Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


- Mengetahui proses pengeringan dan membuat kurva laju pengeringan dan kurva
hubungan antara kadar air dengan waktu.
- Mempelajari pengaruh kecepatan udara berubah terhadap laju pengeringan padatan
basah dengan suhu tetap.
- Mempelajari pengaruh berat bahan terhadap laju pengeringan padatan basah.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Pengertian Proses Pengeringan
Bahasa ilmiah pengeringan adalah penghidratan, yang berarti menghilangkan air
dari suatu bahan. Proses pengeringan atau penghidratan berlaku apabila bahan yang
dikeringkan kehilangan sebahagian atau keseluruhan air yang dikandungnya. Proses utama
yang terjadi pada proses pengeringan adalah penguapan. Penguapan terjadi apabila air yang
dikandung oleh suatu bahan teruap, yaitu apabila panas diberikan kepada bahan tersebut.
Panas ini dapat diberikan melalui berbagai sumber, seperti kayu api, minyak dan gas, arang
baru ataupun tenaga surya.
Pengeringan juga dapat berlangsung dengan cara lain yaitu dengan memecahkan
ikatan molekul-molekul air yang terdapat di dalam bahan. Apabila ikatan molekul-molekul
air yang terdiri dari unsur dasar oksigen dan hidrogen dipecahkan, maka molekul tersebut
akan keluar dari bahan. Akibatnya bahan tersebut akan kehilangan air yang dikandungnya.
Cara ini juga disebut pengeringan atau penghidratan. Untuk memecahkan ikatan
oksigen dan hidrogen ini, biasanya digunakan gelombang mikro. Gelombang mikro
merambat dengan frekuensi yang tinggi. Apabila gelombang mikro disesuaikan setara
dengan getaran molekul-molekul air maka akan terjadi resonansi yaitu ikatan molekul-
molekul oksigen dan hidrogen digetarkan dengan kuat pada frekuensi gelombang mikro
yang diberikan sehingga ikatannya pecah.
Hal ini yang menyebabkan air tersebut menguap. Proses yang sama terjadi pada
oven gelombang mikro (microwave) yang digunakan untuk memasak makanan.Pada
pembahasan selanjutnya kita tidak akan menyinggung proses pengeringan menggunakan
gelombang mikro, tetapi difokuskan pada pengeringan menggunakan tenaga panas. Hal ini
disebabkan sistem pengeringan gelombang mikro mahal dan tidak digunakan secara luas
untuk mengeringkan suatu bahan terutama dalam sektor pertanian.
Dalam sektor pertanian sistem pengeringan yang umum digunakan adalah tenaga
surya. Pada sistem tenaga surya ini, bahan diexpose ke sinar surya secara langsung maupun
tidak langsung. Uap air yang terjadi dipindahkan dari tempat pengeringan melalui aliran
udara. Proses aliran udara ini terjadi karena terdapat perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan
udara ini dapat terjadi secara konveksi bebas maupun konveksi paksa. Konveksi bebas
terjadi tanpa bantuan luar, yaitu pengaliran udara hanya bergantung pada perbedaan tekanan
yang disebabkan oleh perbedaan densitas udara, sedangkan pada konveksi secara paksa
digunakan kipas untuk memaksa gerakan udara (Djarwo, P. 1988).
Pada sistem pengeringan yang bersumberkan tenaga minyak, bahan yang akan
dikeringkan diletakkan di dalam suatu ketel tertutup. Udara panas hasil pembakaran minyak
dialirkan mengenai permukaan bahan tersebut. Akhir-akhir ini, cara tersebut diatas juga
digunakan dalam teknologi tenaga surya. Udara yang dipanaskan oleh pengumpul surya
digunakan untuk menguapkan air pada bahan.
Udara merupakan medium yang sangat penting dalam proses pengeringan, untuk
menghantar panas kepada bahan yang hendak dikeringkan, karena udara satu-satunya
medium yang sangat mudah diperoleh dan tidak memerlukan biaya operasional. Oleh karena
itu untuk memahami bagaimana proses pengeringan terjadi, maka perlu ditinjau sifat udara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
1. Faktor yang berhubunga dengan udara pengering
Yang termasuk golongan ini adalah:
 Suhu: Makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat
 Kecepatan aliran udara pengering: Semakin cepat udara maka pengeringan akan
semakin cepat
 Kelembaban udara: Makin lembab udara, proses pengeringan akan semakin
lambat
 Arah aliran udara: Makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan,
maka bahan semakin cepat kering
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan
Yang termasuk golongan ini adalah:
 Ukuran bahan: Makin kecil ukuran benda, pengeringan akan makin cepat
 Kadar air: Makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan makin cepat.
Proses pengeringan terbagi menjadi 3 kategori :
1. Pengeringan udara atau pengeringan langsung dibawah tekanan atmosfir
Pengeringan ini memanfaatkan udara bebas di atmosfir
2. Pengeringan hampa udara
Keuntungan dalam pengeringan ini didasarkan dengan kenyataan penguapan air terjadi
lebih cepat di bawah tekanan rendah daripada di bawah tekanan tinggi.
3. Pengeringan beku
Pengeringan beku adalah sebuah proses yang memberikan kualitas bahan yang baik
dari segi kestabilitas aroma, warna, dan kemampuan rehidrasi. Pengeringan ini
didasarkan proses sublimisasi yang berada di temperature 0o celcius dan tekanan 613
Pascal.

