Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH VOLUME ASAM (PROSES HIDROLISIS) DAN WAKTU

FERMENTASI PADA PEMBUATAN BIOETANOL DARI TANDAN


KOSONG KELAPA SAWIT

Abstrak :
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah yang belum
termanfaatkan dengan baik. TKKS memiliki kandungan Selulosa (45,59%),
hemiselulosa (22,84 %), lignin (16,49 %), abu (1,63%), nitrogen (0,53%), dan
minyak (2,41%). Selulosa di dalam TKKS dapat didegradasi menjadi bioetanol.
Proses pembuatan bioetanol dilakukan dalam tiga tahap yaitu pretreatment, hirolisis
dan fermentasi. TKKS di pretreatment dengan menggunakan larutan NaOH untuk
menghilangkan lignin. Hasil pretreatment dihidrolisis dengan menggunakan larutan
H2SO4 dalam berbagai variasi volume (20; 40; 60; 80 ml) dan difermentasi
menggunakan ragi saccaromyces cerivisiae dengan berbagai variasi waktu (2; 4; 6;
8 hari). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar bioetanol yang dihasilkan
semakin tinggi sampai waktu fermentasi tertentu (waktu optimum) dan setelah
waktu optimum terlewati kadar bioetanol yang dihasilkan menurun. Kadar
bioetanol tertinggi dihasilkan sebesar 7.12% pada waktu fermentasi 6 hari dan
volume pelarut 20 ml.

Metode :
Pengolahan TKKS menjadi bioetanol menggunakan 2 proses, yaitu
hidrolisis asam dan fermentasi. Tetapi karena TKKS merupakan bahan berselulosa
lebih kompleks maka diperlukan tambahan perlakuan berupa pretreatment untuk
menghilangkan lignin. Lignin perlu dihilangkan karena dapat mengganggu proses
hidrolisis selulose. Penghilangan lignin dapat dilakukan dengan cara perendaman
dalam larutan NaOH 5% disertai dengan pemanasan pada suhu 1200C. setelah
pretreatment ampas yang tersisa dihidrolisis dengan asam menjadi gula sederhana
(glukosa). Cairan glukosa yang terbentuk kemudian di fermentasi dengan
menggunakan yeast (ragi) Saccharomyces Cerevisiae. Saccharomyces Cerevisiae
ini bersifat fakulatif anaerob. Sehingga masih membutuhkan O2 dalam jumlah
sedikit. Pada awal fermentasi perlu ditambahkan nutrient dan kofaktor yang
berperan penting bagi kehidupan khamir. Proses fermentasi berlangsung selama 2
hari, 4 hari, 6 hari,8 hari. Selanjutnya memisahkan larutan dengan bubur TKKS
sehingga diperoleh larutan etanol. Kemudian didestilasi menghasilkan bioetanol.
PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR BIOETANOL
DARI FERMENTASI GLUKOSA HASIL HIDROLISIS SELULOSA
TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT( Elaeis guineensis Jack ) DENGAN
HCl 30% MENGGUNAKAN RAGI ROTI

Abstrak :
Telah dilakukan penelitian pengaruh lama fermentasi terhadap kadar
bioetanol dari fermentasi glukosa hasil hidrolisis selulosa tandan kosong kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jack) dengan HCl 30% dengan menggunakan ragi roti.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa tandan kosong kelapa sawit
mengandung selulosa sebesar 24,1298%. Selulosa diisolasi dari tandan kosong
kelapa sawit yang kemudian dihidrolisis dengan HCl 30% untuk menghasilkan
glukosa yang kadarnya dianalisa dengan metode Nelson-Somogyi dimana kadar
glukosa yang diperolah sebesar 17,1051%. Fermentasi glukosa menggunakan
variasi lama fermentasi 2 hari, 4 hari dan 6 hari dengan penambahan ragi roti 6 g.
Kadar bioetanol dianalisa dengan titrasi volumetrik menggunakan metode oksidasi
kalium dikromat. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kadar etanol tertinggi
yaitu 7,3922 % yang diperoleh pada lama fermentasi 6 hari dan penambahan ragi
roti 6 gram.

Metode :
1. Isolasi Selulosa dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Uji Kualitatif
Selulosa
75 g tandan kosong kelapa sawit yang telah halus dimasukkan dalam gelas
beaker. Kemudian ditambahkan 1000 mL HNO3 3,5 % dan 10 mg NaNO2. Lalu
dipanaskan dengan menggunakan termostat selama 2 jam pada suhu 80o C.
Selanjutnya disaring dan dicuci residu dengan akuades hingga pH = 7. Residu
ditambahkan 375 mL NaOH 2% dan 375 mL Na2SO3 2%. Dipanaskan dengan
menggunakan termostat selama 1 jam pada suhu 50o C. Kemudian disaring dan
dicuci residu dengan akuades hingga pH = 7. Residu ditambahkan 500 mL Na-
Hipoklorit 1,75 %. Lalu dipanaskan dengan menggunakan termostat selama 30
menit pada suhu 100oC yang selanjutnya disaring dan dicuci residu dengan akuades
hingga pH = 7. Residu ditambahkan 500 mL NaOH 17,5 %. Lalu dipanaskan
dengan menggunakan termostat selama 30 menit pada suhu 80o C. Kemudian
disaring dan dicuci residu dengan akuades hingga pH = 7. Residu ditambahkan 500
mL Na-Hipoklorit 1,75 %. Kemudian dipanaskan selama 5 menit pada suhu 100o
C. Lalu disaring dan dicuci residu dengan akuades hingga pH = 7. Setelah itu
dikeringkan residu didalam oven pada suhu 60o C. Kemudian didinginkan dan
dimasukkan kedalam desikator. Dimasukkan selulosa secukupnya kedalam plat
tetes kemudian diteteskan dengan larutan iodin 0,1 yang akan menunjukkan uji
positif selulosa jika tidak terjadi perubahan warna.

