PENDIDIKAN
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Sosiologi Budaya
Disusun oleh:
JURUSAN SOSIOLOGI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena hanya dengan
pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah untuk mata kuliah
Sosiologi Budaya dengan tema culture studies. Meskipun ada kendala-kendala
tertentu dalam mengerjakannya, Alhamdulillah Allah selalu membantu kami
hingga makalah ini telah terselesaikan.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, karena hampir dapat dipastikan
banyak kelemahan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu penulis bukan hanya
akan menerima kritik maupun saran dengan lapang dada, tetapi juga mengharapkan
datangnya kritik dan saran yang bersifat konstructif untuk kebaikan dari makalah
ini, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan kebudayaan.
2. Mengerti apa itu pembelajaran dan pendidikan.
3. Mengetahui peran pemerintah dalam menerapkan pembelajaran
pendidikan dalam bidang pendidikan.
4. Mengetahui realisasi dari pembelajaran kebudayaan dalam bidang
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebudayaan
a) Pengertian Kebudayaan.
1
Soejono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2016, hlm. 150.
2
Koentjaraningrat, pengantar antropologi, Jakarta, penerbit universitas, 1965, hlm. 77-78.
3
Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia (suatu pengantar), Bogor, Ghalia Indonesia, 2006.
3
4
juga dikatakan sebagai hasil dari cipta, rasa, karya, karsa manusia yang
dapat berupa artefak.
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasa, nilai, norma,
peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam suatu masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebuayaan yang bersifat abstrak dan
berapada didalam akal pikiran manusia ketika berinteraksi dengan lingkungan
disekitarnya. Dapat dikatakan ketika manusia memiliki suatu abstaksi kebudayaan
yang dituangkan didalam suatu tulisan dapat dikatakan sebagai suatu hasil dari
kebudayaan yang bersifat abstrak.
Wujud kedua dari kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu kompleks berpola
disebut sebagai social system mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri
yang berusaha berinteraksi dengan masyarakat maupun lingkungan disekitarnya.
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut sebagai kebudayaan yang berupa fisik
atau artefak. Hal ini dapat berupa seluruh hasil fisik dari aktifitas, perbuatan, dan
karya semua manusia didalam suatu masyarakat yang bersifat konkret berupa
benda-benda yang dapat diraba, dilihat, difoto, dsb.
4
Koentjaraningrat. Op. Cit. hlm. 150.
5
1. Bahasa,
2. Sistem Pengetahuan,
3. Organisasi Sosial,
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi,
5. Sistem mata pencaharian hidup,
6. Sistem religi,
7. Kesenian.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik atau anak. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran
dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan
kapanpun.
5
Ibid, hlm. 165.
6
secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dalam Undang –
Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 20
dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pendidikan yang menanamkan nilai – nilai positif akan tepat dimulai ketika anak
usia dini. Dengan demikian, pendidikan bagi peserta didik yang masih kecil
merupakan landasan yang tepat sebelum masuk pada pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan awal yang sesuai dengan tujuan
untuk mengembangkan sosialisasi anak, menumbuhkan kemampuan sesuai dengan
perkembangannya, mengenalkan lingkungan kepada anak, serta menanamkan
disiplin, karena secara tidak langsung dapat menanamkan atau mentransfer nilai –
nilai moral dan nilai sosial kepada anak7.
6
Rini, Sectio Yuli. Jurnal Pendidikan: Hakikat, Tujuan, dan Proses. (diakses pada 24 Februari 2019
18.50 WIB). Hlm.5
7
Ibid
7
2. Relevansi tersebut merupakan tuntutan sejak kecil, remaja, hingga dewasa. Masa
relevansi juga sejak dipendidikan dasar sampai perguruan tinggi, dan masa dunia
kerja. Masa relevansi itu terus menerus secara kontinuitas.
3. Masa penyesuaian diri adalah masa fleksibilitas luwes yang disesuaikan dengan
kebutuhan diri pada masanya. Artinya manusia harus bisa dan mampu serta mau
menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya. Lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, desa, kota.
4. Cita – cita manusia itu harus sesuai dengan tanggung jawab manusia dan
pendidikannya, baik pendidikan formal maupun pendidikan masyarakat atau
lingkungan.
Hal – hal seperti diatas itu seperti yang dijelaskan Ki Hajar Dewantara, bahwa
nilai yang diraih adalah manusia yang utuh lahir dan batinnya, yaitu manusia yang
cerdas, sehat dan berbudi pekerti luhur.
8
Ibid,hlm.8
8
Hawkins, Best dan Coney (2001) mengatakan bahwa Budaya adalah suatu
kompleks yang meilupti pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat-istiadat serta
kemampuan dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai bagian masyarakat.9
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budayanya seperti Tarian, Musik,
Adat istiadat, Bahasa, dan lain sebagainya. Oleh karena itu kita sebagai warga
Negara Indonesia harus bangga terhadap Negara yang kaya akan Kebudayaan ini
dan selalu berusaha untuk menjaga dan melestarikan Kebudayaan Indonesia
sehingga bisa membawa dan mengenalkan Budaya Indonesia ke ranah
Internasional.