Metode Pengeringan:
1. Pengeringan alami.
Pengeringan alami terdiri dari:
 Sun Drying
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari sebaiknya dilakukan di tempat
yang udaranya kering dan suhunya lebih dari 100o Fahrenheit. Pengeringan
dengan metode ini memerlukan waktu 3-4 hari. Untuk kualitas yang lebih baik,
setelah pengeringan, panaskan bahan di oven dengan suhu 175 oFahrenheit selama
10-15 menit untuk menghilangkan telur serangga dan kotoran lainnya
 Air Drying
Pengeringan dengan udara berbeda dengan pengeringan dengan menggunakan
sinar matahari. Pengeringan ini dilakukan dengan cara menggantung bahan di
tempat udara kering berhembus. Misalnya di beranda atau di daun jendela. Bahan
yang biasa dikeringkan dengan metode ini adalah kacang-kacangan (Ranganna,
S., 1977).
Kelebihan Pengeringan Alami adalah tidak memerlukan keahlian dan peralatan
khusus, serta biayanya lebih murah.
Kelemahan Pengeringan Alami adalah membutuhkan lahan yang luas, sangat
tergantung pada cuaca, dan sanitasi hygiene sulit dikendalikan.
2. Pengeringan Buatan
Pengeringan buatan terdiri dari:
 Menggunakan alat Dehidrator
Pengeringan makanan memerlukan waktu yang lama. Dengan menggunakan alat
dehydrator, makanan akan kering dalam jangka waktu 6-10 jam. Waktu
pengeringan tergantung dengan jenis bahan yang kita gunakan.
 Menggunakan oven
Dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air, oven dapat digunakan
sebagai dehydrator. Waktu yang diperlukan adalah sekitar 5-12 jam. Lebih lama
dari dehydrator biasa. Agar bahan menjadi kering, temperature oven harus di atas
140o derajat Fahrenheit.
Kelebihan Pengeringan Buatan adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan
dapat diatur seuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi dan higiene dapat
dikendalikan.
Kelemahan Pengeringan Buatan adalah memerlukan keterampilan dan peralatan
khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding pengeringan alami.