2. Hidrolisis Selulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit Menjadi Glukosa Serta


Uji Kualitatif Glukosa
Dimasukkan 0,5002 g selulosa TKKS kedalam gelas erlenmeyer 250 mL.
Ditambahkan 5 mL akuades. Ditambahkan dengan 8 mL HCl 30%. Ditutup dengan
kapas dan aluminium foil. Dipanaskan dalam termostat pada suhu 80oC selama 1
jam. Didinginkan hingga suhu kamar. Ditambahkan NaOH 10% hingga pH = 4 –
4,5. Disaring. Dipipet 1 mL filtrat ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 5 mL
larutan Benedict. Dipanaskan dalam termostat hingga terbentuk endapan merah
bata.
3. Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Larutan Glukosa Standar
Ditimbang 500 mg glukosa anhidrat dan dilarutkan dengan aquades sampai
volume 500 ml ( larutan glukosa anhidrat 1 mg/mL). Dipipet 5 mL larutan induk
glukosa l mg/mL dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL (0,05 mg/mL)
Kemudian diencerkan dengan akuades hingga garis batas dan dihomogenkan.
Dimasukkan 1 ml larutan glukosa 0,05 mg/mL kedalam tabung reaksi yang
kemudian ditambahkan 1 ml pereaksi Nelson lalu ditutup dengan kapas.
Selanjutnya dipanaskan hingga mendidih selama 20 menit lalu didinginkan.
Ditambahkan 1 ml larutan arsenomolibdat lalu dikocok hingga semua endapan
larut. Kemudian ditambahkan 7 ml akuades lalu dikocok hingga homogen.
Selanjutnya diukur serapan panjang gelombang pada 600 – 800 nm (diperoleh
panjang gelombang maksimum).

4. Penyiapan Kurva Standar Glukosa


Disiapkan larutan glukosa standar dalam beberapa tabung reaksi dengan
konsentrasi bertingkat dari 0,02 – 0,1 mg/mL. Ditambahkan 1 mL larutan Nelson
kemudian dipanaskan hingga mendidih selama 20 menit dan didinginkan. Lalu
ditambahkan 1 mL larutan arsenomolibdat lalu dikocok hingga semua endapan larut
yang kemudian ditambahkan 7 mL akuades lalu dikocok hingga homogen. Diukur
serapannya pada panjang gelombang 760 nm. Lalu dibuat kurva standar yang
menunjukkan hubungan antara konsentrasi gula standar dan absorbansi.
5. Analisa Kadar Glukosa Dari Hidrolisis Selulosa Tandan Kosong Kelapa
Sawit
Dipipet 1 mL filtrat hasil hidrolisa selulosa TKKS lalu diencerkan dalam
labu ukur 100 mL dan diambil 1 mL untuk dianalisa. Ditambahkan 1 mL larutan
Nelson kemudian dipanaskan hingga mendidih selama 20 menit dan didinginkan.
Ditambahkan 1 mL larutan Arsenomolibdat lalu dikocok hingga semua endapan
larut. Ditambahkan 7 mL akuades lalu dikocok hingga homogen. Diukur
serapannya pada panjang gelombang 760 nm sehingga dapat dihitung kadar gula
reduksinya.
6. Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit
Menjadi Bioetanol
Dimasukkan 100 mL Larutan glukosa hasil hidrolisis TKKS kedalam gelas
Erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan 0,1502 g MgSO4.7H2O ; 0,1306 g KH2PO4
dan 1,2021 g (NH4)2SO4. Disterilisasi dengan menggunakan alat autoklaf pada
suhu 121oC selama 1 jam lalu didinginkan. Ditambahkan ragi roti sebanyak 6 gram.
Difermentasi selama 2, 4 dan 6 hari.
7. Destilasi Larutan Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Tandan
Kosong Kelapa Sawit
Disiapkan larutan standar etanol dengan konsentrasi 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; 1,0
; 1,2 ; 1,4 ; 1,6 ; 1,8 dan 2,0 % . Dipipet 1 mL masing – masing larutan standart
etanol kemudian dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer. Ditambahkan 5 mL
K2Cr2O7 0,689N. Ditambahkan 3 tetes indikator feroin dan dititrasi dengan
Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O 0,393N hingga larutan berwarna coklat kemerahan.
8. Penentuan Kurva Kalibrasi Etanol Standar
Disiapkan larutan standar etanol dengan konsentrasi 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; 1,0
; 1,2 ; 1,4 ; 1,6 ; 1, 8 dan 2,0 %. Dipipet sebanyak 5 mL dari masing-masing larutan
etanol yang telah disiapkan lalu diencerkan kedalam labu takar 100 mL. Lalu
dipipet 1 mL larutan etanol hasil pengenceran kemudian dimasukkan kedalam gelas
Erlenmeyer. Ditambahkan 5 mL K2Cr2O7 0,689N dan 3 tetes indikator ferroin
yang selanjutnya dititrasi dengan Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O 0,393N hingga larutan
berwarna coklat kemerahan.
9. Analisa Kadar Bioetanol Dengan Metode Oksidasi Kalium Dikromat
Dimasukkan 1 mL destilat kedalam gelas Erlenmeyer. Ditambahkan 5 mL
K2Cr2O7 0,689N dan 3 tetes indikator ferroin. Kemudian dititrasi dengan
Fe(NH4)2(SO4)-2. 6H2O 0,393N dan diukur volume titran pada saat terbentuk
larutan berwarna coklat kemerahan.
PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH SERAT KELAPA
SAWIT MELALUI PROSES PRETREATMENT, HIDROLISIS
ASAM DAN FERMENTASI MENGGUNAKAN RAGI TAPE

Abstrak :
Bungkil kelapa sawit adalah limbah industri minyak sawit atau minyak
sawit mentah (CPO). Limbah serat kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan
baku untuk bioetanol generasi kedua karena mengandung 57,9% selulosa dan 18%
lignin, dan hidrolisisnya mengandung 14,94% hemiselulosa. Penelitian ini
menggunakan proses pretreatment, hidrolisis, netralisasi, dan fermentasi dengan
tujuan memperoleh bioetanol. Serat kelapa sawit dipotong dengan ukuran 0,5-1 cm.
Kemudian pretreatment menggunakan pelarut asam dengan pemanasan pada suhu
100 ° C selama 1 jam dengan pengaduk hot plate. Hasil pretreatment padatan
dicampur dengan air suling hingga konsentrasi (5% b/v) disiapkan untuk hidrolisis.
Padatan kemudian dilarutkan dengan larutan H2SO4 (2% v/v) hingga 500 ml dan
dihidrolisisis selama 120 menit dengan variasi suhu 115 ° C, 120 ° C, 125 ° C
bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu optimal dalam proses hidrolisis
menggunakan autoklaf. Hidrolisat dinetralkan dengan 1 N NaOH sampai pH 5 dan
kadar gula dengan metode Luff-Schoorl memperoleh kadar gula tertinggi 9,69%
v/v. Hidrolisat yang telah di netralisasi difermentasi dengan ragi dan nutrisi NPK
tape dengan botol kaca yang telah disterilkan menggunakan autoclave yang
difermentasi selama 3 hari. Kadar etanol yang difermentasi diuji dengan analisis
oleh Gas Chromatography (GC) yang diketahui memiliki kandungan bioetanol
tertinggi 2,858% (v / v). Karakteristik puncak selulosa serat kelapa sawit sebelum
dan sesudah pretreatment dari kue serat selulosa meningkat sebesar 42,30%
(selulosa I) menjadi 48,60% (selulosa II) dengan Difraksi Sinar-X.

Metode :
Limbah serat kelapa sawit diperoleh dari PT. PN CPO (Crude Palm Oil)
Pelaihari, Kalimantan Selatan. Prereatment serabut kelapa sawit dan netralisasi
hidrolisat dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Program Studi Teknik
Kimia dan Untuk hidrolisis dan fermentasi di Laboratorium Fitapatologi. Fakultas
Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Serabut kelapa sawit kering
yang didapat langsung dari limbah industri pengolahan CPO dikeringkan terlebih
dahulu pada suhu 80°C selama 3 jam. selanjutnya didinginkan di desikator.
kemudian dipotong dengan ukuran kecil-kecil 0,5-1 cm dan dihaluskan lagi
menggunakan blender kemudian ditimbang sebanyak 90 gram.
Perlakuan awal basa Padatan NaOH ditimbang sebanyak 10 gram dan
dilarutkan sampai 500 ml akuades dalam gelas beaker (a) (2% w/v) dan dimasukkan
serabut kelapa sawit sebanyak 90 gram kemudian perendaman didiamkan selama
24 jam dan ditutup pada bagian atasnya dengan aluminium foil dan cling wrap.
Perlakuan awal untuk asam, larutan H2SO4 95% sebanyak 10,5 ml diambil dan
dimasukkan ke gelas beaker (b) lalu akuades ditambahkan kedalamnya sebanyak
489,5 ml (2% v/v) dan dimasukkan potongan-potongan serabut kelapa sawit
dimasukkan ke dalam kedua gelas tersebut masing-masing 90 gram dan ditutup
pada bagian atasnya dengan aluminium foil dan cling wrap kemudian dilakukan
pemanasan yang disertai dengan pengadukan menggunakan Hot plate stirrer dengan
suhu operasi 100°C selama 60 menit dan selanjutnya diambil padatannya dengan
kertas saring dan ditimbang lagi. Setelah dilakukan perlakuan awal serabut itu
disaring, diambil serabutnya dan dimasukkan ke dalam oven selama 4 jam dengan
suhu 80°C lalu didinginkan pada suhu kamar beberapa saat.
Padatan hasil delignifikasi diambil sebanyak 25 gram dalam 500 ml (5%
w/v) dan dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer dan dicampurkan dengan larutan
H2SO4 (2% v/v) kemudian dilakukan proses hidrolisis selama 120 menit pada suhu
115°C, 120°C dan 125°C. Produk yang diperoleh kemudian didinginkan sampai
suhu kamar.
Padatan dan cairan dipisahkan dengan menggunakan kertas saring.
Hidrolisat diambil dan dibagi ke dalam 3 buah erlenmeyer masing masing di isi
dengan hidrolisat sebanyak 100 ml. Kemudian tiap erlenmeyer ditambahkan NaOH
1 N hingga pH hidrolisat mencapai 5. Botol kaca yang akan dijadikan tempat
fermentasi di sterilisasi dengan autoclave pada suhu 121°C selama 45 menit.
Hasil produk yang telah didinginkan dalam gelas beaker masingmasingnya
ditutup aluminium foil dan cling wrap, kemudian ragi tapaekering ditambahkan
kehidrolisat dimana penambahannya sebanyak 0,23% total gula dan ditambahkan
ditambahkan NPK sebagai sebanyak 0,06% total gula. Inkubasi dilakukan di dalam
erlenmeyer 250 ml menggunakan Botol kaca dengan shaker kecepatan 128 rpm
pada 24 jam pertama. Erlenmeyer ditutup dengan cling warp dan aluminium foil.
Dan didiamkan selama 48 jam.
PEMBUATAN BIOETANOL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT
(TKKS) DENGAN METODE HIDROLISIS ASAM DAN FERMENTASI

