Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada bayi dan anak merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius karena jumlah penderita banyak dan
selalu meningkat sebagai akibat jumlah ibu usia subur yang menderita penyakit HIV
bertambah. Sebagian besar (>90 %) infeksi HIV pada bayi ditularkan oleh ibu
terinfeksi HIV (Setiawan, 2009: 489).
Angka penularan vertikal dari ibu ke bayi sangat bervariasi pada berbagai
populasi. Tanpa pencegahan, angka rata-rata penularan HIV dari ibu ke bayi sekitar 14
– 42 %. Angka penularan vertikal di negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa
Barat berkisar antara 15 sampai 20 %, sedangkan di negara berkembang, angka
penularan vertikal berkisar antara 24 sampai 40 %. Akan tetapi, angka penularan
vertikal di indonesia sampai saat ini beum diketahui dengan jelas (Setiawan, 2009:
490).
Menurut I Made Setiawan (2009:490), penularan HIV lebih sering terjadi pada
masa kehamilan tua dan pada saat partus, dan sangat jarang terjadi pada masa
permulaan kehamilan, maka yang menjadi sasaran penting untuk mencegah penularan
vertikal adalah janin pada fase akhir intauterin (kehamilan) dan pada waktu
intrapartum.
A. Faktor risiko penularan HIV dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya
Tingginya angka penularan vertikal dari ibu ke janin sangat dipengaruhi
oleh adanya faktor risiko pada ibu hamil yang terinfeksi HIV. Faktor risiko
tersebut adalah beratnya infeksi HIV yang diderita ibu, adanya penyakit infeksi
lain pada genitalia ibu, dan kebiasaan ibu (Setiawan, 2009: 490).
Beratnya keadaan infeksi HIV pada ibu merupakan faktor risiko utama
terjadinya penularan perinatal. Berdasarkan hasil studi, ternyata angka penularan
vertikal lebih tinggi pada ibu terinfeksi HIV dengan gejala yang sangat berat
dibanding ibu terinfeksi HIV tanpa gejala. Beratnya keadaan penyakit ibu
ditentukan dengan menggunakan kriteria klinis dan jumlah partikel virus yang
terdapat dalam plasma serta keadaan imunitas ibu (Setiawan, 2009: 490).
Menurut Rulina Suradi (2003:181), risiko transmisi vertikal dari ibu hamil
ke janinnya tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1. Usia kehamilan
Transmisi vertikal jarang terjadi pada waktu ibu hamil muda, karena
plasenta merupakan barier yang dapat melindungi janin dari infeksi pada ibu.
Transmisi terbesar terjadi pada waktu hamil tua atau trimester akhir dan waktu
persalinan.
2. Kondisi kesehatan ibu
Stadium dan progresivitas penyakit ibu, ada tidaknya komplikasi,
kebiasaan merokok, penggunaan obat-obat terlarang dan defisiensi vitamin A
dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke janin.
3. Jumlah viral load (beban virus di dalam darah)
4. Pemberian profilaksis obat abti retroviral (ARV)
Menurut Kementerian Kesehatan RI dalam Pedoman Nasional
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (2012:11), ada tiga faktor
utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu faktor
ibu, bayi/anak, dan tindakan obstetrik. Namun, yang berpengaruh terhadap
penularan HIV selama masa kehamilan adalah faktor ibu, yang terdiri dari:
a) Jumlah virus (viral load)
Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat menjelang atau saat
persalinan dan jumlah virus dalam air susu ibu ketika ibu menyusui
bayinya sangat mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke anak. Risiko
penularan HIV menjadi sangat kecil jika kadar HIV rendah kurang dari
1.000 kopi/ml) dan sebaliknya jika kadar HIV di atas 100.000 kopi/ml.
b) Jumlah sel CD4
Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko menularkan HIV
ke janinnya. Semakin rendah jumlah sel CD4 risiko penularan HIV
semakin besar.
c) Status gizi selama hamil
Berat badan rendah serta kekurangan vitamin dan mineral selama
hamil meningkatkan risiko ibu untuk menderita penyakit infeksi yang
dapat meningkatkan jumlah virus dan risiko penularan HIV ke janin.
d) Penyakit infeksi selama hamil
Penyakit infeksi seperti sifilis, infeksi menular seksual, infeksi
saluran reproduksi lainnya, malaria, dan tuberkulosis, berisiko
meningkatkan jumlah virus dan risiko penularan HIV ke janin. Penularan
HIV dari ibu ke anak pada umumnya terjadi pada saat persalinan dan
pada saat menyusui. Risiko penularan HIV pada ibu yang tidak
mendapatkan penanganan PPIA saat hamil diperkirakan sekitar 15 – 45
%. Risiko penularan 15 – 30 % terjadi pada saat hamil dan bersalin,
sedangkan peningkatan risiko transmisi HIV sebesar 10 -20 % pada masa
nifas dan menyusui (Kemenkes RI, 2012: 13).
Berikut ini adalah tabel risiko penularan HIV dari ibu ke anak saat
hamil, bersalin, dan menyusui (Kemenkes RI, 2012: 13)
WAKTU RISIKO
Selama hamil 5 – 10 %
Bersalin 10 – 20 %
Menyusui (ASI) 5 – 20 %
nilai CD4-nya.
