Anda di halaman 1dari 13

KONTRUKTIVISME ROBERT M.

GAGNE

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah Filsafat Pendidikan

Oleh:

EVAARDINNA (0403515010)

IRINA MEI RISCA PRATAMA (0403515008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015
A. Biografi
Robert Mills Gagne lahir 21 Agustus 1916 di North Andover, Massachusetts dan wafat
pada tanggal 28 April 2002. Dia meraih gelar A.B dari Yale pada tahun 1937 dan Ph.D dari
Brown University tahun 1940. Dia adalah seorang professor psikologi dan psikologi pendidikan
di Connecticut College untuk Wanita (1940-1949), Pennsylvania State University (1945-1946),
Princeton (1958-1962) dan University of Calfornia di Berkeley (1966-1969) dan seorang
profesor di Departemen Penelitian Pendidikan di Florida State University di Tallahassae mulai
tahun 1969. Gagne juga menjabat sebagai Direktur penelitian untuk Angkatan Udara (1949-
1958) di Lackland, Texas dan Lowry, Colorado. Dia bekerja sebagai konsultan untuk
Departemen Pertahanan (1958-1961) dan Dinas Pendidikan Amerika Serikat (1964-1966). Selain
itu, beliau menjabat sebagai Direktur penelitian di American Institute of Research.
Robert Mills Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang telah
mengembangkan suatu pendekatan perilaku mengenai psikologi belajar.
B. Dasar-dasar Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne, belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia mengubah
tingkah laku secara permanen sehingga perubahan yang sama tidak akan terjadi pada keadaan
yang baru. Selain itu, Gagne mengemukakan kematangan seseorang tidak diperoleh melalui
belajar, karena perubahan tingkah laku yang terjadi merupakan akibat dari pertumbuhan struktur
pada diri manusia tersebut. Pertumbuhan struktur dalam artian perubahan disposisi kapabilitas
(kemampuan) manusia yang bertahan dalam jangka waktu yang lama. Ketika didefinisikan
secara formal, belajar menghasilkan berbagai disposisi yang dipertahankan yang tercermin dalam
berbagai macam perilaku atau hasil kinerja tertentu, yaitu perbandingan antara hasil kinerja
sebelumnya dengan sesudah pembelajaran. Menurut Gagne. Kapabilitas (kemampuan) ini terdiri
dari komponen mental (disposisi yang dipertahankan) dan komponen perilaku (kinerja). Kedua
komponen kapabilitas ini didapatkan oleh manusia melalui stimulasi dari lingkungan dan
pemrosesan kognitif yang mengubah stimulus dari lingkungan menjadi kapabilitas baru.
C. Komponen Belajar
Pendekatan Gagne untuk pemahaman belajar pada manusia berbeda dengan pendekatan
sebelumnya, terutama dalam hal keharusan langkah awal untuk menganalisis keragaman belajar
manusia. Belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan yang harus dikembangkan secara
beriringan. Kerangka belajar yang dikembangkan Gagne terdiri atas ragam belajar, kondisi
belajar internal dan kondisi belajar eksternal.

1
Gagne mengemukakan 5 (lima) macam hasil belajar atau kapabilitas yang diantaranya
tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu bersifat psikomotorik. Gagne membagi hasil
belajar menjadi lima kategori kapabilitas sebagai berikut:

1. Informasi Verbal
Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara
lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Informasi verbal diperoleh sejak masa kanak-
kanak awal ketika bayi mulai belajar nama objek-objek, hewan, dan peristiwa. Berlanjut
disepanjang hayat saat mereka belajar tentang dunia sekitar baik secara lisan, membaca buku,
dan sebagainya. Hasil dari informasi verbal adalah menyatakan informasi, dimana informasi
ini dapat diklasifikasikan sebagai fakta, prinsip dan nama generalisasi. Contoh siswa dapat
menyebutkan dalil phytagoras yang berbunyi “pada segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi
miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya”.
2. Keterampilan Intelektual
Kapabilitas keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat membedakan,
mengkombinasikan, menabulasikan, mengklasifikasikan, menganalisis, menguasai konsep,
aturan dan memecahkan masalah. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh melalui
belajar. Contohnya, menerjemahkan satuan gram menjadi satuan kilogram.
Kapabilitas keterampilan intelektual menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 (delapan)
tipe belajar, yaitu belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian gerak, belajar
rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar pembentukan konsep, belajar pembentukan
aturan dan belajar pemecahan masalah. Tipe belajar tersebut teurut kesukarannya dari yang
paling sederhana (belajar isyarat) sampai kepada yang paling kompleks belajar pemecahan
masalah, yaitu:
a. Belajar Isyarat
Belajar isyarat adalah belajar yang tidak diniati atau tanpa kesengajaan, timbul
sebagai akibat dari suatu rangsangan (stimulus) sehingga menimbulkan suatu respon
emosional pada individu yang bersangkutan. Sebagai contoh, sikap guru yang sangat
menyenangkan siswa membuat siswa yang mengikuti pelajaran guru tersebut
menyenangi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Contoh yang lain, missal pada
suatu kelas yang diberikan pelajaran geometri, seorang anak yang tidak dapat
mengerjakan soal tersbut dicemooh oleh guru, karena cemoohan guru tersebut anak tidak
dapat menyenangi pelajaran matematika.

2
b. Belajar Stimulus Respon
Belajar stimulus respon adalah belajar untuk merespon suatu isyarat, berbeda dengan
belajar isyarat. Pada tipe belajar ini, belajar yang dilakukan diniati atau disengaja dan
dilakukan secara fisik. Belajar stimulus respon menghendaki suatu stimulus yang
datangnya dari luar sehingga menimbulkan terangsangnya otot-otot kemudian diiringi
respon yang dikehendaki sehingga terjadi hubungan langsung yang terpadu antara
stimulus dan respon. Misalnya siswa menirukan guru menyebutkan persegi setelah
gurunya menyebutkan persegi. Siswa mengumpulkan benda persegi setelah disuruh oleh
gurunya. Contoh lain, seorang siswa dapat menyelesaikan suatu soal setelah
memperhatikan contoh penyelesaian soal yang serupa oleh gurunya.
c. Belajar Rangkaian Gerak
Belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan
atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam suatu rangkaian berhubungan
erat dengan stimulus respon yang lainnya yang masih dalam rangkaian yang sama.
Sebagai contoh, seorang anak akan menggambar sebuah lingkaran yang pusat dan
panjang jari-jarinya diketahui, untuk melakukan kegiatan tersebut anak tadi melakukan
beberapa langkah terurut yang saling berkaitan satu sama lain. Kegiatan tersebut terdiri
dari rangkaian stimulus respon dengan langkah-langkah sebagai berikut: anak memegang
sebuah jangka, meletakkan salah satu ujung jangka pada sebuah titik yang telah
ditentukan menjadi pusat lingkaran tersebut, kemudian mengukur jarak dari titik tadi,
setelah itu meletakkan ujung jangka lainnya sesuai dengan panjang jari-jari, lalu memutar
jangka tersebut.
d. Belajar Rangkaian Verbal
Jika belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah, maka pada belajar
rangkaian verbal merupakan perbuatan lisan. Jadi, belajar rangkaian verbal adalah
perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus
respon dalam satu rangkaian berkaitan dengan stimulus respon lainnya yang masih dalam
rangkaian yang sama. Contoh, ketika mengamati suatu benda terjadilah hubungan
stimulus respon yang kedua, yang memungkinkan anak tersebut menamai benda yang
diamati tersebut. Contoh dalam matematika, seorang anak mengamati sebuah segi empat
tegak yang keempat sisi-sisinya sama panjang, maka nama segi tersebut adalah persegi.
e. Belajar Membedakan