Negara tetap memiliki peran, karena kebudayaan tidak bisa lepas dari peran
pemerintah. Pemerintah lebih banyak berperan pada dua hal, yaitu sebagai
fasilitator dan regulator, dua peran ini memiliki arti penting untuk menumbuhkan
iklim yang baik di lingkungan masyarakat, berbangsa dan bernegara, supaya
kebudayaan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Salah satu peran sebagai fasilitator yang dilakukan Kemendikbud antara lain
memberikan bantuan sosial kepada ratusan komunitas budaya dan memfasilitasi
anggota komunitas budaya yang mendapat kesempatan tampil di luar negeri tapi
tidak memiliki dana. Selain itu Kemendikbud telah melakukan revitalisasi taman
9
Bilson Simamora, PANDUAN RISET PERILAKU KONSUMEN, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta:2008 hlm 144
9
10
https://pendidikandankebudayaan.wordpress.com/
10
Pada era sekarang ini dengan adanya kebijakan dari Pemerintahan Jawa
barat para siswa sekolah dasar pun sudah dikenal kan dengan budaya misalkan pada
hari rabu siwa laki-laki harus mengenakan pakai pangsi dan siswa perempuan harus
menegakan baju kebaya ,pakaian pangsi dan kebaya tersebut secara tidak lagsung
mengajarkan anak-anak tersebut mencintai budaya mereka lalu dikenalkan nya
lagu-lagu daerah dan kesenian kesenian dari daerah tersebut dari pembelajaran
tersebut bisa memotifasi anak-anak tersebut yang suka dengan kesenian atupun
dengan alat musik daerah nya itu bisa diarah kan dalam bidang kesenian,tapi tidak
dalam kesenian dan alat musik tradisional nya saja tetapi bahasa nyapun harus di
pergunakan dengan adanya mata pelajara bahasa sunda di sekolah-sekolah di Jawa
Barat dengan itu melatih anak-anak tersebut tau dengan bahasa daerah nya masing
masing pasti mereka juga akan di ajarkan tatakrama dan sopan santun dalam
pelajaran bahasa sunda tersebut bagai mana berbicara dengan orang tua, kakak dan
pada seusianya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Budaya adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat yang berupa artefak dari hasil suatu
proses pembelajaran. Dalam kebudayaan juga terdapat wujud, wujud – wujud
kebudayaan tersebut terdiri dari wujud ideal dari kebudayaan yang bersifat abstrak
dan terdapat dalam akal manusia, wujud kedua adalah suatu kompleks yang berpola
atau disebut sebagai sistem sosial, dan wujud terakhir adalah kebudayaan berupa
fisik atau artefak. Dalam mempelajari budaya, tidak langsung kita menelusuri
berbagai macam kebudayaan, tetapi dengan melalui pembelajaran dan pendidikan,
melalui dua hal tersebut, kita dapat mengerti dan merealisasikan kebudayaan sejak
usia dini. pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik yang dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat
berlaku dimanapun dan kapanpun. Sedangkan pendidikan, pendidikan adalah
proses memanusiakan dirinya sendiri sebagai manusia, yang dapat manusia peroleh
selama manusia lahir hingga dewasa.
Melalui pembelajaran dan pendidikan ini, tidak lepas dari peran pemerintah
juga. Pemerintah ikut andil dalam hal memperkenalkan kebudayaan melalui
pendidikan dan pembelajaran kepada generasi penerus bangsa masa kini. Disini
pemerintah berperan pada dua hal yaitu, fasilitator dan regulator. Sebagai fasilitator,
pemerintah lewat Kemendikbud memberikan bantuan sosial kepada ratusan
komunitas budaya dan memfasilitasi anggota komunitas budaya yang
11
12
mendapat kesempatan tampil diluar negeri tetapi tidak memiliki biaya. Selain itu,
Kemendikbud juga melakukan revitalisasi Taman Budaya di beberapa provinsi di
Indonesia. Sebagai regulator, pemerintah saat ini masih memabahas draft RUU
Kebudayaan. Dan UU yang telah dikeluarkan oleh pemerintah saat ini adalah UU
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana Undang –
undang tersebut merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus
digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia.
3.2 Saran
Hendaknya generasi penerus bangsa seperti kami atau bahkan anak – anak
dibawah kami lebih diajarkan kebudayaan dalam keluarga, sekolah melalui perintah
– perintah guru, dan juga lingkungan sosialnya. Baik itu kebudayaan yang
merupakan bentuk seni, maupun kebudayaan nilai – nilai moral. Karena saat ini,
yang kami lihat generasi dibawah kami, terlihat sangat berbeda dengan kami,
mereka dikelilingi alat komunikasi yang canggih, sehingga dalam berbudaya,
mereka acuh tak acuh. Seperti budaya sopan santun, atau bahkan kebudayaan
tradisional Indonesia, jarang dari mereka yang tertarik.
DAFTAR PUSTAKA
Hakikat Pembelajaran
https://eprints.uny.ac.id/8597/3/bab%25202%2520-%252008108249131.pdf
13