. Pengumpulan data
dilakukan setelah konfirmasi kesediaan peserta. Data direkam secara anonim untuk
memastikan kerahasiaan dan privasi peserta.
Hasil
Tabel 1 menunjukkan tentang distribusi usia dan jenis kelamin, obat-obatan rumah tangga,
riwayat keluarga, pengetahuan tentang dosis yang tepat& masalah dalam penggunaan obat.
Gambar 1 menjelaskan tentang tanda & gejala. Tanda & gejala yang dialami oleh pasien
adalah masalah menelan, nyeri di tenggorokan, hidung tersumbat, kelelahan, demam, sakit
kepala & mendengkur dan prevalensinya masing-masing adalah 12%, 24%, 16%, 8%, 28%
12%.
Gambar 2 menegaskan bahwa 70% pasien lebih menyukai terapi farmakologis.
Gambar 3 menjelaskan tentang obat-obatan dan obat yang digunakan oleh pasien adalah
Augmentin, suspensi Brufen, Nims, Panadol, Levofloxacin, Amoxicillin, Arinac forte dan
prevalensi mereka adalah 70%, 60%, 20%, 60%, 70%, 30%, 60% .
Gambar 4 menjelaskan tentang rekomendasi operasi dan 40% pasien direkomendasikan
dengan pembedahan.
Tonsilitis adalah proses peradangan pada tonsil. Biasanya, hal ini disebabkan oleh karena
infeksi virus atau bakteri. Tonsilitis adalah kondisi yang biasanya terjadi pada anak-anak, namun
dapat pula terjadi pada remaja dan dewasa muda.
Studi observasional dilakukan untuk mengevaluasi prevalensi, farmakoterapi, dan
penggunaan obat pada pasien-pasien dengan tonsillitis di 3 rumah sakit Pendidikan di Lahore, seperti
Services Hospital, Rumah Sakit Sir Ganga, dan rumah sakit khusus anak. Studi ini dilakukan pada 50
subjek penelitian dan dilaksanakan selama 2-3 bulan.
Riwayat keluarga pada penyakit tonsilitis sangatlah penting untuk digali dan 60% dari pasien
memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tonsilitis. Kejadian tonsilitis lebih sering terjadi pada
anak-anak berjenis kelamin perempuan dibandingkan laki-laki, dan gejala utama pasien-pasien
tersebut adalah nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, demam, sakit kepala, dan keluhan saat menelan.
Prevalensi dari tonsilitis lebih tinggi pada anak-anak dengan usia 10-15 tahun, yaitu 68%.
Saya menemukan bahwa pada beberapa pasien, tonsilitis tidak disembuhkan dengan
monoterapi saja, namun memerlukan tindakan pembedahan (tonsilektomi). Pembedahan disarankan
untuk 40% dari pasien dan alasan yang mendasarinya adalah bahwa pasien tidak berjaga-jaga akan
komplikasi yang mungkin dapat terjadi di masa mendatang apabila pemantauan medis atau terapi obat
tidak dilakukan pada tahap awal dari perkembangan penyakit.
Gejala umum yang dialami oleh penderita tonsilitis adalah kesulitan menelan, nyeri
tenggrokan, hidung tersumbat, kelelahan, demam disertai dengan nyeri kepala & mengorok, dan
prevalensinya secara berturut-turut sebesar 12%, 24%, 16%, 8%, 28%, 12%.

Umumnya, obat diresepkan berdasarkan nama dagangnya, alasannya adalah rumah sakit
pemerintah telah menyediakan obat tertentu untuk pasien yang tidak dipungut biaya dan para dokter
meresepkan obat-obat yang tersedia. Pasien menunjukan tingkat kewaspadaan terhadap pengobatan
terutama pengobatan konvensional daripada pengobatan alternatif. Bagaimanapun, pasien tidak
memilih untuk mengubah gaya hidup. 18% pasien cocok dengan pengobatannya dan 90% pasien telah
mengetahui dosis mereka dengan baik.

Pada ketiga rumah sakit, antrean pasien sangat banyak dan pasien mempermasalahkan bahwa
dokter tidak memberikan waku yang cukup dan hanya meresepkan obat dengan cepat, maka pasien
tidak puas dengan kunjungan mereka dan tidak memiliki kesempatan bertanya.

Jumlah apoteker yang ditunjuk oleh rumah sakit sangat sedikit. Melibatkan apoteker dalam
pengaturan ini dapat dengan signifikan meningkatkan kepuasan pasien, juga dapat mengurangi
antrean pasien. Menjadikan apoteker sebagai staf di beberapa bagian di rumah sakit tidak hanya
membantu mengurangi antrean pasien namun juga dapat meningkatkan kualitas layanan, waktu
konsultasi, pengetahuan tentang dosis yang benar, peresepan dengan nama generik, dan dapat
mengedukasi pemakaian obat dengan benar setelah dipilih.