3
Belajar membedakan adalah belajar membedakan hubungan stimulus respon sehingga
bias memahami bermacam-macam objek fisik dan konsep, dalam merespon
lingkungannya, anak membutuhkan keterampilan-keterampilan sederhana sehingga dapat
membedakan suatu objek dengan objek lainnya, dan membedakan satu symbol dengan
symbol lainnya. Terdapat dua macam belajar membedakan yaitu membedakan tunggal
dan membedakan jamak. Contoh “membedakan tunggal”, siswa dapat menyebutkan
segitiga sebagai lingkungan tertutup sederhana yang terbentuk dari gabungan tiga buah
ruas garis. Contoh “membedakan jamak”, siswa dapat menyebutkan perbedaan dari dua
jenis segitiga berdasarkan besar sudut dan sisi-sisinya. Berdasarkan besar sudut yang
paling besar adalah sudut siku-siku dan sisi terpanjang adalah sisi miringnya, sementara
pada segitiga sama sisi besar sudut-sudutnya sama begitu pula dengan besar sisi-sisinya.
f. Belajar Pembentukan Konsep
Belajar pembentukan konsep adalah belajar mengenal sifat bersama dari benda-benda
konkret atau peristiwa untuk mengkelompokkan menjadi satu. Misalnya untuk
memahami konsep persegi panjang anak mengamati daun pintu rumah (yang bentuknya
persegi panjang), papan tulis, bingkai foto (yang bentuknya persegi panjang) dan
sebagainya. Untuk hal-hal tertentu belajar pembentukan konsep merupakan lawan dari
belajar membedakan. Belajar membedakan menginginkan anak dapat membedakan
objek-objek berdasarkan karakteristiknya yang berlainan, sedangkan belajar
pembentukan konsep menginginkan agar anak dapat mengkalisifikasikan objek-objek ke
dalam kelompok-kelompok yang memiliki karakteristik sama.
g. Belajar Pembentukan Aturan
Aturan terbentuk berdasarkan konsep-konsep yang sudah dipelajari. Aturan
merupakan pernyataan verbal, dalam matematika misalnya adalah teorema, dalil, atau
sifat-sifat. Contoh aturan dalam segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama
dengan jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya. Dalam belajar pembentukan aturan
memungkinkan anak untuk dapat menghubungkan dua konsep atau lebih. Sebagai
contoh, terdapat sebuah segitiga dengan sisi siku-sikunya berturut-turut mempeunyai
panjang 3 cm dan 4 cm. guru meminta anak untuk menentukan panjang sisi miringnya.
Untuk menghitung panjang sisi miringya, anak memerlukan suatu aturan pythagoras yang
berbunyi “pada suatu segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah

4
kuadrat sisi siku-sikunya”. Dengan menggunakan aturan di atas diperoleh
2 2 2
3 +4 =25=5 cm , jadi panjang sis miring yang ditanyakan adalah 5 cm.
h. Belajar Memecahkan Masalah (Problem Solving)
Belajar memecahkan masalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi derajatnya dan
lebih kompleks daripada tipe belajar aturan (rule learning). Pada tiap tipe belajar
memecahkan masalah, aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi
penyelesaian masalah. Contoh belajar memecahkan masalah, mencari selisih kuadrat dua
2
bilangan yang sudah diketahui jumlah dan selisihnya, yaitu a + b = 10, a – b = 4, a -
2
b =… , siswa diharapkan menggunakan aturan, sehingga tanpa mencari a dan b, siswa
dapat menemukan a2 - b2= ( a+b ) (a−b) .
3. Strategi Kognitif
Kapabilitas strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta
mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis.
Kapabilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan perhatian, belajar
mengingat, dan berpikir terarah. Contoh tingkah laku akibat kapabilitas strategi kognitf
adalah menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah matematika.
Strategi kognitif juga membantu individu untuk mengelola pemikiran mereka dengan
membantu mereka menentukan kapan dan bagaimana menggunakan informasi verbal dan
keterampilan intelektual.
4. Sikap
Kapabilitas sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus
atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Respon yang diberikan oleh seseorang
terhadap objek yang dimaksud, apakah sebagai objek yang penting atau tidak, maksudnya
suatu keadaan yang mempengaruhi atau mengatur perilaku namun tidak secara langsung
menentukan tindakan. Sikap hanya menyebabkan kemungkinan dilakukannya suatu tindakan.
Contoh, seseorang memasuki toko buku yang di dalamnya tersedia berbagai macam jenis
buku, bila orang tersebut memiliki sikap positif terhadap matematika, tentunya sikap
terhadap matematika yang dimiliki mempengaruhi orang tersebut dalam memilih buku
matematika atau buku yang lain selain buku matematika.
5. Keterampilan Motorik
Untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita dapat
melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan dan kelancaran gerakan otot-otot, serta anggota
badan yang diperlihatkan orang tersebut. Kemampuan dalam mendemonstrasikan alat-alat
peraga matematika merupakan salah satu contoh tingkah laku kapabilitas ini. Contoh lain

5
yang lebih sederhana misalnya kemampuan menggunakan penggaris, jangka, sampai
kemampuan menggunakan alat-alat tadi untuk membagi sama panjang suatu garis lurus.
Dalam belajar keterampilan motorik ada tiga fase yaitu belajar tahap-tahap gerakan
dalam keterampilan dan pelaksanaan rutin, menyesuaikan bagian-bagian dari keterampilan
secara keseluruhan melalui latihan, dan memperbaiki pengaturan waktu dan kelancaran
kinerja melalui latihan terus menerus. Fase ini secara otomatis akan menimbulkan
keterampilan, sehingga ia dapat menentukan tindakan yang mungkin dapat mengganggu.
Ketika belajar keterampilan telah selesai, seseorang mampu untuk merespon isyarat
kinestetik yang menandai perbedaan antara tindakan yang tepat dilakukan dan yang bebas
dari kesalahan.
D. Fase Belajar
Menurut Gagne belajar melalui empat fase utama, yaitu:
1. Fase Penerimaan (Apprehending Phase)
Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian
instruksional, jika belajar akan terjadi. Maksudnya pada fase ini, siswa memperhatikan
stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk
kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara yang berarti bahwa belajar adalah suatu
proses yang unik pada tiap siswa dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab
terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar. Misalnya,
siswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang ditunjukkan guru, atau
tentang ciri-ciri utama dari suatu bangunan datar. Guru dapat memfokuskan perhatian
terhadap informasi yang penting, misalnya dengan berkata “perhatikan kedua bangun yang
Ibu katakana, apakah ada perbedaannya?”. Terhadap bahan-bahan tertulis dapat juga
melakukan demikian dengan menggaris bawahi kata atau kalimat tertentu atau dengan
memberikan garis besarnya untuk setiap bab.
2. Fase Penguasaan (Acquisition Phase)
Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima
pelajaran. Informasi yang disajikan tidak langsung disimpan dalam memori. Informasi itu
diubah menjadi bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan informasi yang telah ada
dalam memori siswa. Siswa dapat membentuk gambaran-gambaran mental dari informasi itu,
atau membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama. Guru dapat
memperlancar proses ini dengan penggunaan pengaturan-pengaturan awal, dengan
membiarkan para siswa melihat atau memanipulasi benda-benda, atau dengan menunjukkan

6
hubungan-hubungan antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya. Artinya pada tahap
ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang yang telah belajar
akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada kemampuan atau
sikapnya.
3. Fase penyimpanan (Storage Phase)
Fase penyimpanan adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan
dalam jangka pendek, ada yang dalam jangka panjang melalui pengulangan informasi dalam
memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang. Fase ini berhubungan
dengan ingatan dan kenangan.
4. Fase pengungkapan kembali (Retrieval Phase)
Fase ini adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada
dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau
kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk meningkatkan daya ingat maka
perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik
atas pengelompokkan.
E. Prinsip Pembelajaran Gagne
Berdasarkan analisisnya tentang kejadian-kejadian belajar, Ggane menyarankan
kejadian-kejadian instruksi. Menurut Gagne, bukan hanya guru yang dapat memberikan
instruksi. Kejadian-kejadian belajarnya dapat juga diterapkan baik pada belajar penemuan atau
belajar di luar kelas maupun belajar dalam kelas. Tetapi, kejadian-kejadian instruksi sekelompok
siswa-siswa. Kejadian-kejadian instruksi itu adalah:
1. Memberikan Perhatian

