Anda di halaman 1dari 16

PEMBELAJARAN KEBUDAYAAN DALAM INSTITUSI

PENDIDIKAN
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:

Sosiologi Budaya

Dosen Pengampu: Sri Damayanti M.Si.

Kelas: Sosiologi D/4

Disusun oleh:

Nafan Faizal Hasan (1178030134)

R.Satria Yudha.G (1178030148)

Rahma Larasati (1178030151)

Rizkita Wulandari. N. A.(1178030165)

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena hanya dengan
pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah untuk mata kuliah
Sosiologi Budaya dengan tema culture studies. Meskipun ada kendala-kendala
tertentu dalam mengerjakannya, Alhamdulillah Allah selalu membantu kami
hingga makalah ini telah terselesaikan.

Keselamatan dan kesejahteraan semoga tetap dilimpahkan oleh Allah


kepada Nabi Muhammad Saw, juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan
kepada seluruh umat Islam yang senantiasa taat kepadanya hingga akhir zaman.

Makalah ini jauh dari kata sempurna, karena hampir dapat dipastikan
banyak kelemahan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu penulis bukan hanya
akan menerima kritik maupun saran dengan lapang dada, tetapi juga mengharapkan
datangnya kritik dan saran yang bersifat konstructif untuk kebaikan dari makalah
ini, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Penulis

Bandung, February 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB 1: PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB 2: PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1. Kebudayaan ................................................................................................ 3

2.2. Pengertian Pembelajaran dan Pendidikan .................................................. 5

2.3. Peran Pemerintah dalam Pembelajaran Kebudayaan ................................. 8

2.4. Realisasi Pembelajaran Kebudayaan.......................................................... 9

BAB 3: PENUTUP .............................................................................................. 11

3.1. Simpulan .................................................................................................. 11

3.2. Saran ......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan manusia lain dilingkungan sekitarnya dalam rangka pemenuhan
kebutuhan yang bersifat fisik maupun kebutuhan yang bersifik non-fisik,
karena itulah manusia memerlukan manusia lain untuk dapat bertahan
hidup. Dengan upayanya untuk bertahan hidup, manusia berinteraksi
dengan manusia lain maupun lingkungannya sehingga tercipta suatu pola
kehidupan yang terus menerus berulang, hal inilah awal mula terciptanya
apa yang disebut sebagai kebudayaan, pola interaksinya pun berbeda dari
satu kelompok manusia dengan kelommpok manusia lainnya tergantung
dari kondisi geografis dimana tempatnya hidup, hal ini juga yang
membedakan kebudayaan yang satu dengan yang lainnya (ciri khas).
Kebudayaan tercipta tidak hanya terbentuk atau berbentuk suatu
kebiasaan yang terus berulang saja, manusia juga membuat tatanan norma,
pranata, hukum, dan adat istiadat sebagai quality control dan controlling
system nya sebagai pengatur setiap aspek kehidupannya ketika melakukan
interaksi antara satu manusia dengan manusia lain. Hal tersebut juga
merupakan kebudayaan yang berupa abstraksi aturan yang diciptakan oleh
masyarakat dan ada didalam suatu masyarakat.
Kebudayaan yang terdapat didalam suatu masyarakat sangatlah
bersifat heterogen sebab yang satu dengan yang lainnya pasti memiliki
perbedaan walaupun hanya sedikit saja perbedaan yang dapat kita lihat, hal
ini menjadikan setiap kelompok didalam suatu masyarakat memiliki ciri
khas nya masing-masing sebagai pembeda didalam kehidupan
bermasyarakat, terlebih di negara Indonesia ini yang sangatlah banyak
dimulai dari kebudayaan yang berupada benda maupun tak benda,

1
2

Perbedaan budaya ini ditentukan oleh kondisi geografis Indonesia


yang setiap wilayahnya dipisahkan oleh lautan sehingga masyarakat
disetiap pulau mampu menghasilkan kebudayaannya tersendiri.

