Anda di halaman 1dari 15

LATAR BELAKANG

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu lembaga perbankan berbasis mikro
yang menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan
dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian yang semakin
bertumbuh seiring dengan semakin bertumbuhnya kebutuhan masyarakat. BPR juga berperan
sebagai Agen Pembangunan (Agent of Development) dalam pembangunan daerah, dimana
bank menyalurkan dananya kepada masyarakat dalam bentuk kredit, guna meningkatkan
kemampuan mobilitas dana, serta menciptakan iklim yang lebih baik bagi dunia usaha.
BPR sebagai salah satu jenis perbankan telah mengalami banyak perubahan dari tahun ke
tahun, antara lain semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat dengan jasa BPR, baik
karena adanya rasa waspada terhadap masa yang akan datang sehingga membuat masyarakat
ingin menyimpan sebagian dananya, maupun untuk kelancaran usaha mereka. Dengan
bertambahnya kebutuhan tersebut, maka perbankan juga harus meningkatkan pula tingkat
pelayanan mereka kepada masyarakat, agar mampu melindungi secara baik dana yang
dititipkan masyarakat kepadanya serta mampu menyalurkan dana masyarakat tersebut bagi
terciptanya sasaran pembangunan. Hal ini ditandai dengan adanya fasilitas-fasilitas yang
memudahkan dalam bentuk simpanan maupun pinjaman, serta kemudahan dalam sirkulasi
uang dari satu tempat ke tempat lain yang dilayani oleh BPR.
Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan BPR, maka pihak manajemen tentunya akan
semakin dituntut untuk dapat lebih meningkatkan pengawasan terhadap setiap kegiatan
perusahaan mereka, baik itu dari segi struktur organisasi, serta kegiatan operasional maupun
non operasional mereka demi terlaksananya visi dan misi BPR. Untuk dapat mengetahui itu
semua, pihak manajemen tentu membutuhkan sebuah alat bantu dalam usahanya untuk
mengetahui apakah perusahaan mereka telah berjalan sesuai dengan rencana dan standar yang
telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
dengan mengevaluasi kinerja manajemen agar dapat membantu operasional perusahaan dan
menolong manajer dalam pengambilan dan pengimplementasian keputusan. Pengevaluasian
kinerja manajemen ini dilaksanakan dengan mengadakan proses audit manajemen.
Hadirnya fungsi audit manajemen telah memberikan kontribusi yang positif bagi pihak
manajemen, khususnya pada BPR. Karena tujuan dari audit manajemen adalah melakukan
pengujian, penilaian, dan peninjauan ulang berbagai kebijakan dan tindakan-tindakan
manajemen untuk memperoleh keyakinan apakah kondisi-kondisi telah sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan perusahaan, dan secara umum tujuan audit manajemen adalah untuk
memberikan informasi kepada manajemen mengenai efektivitas suatu unit atau fungsi, serta
untuk menghasilkan perbaikan atas pengelolaan efektivitas dan pencapaian hasil dari objek
yang diperiksa. Hasil dari audit manajemen ini diharapkan dapat meningkatkan realibilitas
informasi tentang keadaan dalam unit-unit yang diawasinya. Audit manajemen dapat
dilakukan pada semua aspek yang ada di dalam perusahaan, yang umumnya meliputi fungsi
produksi dan operasi, fungsi pemasaran dan penjualan, fungsi personalia/SDM, dan fungsi
keuangan.