1.2.2 Pengering Trar (Tray Dryer)


Tray Dryer (Cabinet Dryer) merupakan salah satu alat pengeringan yang
tersusun dari beberapa buah tray di dalam satu rak. Tray dryer sangat besar
manfaatnya bila produksinya kecil, karena bahan yang akan dikeringkan berkontak
langsung dengan udara panas. Namun alat ini membutuhkan tenaga kerja dalam
proses produksinya, biaya operasi yang agak mahal, sehingga alat ini sering
digunakan pada pengeringan bahan – bahan yang bernilai tinggi.
Tray dryer termasuk kedalam system pengering konveksi menggunakan
aliran udara panas untuk mengeringkan produk. Proses pengeringan terjadi saat
aliran udara panas ini bersinggungan langsung dengan permukaan produk yang akan
dikeringkan. Produk ditempatkan pada setiap rak yang tersusun sedemikan rupa agar
dapat dikeringkan degan sempurna. Udara panas sebagai fluida kerja bagi model ini
diperoleh dari pembakaran bahan bakar, panas matahari atau listrik. Kelembaban
relative udara yang mana sebagi factor pembatas kemampuan udara menguapkan air
dari produk sangat diperhatikan dengan mengatur pemasukan dan pengeluaran udara
ked an dari alat pengering ini melalui sebuah alat pengalir.
Penggunaannya cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran, dan
sering digunakan untuk produk yang jumlahnya tidak terlalu besar. Waktu
pengeringan yang dibutuhkan (1-6 jam) tergantung dari dimensi alat yang digunakan
dan banyaknya bahan yang dikeringkan, sumber panas dapat berasal dari steam
boiler.

1.2.2.1 Prinsip Kerja


Pengering tray ini dapat beroperasi dalam vakum dan dengan pemanasan
tak langsung. Uap dari zat padat dikeluarkan dengan ejector atau pompa vakum.
Pengeringan dengan sirkulasi udara menyilang lapisan zat padat memerlukan waktu
sangat lama dan siklus pengeringan panjang yaitu 4-8 jamper tumpak. Selain itu
dapat juga digunakan sirkulasi tembus, tetapi tidak ekonomis karena pemendekan
siklus pengeringan tidak akan mengurangi biaya tenagakerja yang diperlukan untuk
setiap tumpak.

1.2.2.2 Mekanisme Kerja


Pada tray dryer, yang juga disebut rak, ruang atau pengering
kompertement, bahan dapat berupa padatan kental atau padatan pasta, disebarkan
merata pada tray logam yang dapat dipindahkan di dalam ruang (cabinet). Uap panas
disirkulasi melewati permukaan tray secara sejajar, panas listrik juga digunakan
khususnya untuk menurunkan muatan panassekitar 10-20 % udara yang melewati
atas tray adalah udara murni, sisanya menjadi udara sirkulasi. Setelah pengeringan,
ruang atau kabinet dibuka dan tray diganti denganpengering tumbak (batch) tray.
Modifikasi tipe ini adalah tipe tray truck yang ditolak ke dalam pengering. Pada kasus
bahan granular (butiran), bahan bisa dimasukkan dalam kawat pada bagian bawah
tiap-tiap tray, kemudian melalui sirkulasi pengering, uap panas melewati bed
permeabel memberikan waktu pengeringan yang lebih singkat disebabkan oleh luas
permukaan yang lebih besar kena udara.
Gambar 1. Tray Dryer