Dalam menghadapi arus globalisasi yang begitu deras perlu adanya


kendali kebudayaan agar kebudayaan Indonesia yang sangat banyak ini
dapat terjaga dan dapat dilestarikan sebaik mungkin oleh setiap pihak yang
terkait baik itu pemerintah maupun dari pihak perorangan, sebab masalah
tergerusnya kebudayaan adalah masalah Bersama. Kebudayaan perlu
dilestarikan sebab kebudayaan menjadi suatu ciri khas maupun jati diri dari
bangsa Indonesia yang notabene setiap wilayah memiliki jati dirinya
sendiri, dapat dikatan dengan kebudayaan Indonesia yang begitu banyak,
Indonesia memiliki jati dari yang begitu banyak namun diikat oleh identitas
diri sebagai negara Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan?
2. Apa itu pembelajaran dan pendidikan?
3. Apa peran pemerintah dalam penerapan pembelajaran kebudayan dalam
bidang pendidikan?
4. Bagaimana realisasi pembelajaran kebudayan dalam bidang pendidikan?

1.3. Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan kebudayaan.
2. Mengerti apa itu pembelajaran dan pendidikan.
3. Mengetahui peran pemerintah dalam menerapkan pembelajaran
pendidikan dalam bidang pendidikan.
4. Mengetahui realisasi dari pembelajaran kebudayaan dalam bidang
pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebudayaan

a) Pengertian Kebudayaan.

1. E. B. Taylor mendefinisikan kebudayan sebagai suatu kompleks yang


mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.1
2. Adapun istilah culture yang merupakan istilah Bahasa asing yang sama
artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin colere. Artinya
mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau Bertani. Dari
asal arti tersebut, yaitu colere dan kemudian culture, diartikan sebagai
segala daya dan kegiatan manusia mengolah dan mengubah alam.2
3. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah, yang merupakan
bentuk jamak dari “buddhi”, yang berarti budi atau akal. Dengan
demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Adapun ahli antropologi yang merumuskan definisi tentang kebudayaan
secara sistematis dan ilmiah adalah Taylor, yang menulis dalam
bukunya: “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan
lain, serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.3

Secara singkat budaya dapat dikatakan sebagai seluruh system gagasa,


tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat yang berupa artefak dari hasil suatu proses pembelajaran. Dapat

1
Soejono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2016, hlm. 150.
2
Koentjaraningrat, pengantar antropologi, Jakarta, penerbit universitas, 1965, hlm. 77-78.
3
Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia (suatu pengantar), Bogor, Ghalia Indonesia, 2006.

3
4

juga dikatakan sebagai hasil dari cipta, rasa, karya, karsa manusia yang
dapat berupa artefak.

b) Tiga Wujud Kebudayaan.

Koentjaraningrat didalam pengantar ilmu antropoplogi menjelaskan bahwa ada


tiga kebudayaan4, yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasa, nilai, norma,
peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam suatu masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebuayaan yang bersifat abstrak dan
berapada didalam akal pikiran manusia ketika berinteraksi dengan lingkungan
disekitarnya. Dapat dikatakan ketika manusia memiliki suatu abstaksi kebudayaan
yang dituangkan didalam suatu tulisan dapat dikatakan sebagai suatu hasil dari
kebudayaan yang bersifat abstrak.

Wujud kedua dari kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu kompleks berpola
disebut sebagai social system mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri
yang berusaha berinteraksi dengan masyarakat maupun lingkungan disekitarnya.

Wujud ketiga dari kebudayaan disebut sebagai kebudayaan yang berupa fisik
atau artefak. Hal ini dapat berupa seluruh hasil fisik dari aktifitas, perbuatan, dan
karya semua manusia didalam suatu masyarakat yang bersifat konkret berupa
benda-benda yang dapat diraba, dilihat, difoto, dsb.

4
Koentjaraningrat. Op. Cit. hlm. 150.
5

c) Unsur – Unsur Kebudayaan.