Abstrak :

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah perkebunan yang


belum banyak dimanfaatkan secara luas. Salah satu pemanfaatan TKKS yang belum
mendapat perhatian khusus adalah pengolahannya menjadi bioetanol. TKKS
memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup tinggi. Metode untuk mendegradasi
lignin dari TKKS yaitu menggunakan larutan NaOH (4%) dan dilanjutkan dengan
hidrolisis asam menggunakan larutan H2SO4 (2-5%) . Fermentasi dilakukan
dengan menggunakan saccharomyses cerevisiae. Kadar bioetanol tertinggi yang
dihasilkan sebesar 9,698%.

Metode :
a. Pretreatment Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
 Memotong TKKS lalu dikeringkan di panas matahari dan oven.
 Menggiling / menghaluskan TKKS sampai ukuran tertentu.
 Menimbang 20 gram TKKS, memasukkan kedalam erlemeyer 500 ml.
 Menambahkan 100 ml NaOH 4% dan menutup rapat erlenmeyer dengan
gabus kemudian dipanaskan dalam autoclave pada suhu 121 oC selama 60
menit. Lalu campuran didinginkan pada suhu kamar
 Memisahkan fase airnya sehingga tersisa fase seluligninnya.
b. Proses Hidrolisis
 Menyiapkan larutan untuk menghidrolisis TKKS yaitu solvent sebanyak
120 ml per sampelnya. Solvent berupa H2O yang ditambahkan dengan
larutan H2SO4 dengan variasi konsentrasi 2%, 3%, 4%, dan 5%.
 Hasil pretreatment tadi dimasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu
ditambahkan dengan larutan H2SO4 encer yang telah disiapkan
sebelumnya.
 Solvent dicampurkan ke dalam setiap sampel sambil diaduk rata dengan
pengaduk selama 1 menit. Beri label pada setiap sampelnya
 Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam autoclave pada suhu
121oC selama 30 menit sampai berbentuk bubur. Setelah itu campuran
didinginkan pada suhu kamar.
c. Proses Fermentasi
 Alat – alat yang digunakan pada proses fermentasi disterilisasi dalam
autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit agar tidak ada mikroba lain
karena kesterilan akan mempengaruhi fermentasi.
 Setelah keluar dari autoklaf, alat – alat tersebut didinginkan.
 Timbang sebanyak 2,4 gram ragi roti (Yaest Saccaromyces Cerevisiae).
 Masukkan ragi roti ke dalam bubur TKKS yang sudah dihidrolisis tadi.
Lalu diaduk lebih kurang 5 menit sampai homogen.
 Ukur pH larutan ( pH 4-5)
 Setelah itu menghubungkan erlemeyer 500 ml yang berisi bubur TKKS
tersebut dengan selang karet dan ujung selang dimasukkan kedalam air
agar tidak terjadi kontak langsung dengan udara.
 Selanjutnya larutan difermentasikan selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7
hari (sesuai dengan perlakuan).
 Selanjutnya memisahkan larutan dengan bubur TKKS sehingga diperoleh
cairan alkohol + air.
d. Proses Destilasi
 Siapkan 1 set peralatan destilasi. Lalu rangkai dan nyalakan peralatan
destilasi dengan benar.
 Masukkan campuran alkohol-air ke dalam labu, kemudian pasang labu
tersebut pada alat destilasi yang telah disediakan.
 Atur temperaturnya 78-80oC.
 Proses destilasi dilakukan selama 1,5 jam-2 jam sampai etanol tidak
menetes lagi.
 Destilat (etanol) yang dihasilkan lalu ditimbang dan disimpan di dalam
botol yang tertutup rapat.
PENENTUAN KINETIKA HIDROLISIS ENZIMATIS DALAM
PEMBUATAN BIOETANOL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

Abstrak :
Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan menjadi bioetanol adalah tandan
kosong kelapa sawit (TKKS). TKKS dihidrolisis secara enzimatis menggunakan
ekstrak kasar enzim selulase dari Trichoderma reesei, kemudian hidrolisat
difermentasi menggunakan Sacharomyces cerevisiae sehingga diperoleh bioetanol.
Tahap praperlakuan sampel dengan perendaman menggunakan air dan delignifikasi
organosolv juga dilakukan untuk mengoptimalkan proses hidrolisis enzimatis.
Kinetika hidrolisis ditentukan berdasarkan persamaan Michaelis-menten dengan
parameter Vmaks dan Km. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
praperlakuan sampel dapat mengoptimalkan proses hidrolisis yang dapat dilihat
berdasarkan konsentrasi glukosa yang dihasilkan. Sampel dengan perendaman
memiliki konsentrasi glukosa yaitu 445,80 ppm sedangkan kontrol (tanpa
perendaman) memiliki konsentrasi glukosa 438,58 ppm. Berdasarkan penelitian,
enzim selulase dari Trichoderma reesei memiliki kondisi optimum pH 4,5 ; waktu
inkubasi 60 menit ; suhu 600C dengan menghasilkan Vmaks yaitu 0,25
(mg/ml)/menit dan nilai Km yaitu 123,9 mg/ml. Nilai Rt sampel hasil fermentasi
pada kondisi optimum adalah 16,03 dan menunjukkan bahwa sampel tersebut
merupakan etanol. Nilai rendemen etanol yang dihasilkan sebesar 40,3 % (w/w).

Metode :
a. Perlakuan Awal
Tandan kosong kelapa sawit dikering-anginkan, dicacah dan digiling.
Setelah digiling dikeringkan menggunakan oven pada suhu 100oC selama 1 jam.
Sampel dibagi menjadi dua jenis yaitu sampe yang direndam dan sampel yang
tidak direndam (kontrol). Sampel TKKS diambil sebanyak 60 g, kemudian
direndam dengan 1200 mL aquades dalam gelas beker. Kemudian didiamkan
selama 5x24. Setelah itu, sampel disaring dan dikeringkan dalam oven selama 1
jam dalam suhu 100oC.
Sampel dan kontrol masing-masing direfluks selama 1 jam menggunakan
pelarut metanol : air ( 1 : 1 v/v) dengan NaOH 6%. Perbandingan sampel dan
pelarutnya adalah 1 : 10. Setelah dingin disaring dan dicuci menggunakan
metanol. Kemudian sampel dikeringkan di dalam oven.
b. Ekstraksi Enzim Selulase
Sebanyak 5 g sampel ditambahkan sebanyak 25 mL larutan nutrisi pH 3.
Kemudian disterilkan di dalam autoclave pada suhu 121oC selama 20 menit,
kemudian didinginkan. Selanjutnya Trichoderma reesei diinokulasikan pada
substrat tersebut. Kemudian campuran diinkubasi selama 7 hari pada suhu 60oC
(Sanjaya dan Adrianti, 2010). Setelah 7 hari substrat fermentasi ditambahkan
100 mL aquades yang mengandung 0,1% tween-80 dan diaduk dengan
kecepatan 175 rpm selama 2 jam pada suhu ruang. Campuran disentrifugasi pada
3000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang diperoleh digunakan sebagai
ekstrak enzim kasar yang kemudian disimpan dalam lemari es pada suhu 4oC
hingga siap digunakan.
c. Hidrolisis dan Penentuan Kinetika Enzimatis
Sampel dan kontrol yang telah melewati tahap praperlakuan masing – masing
diambil sebanyak 5 g dan ditambahkan ekstrak enzim selulase dari Trichoderma
reesei sebanyak 15 mL. Kemudian ditambahkan aquades ke dalam campuran
hingga volume 60 mL. Setelah itu kondisi pH dibuat seragam pada pH 5 dan
diaduk dengan kecepatan 175 rpm selama 1 x 24 jam. Masing-masing sampel
diukur konsentrasi glukosanya dengan metode DNS (Adney dan Baker, 1996).
Sampel dengan konsentrasi glukosa lebih tinggi selanjutnya digunakan untuk
proses selanjutnya. Kemudian ditentukan kondisi optimum pH pada 4;4,5;5;5,5,
waktu hidrolisis optimum pada 40;60;80;100 (menit) dan suhu optimum pada
40;50;60;70 (oC) Penentuan kinetika enzim (Vmaks dan Km) didasarkan atas
plot grafik hubungan antara 1/[S] dan 1/(V) dimana [S} adalah konsentrasi
substrat dan V adalah aktivitas enzim. Dari kurva akan diperoleh persamaan
linear, y = ax + b, dimana y = 1/V dan x = 1/[S]. Lalu ditentukan nilai Vmaks
dan Km yang didasarkan persamaan kurva Lineweaver-Burk tersebut : 1/V =
1/Vmaks + Km/Vmaks(1/[S]) Intersep garis (b) yang didapat dari persamaan
linear adalah 1/Vmaks dan slope (a) merupakan Km/Vmaks (Putra, 2009).
d. Fermentasi
Inokulum dibuat dengan mengambil 10 mL hidrolisat (dengan kadar glukosa
tertinggi) yang sudah disterilisasi kemudian ditambahkan 1 g KH2PO4, 1 g
(NH4)2 SO4, urea, pepton dan 1 ose Saccharomyces cerevisiae yang dilakukan
dalam laminar. Selanjutnya diinkubasi sambil diaduk dengan kecepatan 125 rpm
pada suhu kamar selama 24 jam (Samsuri dkk., 2007). Setelah itu inokulum
ditambahkan kembali pada hidrolisat, diaduk dan difermentasi selama 5x24 jam.
Setiap 24 jam sekali diamati perubahan konsentrasi gula dengan DNS. Hasil
fermentasi didestilasi pada rentang suhu 75-80oC untuk mendapatkan etanol.
OPTIMASI PROSES PERLAKUAN AWAL NAOH TANDAN KOSONG
KELAPA SAWIT UNTUK MENJADI BIOETANOL