PD. BPR Mustaqim Sukamakmur, yang menjadi objek penulis merupakan perusahaan milik
Pemerintah Daerah Provinsi Aceh yang bergerak dalam bidang perbankan. Fungsi produksi
dan operasi, fungsi pemasaran dan penjualan, fungsi personalia/SDM, dan fungsi keuangan
disini mengajarkan bagaimana BPR dapat mengembangkan usahanya, serta bergerak sesuai
dengan visi dan misi yang ada pada BPR. Peranan fungsi-fungsi tersebut pada PD. BPR
Mustaqim Sukamakmur selain untuk mewujudkan visi dan misi BPR juga sangat membantu
pihak manajemen dalam mengambil keputusan.
Otoritas Jasa Keuangan melalui POJK Nomor 4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata
Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan SEOJK Nomor 7/SEOJK.03/2016 tentang Standar
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Perkreditan Rakyat telah mempertimbangkan
pentingnya menjaga dan mengamankan kegiatan usaha Bank dengan mewajibkan
pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank yang efektif melalui pembentukan Satuan Kerja
Audit Internal (SKAI).
Fungsi Audit Internal Bank sangat penting karena peranan yang diharapkan dari fungsi
tersebut untuk membantu semua tingkatan manajemen dalam mengamankan kegiatan
operasional bank yang melibatkan dana dari masyarakat luas. Dengan penerapan Standar
Pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank (SPFAIB) pada BPR diharapkan fungsi tersebut
dapat berjalan dengan benar dan sesuai dengan ukuran minimal yang harus dipatuhi oleh
semua Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia. Dengan SPFAIB BPR juga diharapkan adanya
penjabaran dari misi, kewenangan, interdependensi, dan ruang lingkup dari audit internal.
Sesuai dengan ketentuan SPFAIB, misi dari audit internal adalah terpenuhinya secara baik
kepentingan bank dan masyarakat penyimpan dana. Hal ini perlu dikemukakan karena
sebagai badan usaha, di dalam bank terdapat berbagai macam kepentingan dari pihak-pihak
terkait, seperti pemilik, manajemen, karyawan, dan nasabah. Meskipun terdapat perbedaan
kepentingan di antara pihak-pihak terkait tersebut, namun pada dasarnya kepentingan tersebut
mempunyai tujuan yang sama yaitu tercapainya bank yang sehat dan mampu berkembang
secara wajar.
Dalam kaitan tersebut, Audit Internal Bank harus dapat menempatkan fungsinya di atas
berbagai kepentingan tersebut untuk memastikan terwujudnya bank yang sehat, berkembang
secara wajar dan dapat menunjang perekonomian nasional. Agar misi tersebut dapat
terlaksana dengan baik, diperlukan mekanisme pengendalian umum dalam setiap bank di
Indonesia.

PENETAPAN TUJUAN AUDIT

Mengacu pada Surat Keputusan Direksi Bank Mustaqim Nomor


079/SK/DIR/BPRMS/XII/2012 tentang Standard Operating Procedure Pemeriksaan Internal
Audit Pada PD BPR Mustaqim Sukamakmur tanggal 28 Desember 2012 pada Bab III telah
dijelaskan Ruang Lingkup dan Tujuan Pemeriksaan, dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pengendalian Audit Sistem Berlapis
Bank dalam menjalankan fungsi audit dilandasi oleh Lapisan audit yang terdiri dari :
a. Pengendalian diri sendiri (Self Control)
Pengendalian atas diri sendiri (Self Control) merupakan Lapisan pertama dan utama
dalam diri karyawan/ti Bank Mustaqim,. Sehingga peran bagian SDM dalam
memilih karyawan/ti yang tepat merupakan syarat mutlak adanya peran lapisan
control yang pertama secara optimal.
b. Pengendalian Menyatu
Karyawan/ti dalam menjalankan tugas tidak terlepas dari system dan prosedur
diciptakan secara tidak disadari oleh setiap karyawan/ti , sehinggal dimasukkan
unsur-unsur pengendalian yang menyatu dengan system dan prosedur tersebut.
Adapun Unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam menciptakan pengendalian mutu
yang terbaik adalah : Dual Control, maker, checker, approval, limitation,
segregation of duties, verifikasi dan lain-lain.
2. Jenis Audit, Teknik Audit Dan Hal-Hal Khusus Dalam Pemeriksaan
a. Jenis Audit dan Teknis Audit
Audit Keuangan dan Audit Operasi (compliance test) juga dilaksanakan dalam
pemeriksaan yang dilakukan oleh Divisi Internal Audit Bank Mustaqim. Khusus
untuk pengujian kepatuhan, disamping Peraturan-peraturan Internal dan Eksternal,
Surat Keputusan (SK) dan Surat Edaran (SE) Direksi juga dijadikan acuan audit.
Teknik audit yang digunakan oleh Internal Audit Bank Mustaqim secara umum
sama dengan teknik audit yang berlaku secara umum. Misalnya penggunaan teknik
audit rekonsiliasi untuk memeriksa rekening bank lain, menggunakan cash/stock
opname untuk hal-hal yang dihitung secara fisik, seperti Kas, Inventaris dan lain-
lain.
b. Hal-hal khusus atas pemeriksaan Bank Mustaqim secara garis besar, beberapa hal
yang secara khusus yang dilakukan dalam audit, sebagai berikut :
1) Disamping pengungkapan kewajaran penyajian laporan keuangan, juga
diungkapkan unsur kepatuhan yang meliputi peraturan-peraturan internal dan
eksternal.
2) Perbedaan akunting yang menyangkut aspek produk, baik sumber dana maupun
pembiayaan.
3) Pemeriksaan distribusi profit.
4) Pengakuan pendapatan Accrual dan Cash Basis serta rill.
5) Pengakuan beban yang secara Accrual Basis.
6) Ada tidaknya transaksi yang mengandung unsur-unsur yang melanggar dari
ketentuan.

3. Pengawasan Internal
Pengawasan intern merupakan hal yang terpenting dalam rangka memantau kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan dan memberikan gambaran apakah tujuan Bank
Mustaqim sudah tercapai. Pengendalian intern di Bank Mustaqim mencakup susunan
organisasi, semua metode, kebijakan dan peraturan yang terkoordinasi. Salah satu unsur
Pengendalian Intern adalah system pengawasan intern yang berisi pedoman pengawasan,
misalnya pedoman pemeriksaan mulai dari persiapan pemeriksaan sampai dengan
penyelesaian hasil pemeriksaan serta jadwal pemeriksaan.
a. Tujuan Pengawasan Intern
Umumnya pengawasan intern bertujuan untuk :
1) Melindungi kekayaan Perusahaan
2) Memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi.
3) Meningkatkan efesiensi operasi perusahaan.
4) Mendorong ke arah ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan.

b. Ruang Lingkup
Pengawasan intern merupakan alat pengendalian manajemen yang mengukur,
menganalisis dan menilai efektivitas pengendalian-pengendalian lainnya. Adapun
unsur-unsur pengendalian lainnya adalah organisasi, kebijaksanaan, prosedur,
personalia, perencanaan akuntansi dan pelaporan.
Ruang Lingkup pengawasan intern meliputi :
1) Penilaian mengenai kelayakan dan kecukupan pengendalian dibidang keuangan,
bidang pembiayaan, dan kegiatan lainnya serta peningkatan efektifitas
pengendalian dengan biaya yang layak.
2) Pemeriksaan untuk memastikan bahwa semua kebijakan, rencana dan prosedur
Bank Mustaqim telah benar-benar ditaati.
3) Pemeriksaan untuk memastikan bahwa semua harta milik Bank Mustaqim telah
dipertanggung jawabkan dan dijaga dari semua kerugian.
4) Pemeriksaan untuk memastikan bahwa data informasi yang disajikan kepada
manajemen dapat dipercaya.
5) Penilaian mengenai kualitas pelaksanaan tugas tiap unit kerja dalam
melaksanakan tanggung jawabnya.
6) Memberikan rekomendasi mengenai perbaikan-perbaikan dibidang operasi ,
pembiyaan dan bidang lainnya.

c. Tanggung Jawab dan Wewenang


1) Pengawasan intern bertanggung jawab memberikan jasa kepada manajemen,
yaitu berupa informasi dan advis sesuai dengan kebutuhan manajemen dan
perkembangan perusahaan serta memikirkan cara-cara alternatif yang baik bagi
perusahaan.
2) Pengawasan intern mempunyai wewenang yang luas, memeriksa semua catatan
bank, harta milik dan hutang-hutang, memeriksa semua tingkat manajemen
(kecuali top manajemen), dapat memasuki semua bagian dan unit kerja serta
melakukan berbagai teknik pemeriksaan.

