Anda di halaman 1dari 3

Air Putih Bukan untuk Bayi usia < 6 Bulan

Filed under: Info, Info Kesehatan — 1 Komentar


26 Maret 2012

“MBAK, jangan lupa kasih air putih kalau adek habis minum susu, ya,” urai Riani kepada sang
pengasuh sembari menyuapkan beberapa sendok air putih kepada bayinya yang berusia 3 bulan.
Tahukah Moms, di balik kebiasaan memberikan air putih ternyata tersimpan bahaya yang dapat
mengancam si buah hati, utamanya bayi di bawah usia 6 bulan.
ASI, Sudah Cukup!
Air putih bermanfaat bagi kesehatan anak-anak dan orang dewasa memang benar, tapi TIDAK untuk
bayi.
“Pemberian air putih tidak disarankan, khususnya pada bayi usia < 6 bulan, karena kegunaannya
tidak ada,” buka dr. Yulia Lukita Dewanti, M. Ked. Ped, SpA dari RS Sari Asih Serang.
Pada bayi usia tersebut, pemberian ASI eksklusif tanpa pemberian cairan lain sudah cukup
memenuhi kebutuhan gizi bayi sesuai dengan perkembangannya.
Secara alamiah, komposisi ASI –mengandung 88 persen air- yang diproduksi akan mencukupi
kebutuhan cairan bayi.

