Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh

Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan suatu bagian dari

fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan

perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari

pelarut dan zat tertentu (zat terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang

menghasilkan partikel- partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam

larutan (Tamsuri, 2009).

a. Distribusi Cairan Tubuh

Cairan berada dalam dua kompartemen utama, yaitu di dalam sel (cairan intra

sel/CIS) yang pada orang dewasa sekitar 40% dari berat badan atau 70% dari

jumlah keseluruhan cairan tubuh, dan cairan di luar sel (cairan ekstra sel/CES)

sekitar 20% dari berat badan atau 30% dari seluruh cairan tubuh (Kusnanto,

2016).

1. Cairan Ekstra Sel (CES):

 Cairan Interstitial : cairan diantara sel, sekitar 15% berat tubuh

 Cairan Intra Vaskuler: terdiri dari plasma (cairan limfe) dan darah,

menyusun 5% berat tubuh.

2. Cairan Intra Sel (CIS) : cairan dalam membran sel, membentuk 40% berat

tubuh.

b. Komposisi Cairan Tubuh

Zat Plasma Intertisial Intraselular


(mOsm/l) (mOsm/l) (mOsm/l)
+
Na 142 139 14
+
K 4,2 4,0 140
2+
Ca 1,3 1,2 0
Mg2+ 0,8 0,7 20
-
Cl 108 108 4
-
HCO3 24 28,3 1,0
HPO4-, H2PO4 2 2 11
2-
SO4 0,5 0,5 1
Fosfokreatin - - 45
Kamosin - - 14
Asam amino 2 2 8
Kreatin 0,2 0,2 9
Laktat 1,2 1,2 1,5
Adenosin trifosfat - - 5
Heksosa monofosfat - - 3,7
Glukosa 5,6 5,6 -
Protein 1,2 1,2 4
Ureum 4 4 4
Lain-lain 4,8 3,9 10
Total mOsm/l 301,8 300,8 301,2
Aktivitas osmolar 282 281 281
terkoreksi
Tekanan osmotik 5443 5423 5423
total

c. Pergerakan Cairan Tubuh

Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui enam proses, yaitu:

1. Difusi

Perpindahan partikel melewati memberan permeabel dari daerah

berkonsentrasi tinggu ke daerah berkonsentrasi rendah.

2. Osmosis

Perpindahan pelarut melalui membran semipermeabel dari larutan dengan zat

pelarut (solut) konsentrasi rendah ke larutan dengan solut konsentrasi tinggi.

Tekanan osmotik terbentuk ketika dua larutan berbeda yang dibatasi suatu

membran permeabel yang selektif.

3. Transpor Aktif
Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang memiliki gradien

elektrokimia dari area berkonsentrasi rendah menuju konsentrasi yang lebih

tinggi. Pada proses ini memerlukan molekul ATP untuk melintasi membran

sel.

4. Tekanan Hidrostatik

Gaya dari tekanan zat cair untuk melawan tahanan dinding pembuluh darah.

Tekanan hidrostatik berada diantara arteri dan vena (kapiler) sehingga larutan

berpindah dari kapiler ke intertisial.

5. Filtrasi

Merupakan perpindahan cairan melewati membran permeabel dari tempat

yang tekanan hidrostatiknya tinggi ke tempat yang tekanan hidrostatiknya

lebih rendah. Fitrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri dan

kapiler yang lebih tinggi dari ruang intertisial.

6. Tekanan Osmotik Koloid

Merupakan perpindahan cairan antara intravaskuler dan intertisial melewati

lapisan semipermeabel. Hal ini karena protein dalam intravaskuler 16x lebih

besar dari cairan intertisial,cairan masuk ke kapiler atau kompartemen

pembuluh darah bila pompa jantung efektif.

d. Pengaturan Cairan Tubuh

1. Asupan Cairan

Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah 

2500 cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah

dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini

menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka

mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi


ketidakseimbangan volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau

adanya perdarahan, maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya

penurunan tekanan darah.

2. Pengeluaran Cairan

Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan

pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang

paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak

±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubungkan dengan

banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan

pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui

kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses).

Rata- rata haluaran cairan setiap hari pada orang dewasa dengan BB 70 Kg

Organ / Sistem Jumlah (ml)


Ginjal (urine) 40-80 ml/jam
Kulit (IWL) 6 ml/kgBB/24 jam
Keringat (SWL) 1000 ml/24 jam
Paru-paru (pernapasan) 400 ml/24 jam
Saluran pencernaan (feses) 100 ml/24 jam
Jumlah 2880-3660 ml/jam

3. Hormon

Hormon utama yang memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah

ADH dan aldosteron. ADH menurunkan produksi urine dengan cara

meningkatkan reabsorbsi air oleh tubulus ginjal dan air akan dikembalikan ke

dalam volume darah sirkulasi. Aldosteron mengatur keseimbangan natrium

dan kalium, menyebabkan tubulus ginjal mengekskresi kalium dan

mengabsorbsi natrium, akibatnya air akan direabsorbsi dan dikembalikan ke


volume darah. Glukokortikotiroid memngaruhi keseimbangan cairan dan

elektrolit.

e. Pengaturan Elektrolit

1. Kation

Kation utama yaitu natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), dan

masgnesium (Mg2+), terdapat di dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Kerja ion

ini memengaruhi transmisi neurokimia dan neuromuskular, yang

memengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas jantung, perasaan dan

perilaku,fungsi saluran pencernaan, dan proses lain.