Para sarjana antroplogi menyepakati bahwa unsur – unsur kebudayaan


terdiri atas tujuh unsur yang bersifat universal, ketujuh kebudayaan ini dapat
ditemukan pada semua bangsa di dunia. Istilah universal menunjukan bahwa
unsur-unsur ini ada dan bias didapatkan di dalam semua kebudayaan dari semua
bangsa manapun. unsur kebudayaan itu meluputi:5

1. Bahasa,
2. Sistem Pengetahuan,
3. Organisasi Sosial,
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi,
5. Sistem mata pencaharian hidup,
6. Sistem religi,
7. Kesenian.

Semua unsur-unsur kebudayaan diatas menjelma menjadi tiga wujud pokok


seperti yang penulis sebutkan pada pembahasan sebelumnya yakni berupa system
budaya, system social, dan kebudayaan fisik.

2.2 Pengertian Pembelajaran dan Pendidikan

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik atau anak. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran
dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan
kapanpun.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011:62), Pembelajaran adalah


kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat belajar

5
Ibid, hlm. 165.
6

secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dalam Undang –
Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 20
dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011:61) adalah suatu


proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi – kondisi
khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

Selain Pembelajaran, ada pun mengenai pendidikan. Secara formil, pendidikan


itu dilaksanakan sejak usia dini sampai perguruan tinggi. Waktu kecil pun dalam
UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan anak usia dini yang notabene
anak – anak kecil sudah didasari dengan pendidikan yang mengajarkan nilai – nilai
moral yang baik agar dapat membentuk kepribadian dan potensi diri sesuai dengan
perkembangan anak. Dalam PP 27 tahun 1990 Bab I Pasal 1 Ayat 2, disebutkan
bahwa sekolah untuk peserta didik yang masih kecil adalah salah satu bentuk
pendidikan pra sekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia
4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar (Harianti, 1996:12)6.

Pendidikan yang menanamkan nilai – nilai positif akan tepat dimulai ketika anak
usia dini. Dengan demikian, pendidikan bagi peserta didik yang masih kecil
merupakan landasan yang tepat sebelum masuk pada pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan awal yang sesuai dengan tujuan
untuk mengembangkan sosialisasi anak, menumbuhkan kemampuan sesuai dengan
perkembangannya, mengenalkan lingkungan kepada anak, serta menanamkan
disiplin, karena secara tidak langsung dapat menanamkan atau mentransfer nilai –
nilai moral dan nilai sosial kepada anak7.

6
Rini, Sectio Yuli. Jurnal Pendidikan: Hakikat, Tujuan, dan Proses. (diakses pada 24 Februari 2019
18.50 WIB). Hlm.5
7
Ibid
7

Hakikat pendidikan adalah pendidikan untuk manusia dan dapat diperoleh


selama manusia lahir hingga dewasa. Adapun point – point mengenai hakikat
pendidikan, sebagai berikut8:

1. Manusia mengusahakan proses yang terus menerus. Manusia melakukan


rekonstruksi pengalaman dan sekaligus merupakan proses pertumbuhan yang
mengarah ke pertumbuhan selanjutnya. Hal ini disebut proses of continous
reconstruction of expressi.

2. Relevansi tersebut merupakan tuntutan sejak kecil, remaja, hingga dewasa. Masa
relevansi juga sejak dipendidikan dasar sampai perguruan tinggi, dan masa dunia
kerja. Masa relevansi itu terus menerus secara kontinuitas.

3. Masa penyesuaian diri adalah masa fleksibilitas luwes yang disesuaikan dengan
kebutuhan diri pada masanya. Artinya manusia harus bisa dan mampu serta mau
menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya. Lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, desa, kota.

4. Cita – cita manusia itu harus sesuai dengan tanggung jawab manusia dan
pendidikannya, baik pendidikan formal maupun pendidikan masyarakat atau
lingkungan.

5. Manusia memiliki upaya sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui


bimbingan pengajaran agar menguasai kemampuan sesuai dengan peran yang harus
dimainkan manusia.

Hal – hal seperti diatas itu seperti yang dijelaskan Ki Hajar Dewantara, bahwa
nilai yang diraih adalah manusia yang utuh lahir dan batinnya, yaitu manusia yang
cerdas, sehat dan berbudi pekerti luhur.

2.3. Peran Pemerintah dalam Pembelajaran Kebudayaan

8
Ibid,hlm.8
8

Hawkins, Best dan Coney (2001) mengatakan bahwa Budaya adalah suatu
kompleks yang meilupti pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat-istiadat serta
kemampuan dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai bagian masyarakat.9
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budayanya seperti Tarian, Musik,
Adat istiadat, Bahasa, dan lain sebagainya. Oleh karena itu kita sebagai warga
Negara Indonesia harus bangga terhadap Negara yang kaya akan Kebudayaan ini
dan selalu berusaha untuk menjaga dan melestarikan Kebudayaan Indonesia
sehingga bisa membawa dan mengenalkan Budaya Indonesia ke ranah
Internasional.

Namun dengan seiringnya perkembangan zaman dan pengaruh buruknya


Globalisasi Kebudayaan Indonesia kini semakin memudar. Kini budaya Indonesia
sudah tercampur baur oleh kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia. Oleh karena
itu peran Pemerintah dalam mengenalkan dan memberikan pengetahuan
kebudayaan kepada masyarakat khususnya generasi penerus bangsa sangat lah
diperlukan agar generasi penerus Bangsa mampu melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan Indonesia itu sendiri dengan diimbangi oleh
perkembangan zaman pada saat ini sehingga kebudayaan Indonesia semakin
berkembang dan tidak hilang dimakan waktu atau diakui oleh negara lain.

Negara tetap memiliki peran, karena kebudayaan tidak bisa lepas dari peran
pemerintah. Pemerintah lebih banyak berperan pada dua hal, yaitu sebagai
fasilitator dan regulator, dua peran ini memiliki arti penting untuk menumbuhkan
iklim yang baik di lingkungan masyarakat, berbangsa dan bernegara, supaya
kebudayaan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Salah satu peran sebagai fasilitator yang dilakukan Kemendikbud antara lain
memberikan bantuan sosial kepada ratusan komunitas budaya dan memfasilitasi
anggota komunitas budaya yang mendapat kesempatan tampil di luar negeri tapi
tidak memiliki dana. Selain itu Kemendikbud telah melakukan revitalisasi taman

9
Bilson Simamora, PANDUAN RISET PERILAKU KONSUMEN, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta:2008 hlm 144
9

budaya di berbagai provinsi, terutama di enam provinsi, yaitu Aceh, Lampung,


Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Sebagai regulator, pemerintah saat ini masih membahas draft RUU


Kebudayaan. Selain itu, sebelumnya telah lahir pula UU Cagar Budaya, yaitu UU
Nomor 11 Tahun 2010, dan UU Perfilman, yaitu UU Nomor 33 Tahun 2009.

Selain itu pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia


nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas)
merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam
mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas
menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”.10 Tujuan pendidikan nasional itu
merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan
pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa.

2.4. Realisasi Pembelajaran Kebudayaan

Negara Indonesia ialah negara yang memiliki beragam macam budaya


mulai dari Sabang sampai Merauke, salah satu kebudayaan yang ada di Jawa Barat
itu ialah angklung,angklung bukanlah musik yang asing bagi masyarakat indonesia
terutama masyarakat di Jawa Barat, popularitasnya angklung sekarang telah
mendunia dan bahkan memunculkan paduan musik baru antara angklug dan alat
musik yang lainnya

Salah satu realisasi pembelajaran berbasiskan budaya, hal itu sangant


beralasan karena pembelajaran berbasis budaya menjadikan pembelajaran

10
https://pendidikandankebudayaan.wordpress.com/
10

bermakna kontekstual yang sangat terkait dengan kebudayaan tersebut.dan


menjadikan pembelajaran budaya sangat menarik dan menyenangkan.

