BASIC SCIENE
1.1 Anatomi
bervariasi 7-10 cm yang berada di fossa gallbladder di permukaan viseral hepar junction
antara bagian kanan dan kiri hepar dan berisi 30-50 mL dan jika terjadi obstruksi dapat
menampung sekitar 300mL. Kandung empedu mempunyai tiga bagian yaitu fundus,
korpus dan leher. Fundus bentuknya bulat, ujung nya buntu dari kandung empedu,
merupakan bagian terbesar dari kandung empedu. Leher adalah bagian yang sempit dari
1
Kandung empedu sepenuhnya tertutupi oleh peritoneum visceral kecuali bagian
Duktus sistikus memiliki panjang 3-4 cm dengan diameter 2-3 mm. Dinding
lumennya mengandung katup berbentuk spiral yang disebut dengan katup spiral Heister
yang berfungsi memudahkan cairan empedu mengalir masuk kedalam kandung empedu.
Bile duct atau common bile duct merupakan pertemuan atau gabungan antara
cystic duct dan common hepatic duct, memiliki panjang sekitar 5 – 15 cm. Pada bagian
distalnya akan terbuka ke duodenum melalui major duodenal papila yang aka bergabung
2
Vaskularisasi kandung empedu (a) arteri hepatika kanan (b) arteri koledokus
kanan (c) arteri retroduodenal (d) cabang kiri arteri hepatika (e) arteri hepatika (f) arteri
Drainase vena dari bagian leher dan duktus sistikus ke vena cystic bergabung
dengan cabang kanan vena portal vena dari bagian fundus dan body of gallbladder yang
3
Drainase limfatik kebanyakan hepatic lymph node, cystic lyph node, didekat
leher kantung empedu. Bagian vena efferen dari nodus limfatik didrainase ke bagian
Inervasi kantung empedu bagian simpatik ke saraf celliac plexus sedangkan saraf
parasimpaytik ke CN X (vagus).
4
1.2 Histologi
Secara histologi dinding kantung empedu terdiri dari bagian membran mukosa
terbentuk dari simple columnar epithelium dan lamina propia, bagian muskularis tipis
dengan jaringan ikat otot ke berbagai arah dan bagian eksternal adventitia atau serosa.
5
1.3 Fisiologi
Salah satu fungsi hati adalah untuk mengeluarkan empedu, normalnya antara
Diluar waktu makan, empedu disimpan untuk sementara di dalam kandung empedu, dan
di sini mengalami pemekatan sekitar 50%. Fungsi primer dari kandung empedu adalah
memekatkan empedu dengan absorpsi air dan natrium. Kandung empedu mampu
memekatkan zat terlarut yang kedap, yang terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali
6
Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak,
karena asam empedu yang melakukan dua hal antara lain: asam empedu membantu
kecil dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan dalam getah pankreas, Asam
empedu membantu transpor dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menuju
Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan
yang penting dari darah, antara lain bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran
hemoglobin, dan kelebihan kolesterol yang di bentuk oleh sel- sel hati.
terjadi ketika makanan berlemak masuk ke duodenum sekitar 30 menit setelah makan.
dari sfingter oddi yang menjaga pintu keluar duktus biliaris komunis kedalam
duodenum. Selain kolesistokinin, kandung empedu juga dirangsang kuat oleh serat-serat
saraf yang menyekresi asetilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik. Kandung empedu
respon terhadap perangsangan kolesistokinin. Saat lemak tidak terdapat dalam makanan,
pengosongan kandung empedu berlangsung buruk, tetapi bila terdapat jumlah lemak
yang adekuat dalam makanan, normalnya kandung empedu kosong secara menyeluruh
dalam waktu sekitar 1 jam dan 60 – 90 menit kemudian gall bladder terisi kembali
secara bertahap.
7
Garam empedu, lesitin, dan kolesterol merupakan komponen terbesar (90%)
cairan empedu. Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam anorganik. Garam
empedu adalah steroid yang dibuat oleh hepatosit dan berasal dari kolesterol. Sel epitel
bile ) dan ion hidrogen ( menurunkan pH bile yang akan meningkatkan solubilitas
Jenis batu empedu dibedakan menjadi dua yaitu batu kolesterol dan batu pigmen. Di
negara barat insidensi batu kolesterol sekitar 80% sedangkan batu pigmen insidensinya
lebih jarang.