Tabel 2. Saat yang tepat untuk memulai pengobatan ARV pada ibu hamil
Data yang tersedia menunjukkan bahwa pemberian ARV kepada ibu selama
hamil dan dilannjutkan selama menyusui adalah intervensi PPIA yang paling efektif
untuk kesehatan ibu dan juga mengurangi risiko pebularana HIV dan kematian bayi
(Kemenkes RI, 2012: 23).
Pemberian ARV untuk ibu hamil dengan HIV mengikuti Pedoman
Tatalaksana Klinis dan terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, Kementerian
Kesehatan 2011. Pemberian ARV disesuaikan dengan kondisi klinis ibu dan
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Ibu hamil merupakan indikasi pemberian ARV
b. Untuk perempuan yang status HIV-nya diketahui sebelum kehamilan, dan pasien
sudah mendapatkan ART, maka saat hamil ART tetap diteruskan dengan regimen
yang sama seperti saat sebelum hamil.
c. Untuk ibu hamil yang status HIV-nya diketahui sebelum umur kehamilannya 14
minggu, jika ada indikasi dapat diberikan ART. Namun jika tidak ada indikasi,
pemberian ART ditunggu hingga umur kehamilannya 14 minggu. Regimen ART
yang diberikan sesuai dengan kondisi klinis ibu.
d. Untuk ibu hamil yang status HIV-nya diketahui pada umur kehamilan ≥ 14
minggu, segera diberikan ART berapapun nilai CD4 dan stadium klinisnya.
Regimen ART yang diberikan sesuai dengan kondisi klinis ibu.
e. Untuk ibu hamil yang status HIV-nya diketahui saat menjelang persalianan,
segera diberikan ART sesuai kondisi klinis ibu. Pilihan kombinasi regimen ART
sama dengan ibu hamil yang lain.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Data on the size of the HIV/AIDS epidemic: data by WHO
region by WHO region. WHO. 2012. Diunduh pada h t t p : / / a p p s . w h o . i n t / g h o /
d a t a / node.main.619?lang=en tanggal 6 Februari 2019.
2. World Health Organization. Data on the size of the HIV/AIDS epidemic: Number of
people (all ages) living with HIV by country. WHO. 2012. Diunduh pada
http://apps.who.int/gho/data/ node.main.620?lang=en tanggal 6 Februari 2019.
3. Palmer S, Wiegand AP, Maldarelli F, Bazmi H, Mican JM, Polis M, et al. New real-time
reverse transcriptase-initiated PCR assay with single-copy sensitivity for human
immunodeficiency virus type 1 RNA in plasma. J Clin Microbiol. 2013;41(10):4531-6.
4. Li H, Bar KJ, Wang S, Decker JM, Chen Y, Sun C, et al. High Multiplicity Infection by
HIV-1 in Men Who Have Sex with Men. PLoS Pathog. 2010;6(5):e1000890.
5. Alter G, Martin MP, Teigen N, Carr WH, Suscovich TJ, Schneidewind A, et al.
Differential natural killer cell-mediated inhibition of HIV-1 replication based on distinct
KIR/HLA subtypes. J Exp Med. 2009;204(12):3027-36.
7. Schmitz JE, Kuroda MJ, Santra S, Sasseville VG, Simon MA, Lifton MA, et al. Control
of viremia in simian immunodeficiency virus infection by CD8+ lymphocytes. Science.
2009; 283(5403):857-60.
10. Aluvihare VR, Kallikourdis M, Betz AG. Regulatory T cells mediate maternal tolerance
to the fetus. Nat Immunol. 2014;5(3):266-71.
11. Zoller AL, Schnell FJ, Kersh GJ. Murine pregnancy leads to reduced proliferation of
maternal thymocytes and decreased thymic emigration. Immunology. 2007;121(2):207-
15.
12. Ono E, Dos Santos AM, Machado DM, Succi RC, Amed AM, Salomao R, et al.
Immunologic features of HIV-1-infected women on HAART at delivery. Cytometry B
Clin Cytom. 2018;74(4):236-43.
13. Guerin LR, Prins JR, Robertson SA. Regulatory T-cells and immune tolerance in
pregnancy: a new target for infertility treatment? Hum Reprod Update. 2009;15(5):517-
35.
14. Nilsson J, Boasso A, Velilla PA, Zhang R, Vaccari M, Franchini G, et al. HIV-1-driven
regulatory T-cell accumulation in lymphoid tissues is associated with disease progression
in HIV/ AIDS. Blood. 2016;108(12):3808-17.
15. Sutton MY, Holland B, Denny TN, Garcia A, Garcia Z, Stein D, et al. Effect of
pregnancy and human immunodeficiency virus infection on intracellular interleukin-2
production patterns. Clin Diagn Lab Immunol. 2014;11(4):780-5.
19. Setiawan, I Made. 2009. The Prevention Management of HIV Vertical Transmission from
Infected Mothers to Their Child. Volume 59 Nomor 10.