Pada di era moderen ini banyak anak-anak yang sudah melupakan


kebudayaan asli dari daerahnya masing-masing karna sebagian anak-anak tersebut
menirukan budaya-budaya dari luar yang sehigga meraka tidak tertarik denga
budaya yang di miliki daerahnya sendiri dengan alasan budaya tersbut kuno atau
tidak gaul, dengan terjadinya hal tersebut mulai pada era globalisasi ini pemerintah
di Jawa Barat mulai memasukan kebudayaan-kebudayaa kesekolah-sekolah dengan
caraini mau tidak mau pasti anak-anak di jaman melenial ini pasti harus mengikuti
peraturan tersebut,dengan adanya hal itu setidaknya anak-anak tersebut akan
megenal dan tau kebudayaan-kebudayaan yang ada di daerah mereka.

Pada era sekarang ini dengan adanya kebijakan dari Pemerintahan Jawa
barat para siswa sekolah dasar pun sudah dikenal kan dengan budaya misalkan pada
hari rabu siwa laki-laki harus mengenakan pakai pangsi dan siswa perempuan harus
menegakan baju kebaya ,pakaian pangsi dan kebaya tersebut secara tidak lagsung
mengajarkan anak-anak tersebut mencintai budaya mereka lalu dikenalkan nya
lagu-lagu daerah dan kesenian kesenian dari daerah tersebut dari pembelajaran
tersebut bisa memotifasi anak-anak tersebut yang suka dengan kesenian atupun
dengan alat musik daerah nya itu bisa diarah kan dalam bidang kesenian,tapi tidak
dalam kesenian dan alat musik tradisional nya saja tetapi bahasa nyapun harus di
pergunakan dengan adanya mata pelajara bahasa sunda di sekolah-sekolah di Jawa
Barat dengan itu melatih anak-anak tersebut tau dengan bahasa daerah nya masing
masing pasti mereka juga akan di ajarkan tatakrama dan sopan santun dalam
pelajaran bahasa sunda tersebut bagai mana berbicara dengan orang tua, kakak dan
pada seusianya.

Namun degan seiringnya perkembangan zaman banyak dari masyarakat


yang cinta dengan kebudayaan daerah nya membuka sanggar-sanggar seni di
daerah nya yang bertujuan untuk melestarikan budaya daerah tersebut, dengan
diadakan nya sangggar-sangar tersebut bisa menarik perhatian remaja-remaja dan
anak-anak usia dini yang ada dilingkungan tersebut untuk bisa cinta dan ingin
mempelajari budaya yang ada pada daerahnya tersebut misalkan dengan di
dirikannnya sanggar tari jaipong anak-anak kecil yang ada di daerah tersebut bisa
diajarkan tarian jaipong tersebut, peran untuk orang tuapun takkalah penting untuk
mengejarkan anak-anaknya mengenal budaya-budaya yang ada didaerah
nyamasing masing dengan itu mengajarkan anak-anak di usia dini mencintai dan
melestarikn budaya yang ada di daerah nya dengan cara mengikut sertakan anaknya
ke sanggar-sanggar seni yang ada diderah nya dengan diikut kannya ke sanggar seni
mungkin bakat anak-anak tersebut bisa menonjoldalambidag seni dan dapat ikut
membawa dan memperkenalkan budaya daerahnya tersebut ke ranah internasional.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Budaya adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat yang berupa artefak dari hasil suatu
proses pembelajaran. Dalam kebudayaan juga terdapat wujud, wujud – wujud
kebudayaan tersebut terdiri dari wujud ideal dari kebudayaan yang bersifat abstrak
dan terdapat dalam akal manusia, wujud kedua adalah suatu kompleks yang berpola
atau disebut sebagai sistem sosial, dan wujud terakhir adalah kebudayaan berupa
fisik atau artefak. Dalam mempelajari budaya, tidak langsung kita menelusuri
berbagai macam kebudayaan, tetapi dengan melalui pembelajaran dan pendidikan,
melalui dua hal tersebut, kita dapat mengerti dan merealisasikan kebudayaan sejak
usia dini. pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik yang dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat
berlaku dimanapun dan kapanpun. Sedangkan pendidikan, pendidikan adalah
proses memanusiakan dirinya sendiri sebagai manusia, yang dapat manusia peroleh
selama manusia lahir hingga dewasa.

Melalui pembelajaran dan pendidikan ini, tidak lepas dari peran pemerintah
juga. Pemerintah ikut andil dalam hal memperkenalkan kebudayaan melalui
pendidikan dan pembelajaran kepada generasi penerus bangsa masa kini. Disini
pemerintah berperan pada dua hal yaitu, fasilitator dan regulator. Sebagai fasilitator,
pemerintah lewat Kemendikbud memberikan bantuan sosial kepada ratusan
komunitas budaya dan memfasilitasi anggota komunitas budaya yang

11
12

mendapat kesempatan tampil diluar negeri tetapi tidak memiliki biaya. Selain itu,
Kemendikbud juga melakukan revitalisasi Taman Budaya di beberapa provinsi di
Indonesia. Sebagai regulator, pemerintah saat ini masih memabahas draft RUU
Kebudayaan. Dan UU yang telah dikeluarkan oleh pemerintah saat ini adalah UU
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana Undang –
undang tersebut merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus
digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia.

Setelah pemerintah menjadi fasilitator dan regulator, pemerintah juga


merealisasikan isi dari Undang – Undang dalam upaya pembelajaran pendidikan
kebudayaan, seperti misalnya di Provinsi Jawa Barat, anak – anak tingkat sekolah
dasar sudah diterapkan atau diperintahkan untuk mengenakan pakaian pangsi untuk
laki – laki dan kebaya di hari Rabu dan berkomunikasi menggunakan Bahasa
Sunda, yang diberikan jargon oleh Mantan Walikota Bandung, RidwanKamil yaitu
RabuNyunda. Selain itu, dibeberapa daerah di Provinsi Jawa Barat juga
mempelajari Bahasa Sunda dari tingkat dasar sampai dengan menengah atas, untuk
memperkenalkan bahwa Bahasa Sunda adalah Bahasa Provinsi Jawa Barat, tempat
tinggal mereka..

3.2 Saran

Hendaknya generasi penerus bangsa seperti kami atau bahkan anak – anak
dibawah kami lebih diajarkan kebudayaan dalam keluarga, sekolah melalui perintah
– perintah guru, dan juga lingkungan sosialnya. Baik itu kebudayaan yang
merupakan bentuk seni, maupun kebudayaan nilai – nilai moral. Karena saat ini,
yang kami lihat generasi dibawah kami, terlihat sangat berbeda dengan kami,
mereka dikelilingi alat komunikasi yang canggih, sehingga dalam berbudaya,
mereka acuh tak acuh. Seperti budaya sopan santun, atau bahkan kebudayaan
tradisional Indonesia, jarang dari mereka yang tertarik.
DAFTAR PUSTAKA

Simamora, Bilson. Panduan Riset Perilaku Konsumen. 2008. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama

Pendidikan dan Kebudayaan

https://pendidikandankebudayaan.wordpress.com (diakses pada 24 Februari 2019)

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. 2016. Jakarta: Raja Grafindo


Persada

Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi. 1965. Jakarta: Penerbit Universitas

Ranjabar. Sistem Sosial Budaya Indonesia (suatu pengantar). 2006. Bogor:


Ghalia Indonesia

Rini Sectio, Yuli. Pendidikan, Hakekat, Tujuan, dan Proses.

(dalam Jurnal, diakses pada 24 Februari 2019)

Hakikat Pembelajaran

https://eprints.uny.ac.id/8597/3/bab%25202%2520-%252008108249131.pdf

(diakses pada 24 Februari 2019)

13

Anda mungkin juga menyukai