1. Batu kolesterol
permukaan licin dan hampir selalu terbentuk di kandung empedu dan mengandung lebih
dari 70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
mengandung > 50% kolesterol). Kolesterol dilarutkan di dalam empedu dalam daerah
hidrofobik micelle, sehingga kelarutannya tergantung pada jumlah relatif garam empedu
dan lesitin.
Proses fisik pembentukan batu kolesterol ditentukan oleh tiga faktor utama :
1. Supersaturasi kolesterol
8
3. Berkurangnya motilitas kandung empedu
2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis batu empedu yang mengandung < 20%
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, seperti lumpur, mudah dihancurkan dan
terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu utamanya.Stasis dapat
disebabkan oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi
parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim Beta
glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas dan
asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin menjadi kalsium bilirubinat yang tidak
larut. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan adanya hubungan erat antara infeksi
bakteri dan terbentuknya batu pigmen cokelat.umumnya batu pigmen cokelat ini
billiary tree.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan
sisa zat hitam yang tak terekstraksi. Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak
ditemukan pada penderita dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam
9
ini terutama terdiri dari derivat 25 polymerized bilirubin. Potogenesis terbentuknya batu
ini belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan
10
BAB II
CLINICAL SCIENCE
KOLELITHIASIS
2.1 Definisi
Cholelithiasis atau batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang
membentuk suatu material mirip batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu
duanya.
pencernaan. Peningkatan insiden batu empedu dapat dilihat dalam kelompok resiko
11
tinggi yang disebut ”6 Fs” : female (wanita), fertile (subur)-khususnya selama
kehamilan, fat (gemuk), fair, food dan fifties (lima puluh tahun).
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko. Namun, semakin
banyak faktor resiko, semakin besar pula kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis.
1. Genetik
empedu bisa berjalan dalam keluarga. Di negara Barat penyakit ini sering dijumpai, di
USA 10-20% laki-laki dewasa menderita batu kandung empedu. Batu empedu lebih sering
ditemukaan pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam. Batu empedu juga sering
2. Umur
Usia rata-rata tersering terjadinya batu empedu adalah 40-50 tahun. Sangat sedikit
penderita batu empedu yang dijumpai pada usia remaja, setelah itu dengan semakin
sehingga pada usia 90 tahun kemungkinannya adalah satu dari tiga orang.
3. Jenis Kelamin
Batu empedu lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan
perbandingan 4:1. Di USA 10- 20% laki-laki dewasa menderita batu kandung empedu,
sementara di Italia 20% wanita dan 14% laki-laki. Sementara di Indonesia jumlah
12
4. Faktor Lainnya
Faktor lain yang meningkatkan resiko terjadinya batu empedu antara lain: obesitas,
2.3 Patofisiologi
Pembentukan batu empedu terjadi karena zat tertentu dalam empedu yang hadir
kantong empedu, dapat menjadi jenuh dengan zat ini, yang kemudian mengendap dari
larutan sebagai kristal mikroskopis. Kristal terjebak dalam mukus kandung empedu,
kandung empedu memproduksi endapan. Seiring waktu, kristal tumbuh, agregat, dan
bersatu untuk membentuk batu makroskopik. Oklusi saluran oleh endapan dan / atau
batu menghasilkan komplikasi penyakit batu empedu. Dua zat utama yang terlibat dalam
Lebih dari 80% dari batu empedu di Amerika Serikat mengandung kolesterol
bersama dengan fosfolipid (lesitin) dalam bentuk gelembung bermembran kecil yang
sferis, disebut vesikel unilamellar.Sel-sel hati juga mengeluarkan garam empedu, yang
merupakan deterjen kuat yang diperlukan untuk pencernaan dan penyerapan lemak
makanan.