1.2.3 Kandungan Air Bahan


Seperti proses perpindahan massa lainnya, pengurangan juga diperlukan
sama yaitu pendekatan dengan hubungan keseimbangan. Bahan yang dikeringkan
kontak dengan campuran udara-uap, maka diperluka data keseimbangan antara
udara-uap dengan bahan yang dikeringkan. Suatu padatan basah jika kontak dengan
udara pada suhu dan kelembaban tetap, setelah lama akan diperoleh kandungan air
dalam bahan mencapai kesetimbangan.
Kandungan air dinyatakan dalam kg air/kg bahan kering:
1. Kandungan air keseimbangan
Bagian air yang terdapat di dalam zat padat yang basah yang tidak dapat
dikeluarkan dengan udara.
2. Kandungan air bebas
Bagian air di atas jumlah air keseimbangan yang dapat dihilangkan dengan
proses pengeringan.
3. Air terikat
Cairan yang dikandung oleh suatu bahan pada kelembaban relative 100% yang
terikat secara kimia.
4. Air tak terikat
Cairan yang merupakan kelebihan dari air terikat.
Segera setelah terjadinya kontak antara padatan basah dan media
pengering, suhu padatan naik hingga mencapai suatu keadaan steady. Suhu padatan
dan laju pengeringan bisa jadi naik atau turun untuk mencapai keadaan steady. Pada
keadaan steady suhu permukaan padatan basah sama dengan suhu wet bulb gas tetapi
karena adanya selang waktu dalam perpindahan massa dan panas menyebabkan
terjadinya sedikit deviasi. Ketika suhu padatan sudah mencapai mencapai suhu wet
bulb gas, maka suhunya menjadi stabil dan laju pengeringan menjadi konstan, ini
disebut laju pengeringan konstan (constant rate) yang berakhir bila kadar air dalam
padatan sudah mencapai kadar kritisnya. Setelah titik ini dicapai suhu permukaan
naik dan laju pengeringan turun dengan tajam. Tahap falling rate ini lebih lama
dibandingkan dengan tahpa konstan rate walaupun air yang diuapkan mungkin lebih
sedikit. Laju pengeringan mendekati nol bila sudah mencapai kadar air
kesetimbangan yang merupakan kadar air yang paling rendah yang ada dalam
padatan pada kondisi operasi pengeringan yang digerakkan.

1.2.4 Kurva Kecepatan Pengering


Penentuan kecepatan pengering konstan dengan cara:
 Bahan diletakkan pada tray dan memenuhi seluruh tray.
 Pada interval waktu tertentu, bahan ditimbang sampai berat bahan konstan.
1. Data berupa berat bahan (M) Vs waktu (t)
𝑀−𝑀𝑆 𝐾𝑔 𝑡𝑜𝑡𝑠𝑙 𝑎𝑖𝑟
2. 𝑋𝑐 = = 𝑘𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑀𝑆

3. Pada kondisi pengeringan konstan, X* tertentu


X = Xt - X* dibuat kurva X Vs t
X = kandungan cairan bebas
−𝐿𝑠 𝑑𝑥
4. 𝑁𝐴 = dibuat kurva NA Vs X
𝐴 𝑑𝑡

Ls = berat bahan kering


NA = Kg H2O/jam.m2 atau lb H2O/jam.ft2
A = luas area (m2 atau ft2)

Hubungan antara kandungan cairan dan waktu digambarkan seperti kurva


di bawah ini :
Gambar 2. Kurva Hubungan antara Kadar Air dan Waktu

Gambar 3. Kurva Kecepatan Pengeringan

Daerah pengeringan meliputi :


1. Daerah kecepatan pengeringan awal
A B = jika suhu padatan mula-mula lebih tinggi dari sahu kesetimbangan
(Ts)
AB = jika suhu padatan mula-mula lebih rendah dari suhu kesetimbangan
(Ts)
2. Daerah kecepatan pengeringan tetap
Permukaan luar bahan selalu basah oleh air, air merupakan air yang tidak
terikat.
- Air ditransfer secara difusi dari dalam padatan ke permukaan
- Air di transfer dari permukaan padatan ke udara
Periode ini berlangsung selama kecepatan air dari dalam bahan sama
dengan kecepatan penguapan air dipermukaan. Periode kecepatan tetap
berakhir jika kandungan air dipermukaan. Periode kecepatan tetap
berakhir jika kandungan air dalam rata-rata Xc sama dengan kandungan air
kritis, maka lapisan air permukaan telah berkurang sehingga mulai muncul
tempat-tempat kering.
3. Periode/daerah kecepatan pengeringan turun linear (CD)
Disini permukaan basah menjadi berkurang.
4. Periode/daerah kecepatan pengeringan turun tidak beraturan (DE)
Laju pengeringan padatan basah dengan media pengering udara bisa
berubah karena factor pengendalinya berbeda terhadap masing-masing kurva
(tahapan) laju pengeringan. Namun laju pengeringan padatan-padatan basa, terutama
pada tahap pengeringan constant rate mengikuti persamaan :
RC = HV (TV - Tt)
Dimana :
RC = laju pengeringan tahap constant rate
HV = koefisien perpindahan panas konvektif total
TV – Tt = masing-masing suhu gas pengering (dry bulb) dan permukaan
cairan/ gas (wet bulb)
Jika suhu dalam butiran –butiran padatan yang dikeringakn mencapai suhu
wet bulb. Laju pengeringan tetap konstan hingga kadar air kritis tercapai. Setelah
titik ini tercapai pergerakan cairan kepermukaan padatan menjadi kurang cukup
untuk menggantikan cairan yang sudah diuapkan dan cairan interface mulai
berkurang pada permukaan. Laju pengeringan keseluruhan kemudian berkurang
karena panas dan massa berdifusi melalui lapisan atas padatan sehingga untuk
selanjutnya pengeringan tersebut dikontrol oleh wet force yang besarnya tergantung
pada mudah tidaknya air berpindah dalam padatan. Perpindahan panas tersebut
dikontrol oleh wet force yang besarnya tergantung pada perbedaan tekanan
hidrostatik dan pengaruh tegangan permukaan dalam celah-celah antara partikel-
partikel.
Laju alir massa udara dari heater (MA) melewati bagian atas tray yang
berisi padatan basah dengan laju alir massa air (Mw).
(Mw) = MA (W3 – W2)
Dimana W3, W2 = humidity spesifik udara pada bagian 3 dan 2