Abstrak :
Bioetanol dari bahan baku limbah lignoselulosa menjadi energi alternatif
yang mulai dikembangkan. Perlakuan awal merupakan tahap awal dari proses
konversi lignoselulosa menjadi bioetanol. Perlakuan awal kimia NaOH dilakukan
dengan memasukkan TKKS berukuran 3 mm dan larutan NaOH 10 % pada reaktor
bersuhu sedang dan tekanan 4 bar. Pada penelitian akan diketahui pengaruh suhu
dan waktu proses pada perlakuan awal TKKS. Variasi suhu proses dimulai dari
suhu 140, 150 dan 160 oC, sedangkan variasi waktu proses dimulai dari 20, 30 dan
40 menit. Hasil perolehan biomassa tertinggi didapatkan pada proses perlakuan
awal dengan suhu 140 oC, 20 menit sebesar 42,83 % (basis berat kering),
delignifikasi tertinggi pada suhu 160 oC, 40 menit yaitu sebesar 86,92 %. Namun
kondisi optimal perlakuan awal TKKS untuk menghasilkan bioetanol tertinggi
diperoleh pada suhu 150oC, 30 menit yaitu perolehan biomassa sebesar 35,97 %,
delignifikasi sebesar 76,74 % dan yield etanol terhadap TKKS awal sebesar 15.17
% (b/b).

Metode :
a. Perlakuan Awal Fisik
Proses perlakuan awal dilakukan secara fisik dengan mengubah TKKS
menjadi serat, dikeringkan kemudian dicacah menjadi berukuran kurang lebih 3
mm.
b. Perlakuan Awal Kimia
Proses perlakuan awal kimia dengan NaOH dilakukan pada reaktor
chemical explosive (KIMEKS). Sebanyak 500 gram biomassa TKKS dicampur
dengan larutan NaOH konsentrasi 10 % sebanyak 2500 mL. Temperatur yang
digunakan pada penelitian ini adalah 140, 150 dan 160 oC, sedangkan waktu proses
adalah 20, 30 dan 40 menit. Setelah proses selesai, campuran yang terdiri dari
biomassa lignoselulosa dan NaOH disaring untuk memisahkan padatan TKKS dan
cairan lindi hitam yang mengandung lignin. TKKS hasil penyaringan dicuci hingga
pH netral, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 50 oC selama 24 jam untuk
selanjutnya digunakan pada proses sakarifikasi dan fermentasi serentak
(Simultaneous Saccharification and Fermentation/SSF)
c. Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak (SSF)
TKKS yang telah dilakukan perlakuan awal sebanyak 15 g dicampurkan ke
dalam 0.05M bufer sitrat pada erlenmeyer berukuran 250 ml. Semua media
disterilisasi dengan menggunakan autoclave (Daihan Labtech Co., Ltd., Korea)
pada suhu 121oC. Kemudian enzim, dan Saccharomyces cerevisiae bubuk
sebanyak 1% (b/v) dimasukkan ke dalam media secara aseptis untuk menghindari
kontaminasi. Total volume media yang digunakan pada proses SSF adalah 100 ml.
Proses SSF dilakukan pada suhu 32oC, pada shaker inkubator (Dasol Scientific DS-
310C2, Korea) dengan kecepatan putar 150 rpm. Enzim yang ditambahkan pada
penelitian ini sebesar 40 FPU/g berat kering TKKS yang digunakan. Proses SSF
dilakukan selama 96 jam dengan interval waktu sampling tiap 24 jam.
PEMBUATAN BIOETHANOL DARI TANDAN PISANG
MENGGUNAKAN METODE HIDROLISIS DAN FERMENTASI
DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME SACCHAROMYCES
CEREVISIAE
Abstrak :
Dalam tandan pisang terdapat kandungan selulosa yang cukup tinggi
sehingga limbah ini dapat kita olah menjadi etanol.Dimana proses pembentukan
bioetanol ini yaitu melalui proses delignifikasi, hidrolisis, fermentasi dan
distilasi.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
penambahan NaOH terhadap perolehan glukosa dan pengaruh penambahan ragi
terhadap perolehan etanol.Pembuatan bioetanol dilakukan dengan cara delignifikasi
terlebih dahulu dengan variabel konsentrasi NaOH 2 %,3% dan 4%,untuk proses
fermentasinya dengan variabel 3%,4% dan 5% waktu fermentasi selama 5 hari,
rendemen hasil fermentasi yang paling banyak adalah delignifikasi dengan NaOH
4% dan fermentasi dengan konsentrasi ragi 5 %.