Begitu pun dengan bayi yang minum susu formula, lebih dari 80 persen komposisi susu formula
adalah air. Mengingat tingginya kadar air dalam ASI maupun susu formula, bayi kurang 6 bulan tak
perlu diberikan tambahan cairan lain apapun secara langsung –termasuk air putih, teh manis, atau
jus buah.
Artinya, bayi tidak akan kekurangan cairan sejauh bayi mendapatkan ASI atau susu formula cukup
setiap harinya. Bayi akan selalu ‘meminta’ ASI/susu formula bila ia merasa haus (on demand).
3 Alasan Air Putih Dilarang
Lantas, mengapa air putih tak baik diberikan pada bayi?
Ginjal Bisa Rusak
“Pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, semua organnya belum berfungsi laiknya orang normal pada
umumnya. Nah, organ yang langsung berhubungan dengan metabolisme cairan adalah ginjal. Jika
bayi diberi banyak air putih, maka ginjal yang belum siap menyaring –kecuali ASI- ini dapat rusak,”
papar dokter penyuka novel ini.
Ya, ginjal bayi belum mampu mengeluarkan air dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan
timbunan air dalam tubuh yang dapat membahayakan bayi (keracunan air).
Keracunan air
Kelebihan air di atas akan menyebabkan kandungan elektrolit dalam darah menjadi tidak seimbang,
misalnya sodium (natrium). Kelebihan cairan tersebut akan melarutkan sodium dalam darah dan
akan dikeluarkan tubuh, sehingga kadar sodium menjadi rendah yang dapat memengaruhi aktivitas
otak.
Awalnya ditandai dengan iritabilitas (merengek-rengek), mengantuk dan gejala penurunan
kesadaran lainnya yang kadang luput dari kewaspadaan orangtua. Gejala lainnya adalah penurunan
suhu tubuh, bengkak di sekitar wajah dan jika dibiarkan dapat menjadi kejang.
Jika si kecil sampai mengalami kejang, kemungkinan terjadi gangguan perkembangan di masa
depannya namun bergantung pada frekuensi dan durasi kejang tersebut terjadi.
Kebutuhan gizi tidak terpenuhi
Selain keracunan air, memberikan air putih setiap kali bayi menangis adalah salah. Bayi yang
menangis tidak selalu berarti lapar. Bisa saja ia BAK (Buang Air Kecil), BAB (Buang Air Besar), kurang
nyaman, sakit atau lainnya.
Bayi yang diberikan air setiap ia menangis akan menjadi kenyang. Sehingga keinginan bayi untuk
menyusu akan menurun. Akibatnya, asupan gizi dalam tubuh menurun pula.
Padahal tiga tahun pertama adalah golden period (masa keemasan) untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak di masa depan dan sangat bergantung pada asupan gizinya saat itu. Oleh
karena itu, Moms harus mengonsumsi makanan yang bergizi agar kualitas ASI terjaga.
Diare, Tetap Berikan ASI
Bagaimana bila bayiku diare, apa boleh diberikan air putih? “Untuk bayi usia kurang dari 6 bulan,
tetap berikan ASI saja. Memang, kebutuhan akan cairan saat diare akan meningkat, namun
pemberian ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Semakin sering si ibu menyusui maka
semakin banyak pula ASI yang diproduksi, sehingga Ibu tidak perlu khawatir ASI-nya tidak cukup,”
saran dr Yulia.
Ingat, kandungan ASI sudah lengkap, termasuk kandungan elektrolitnya. Sehingga, pemberian cairan
elektrolit khusus bayi tetap tidak disarankan.
Boleh Diperkenalkan lebih dari 6 Bulan
Pemberian air putih mulai dapat dilakukan saat bayi memasuki usia di atas 6 bulan, dimana MPASI
(Makanan Pendamping ASI) mulai diperkenalkan. Selain itu pada usia lebih dari 6 bulan, organ bayi
dianggap ‘siap’ untuk mencerna makanan dan minuman selain ASI.
Selain itu, ada beberapa penelitian menyebutkan bahwa pada kasus tertentu -seperti cuaca panas
atau konstipasi- pemberian air pada bayi diperbolehkan.
Namun, pemberian air itu cukup berkisar satu sendok makan setiap pemberiannya. Sebaiknya,
gunakan sendok, bukan dot/botol guna menghindari kehilangan kontrol berapa banyak air putih
yang sudah diminum bayi, jangan sampai kebanyakan.
Misalnya yang terjadi di John Hopkins Children’ Center, sebuah rumah sakit di Amerika, seperti
dikutip dari situsnya. Pada musim panas, banyak bayi yang dibawa ke ruang gawat darurat oleh
orangtua yang panik karena bayi mereka kejang. Belakangan diketahui bahwa hal itu disebabkan
oleh asupan air putih yang terlalu banyak.
Hmm, Anda tak mau hal itu terjadi pada si kecil, bukan?
Air Tajin, Tak Dianjurkan!
Pemberian air tajin (air rebusan beras) masih jamak ditemukan di masyarakat. Menyikapi hal ini, dr
Yulia menegaskan bahwa air tajin tetap tidak dianjurkan untuk diberikan pada bayi usia kurang dari
6 bulan.
Banyak ibu-ibu memberikan air tajin bila anaknya terserang diare guna mengatasi dehidrasi. Banyak
pula yang mencampurkan air tajin pada makanan bayinya saat si kecil berusia lebih dari 6 bulan.
Dikatakan dr. Yulia, komposisi air tajin tidak lain hanyalah karbohidrat. Memang, air tajin lebih baik
dibandingkan dengan air putih yang tidak mengandung zat gizi dan hanya beberapa jenis elektrolit.
Walau begitu, bagi bayi lebih dari 6 bulan yang selalu diberikan air tajin, yang akan terpenuhi
hanyalah kebutuhan karbohidratnya. Hasilnya, bayi bisa menjadi gemuk tanpa ada ‘isi’nya. Untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak, yang dibutuhkan bukanlah karbohidrat saja.
Protein, lemak, serat, zat gizi makro dan mikro pun berperan penting.
Jadi, bijaklah dalam memilih makanan/minuman untuk dikonsumsi si kecil dalam masa tumbuh
kembang-nya. (Sumber: Tabloid Mom/Kiddie) (nsa)
Sumber : http://lifestyle.okezone.com/read/2011/04/29/195/451601/air-putih-bukan-untuk-bayi

Anda mungkin juga menyukai