Catatan :
Mw = [ laju pengeringan kg/jam.m2)][luas total permukaan tray (m2)]
MA = ρ.V.A
Dimana:
V = kecepatan udara diukur
A = luas penampang dryer
ρ = berat jenis udara pada suhu pengeringan
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang Digunakan
- Tray Dryer UOP 8
- Airflow meter
- Gelas Ukur 100 mL
- Neraca analitik
- Cawan Petridisk

2.1.2 Bahan yang Digunakan


- Air
- Arang Aktif

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 Persiapan Bahan
- Menimbang berat tray kosong (a) untuk masing-masing tray 1, 2, dan 3.
- Menambahkan karbon aktif sebanyak 20 gram pada tray 1; 25 gram pada tray 2;
dan 30 gram pada tray 3.
- Menimbang berat tray yang telahberisi karbon aktif (b) pada masing-masing tray
1, 2, dan 3.
- Menambahkan air sebanyak 20 mL pada masing-masing tray 1, 2, dan 3
kemudian menimbang beratnya (c).
- Masing-masing tray yang telah terisi karbon aktif dan ditambahkan air
dimasukkan ke dalam alat pengering.

2.2.2 Pengoperasian Alat


- Menghubungkan stop kontak dengan sumber listrik.
- Menghidupkan power dan menvariasikan air flow control pada posisi 2, 4, 6, dan
8 dengan temperature control tetap pada posisi 7.
- Mengukur temperature bola basah, temperature bola kering dan massa masing-
masing tray setiap interval waktu 5 menit.
- Mengukur laju alir udara dengan air flowmeter.
- Melakukan pengukuran temperature bola basah, bola kering dan massa
dilakukan hingga massanya konstan.
- Mematikan alat dan memutuskan sumber arus listrik.
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan


Tabel 3.1 Data Pengamatan Berat Awal
Cawan I Cawan II Cawan III
Keterangan
(20 gram) (25 gram) (30 gram)
Cawan Kosong 49.3 34.3 34.4
Cawan kosong + karbon
34.3 59.3 75.5
aktif
Cawan kosong + karbon
86.9 75.5 81. 3
aktif + air 20 ml
Keterangan : 1. Setting air flow control =3
2. Setting temperature control =3