Kegiatan paling awal dalam pembelajaran adalah menarik perhatian siswa agar siswa
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir pelajaran. Perhatian siswa dapat ditingkatkan
dengan memberikan berbagai rangsangan sesuai dengan kognisi yang ada misalnya dengan
perubahan gerak badan (berjalan, mendekati siswa, dan lain-lain), perubahan suara,
menggunakan berbagai media belajar yang dapat menarik perhatian siswa atau menyebutkan
contoh-contoh yang ada di dalam dan di luar kelas, dan lain-lain.
2. Memberitahu Tujuan Belajar

Agar siswa mempunyai harapan dan tujuan selama belajar, maka pada siswa perlu
dijelaskan apa saja yang akan dicapai selama pembelajaran dan jelaskan pula manfaat
dari materi yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama

7
pembelajaran. Keuntungan menjelaskan tujuan adalah agar siswa dapat menjawab sendiri
pertanyaan apakah ia telah belajar?, apakah materi yang dipelajari telah dikuasai?.
Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat membangkitkan harapan dalam diri siswa tentang
kemampuan dan upaya yang harus dilakukan agar tujuannya tercapai.
3. Mengingatkan konsep/ prinsip yang telah dipelajari

Bila siswa telah memiliki perhatian dan pengharapan yang baik pada pelajaran, guru
perlu mengingatkan siswa tentang materi apa saja yang telah dikuasai sebelumnya dengan
materi yang akan diajarkan. Dengan pengetahuan yang ada pada memori kerjanya,
diharapkan siswa siap untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang lama dengan
pengetahuan yang baru yang akan dipelajari. Ada banyak cara yang dapat dilakukan
guru untuk mengingatkan siswa pada materi yang telah dipelajari misalnya dengan
mengingatkan siswa pada topik-topik yang telah dipelajari dan meminta siswa untuk
menjelaskannya secara singkat.
4. Menyampaikan Materi Pelajaran

Hal ini dilakukan dengan cara menyajikan bahan kepada siswa berupa pokok-pokok
materi yang penting yang bersifat kunci. Sebelum itu, guru harus menentukan bahan apa
yang harus disajikan berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, atau belajar sikap.
Berdasarkan jenis kemampuan atau bahan ini maka dapat dipilih bentuk kegiatan apa saja
yang akan disajikan sehingga proses pembelajaran berjalan lancar. Misalnya, bila akan
mengajarkan tentang sikap maka pilihlah bahan berupa model-model perilaku manusia. Bila
akan mengajarkan keterampilan motorik maka demonstrasikanlah contoh bahan
keterampilan tersebut dan tunjukkan caranya secara tepat.
5. Memberikan Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa agar mudah
mencapai tujuan pelajaran atau kemampuan-kemampuan yang harus dicapainya pada akhir
pelajaran. Misalnya bila siswa harus mengusai konsep-konsep kunci, maka berilah cara
mengingat konsep-konsep tersebut misalnya dengan menjelaskan karakteristik dari setiap
konsep. Bila siswa harus menguasai keterampilan tertentu, maka bimbinglah dengan cara
menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menguasai keterampilan tersebut.
6. Menampilkan Kinerja

