Kulihat sawah membentang Gemericik air memantulkan nada Warna hijau bagai permata alam Memecahkan keheningan malam Ku coba telusri jalan Inilah rahmat dari Tuhanku Akankah tetap begitu Dilimpahkannya kepada bumi Menghidupkan apa yang mati Kuingin tetap begini Sebagai ujian, apakah bersyukur diriku ini ….? Terlihat apa adanya Kuingin tetap begitu Terlihat kenyataanya TAMAN
Mentari mulai tenggelam Taman punya kita berdua
Dan …. Akupun tetap disini Tak lebar luas, kecil saja Menikmati alam yang ada Satu tak kehilangan lain dalamnya Anugrah dari yang kuasa Bagi kau dan aku cukuplah Taman kembangnya tak berpuluh warna Oh…… alam desaku Padang rumputnya tak berbanding permadani …… aman an damai Halus lembut dipijak kaki Oh…… alam desaku Bagi kita bukan halangan …… lestarikanlah Karena Dalam taman punya berdua Kau kembang, aku kumbang DI TEPI LAUT Aku kembang, kau kembang Kecil, penuh surya taman kita Du ujung musim yang bertiup angin Tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia Bagai dengus gurun pasir Cahaya melompat dalam lautan salju Di seretnya langkah di malam itu Dalam putih waktu Kutawarkan pada Mu Jenuh semesta ini ku penuhi isi Di hidup mu nasib dunia Bentangkan kedua tanggan mu Pohon-pohon kering di tepi laut padang pasir Menyanyi dalam gaib malam Kepada seluruh dunia yang menelankan di puncuk pantai Kuburlah hidup tanpa kesadaran
HUJAN
Air hujan jatuh mengenai pelipis mata
Dingin dan sejuk Udara basah mengisi rongga paru-paru