Tabel 1: demografi pasien, riwayat keluarga, terapi di runah, pengetahuan akan dosis obat yang tepat,
masalah dalam minum obat, tren peresepan obat

Parameter Variabel Frekuensi Persentase


n=50
Jenis Laki-laki 16 32%
Kelamin Perempuan 34 68%
Usia 5-10 tahun 16 32%
10-15 tahun 34 68%
Riwayat Ya 30 60%
keluarga Tidak 20 40%
Terapi di Ya 35 70%
rumah Tidak 15 30%
Pengetahua Ya 45 90%
n akan Tidak 5 10%
dosis obat
yang tepat
Masalah Ya 9 18%
dalam Tidak 41 82%
minum obat
Tren Generik 10 20%
peresepan Paten 40 80%
obat
Kesulitan Nyeri Hidung Kelelahan Demam Mengorok
menelan tenggoroka tersumbat dan nyeri
n kepala

Grafik 1: Tanda dan Gejala

Farmakologis Non-Farmakologis

Grafik 2: Tatalaksana yang disarankan


Grafik 2: Tatalaksana yang disarankan
Grafik 3: Pengobatan

Membutuhkan Tidak membutuhkan

Grafik 4: Operasi
Kesimpulan

Kesimpulannya adalah pada penelitian ini terbukti bahwa tonsilitis adalah masalah kesehatan
masyarakat yang umum di Pakistan dan memiliki berbagai macam etiologi. Etiologi paling
umum dalam penelitian adalah infeksi bakteri dan virus. Bakteri yang paling umum
menyebabkan tonsilitis adalah Streptococcus pyogenes (grup A streptococcus), bakteri yang
menyebabkan radang tenggorokan. Perawatan tonsilitis dimulai dengan antibiotik, NSAID,
flouroquinolone dan penicillins tetapi jika penyakit berlanjut atau pasien tidak responsif
terhadap obat-obatan, operasi dianjurkan. Antiboitics diberikan kepada pasien setelah operasi
untuk mencegah infeksi lebih lanjut dan perawatan harus diambil. Di sini, apoteker harus
memberi tahu pasien tentang obatnya dan harus memeriksa ulang dalam kesalahan
pengobatan, jika terdapat pengobatan multiple. Ini akan mengarah pada perbaikan yang
signifkan dalam perawata pasien

Acknowledgement
Kami sangat berterima kasih kepada semua anggota administrasi dan staf Rumah Sakit
layanan, Children hospital and Sir ganga ram hospital, Lahore. Akhirnya, yang terpenting,
rasa sangat bersyukur kepada orang tua saya yang penuh kasih sayang, yang berdoa untuk
kesuksesan saya dan selalu menjadi sumber dorongan bagi saya. Puji Syukur kepada Allah
yang Maha Pengasih dan Maha Penyang, yang memberi saya kecakapan untuk
menyelesaikan proyek ini dengan baik.

Saya juga menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Wakil Rektor yang terhormat dari
LCWU dan kepada Direktur Institut Farmasi, DR. Saleha siddiqa. Kami mengucapkan
terima kasih yang mendalam kepada guru-guru besar kami di Departemen Farmasi. Saya
sangat berhutang budi kepada supervisor saya yang terhormat, Nona Mariam, Dosen, LCWU,
berkat bimbingan dan perhatiannya membuat saya dapat menyelesaikan projekini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Huovinen P. Causes, diagnosis and treatment of pharyngitis, Pub Med. 1999; 6:326-9.

2. Stelter K, medline. Tonsillitis and sore throat in children (Otorhinolaryngoly Head Neck
Surg.) 2014; 7:13.

3. Klaus Stelter. Tonsillitis and sore throat in children, Pubmed. 2014; 7:13.

4. O’Toole MT. St Louis Elsevier Mosby, Tonsillitis, Mosby’s Dictionary of Medicine. 2013;
9:9

5. Woolford TJ, Hanif J, Washband S, Hari CK, Ganguli LA. medline, the effect of previous
antibiotic therapy on the bacteriology of the tonsils in children. 1999; 53:96-8.

6. Inamullah Khan, Sarfaraz Ahmad, Javed Akhtar Chawala, Surface swab culture in
isolating core flora in recurrent tonsillitis, J ayubmed coll. 2012; 24:3-4.

7. Ezzeddini R, Darabi M, Ghasemi P, Jabbari Y, Abdollahi. Circulating phospholipase A2


activity in obstructive sleep, apnea and recurrent tonsillitis, International Journal of Paediatric
Otorhinolaryngology. 2012; 76:471-47.

8. Khoo M, Leong C, Nurjahan I, Shajahan Y, Teng L. the management of upper respiratory


tract infection, Medical, Journal of Malaysia. 2009; 56:260-266.

9. Van Kempen MJ, Rijkers GT, Van Cauwenberge PB. The immune response in adenoids
and tonsils, International Archives of Allergy and Immunology. 2000; 122:8-19.

10. Ebele Okoye, Odunukwe FN, Epidemiological Survey of Tonsillitis Caused by


Streptococcus pyogenes among Children, Journal of Pharmacy and Biological Sciences.
2016; 3:54-58.

Anda mungkin juga menyukai