Tabel 3.2 Data Pengamatan Kondisi Ventilasi


Massa Waktu (Menit)
Kondisi
Karbon Aktif
Ventilasi 5 10 15 20
(gram)
20 86.1 83.5 82.4 81.4
25 Tertutup 74.5 72.2 71.2 70.3
30 80.3 77.3 76.2 75.1
20 86.1 85.0 83.8 82.2
Bukaan
25 74.7 73.4 72.2 70.4
Setengah
30 80.6 79.6 78.5 77.1
20 85. 9 85.5 84.7 83.8
Bukaan
25 74. 9 74.1 73.3 72.5
Penuh
30 80.9 80.0 79.1 78.1
Keterangan : 1. Setting temperature control =3
2. Setting air flow control = 2, 4, dan 6
Table 3.3 Data Pengamatan pada Air Flow Skala 2 Bukaan Penuh
No Waktu Pegeringan Cairan Total (gram)
(menit) Cawan I Cawan II Cawan III
1. 5 83.7 74.6 82.4
2. 10 82.0 73.5 81.4
3. 15 80.7 72.5 80.4

Table 3.4 Data Pengamatan pada Air Flow Skala 4 Bukaan Penuh
No Waktu Pegeringan Cairan Total (gram)
(menit) Cawan I Cawan II Cawan III
1. 5 83.5 72.5 78.2
2. 10 82.2 71.1 76.8
3. 15 81.0 70.2 75.8

Table 3.5 Data Pengamatan pada Air Flow Skala 6 Bukaan Penuh
No Waktu Pegeringan Cairan Total (gram)
(menit) Cawan I Cawan II Cawan III
1. 5 85.0 73.7 79.3
2. 10 84.0 72.7 78.1
3. 15 82.7 71.6 77.0

3.2 Pengolahan Data


Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Kadar Air pada Air Flow Skala 2
No Waktu Pegeringan Kadar Air yang Hilang (%)
(menit) Cawan I Cawan II Cawan III
1. 5 41.86 37.97 37.50
2. 10 38.84 36.22 36.17
3. 15 36.31 34.55 34.78
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Kadar Air pada Air Flow Skala 4
No Waktu Pegeringan Kadar Air yang Hilang (%)
(menit) Cawan I Cawan II Cawan III
1. 5 41.52 34.55 31.51
2. 10 39.21 31.07 29.25
3. 15 36.91 30.36 27.54

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Kadar Air pada Air Flow Skala 6
No Waktu Pegeringan Kadar Air yang Hilang (%)
(menit) Cawan I Cawan II Cawan III
1. 5 43.98 36.55 33.18
2. 10 42.36 34.90 31.35
3. 15 40.12 32.98 29.58

Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada


Ventilasi Tertutup
88
86
84
Masa Bahan

82
80
(gram)

78 cawan 1
76
74 cawan 2
72 cawan 3
70
68
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)

Gambar 3.1 Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Ventilasi Tertutup
Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada
Ventilasi Bukaan Setengah
88
86
Masa Bahan 84
82
80
(gram)
78 cawan 1
76
74 cawan 2
72
70 cawan 3
68
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)

Gambar 3.2 Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Ventilasi Bukaan Setengah

Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada


Ventilasi Bukaan Penuh
88
86
84
Masa Bahan

82
80
(gram)

78 cawan 1
76
74 cawan 2
72
70 cawan 3
68
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)

Gambar 3.3 Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Ventilasi Bukaan Penuh

Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada


Skala Air Flow 2
86
84
82
Masa Bahan

80
(gram)

78 cawan 1
76
cawan 2
74
72 cawan 3
70
0 5 10 15 20
Waktu (menit)

Gambar 3.4 Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Skala Air Flow 2
Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada
Skala Air Flow 4
86
84
82
Masa Bahan

80
(gram)

78 cawan 1
76
cawan 2
74
72 cawan 3
70
0 5 10 15 20
Waktu (menit)

Gambar 3.5 Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Skala Air Flow 4

Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada


Skala Air Flow 6
86
84
82
Masa Bahan

80
(gram)

78 cawan 1
76
74 cawan 2
72 cawan 3
70
0 5 10 15 20
Waktu (menit)

Gambar 3.6 Grafik Hubungan Massa Bahan Vs Waktu pada Skala Air Flow 6

Grafik Hubungan Kadar Air Vs Waktu pada


Skala Air Flow 2
42.00
41.00
40.00
Kadar Air

39.00
38.00
(%)