Metode :
a. Pretreatment
1. Memotong tandan pisang lalu dikeringkan dalam oven.
2. Menggiling / menghaluskan tandan pisang sampai ukuran tertentu.
3. Menimbang 350 gr tandan pisang, memasukkan kedalam erlemeyer 1000 ml.
4. Menambahkan 700 ml NaOH dan menutup dengan aluminium foil kemudian
dipanaskan dalam autoclave pada suhu 121oC selama 60 menit.
5. Mencuci fase solidnya dengan air beberapa kali.
6. Melakukan langkah 4 dan 5 untuk variasi konsentrasi NaOH
b. Hidrolisis
1. Hasil pretreatment dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml lalu ditambahkan
700 ml aquadest dan mengatur pH 4 – 5.
2. Kemudian dipanaskan dalam autoclave pada suhu 121oC selama 30 menit.
3. Bubur tandan pisang dibiarkan menjadi dingin.
4. Menambahkan H2SO4 kedalam bubur tandan pisang lalu ditutup dengan
alumunium foil.
5. Kemudian diletakkan pada orbital shaker 150 rpm selama 24 jam.
c. Fermentasi
1. Subtrat tandan pisang yang telah dihidrolisis ditambahkan dengan NPK dan
urea diaduk hingga homogen kemudian ditambahakan Saccaromyces Cerevisiae
dan diaduk sampai homogen.
2. Setelah itu menghubungkan erlemeyer 1000 ml yang berisi bubur tandan
pisang tersebut dengan selang karet dan ujung selang dimasukkan kedalam air
agar tidak terjadi kontak langsung dengan udara.
3. Selanjutnya larutan difermentasikan selama 5 hari.
d. Destilasi
1. Selanjutnya memisahkan larutan dengan bubur tandan pisang sehingga
diperoleh cairan alkohol yang masih mengandung air.
2. Larutan tersebut didestilasi pada suhu 80oC selama 1 - 2 jam sampai etanol
tidak menetes lagi
3. Mengukur destilat etanol yang didapat.
PENGARUH PENAMBAHAN RAGI ROTI DAN LAMA WAKTU
FERMENTASI TERHADAP GLUKOSA HASIL HIDROLISIS SELULOSA
AMPAS TEBU (Saccharum officanarum) DENGAN HCl 30% DALAM
PEMBUATAN BIOETANOL

Abstrak :
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan ragi roti dan lama
waktu fermentasi terhadap glukosa hasil hidrolisis selulosa ampas tebu dengan HCl
30% dalam pembuatan bioetanol. Ampas tebu mengandung selulosa sebesar
29,81%. Selulosa diisolasi dari ampas tebu yang dihidrolisis dengan HCl 30% untuk
menghasilkan glukosa yang dianalisa dengan metode Nelson-Somogyi dan kadar
gula reduksi yang diperolah sebesar 9,15%. Fermentasi glukosa menggunakan
variasi lama fermentasi 2 hari, 4 hari, 6 hari dan 8 hari dengan variasi penambahan
ragi roti 1 g, 2 g dan 3 g. Kadar bioetanol dianalisa dengan titrasi volumetrik
menggunakan metode oksidasi kalium dikromat. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa kadar etanol tertinggi diperoleh pada fermentasi sebesar 5,12% dengan lama
fermentasi 6 hari dan penambahan ragi roti 2 gram.

Metode :
a. Isolasi Selulosa dari Ampas Tebu dan Uji Kualitatif Selulosa
75 g ampas tebu yang telah halus dimasukkan ke dalam gelas. Ditambahkan
1000 mL HNO3 3,5 % dan 10 mg NaNO2. Dipanaskan dengan menggunakan
thermostat selama 2 jam pada suhu 80o C. Disaring dan dicuci residu dengan
akuades hingga pH = 7. Ditambahkan 375 mL NaOH 2% dan 375 mL Na2SO3
2%. Dipanaskan dengan menggunakan termostat selama 1 jam pada suhu 50o
C.Disaring dan dicuci residudengan akuades hingga pH = 7. Ditambahkan 500
mL Na-Hipoklorit 1,75 %. Dipanaskan dengan menggunakan termostat selama
30 menit pada suhu 100oC. Disaring dan dicuci residu dengan akuades hingga
pH = 7. Ditambahkan 500 mL NaOH 17,5 %. Dipanaskan dengan menggunakan
termostat selama 30 menit pada suhu 80o C. Disaring dan dicuci residu dengan
akuades hingga pH = 7. Ditambahkan 500 mL Na-Hipoklorit 1,75 %.
Dipanaskan selama 5 menit pada suhu 100o C. Disaring dan dicuci residu
dengan akuades hingga pH = 7. Dikeringkan residu didalam oven pada suhu
60o C. Dimasukkan kedalam desikator. Dimasukkan selulosa secukupnya
kedalam plat tetes. Diteteskan dengan larutan iodin 0,1 N. Jika tidak terjadi
perubahan warna menunjukkan positif selulosa
b. Hidrolisis Selulosa Ampas Tebu Menjadi Glukosa Serta Uji Kualitatif
Glukosa
Dimasukkan 0,5 g selulosa ampas tebu kedalam gelas erlenmeyer.
Ditambahkan dengan 8 mL HCl 30%. Ditutup dengan kapas dan aluminium foil.
Dipanaskan dengan menggunakan termostat pada suhu 80oC selama 30 menit.
Didinginkan hingga suhu kamar. Ditambahkan NaOH 10% hingga pH = 4 - 5.
Disaring. Dipipet 1 mL filtrat ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan larutan
Benedict secukupnya. Dipanaskan dengan menggunakan termostat hingga
terbentuk endapan merah bata.
c. Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Larutan Glukosa Standar
Ditimbang 500 mg glukosa anhidrat dan dilarutkan dengan aquades sampai
volume 500 ml ( larutan glukosa anhidrat 1 mg/mL). Dipipet 5 mL larutan induk
glukosa l mg/mL dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL (0,05 mg/mL).
Diencerkan dengan aquades hingga garis batas. Dipipet 1 ml larutan glukosa
0,05 mg/mL kedalam tabung reaksi,lalu ditambahkan 1 ml pereaksi Nelson lalu
ditutup dengan kapas. Dipanaskan hingga mendidih selama 20 menit lalu
didinginkan. Ditambahkan 1 ml larutan arsenomolibdat lalu dikocok hingga
semua endapan larut. Ditambahkan 7 ml akuades lalu dikocok hingga homogen.
Diukur serapan panjang gelombang pada 600 – 800 nm. (diperoleh panjang
gelombang maksimum).
d. Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Ampas Tebu Menjadi
Bioetanol
Dimasukkan 100 mL larutan glukosa hasil hidrolisis ampas tebu kedalam
gelas Erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan 0,1 g MgSO4.7H2O , 0,1 g KH2PO4
dan 0,1 g (NH4)2SO4. Disterilisasi dengan menggunakan alat autoklaf pada
suhu 121oC selama 1 jam lalu didinginkan. Ditambahkan ragi roti sebanyak 1
gram. Difermentasi selama 2, 4, 6, dan 8 hari. Dilakukan perlakuan yang sama
untuk variasi berat ragi roti 2 dan 3 gram.
e. Destilasi Larutan Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Ampas
Tebu
Dimasukkan larutan fermentasi glukosa hasil hidrolisis selulosa ampas tebu
ke dalam labu leher dua. Dirangkai alat destilasi. Didestilasi pada suhu 78 – 80o
C dengan termostat. Ditampung destilat pada erlenmeyer yang ditutup dengan
plastik dan diikat karet. Ditambahkan 1 gram CaO kedalam destilat. Diaduk dan
didiamkan selama 30 menit. Disaring.
PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP KADAR BIOETANOL
DARI KULIT JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