BUKTI AUDIT DAN PENGEMBANGAN TEMUAN


1. Bukti Audit
Bukti audit merupakan informasi yang diperoleh selama pemeriksaan melalui teknik
pemeriksaan yang diperoleh dari objek pemeriksaan. Bukti pemeriksaan harus cukup,
kompeten, dan relevan. Jenis bukti pemeriksaan terdiri dari :
a) Bukti Fisik
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan
persediaan. Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud.
Pemeriksaan langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang
paling objektif dalam menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh karena
itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya.
Bukti fisik diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi,
penghitungan, dan observasi. Pada umumnya, biaya memperoleh bukti fisik
sangat tinggi. Bukti fisik berkaitan erat dengan asersi keberadaan dan keterjadian,
kelengkapan, dan penilaian atau alokasi.

b) Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk
membuat laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan
objek yang diperiksa dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti catatan
akuntansi merupakan objek audit. Objek audit adalah laporan keuangan. Tingkat
dapat dipercayainya catatan akuntansi tergantung kuat lemahnya struktur
pengendalian intern.

c) Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi
langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang
unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi
merupakan bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya karena berisi informasi yang
berasal dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak
menghabiskan waktu dan biaya.
Ada tiga jenis konfirmasi yaitu:

1) Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk


menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.
2) Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk
mengisikan saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang
ditanyakan.
3) Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk
memberikan jawaban hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap
informasi yang ditanyakan.

d) Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter merupakan bukti yang penting dalam audit. Menurut sumber
dan tingkat kepercayaan bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan dikirim kepada auditor
secara langsung.
2) Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui
klien.
3) Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien.

Bukti dokumenter antara lain meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening
koran bank, dan bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti dokumenter
tergantung sumber dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu
sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan atau
kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen.

e) Bukti Surat Pernyataan Tertulis


Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang
individu yang bertanggungjawab dan berpengatahuan mengenai rekening,
kondisi, atau kejadian tertentu. Bukti suatu pernyataan tertulis dapat berasal dari
manajemen atau organisasi klien maupun sumber eksternal termasuk bukti dari
spesialis. Representasi tertulis yang dibuat oleh manajemen merupakan bukti
yang berasal dari organisasi klien. Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli
teknik yang berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi klien
merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga.

f) Perhitungan Kembali sebagai Bukti Matematis


Bukti matematis diperoleh auditor melalui penghitungan kembali oleh auditor.
Penghitungan yang di auditor merupakan bukti audit yang bersifat kuantitatif dan
matematis. Bukti ini dapat digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan
akuntansi klien.

g) Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan
lisan. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi,
lokasi dokumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim,
kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak
ditagih. Jawaban atas pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti
lisan harus dicatat dalam kertas kerja audit.

h) Bukti Analisis dan Perbandingan


Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan
anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu
dalam laporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada
relevansi data pembanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.
Perbandingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan
untuk menilai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk
menentukan objek pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih
mendalam.

2. Pengembangan Temuan
Pengembangan temuan dari Hasil Pemeriksaan yang dilakukan Divisi Internal Audit
secara umum dapat diuraikan berdasarkan sejumlah aspek yang diperiksa, yaitu sebagai
berikut:
a) Kinerja Keuangan
Dalam hal ini tim pemeriksa melakukan perbandingan kinerja keuangan Auditee
pada posisi periode pemeriksaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Unsur-
unsur yang dibandingkan ialah Total Aset, Kas, Penempatan pada Bank Lain,
Total DPK, Rekening Antar Kantor, Kredit Yang Diberikan, Total Kredit
Bermasalah, Non Performing Loan, serta Laba Tahun Berjalan.

b) Pembukuan dan Operasional


Divisi Internal Audit melakukan pemeriksaan atas pembukuan & operasional,
yang meliputi perbandingan antara transaksi yang telah diinput pada sistem
dengan bukti transaksi yang terlampir pada berkas akunting pada setiap kantor
operasional, serta kesesuaian validasi slip setoran dan penarikan tabungan sesuai
dengan bukti fisik slip yang dimaksud.

c) Kas dan Antar Bank Aktiva (ABA)


Divisi Internal Audit melakukan pemeriksaan atas Kas dan ABA pada masing-
masing kantor operasional yang meliputi pemeriksaan fisik kas teller dan kas
besar (khasanah) dengan membandingkan saldo yang ada pada sistem data core
banking. Pemeriksaan ABA meliputi penginputan mutasi rekening ABA sesuai
dengan nominal pada print out bukur rekening ABA dan atau rekening koran,
perolehan pendapatan bunga, serta biaya administrasi bulanan.