37.00 cawan 1
36.00 cawan 2
35.00
34.00
33.00 cawan 3
0 5 10 15 20
Waktu (menit)

Gambar 3.7 Grafik Hubungan Kadar Air Vs Waktu pada Skala Air Flow 2
Grafik Hubungan Kadar Air Vs Waktu
pada Skala Air Flow 4
42.00
40.00
38.00
Kadar Air

36.00
(%)

34.00 cawan 1
32.00 cawan 2
30.00
28.00 cawan 3
26.00
0 5 10 15 20
Waktu (menit)

Gambar 3.8 Grafik Hubungan Kadar Air Vs Waktu pada Skala Air Flow 4

Grafik Hubungan Kadar Air Vs Waktu


pada Skala Air Flow 6
46.00
44.00
42.00
40.00
Kadar Air

38.00
(%)

cawan 1
36.00
34.00 cawan 2
32.00
cawan 3
30.00
28.00
0 5 10 15 20
Waktu (menit)

Gambar 3.9 Grafik Hubungan Kadar Air Vs Waktu pada Skala Air Flow 6
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini bertujuan untuk mengeringkan bahan padatan yang
berupa karbon aktif, tetapi sebelum itu bahan tersebut dibasahi dahulu menggunakan air
dengan cara memercikkannya sebanyak 20 mL di setiap sampel yang ditempatkan di cawan
pertidisk.proses pengeringan dilakukan dengan menaruh cawan pertidisk di dalam rak
pengering (tray) yang memiliki berat yang berbeda-beda pada masing-masing cawan yaitu
seberat 20 gram, 25 gram dan 30 gram. Udara yang dialirkan oleh blowerdan dipanaskan
oleh heater bertindak sebagai medium pengering yaitu dilakukan dengan mengatur air flow
control dengan skala 3 dan temperature control pada skala 3 dengan memvariasikan ventilasi
pada keadaan tertutup, bukaan setengah dan bukaan penuh. Kemudian melakukan
pengeringan dengan mengatur temperature control pada skala 3 dan memvariasikan air flow
control pada skala 2, 4, dan 6 dengan keadaan ventilasi bukaan penuh atau operasi kontinyu
(ada udara luar yang disirkulasikan masuk ke dalam).
Setelah operasi berlangsung setelah 5 menit dilakukan pencatatan berat sampel
pada masing-masing cawan hingga 15 menit, agar diperoleh hubungan penurunan kadar air
dari waktu ke waktu. Dari kurva laju pengeringan pada air flow skala 2 (gambar 3.7)
menunjukkan bahwadari ketiga cawan baik cawan 1, 2 dan 3 sama-sama mengalami
penurunan kadar air. Akan tetapi tren grafik pada masing-masing cawan berbeda, dengan
kondisi penurunan kadar air yang cukup besar pada cawan 1 kemudian diikuti cawan 3
kemudian cawan 2. Pada kurva laju pengeringan pada air flow 4 dan 6 (gambar 3.8 dan
gambar 3.9) menunjukkan bahwa dari ketiga cawan terjadi hal yang sama dengan aanya
penurunan kadar air. Akan tetapi tren penurunan grafik pada skala 4 dan 6 relatif lebih kecil
dibandingkan pada skala 2. Hal ini disesbabkan karena semakin tinggi skala air flow
sehingga mengakibatkan proses pengeringan yang semakin cepat.
Hubungan massa bahan berbanding terbalik dengan variasi waktu (untuk skala air
flow 2 pada gambar 3.4 , untuk skala air flow 4 pada gambar 3.5, dan untuk skala air flow
pada gambar 3.6) dimana semakin lama waktu massa bahan semakin kecil dikarenakan kadar
air yang telah berkurang. Tidak terjadi massa bahan pada sampel konstan laju
pengeringannya. Pengaruh ventilasi dengan bukaan penuh menyebabkan adanya perbedaan
air flow dari alat dengan lingkungan sehingga terjadi pertukaran aliran yang terdapat dalam
alat dengan aliran dari lingkungan. Ukuran partikel berpengaruh juga dalam menentukan
lamanya waktu pengeringan karena dengan ukuran partikel yang lebih kecil maka luas
permukaan kontak antara partikel padatan dengan udara menjadi lebih besar. Penggunaan
cawan pertidisk ini juga mempengaruhi proses pengeringan karena udara panas yang
mengenai cawan menyebabkan terjadinya perpindahan panas dari udara ke cawan, sehingga
cawan menjadi panas tetapi waktu yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan dengan
menggunaka tray dalam drier yang terbuat dari besi dan hal ini dapat membantu dalam proses
pengeringan sampel.
Dari pengamatan yang dilakukan pada masing-masing skala air flow 2, 4, dan 6
proses pengeringan berlangsung paling cepat pada cawan 3. Hal ini menunjukkan bahawa
komposisi jumlah partikel kering lebih banyak pada cawan 3.
BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:

1. Kurva laju pengeringan antara kadar air dengan waktu menunjukkan bahwa kadar air
mengalami penurunan dengan bertambahnya waktu setiap 5 menit.
2. Semakin tinggi skala air flow yang digunakan maka proses pengeringan akan lebih
cepat.
3. Semakinbanyak massa yang dihunakan dengan penambahan air yang konstan maka
waktu yang diperlukan semakin lama hingga massanya konstan kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Z. 2000. Kimia Dasar untuk Teknik Industri. Penebar Swadaya, Jogjakarta.

Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi

Mujumdar, A.S., 1995. Superheated Steam Drying of Industrial Drying, 2nd Edition. Marcel
Dekker, New York.

Tim Laboratorium Pilot Plant, 2012, Penuntun Praktikum Laboratorium Satuan Operasi,
Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda

Tim Penyusun Modul Ajar. 2007.Peralatan Industri Semester IV. Samarinda: Politeknik
Negeri Samarinda
LAMPIRAN
PERHITUNGAN

1. Perhitungan pada Cawan 1


Berat sampel basah = 86.9 – 49.3 = 37.6 gram
Berat sampel kering = 69.3 – 49.3 = 20 gram
a. Pada t = 5 menit
Berat sampel = 83.7 – 49.3 = 34.4
Berat cairan = 34.4 – 20 = 14.4
Berat cairan
Kadar air = × 100%
Berat karbon aktif
Berat karbon aktif basah − berat karbon aktif kering
= × 100%
berat karbon aktif kering
14.4
= × 100% = 41.86%
34.4
Dengan cara yang sama menhitung kadar air untuk waktu 10 menit dan 15 menit
dengan air flow meter skala 4 dan 6.

2. Perhitungan pada Cawan 2


Berat sampel basah = 75.5 – 34.3 = 41.2 gram
Berat sampel kering = 59.3 – 34.3 = 25 gram
a. Pada t = 5 menit
Berat sampel = 74.6 – 34.3 = 40.3 gram
Berat cairan = 40.3 – 25 = 15.3 gram
Berat cairan
Kadar air = × 100%
Berat karbon aktif
Berat karbon aktif basah − berat karbon aktif kering
= × 100%
berat karbon aktif kering
15.3
= × 100% = 37.97%
40.3
Dengan cara yang sama menhitung kadar air untuk waktu 10 menit dan 15 menit
dengan air flow meter skala 4 dan 6.
3. Perhitungan pada Cawan 3
Berat sampel basah = 81.3 – 34.4 = 46.9 gram
Berat sampel kering = 64.4 – 34.4 = 30 gram
a. Pada t = 5 menit
Berat sampel = 82.4 – 34.4 = 48 gram
Berat cairan = 48 – 30 = 18 gram
Berat cairan
Kadar air = × 100%
Berat karbon aktif
Berat karbon aktif basah − berat karbon aktif kering
= × 100%
berat karbon aktif kering
18
= × 100% = 37.50%
48
Dengan cara yang sama menhitung kadar air untuk waktu 10 menit dan 15 menit
dengan air flow meter skala 4 dan 6.

Anda mungkin juga menyukai