TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
2.1.2.1 Alergen inhalan
2.1.2.1.1 Polusi Udara
Selama bertahun-tahun, polusi udara di perkotaan menjadi bahan
penelitian sebagai etiologi ekstrinsik yang penting dari penyakit alergi.
Perhatian dikonsentrasikan pada zat yang berbentuk gas seperti ozon dan
nitrogen dioksida. Studi epidemiologi menunjukkan hubungan yang kuat
antara polusi udara dengan penyakit alergi. Telah dibuktikan bahwa polusi
udara dapat memperkuat reaksi alergi dengan modifikasi epitel,
mempengaruhi imunitas, dan meningkatan sensitivitas terhadap alergen.
2.1.2.1.2 Airborne allergen
Alergen ini memicu rinitis tipe perennial (bulu binatang) dan tipe
seasonal (serbuk sari). Pengembangan hipersensitivitas diasosiasikan
dengan keberadaan sekresi dari tungau debu rumah.
Bulu, kulit, liur, dan urin binatang peliharaan (khususnya kucing
dan anjing) juga menjadi sumber alergen yang penting. Bulu binatang
2.1.3 Patofisiologi
Diatesis mengenai produksi antibodi IgG adalah yang paling
penting. Sebagai respon terhadap masuknya antigen ke membran mukosa,
antibodi IgE diproduksi di mukosa hidung dan jaringan limfatik regional.
Antigen yang menjadi penyebab tersering adalah antigen inhalan, yaitu
Dermatophagoides dan serbuk sari.
Pada individu yang telah tersensitisasi, alergen yang dihirup
mukosa hidung masuk melalui sel epitel dan berikatan dengan antibodi
IgE di sel mast yang terdistribusi di seluruh mukosa hidung. Mediator
Gambar 2.1 Fase awal dan akhir patofisiologi rinitis alergi (Okubo et al.,
2011)
2.1.5 Klasifikasi
2.1.5.1 Berdasarkan Waktu
Berdasarkan waktu munculnya gejala, rinitis alergi dibagi menjadi
dua, yaitu perennial dan seasonal (Okubo et al., 2011). Tipe seasonal
muncul selama musim tertentu ketika serbuk sari pada tanaman tertentu
menyebar di udara. Sementara itu, tipe perennial muncul sepanjang tahun
(Dhingra dan Dhingra, 2010).
2.1.6 Diagnosis
2.1.6.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Riwayat lengkap dan hasil pemeriksaan fisik pasien sangat berguna
dalam memberi petunjuk pada kemungkinan alergen yang menyebabkan
rinitis alergi (Dhingra dan Dhingra, 2010). Riwayat atopi dalam keluarga
merupakan faktor predisposisi rinitis alergi yang terpenting. Pada anak,
2.1.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan rinitis alergi adalah mengurangi
gejala dan memperbaiki HRQL. Pemilihan terapi dilakukan berdasarkan
keparahan gejala, tipe penyakit, dan gaya hidup (Okubo et al., 2011).
2.1.7.1 Terapi Nonfarmakologi
a. Edukasi
2.1.8 Komplikasi
2.1.8.1 Sinusitis berulang
Gajala klinis saat rinitis alergi mengalami eksaserbasi dapat
menyebabkan obstruksi pada sinus paranasal dan menyebabkan sinusitis
berulang.
2.1.8.2 Polip hidung
Iritasi yang terjadi pada mukosa hidung secara berulang pada rinitis
alergi dapat memicu pertumbuhan polip pada hidung.
2.1.8.3 Otitis media serosa akut
Kondisi ini dapat terjadi karena adanya penyumbatan berulang
pada tuba Eustachius.
2.1.8.4 Masalah orthodontic