d) Persediaan ATK dan Barang Cetakan


Divisi Internal Audit melakukan pemeriksaan terhadap pencatatan persediaan
pada kantor operasional, yang mencakup apakah persediaan yang tersedia telah
dilakukan pencatatan secara rutin oleh user. Pada sebagian besar Kantor
Operasional yang diperiksa oleh Tim, tidak dilakukan register atas persediaan
pada masing-masing kantor operasional. Hal ini menjadi perhatian bagi seluruh
kantor operasional untuk dapat menerapkan pencatatan persediaan pada neraca
laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e) Aset Tetap & Inventaris


Divisi Internal Audit telah melakukan pemeriksaan terhadap Aset Tetap dan
Inventaris (ATI) pada sebagian besar Kantor Operasional PD BPR Mustaqim
Sukamakmur. Secara umum temuan yang diperoleh pada Aset Tetap dan
Inventaris ialah terdapat sejumlah inventaris secara fisik tidak terdaftar pada
daftar inventaris PD. BPR Mustaqim Sukamakmur serta sejumlah lainnya tidak
diketahui lagi keberadaannya.

f) Simpanan
Pemeriksaan terhadap Simpanan pada PD. BPR Mustaqim Sukamakmur
mencakup pemeriksaan terhadap tabungan, deposito, serta dana pihak kedua
(dana pada antar lembaga). Secara umum temuan yang diperoleh ialah mencakup
pengarsipan bilyet deposito nasabah yang masih disatukan antara yang aktif
dengan yang tidak aktif, kelengkapan slip setoran dan penarikan tabungan yang
masih terdapat kekurangan serta ketimpangan berdasarkan ketentuan yang
berlaku.

g) Kredit
Divisi Internal Audit telah melakukan pemeriksaan terhadap Kredit pada PD.
BPR Mustaqim Sukamakmur, mencakup pemeriksaan terhadap pencairan kredit,
penyelesaian kredit bermasalah, kelengkapan dokumen administratif kredit, serta
identitas agunan kredit yang diberikan. Secara umum ketimpangan yang
dilakukan ialah masih terdapat kekurangan atas kelengkapan administratif kredit
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan, ketidaksesuaian pengikatan agunan
bergerak maupun yang tidak bergerak, Agunan yang diberikan tidak mencover
plafond kredit, agunan tidak dilakukan pengikatan, analisa Credit Risk Review
(CRR) yang tidak mencerminkan keadaan debitur yang sebenarnya, serta terdapat
kredit fiktif yang dilakukan oleh karyawan PD. BPR Mustaqim Sukamakmur.

h) Uang Muka Biaya (UMB)


Pemeriksaan terhadap UMB PD. BPR Mustaqim Sukamakmur yang dilakukan
oleh Divisi Internal Audit mencakup UMB-Pembukaan Kantor Baru, BDD-Sewa
Gedung, BDD-Premi Penjaminan LPS, BDD-Setup Kantor, UMB-Bagian
Pemasaran, BDD-Kredit Macet, BDD-Bunga Deposito, UMB-Bagian Umum Dan
SDM, UMB-Biaya System, UMB-Pengadaan Aktiva, dan UMB-Biaya Tenaga
Kerja. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, masih terdapat UMB dan atau
BDD yang belum diselesaikan sampai dengan akhir tahun.

i) Temuan Periode Sebelumnya yang sudah Ditindaklanjuti


Yakni sejumlah temuan hasil pemeriksaan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) pada periode sebelumnya sudah diselesaikan secara tuntas.

j) Temuan Periode Sebelumnya yang belum ditindaklanjuti


Yakni sejumlah temuan hasil pemeriksaan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) pada periode sebelumnya yang belum diselesaikan secara
tuntas.

k) Permasalahan Yang Harus Segera Diselesaikan


Permasalahan yang harus segera diselesaikan mencakup penyelesaian Agunan
Yang Diambil Alih (AYDA), penyelesaian selisih kas kurang, Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK), dan kasus fraud yang dilakukan oleh karyawan.