8
Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki kemampuan yang diharapkan, maka
mintalah siswa untuk menampilkan kemampuannya dalam bentuk tindakan yang dapat
diamati oleh guru. Misalnya apabila ingin mengetahui kemampuan informasi verbal siswa
maka berikan siswa pertanyaan-pertanyaan yang dapat diukur tingkat penguasaannya atau
bila ingin mengetahui keterampilan siswa maka mintalah siswa untuk melakukan tindakan
tertentu. Jawaban yang diberikan siswa hendaklah sesuai dengan kemampuan yang diminta
dalam tujuan pembelajaran.
7. Memberikan Umpan Balik
Memberikan umpan balik merupakan fase yang terpenting. Untuk mendapatkan hasil
yang terbaik, umpan balik diberikan secara informatif dengan cara memberikan keterangan
tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai siswa. Misalnya jelaskan jawaban siswa yang
sudah benar dan yang perlu dilengkapi atau yang perlu dipelajari kembali oleh siswa dengan
cara “sudah baik”, “pelajari kembali”, atau “lengkapi”, dan lain-lain.
8. Menilai Kinerja
Merupakan peristiwa pembelajaran yang berfungsi menilai apakah siswa sudah
mencapai tujuan atau belum dengan memberitahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa
jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
9. Meningkatkan Retensi dan Transfer Pengetahuan
Guru perlu memberikan latihan-latihan berupa rangkuman, mengadakan review atau
mempraktekkan apa yang telah dipelajari dalam berbagai situasi agar dapat menjamin
bahwa siswanya dapat mengulangi dan menggunakan pengetahuan barunya kapan saja
diperlukan.
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Gagne

Kelebihan teori ini adalah dengan menggunakan teori pemprosesan informasi akan
membantu meningkatkan keaktifan siswa untuk berpikir. Siswa akan berusaha mengaitkan suatu
kejadian atau proses pembelajaran yang menarik dengan materi yang disampaikan, karena dalam
teori pemprosesan informasi guru dituntut untuk kreatif dalam menyampaikan materi kepada
peserta didik. Yang dimaksud guru kreatif tersebut adalah guru mampu menyajikan materi
pembelajaran dengan menggunakan alat bantu dan metode penyampaian yang menarik, sehingga
siswa akan mudah mengingat dan memahami materi yang disampaikan.

9
Kekurangan teori ini adalah apabila seorang guru tidak mampu menyampaikan materi
pembelajaran serta tidak dapat menciptakan metode pembelajaran yang menarik perhatian siswa
yang mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Selain itu, apabila menghadapi siswa
atau peserta didik yang benar-benar tidak mampu untuk diajak aktif berpikir, maka
mengakibatkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai juga akan ikut terhambat.

10
G. Kesimpulan
Gagne lebih memusatkan perhatiannya pada kompleksitas belajar manusia yang memiliki
keunikan yang membedakannya dengan spesies yang lain. Belajar menurut Gagne adalah
seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil dari transformasi
rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan.
Bertolak dari define belajar tersebut, Gagne mengungkapkan bahwa dalam belajar terdapat
komponen kondisi belajar internal dan eksternal yang mengalami interaksi akan menghasilkan
suatu kapabilitas (kemampuan) sebagai hasil belajar. Ada lima kriteria hasil belajar yaitu
informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
Gagne mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, yaitu: Menarik perhatian (gaining attention), menyampaikan tujuan pembelajaran
(informing learner of the objectives), mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari
(stimulating recall or prior learning), menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus),
memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih
baik, memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance), memberikan balikan
(providing feedback), menilai hasil belajar (assessing performance) dan Memperkuat retensi dan
transfer belajar.

11
Daftar Pustaka

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pebelajaran, Jakarta:Penerbit Kerjasama Pusat
Perbukuan Depdiknas dan PT Rineka Cipta

http://veeah.blogspot.com/2010/12/teori-belajar-gagne.html (diakses tanggal 2 Nopember 2015)

Ratna Wilis Dahar. 1998. Teori-Teori Belajar. Bandung: IKIP Bandung

https://www.academia.edu/3997610/Bruner_and_Gagne (diakses tanggal 6 Nopember 2015)

12

Anda mungkin juga menyukai