13
Garam empedu dalam empedu melarutkan vesikel unilamellar untuk membentuk
agregat larut disebut misel campuran.Hal ini terjadi terutama di kantong empedu, di
vesikel (yang dapat menyimpan hingga 1 molekul kolesterol untuk setiap molekul
lesitin), misel campuran memiliki daya tampung kolesterol yang lebih rendah (sekitar 1
proporsi kolesterol yang relatif tinggi, kemudian sebagai empedu terkonsentrasi, disolusi
bertahap dari vesikel dapat menyebabkan keadaan di mana kolesterol pada misel dan
yang tersisa di vesikel melebihi kapasitas. Pada titik ini, empedu sangat tersaturasi
kolesterol akan terbentuk adalah (1) jumlah kolesterol yang disekresikan oleh sel-sel
hati, relatif terhadap lecithin dan garam empedu, dan (2) tingkat konsentrasi dan tingkat
Bilirubin, pigmen kuning yang berasal dari pemecahan heme, secara aktif
disekresi ke empedu oleh sel-sel hati.Sebagian besar bilirubin dalam empedu adalah
dalam bentuk konjugat glukuronida, yang merupakan cukup larut dan stabil dalam air,
tetapi sebagian kecil terdiri dari bilirubin tak terkonjugasi.Bilirubin tak terkonjugasi,
seperti asam lemak, fosfat, karbonat, dan anion lainnya, cenderung membentuk endapan
tidak larut dengan kalsium. Kalsium memasuki empedu bersama dengan elektrolit lain
secara pasif.
14
Dalam situasi perputaran heme yang tinggi, seperti hemolisis kronis atau sirosis,
bilirubin tak terkonjugasi dapat hadir dalam empedu lebih tinggi dari konsentrasi
untuk mengambil warna hitam pekat, dan batu yang terbentuk dengan cara ini disebut
batu empedu pigmen hitam. Batu pigmen hitam mewakili 10-20% dari batu empedu di
Amerika Serikat.
Empedu biasanya steril, namun dalam beberapa kondisi yang tidak biasa
(misalnya, di atas striktur bilier), mungkin menjadi koloni oleh bakteri. Bakteri
menghidrolisis lesitin untuk melepaskan asam lemak, yang juga dapat mengikat kalsium
dan endapan dari larutan.Batu yang dihasilkan memiliki konsistensi seperti tanah liat
dan disebut batu pigmen coklat. Tidak seperti kolesterol atau pigmen hitam batu
empedu, yang membentuk hampir secara eksklusif di kandung empedu, batu empedu
coklat yang biasa di Amerika Serikat tetapi cukup umum di beberapa bagian Asia
2.4 Patogenesis
Patogenesis terbentuknya batu kolesterol diawali adanya pengendapan kolesterol
dalam suatu pelarut, kemudian terbentuk kristal yang selanjutnya membentuk batu.
15
Pembentukan batu kolesterol melibatkan tiga proses yang panjang yaitu pembentukan
empedu yang sangat jenuh (supersaturasi), pembentukan kristal kolesterol dan agregasi
serta proses pertumbuhan batu. Proses supersaturasi terjadi akibat peningkatan sekresi
manusia (endogen) memegang peran kunci dalam patogenesis batu pigmen pada pasien
dinegara Timur. Hidrolisis bilirubin oleh enzim tersebut akan membentuk bilirubin tak
bakteri berasal kuman E.colidan kuman lainnya di saluran empedu. Enzim ini dapat
dihambat glucarolactone yang kadarnya meningkat pada pasien dengan diet rendah
penyakithemolitik seperti thalasemia dan anemia sel sikle.Batu pigmen hitam terjadi
akibat melimpahnya bilirubin tak terkonyugasi dalam cairan empedu. Peningkatan ini
bilirubin yang tidak sempurna (penyakit sirosis hati) dan proses dekonjugasi. Bilirubin
tak terkonjugasi ini kemudian membentuk kompleks dengan ion kalsium bebas
membentuk kalsium bilirubinat yang mempunyai sifat sangat tidak larut. Proses adifikasi
yang tidak sempurna menyebabkan peningkatan pH, dan keadaan ini mera3ngsang
pembentukan garam kalsium. Kalsium bilirubinat yang terbentuk terikat dengan musin
tertahan di kandung empedu. Hal ini sebagai awal proses terbentuknya batu.
16
Patogenesis batu pigmen coklat umumnya terbentuk dalam duktus biliaris yang
pigmen hitam, karena terbentuknya batu mengandung empedu dan kolesterol yang
sangat jenuh.Garam asam lemak merupakan komponen penting dalam batu pigmen
coklat.Palmitat dan stearat yang merupakan komponen utama garam tersebut tidak
dijumpai bebas dalam empedu normal, dan biasanya diproduksi oleh bakteri.Kondisi
Dalam keadaan infeksi kronis dan stasis empedu dalam saluran empedu, bakteri
lemak jenuh dan enzim hidrolase garam empedu mengubah garam empedu menjadi
dari asam lemak (palmitat dan stearat) dan kolesterol membentuk suatu batu lunak.