KESIMPULAN HASIL AUDIT

Secara umum hasil audit yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1) Pelanggaran atas penggunaan Biaya yang melebihi dari ketentuan internal, khususnya
pada Biaya BBM
2) Terdapat Sejumlah transaksi biaya yang dibukukan tidak menyertakan bukti transaksi
yang valid.
3) Kesalahan Pos Akun dalam melakukan Jurnal Transaksi.
4) Sejumlah petugas transaksi yang tidak rutin dalam pembentukan PPAP Kredit dan
ABA di setiap bulannya.
5) Pada slip setoran tabungan yang sudah divalidasi oleh Petugas Teller, masih banyak
ditemukan tulisan (angka dan huruf) pada slip setoran tabungan yang sudah
ditimpa/ditebalkan.
6) Pada slip setoran tabungan yang sudah divalidasi oleh Petugas Teller, masih banyak
kondisi slip setoran yang tidak diisi/ditulis secara lengkap.
7) Penataan persediaan alat tulis kantor dan materai tidak dilakukan oleh unit tertentu.
8) Terdapat sejumlah nasabah tabungan dan deposito yang pada formulir aplikasi
pembukaan rekening tabungan tidak diisi secara memadai.
9) Terdapat beberapa inventaris yang tidak dicantumkan Nomor Inventaris.
10) Terdapat sejumlah inventaris yang tidak terdaftar pada daftar inventaris BPR.
11) Terdapat sejumlah inventaris BPR yang tidak diketahui lagi keberadaannya.
12) Pada Komite kredit, masih ditemukan Penyimpangan/Pelanggaran yang dilakukan
oleh Anggota Komite Kredit.
13) Masih ditemukan beberapa agunan kredit yang nilai jaminannya direkayasa (harga
agunan dinilai melebihi harga pasar wajar) oleh petugas bank.
14) Terdapat 2 (dua) fasilitas kredit yang sudah dilakukan Restrukturisasi tetapi belum
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
15) Terdapat beberapa kondisi berkas kredit yang belum memenuhi ketentuan sesuai
dengan Prosedur dan Persyaratan Perkreditan.
16) Identitas agunan pada Akad Perjanjian Kredit kredit yang tidak sesuai dengan
identitas Agunan fisik.
17) Terdapat beberapa berkas kredit debitur yang memiliki agunan tanah dan bangunan
yang belum bersertifikat hak milik (masih dalam bentuk SKPT yang dikeluarkan oleh
BPN Kabupaten Nagan Raya.
18) Terdapat sejumlah kredit yang tidak agunan aslinya tidak ditemukan pada brangkas
agunan.
19) Terdapat kondisi suku bunga Deposito yang diberikan melebihi ketentuan yang
ditetapkan.
20) Saldo Kas pada setiap akhir hari yang melebihi limit maksimum sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.

REKOMENDASI

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, secara umum rekomendasi yang diberikan adalah
sebagai beriku:

1) Mengenai pengelolaan Biaya BBM petugas lapangan:


a) Pengisian BBM untuk Kenderaan pribadi petugas lapangan (Kasie Kredit, AO dan
Kolektor) yang digunakan untuk operasional bank, hanya boleh diisi bensin 1 liter
perhari.
b) Biaya servis dan ganti oli untuk kenderaan milik pribadi karyawan, harus sesuai
dengan SE Direksi yang berlaku.
c) Faktur/bon BBM yang dilampirkan harus faktur/bon resmi yang diterbitkan oleh
pihak SPBU.
d) Pimpinan Cabang bisa mengajukan kebijakan khusus ke Direksi apabila wilayah
kerja masing-masing petugas lapangan terlalu jauh dari Kantor Cabang.
e) Kenderaan pribadi milik karyawan/ti yang digunakan untuk operasional bank adalah
kenderaan roda dua (sepmor).
2) Semua jurnal transaksi wajib dibuktikan dengan bukti pendukung yang sah.
3) Setiap pengeluaran kas wajib melampirkan bukti kwitansi yang sah, minimal terdapat
tanggal, nama penjual, nilai transaksi dan stempel sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Semua pengeluaran uang yang tidak diatur dalam Peraturan Perusahaan atau ketentuan
Direksi, wajib dikembalikan oleh karyawan bank.
5) Semua kwitansi tanda terima uang harus ditulis secara lengkap dan benar seperti : nama
penerima uang, tanggal diterima uang dan tanda tangan penerima uang.
6) Terhadap Kesalahan pos transaksi yang telah dibukukan harus dilakukan pengkoreksian
kembali sesuai dengan pos transaksi masing-masing.
7) Untuk kantor operasional yang belum membukukan jumlah PPAP Kredit wajib
dilakukan penyesuaian PPAP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8) Pengawasan terhadap penyesuaian Bunga Deposito:
a) Suku Bunga Deposito wajib dilakukan penyesuaian sesuai Ketentuan LPS terbaru
dengan melalui proses Komite terlebih dahulu.
b) Apabila Deposan tidak ingin dilakukan penyesuaian Bunga Deposito, maka
dimintakan deposan untuk membuat surat pernyataan bahwa Dana Deposito yang
ditempatkan dengan kelebihan suku bunga deposito sebesar 1% bersedia tidak
dijamin oleh LPS.
9) Untuk keseragaman maka penomoran bilyet deposito harus digunakan stempel angka.
10) Mengenai pengelolaan persediaan Kantor Operasional:
a) Buatlah buku pembantu persediaan untuk semua jenis persediaan yang ada dikantor
cabang untuk membantu proses monitoring, pengontrolan dan review terhadap
persediaan dan pelaporan pada Kantor Operasional.
b) Lakukan perhitungan fisik untuk semua jenis persediaan yang ada di Kantor
Operasional sehingga tidak terjadi selisih dengan buku pembantu persediaan dan
diakui kembali ke laporan keuangan tahun berjalan.
c) Sesuaikan nominal fisik persediaan dengan nominal persediaan yang ada pada
neraca di setiap akhir bulan.
11) Terhadap pengelolaan Formulir Aplikasi pembukaan rekening:
a) Seluruh data Aplikasi Pembukaan Rekening yang kosong wajib diisi kembali secara
lengkap dan benar sesuai data yang dilampirkan.
b) Formulir Aplikasi Pembukaan Rekening Deposito wajib diisi dengan lengkap oleh
Nasabah Deposan sebagai bagian dari kelengkapan data nasabah.
c) Unit terkait wajib memastikan bahwa data aplikasi pembukaan rekening tabungan
dan deposito ada dan telah diisi secara lengkap dan benar
12) Mengenai Pengeloaan Transaksi Setoran dan Penarikan Teller:
a) Petugas teller wajib memastikan bahwa slip setoran yang akan divalidasi sudah
sesuai dengan data yang sebenarnya.
b) Kasie Akunting setiap akhir hari wajib memeriksa kembali kebenaran tanggal,
nominal serta nomor rekening setoran tabungan yang sudah dilakukan validasi oleh
teller.
13) Saldo akhir Kas Besar dan Kas Teller harus sesuai dengan limit yang berlaku.
14) Mengenai Pengelolaan Aset Tetap dan Inventaris:
a) Semua inventaris yang ada pada Kantor Operasional, harus tercatat dalam daftar aset
Kantor Operasional. Jika Belum lakukan konfirmasikan dengan Manajer SDM dan
Umum dan staf penanganan aset yang bersangkutan.
b) Setiap ada kerusakan aset/pemindahan aset ke cabang lain buatlah berita acara, Foto
aset yang rusak/maupun dialihkan dan pastikan review keterangan lokasi aset juga
diinformasikan dengan benar, sehingga keberada aset kantor bisa di monitoring
dengan baik dan inventaris kantor dapat dijaga dengan baik.
c) Untuk aset yang telah habis nilai bukunya, dapat melakukan konfirmasikan kekantor
pusat sehingga Komite Pengadaan Barang dan Jasa dapat menindaklanjuti Aset yang
tidak layak pakai dapat di beli dengan aset baru sehingga operasional cabang dapat
berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d) Masa Penyusutan Aset Tetap dan Inventaris harus disesuaikan dengan ketentuan
yang berlaku.
15) Mengenai Agunan Kredit yang nilai jaminannya direkayasa:
a) Fasilitas kredit diatas wajib dilakukan penagihan atau pengawasan secara khusus
oleh unit terkait.
b) Tim Komite Kredit harus bertanggung jawab atas penyelesaian semua tunggakan
kredit ini sampai lunas.
16) Fasilitas kredit yang sudah dilakukan restrukturisasi harus dilakukan pengawasan secara
khusus oleh unit terkait.
17) Semua persyaratan dan kelengkapan kredit harus dipenuhi sebelum fasilitas kredit
disetujui.

Anda mungkin juga menyukai