Abstrak :
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh waktu fermentasi
terhadap kadar bioetanol dari kulit jagung manis. Bilah jagung manis adalah salah
satu limbah pertanian yang mengandung selulosa yang dapat dikonversi menjadi
bioetanol melalui beberapa langkah. Langkah-langkahnya adalah persiapan sampel,
delignifikasi, hidrolisis, dan fermentasi. Studi tentang proses fermentasi yang
diterapkan pada kulit jagung manis menggunakan roti ragi (saccharomyces
cereviseae) adalah 2-8 hari. Produk etanol hasil fermentasi meningkat pada
fermentasi optimal dengan kadar bioetanol 4,50, kemudian menurunkan kadar
etanol pada hari ke 7 dan 8.

Metode :
a. Tahap Persiapan
Kulit jagung diambil di Pasar Inpres yang berada di Kota Palu, kemudian
kulit jagung tersebut dipotong kasar menjadi bagianbagian yang lebih kecil
sebanyak mungkin. Selanjutnyakulit jagung dicuci dengan air dan dikeringkan
dengan bantuan sinar matahari sampai kering. Kulit jagung yang sudah kering
dipotong-potong dengan ukuran +1 cm. Kulit jagung digiling dengan blender
dan diayak dengan ayakan 40 mesh. Kulit jagung yang sudah dihaluskan dioven
pada 60 oC selama 4 jam. Selanjutnya diayak kembali dengan menggunakan
ayakan 40 mesh sehingga diperoleh serbuk kulit jagung. Kemudian hasil ayakan
ditimbang.
b. Tahap Delignifikasi
Sebanyak 100 g serbuk kulit jagung hasil pengayakan kemudian
ditambahkan 1350 mL aquades dan 150 mL NaOH 2% dalam erlenmeyer.
Campuran dipanaskan dan diaduk dengan stirrer selama 2,5 jam pada suhu 80oC.
Selanjutnya dipisahkan dengan cara menyaringnya dengan menggunakan kertas
saring. Residu penyaringan dioven pada suhu 100oC selama 2 jam kemudian
menimbang residu selulosa.
c. Tahap Hidrolisis
Padatan 50 gram ditambahkan dengan larutan HCl 21% sebanyak500 mL.
Selanjutnya dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan dipanaskan pada suhu 100oC
selama 2,5 jam.Filtrat hasil saringan kemudian dianalisis menggunakan
spektrofotometer UV–Vis untuk mengetahui kadar glukosa.
d. Tahap Fermentasi
Filtrat hasil hidrolisis dimasukan ke dalam 7 buah erlenmeyer masing-masing
sebanyak 50 mL. Kemudian ditambahkan larutan NaOH 6M pada masing-
masing erlenmeyer hingga pH-nya menjadi 5. Masing-masing larutan sampel
ditambahkan dengan 4,2 gram ammonium sulfat dan 4,2 gram urea. Selanjutnya
dipasteurisasi pada suhu 80oC selama 15 menitlalu didinginkan. Kemudian
ditambahkan dengan ragi roti (saccharomyces cereviseae) sebanyak 4,9 gram.
Selanjutnya, masing-masing erlenmeyerdibungkus dengan aluminium foil
kemudian didiamkan dengan variasi waktu 2-8 hari pada suhu ruang.
e. Tahap Pemisahan
Proses evaporasi dilakukan dengan memasukkan hasil fermentasi kedalam
erlenmeyer dan dipasang pada rangkaian alat evaporator. Pada proses ini
dilakukan pemanasan pada suhu 80oC. Kemudian masingmasing larutan hasil
evaporasi ditentukan kadarnya dengan menggunakan alkoholmeter.

Anda mungkin juga menyukai