17
18
2.5 Manifestasi Klinis
asimptomatik dan biasanya diketahui adanya batu merupakan suatu kebetulan sewaktu
pemeriksaan ultrasonografi, foto polos perut atau perabaan sewaktu operasi. Sekitar 10-
15 tahun kemudian menjadi timbul gejala sebanyak 20% dengan 10% adanya
komplikasi.
Pasien kolelitiasis dapat mengalami dua jenis gejala: gejala yang disebabkan oleh
penyakit kandung empedu itu sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada jalan
perlintasan empedu oleh batu empedu. Nyeri kolik bilier yang dirasakan pada daerah
epigastrium, kuadran kanan atas abdomen yang dapat menjalar ke legan kanan dan
subscapular kanan. Nyeri dapat berlangsung 15 menit sampai beberapa jam. Gangguan
ini dapat terjadi bila individu mengkonsumsi makanan yang berlemak. Gejala yang
mungkin timbul pada pasien kolelitiasis adalah nyeri kolik bilier, demam, ikterus,
Pada pasien yangmengalami nyeri dan kolik bilier disebabkan karena adanya
obstruksi pada duktus sistikus yang tersumbat oleh batu empedu sehingga terjadi distensi
dan menimbulkan infeksi. Gejala kedua yang dijumpai pada pasien kolelitiasis ialah
ikterus yang biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus.Salah satu gejala khas
dari obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum yaitu penyerapan empedu
oleh darah yang membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning sehingga terasa
gatal-gatal di kulit.Gejala selanjutnya terlihat dari warna urin yang berwarna sangat
19
2.6 Diagnosis
a. Pemeriksaan Laboratorium
duktus koledokus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang yang tinggi mungkin
disebabkan oleh batu di dalam duktus koledokus. Kadar fosfatase alkali serum dan
mungkin kadar amylase serum biasanya meningkatsedang setiap kali terjadi serangan
akut.
b. Pemeriksaan Radiologis
hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung
empedu yang mengandung empedu berkalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos
abdomen. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops,
kandung empedu kadang terlihat sebagaimassa jaringan lunak dikuadran kanan atas
20
Foto Rongent pada kolelitiasis
c. Ultrasonografi
spesifisitaslebihdari 95%.
- Melihat lokasi dari batu empedu tesebut. Apakah di dalam kandung empedu atau
didalamduktus.
murah dan tidak membahayakan pasien. Hampir sekitar 97% batu empedu dapat
21
mengidentifikasi batu empedu yang berlokasi di dalam duktus dan hanya dapat
gambaran yang lebih baik dari pada ultrasonografi trans abdominal. Karena sifatnya
yang lebih invasif dan juga dapat mendeteksi batu empedu yang berlokasi di duktus
biliaris lebih baik. Kekurangannya adalah mahal dari segi biaya dan banyak
sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran
Juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau
udem karena peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus
koledokus distal kadang sulit dideteksi, karena terhalang udara didalam usus.Dengan
ultrasonografi punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang gangren
22
d. Kolesistografi oral
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena relatif
murah,sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat
dihitung jumlah danukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus
paralitik, muntah, kadar bilirubinserum diatas2 mg/dl, obstruksi pylorus, dan hepatitis
karena pada keaadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai hati. Penilaian
23
Hasil Kolesistografi
e. CT scan
Pemeriksaan CT Scan yang dilakukan akan memperlihatkan lebih detail lagi
mengenai keberadaan batu, ada atau tidaknya sumbatan, dan pelebaran saluran empedu
serta berbagai komplikasi yang terjadi seperti inflamasi maupun kandung empedu yang
ruptur. Metode pemeriksaan ini lebih mahal dibandingkan metode pemeriksaan dengan
USG.
ERCP ini memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke
dalam duktus koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP
berfungsi untuk membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati, ikterus
24
hepatoseluler dengan ikterus yang disebabkan oleh obstuksibilier dan juga dapat
digunakan untuk menyelidiki gejala gastro intestinal pada pasien-pasien yang kandung
infeksi.
duktusbiliaris dan duktus pankreatikus. MRCP dapat mendeteksi batu empedu di duktus
25
Hasil MRCP
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 . Konservatif
Sebagian besar pasien dengan batu empedu asimtomatik tidak akan mengalami
keluhan dan jumlah, besar, dan komposisi batu tidak berhubungan dengan timbulnya
keluhan selama pemantauan. Kalaupun nanti timbul keluhan umumnya ringan sehingga
penanganan dapat elektif. Terapi disolusi dengan asam ursodeoksilat untuk melarutkan
batu empedu kolesterol dibutuhkan waktu pemberian obat 1-2 tahun terapi dan
diperlukan monitoring hingga dicapai disolusi. Terapi efektif pada ukuran batu kecil dari
26
Metode ini didasarkan pada prinsip PTC (Percutaneous transhepatic
(MTBE) ) ke dalam kandung empedu melalui kateter yang diletakkan perkutan telah
terlihat efektif dalam melarutkan batu empedu pada pasien-pasien tertentu. Prosedur ini
Litotripsi gelombang elektro syok meskipun sangat populer beberapa tahun yang
lalu, analisis biaya manfaat pada saat ini hanya terbatas untuk pasien yang benar-benar
penderita.
27
ExtarcorvoralShockWave Lithotripsy (ESWL)
28
Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu empedu
kontras lewat kateter kedalam duktus sistikus untuk mengetahui outline dari saluran
melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut danpasien denganbatu
duktus koledokus.Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal,
sakit dan biaya yang lebih murah.Indikasi tersering adalah nyeri bilier yang berulang.
dengan insiden komplikasi seperti cedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi
terdapat nyeri, kembali menjalankan aktifitas normal dalam10 hari, cepat bekerja
29
kembali, dan semua otot abdomen utuh sehingga dapat digunakan untuk aktifitas
olahraga.
2.8 Komplikasi
serius.
1. Kolesistitis
Kolesistitis akut terjadi saat cairan empedu menumpuk dalam kantong empedu karena
Gejala-gejala pada kolesistitis akut di antaranya adalah sakit di perut bagian atas yang
menjalar ke tulang belikat, demam tinggi, serta detak jantung yang cepat.
30
Antibiotik umumnya digunakan sebagai penanganan pertama untuk mengatasi infeksi
Nanah terkadang dapat muncul dalam kantong empedu akibat infeksi yang parah. Jika
ini terjadi, penanganan dengan antibiotik saja tidak cukup dan nanah akan perlu disedot.
3. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan perut sebelah dalam yang dikenal sebagai
Tersumbatnya saluran empedu oleh batu membuat saluran ini menjadi rentan terserang
bakteri penyebab infeksi, atau secara medis disebut kolangitis akut.Komplikasi ini
retrograd endoskopik (ERCP).Gejala pada infeksi ini adalah sakit di perut bagian atas
yang menjalar ke tulang belikat, sakit kuning, demam tinggi, meriang, gatal pada kulit
dan linglung.
5. Pankreatitis Akut
31
Pankreatitis akut juga merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi jika batu
empedu keluar dan menyumbat saluran pankreas. Peradangan pankreas ini akan
menyebabkan sakit yang hebat pada bagian tengah perut. Rasa sakit ini akan bertambah
Selain sakit perut, pankreatitis akut juga dapat menyebabkan gejala lain. Di antaranya
adalah diare, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, demam tinggi, dan sakit kuning.
Posisi bungkuk atau meringkuk mungkin dapat membantu meringankan sakit perut
minggu sebelum pasien diizinkan pulang, seperti pemberian cairan infus, terapi oksigen,
8. Fistel kolesistoenterik
9. Gallstone ileus
Open kolesistektomi
32
Komplikasi yang berat jarang terjadi, meliputi trauma CBD,perdarahan, dan
0,17 %, pada pasienkurang dari 65 tahun angka kematian 0,03 %, sedangkan pada
Kolesistektomi laparoskopik.
trauma duktusbiliaris.
2.9 Prognosis
dan berat atau ringannya komplikasi.Namun, adanya infeksi dan halangan disebabkan
oleh batu yang berada didalam saluran biliaris sehingga dapat mengancam
jiwa.Walaupun demikian, dengan diagnosis dan pengobatan yang cepat serta tepat, hasil
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO (2005). Histologi dasar 11th edition. Jakarta:
3. Guyton AC, Hall JE. Sistem Saluran Empedu dalam: Buku Ajar Fisiologi
5. http://www.scribd.com/doc/26152642/makalah-kolelitiasis
7. Kumar, P., & Clark,M.L2009. Kumar & Clark’s Clinical Medicine 7th Edition.
Spain: Elsevier.
34
35