2. Anion

Anion utama adalah klorida yang dapat ditemukan di dalam cairan ekstrasel

dan intrasel. Bikarbonat adalah bufer dasar kimia yang utama di dalam tubuh,

ditemukan dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Fosfat merupakan anion bufer

dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Konsentrasi fosfat diatur oleh ginjal,

hormonparatiroid dan vitamin D teraktivasi.

2.2. WOC Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit


2.3. PATOFISIOLOGI

1. ETIOLOGI

Etiologi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit (Brunner and Suddarth, 2000):

a) Ketidakseimbangan Volume Cairan:

 Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)


Kekurangan volume cairan tetapi kadar elektrolit serum tidak berubah,

terjadi melalui gastrointestinal (muntah, diare), perdarahan, pemberian

obat diuretik, banyak keringat, demam, dan penurunan asupan per oral.

 Kelebihan volume cairan (Hipervolemik)

Kelebihan cairan tanpa disertai perubahan elektrolit serum, terjadi pada

gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan sirosis.

b) Ketidakseimbangan Elektrolit

 Hiponatremia

 Hipernatremia

 Hipokalemia

 Hiperkalemia

 Hipokalsemia

 Hiperkalsemia

2. TANDA DAN GEJALA

a. Kelelahan

b. Kram otot dan kejang

c. Mual

d. Pusing

e. Pingsan

f. Lekas marah

g. Muntah

h. Mulut kering

i. Denyut jantung lambat

j. Kejang
k. Palpitasi

l. Tekanan darah naik turun

m. Kurangnya koordinasi

n. Sembelit

o. Kekakuan sendi

p. Rasa haus

q. Suhu naik

r. Anoreksia

s. Berat badan menurun.

3. MASALAH KEPERAWATAN

a. Hipovolemik

Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler

(CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,

gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.

Mekanisme nya adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis

(peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan vaskuler),

rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala: pusing, lemah,

letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan

oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit

menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-

tanda penurunan berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan

vena jugularis. Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.

b. Hipervolemik

Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:


 Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.

 Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan

air.

 Kelebihan pemberian cairan.

 Perpindahan cairan interstisial ke plasma.

 Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat,

asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan

irama gallop.

2.4. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Data Subyektif

 Identitas

 Riwayat Kesehatan:

 Keluhan utama

 Riwayat penyakit sekarang

 Riwayat penyakit yang lalu

 Riwayat penyakit keluarga

 Riwayat Keperawatan:

1) Pola intake :

 Jumlah cairan yang dikonsumsi

 Tipe cairan yang dikonsumsi

2) Pola eliminasi:

 Mual, muntah, diare

 Kebiasaan berkemih

 Perubahan jumlah, frekuensi


 Karakteristik urine

3) Evaluasi status kehilangan cairan

4) Proses penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan cairan

b. Data Obyektif

Pemeriksaan fisik:

1) Kesadaran

2) Kepala

3) Wajah : tampak pucat, lemas

4) Mata : cekung atau cowong

5) Mulut dan bibir : mukosa kering, lidah pucat

6) Hidung

7) Leher ; pembesaran kelenjar limfa, vena jugularis

8) Integumen : turgor kulit, edema, kelemahan otot

9) Berat badan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Hipovolemia (D. 0023) berhubungan dengan:

 Kehilangan cairan aktif

 Kegagalan mekanisme regulasi

 Peningkatan permeabilitas kapiler

 Kekurangan intake cairan

 Evaporasi

b. Hipervolemia (D.0022) berhubungan dengan:

 Gangguan mekanisme regulasi

 Kelebihan asupan cairan

 Kelebihan asupan natrium


 Gangguan aliran balik vena

 Efek agen farmakologis (mis. Kortikosteroid, chlorpropamide,

tolbutamide, vincristine, tryptilinescarbamazepine).

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Manajemen Hipovolemia (I.03116)

 Observasi :

1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (frekuensi nadi

meningkat, nadi teraba lemah, Tekanan Darah menurun, turgor

kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine

menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)

2) Monitor intake dan output cairan.

 Terapeutik :

1) Hitung kebutuhan cairan

2) Berikan posisi modified trendelenburg

3) Berikan asupan cairan oral

 Edukasi

1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

2) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

 Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (NaCl,RL)

2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (Glukosa 2,5%,

NaCl 0,4%).

3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin, plasmanate)

4) Kolaborasi pemberian produk darah

b. Manejemen Hipervolemia (I.03114)


 Observasi:

1) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (ortopnea, dispnea,

edema, JVP/CVP meningkat, suara napas tambahan)

2) Identifikasi penyebab hipervolemia

3) Monitor status hemodinamik

4) Monitor intake dan output cairan

5) Monitor tanda hemokonsentrasi (kadar

natrium,BUN,hematokrit, BJ urine)

6) Monitor peningkatan tekanan onkotik plasma (kadar protein

dan albumin meningkat)

7) Monitor kecepatan infus secara ketat

8) Monitor efek samping diuretik (hipotensi

ortostatik,hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia).

 Terapeutik:

1) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama

2) Batasi asupan cairan dan garam

3) Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 

 Edukasi:

1) Anjurkan melapor jika haluaran urine < 0,5 ml/kg/jam dalam 6

jam

2) Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1kg dalam sehari

3) Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran

cairan

4) Ajarkan cara membatasi cairan.

 Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian diuretik

2) Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik

3) Kolaborasi pemberian continous renal replacement therapy

(CRRT) jika perlu.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2000) Keperawatan Medikal Bedah. 8th edn. Jakarta: EGC.
Kusnanto (2016) Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.

Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Tamsuri, A. (2009) Seri Asuhan Keperawatan ‘Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &

Elektrolit’. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai