Konseling KB Menggunakan Flashcard Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Keikutsertaan Kontrasepsi IUD Dan MOW Pascasalin
Konseling KB Menggunakan Flashcard Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Keikutsertaan Kontrasepsi IUD Dan MOW Pascasalin
Kata kunci: Konseling, Keluarga Berencana, Flash card, Pascasalin, Pengetahuan, Sikap
Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (LPP) sebesar 1,28% yang diperkirakan jumlah
(BPS) tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia kelahiran di Indonesia sebesar 5 juta jiwa per
mengalami peningkatan sebesar 5,32% dari tahun tahun. Mengingat besarnya jumlah kelahiran per
2007. Dengan Laju Pertumbuhan Penduduk tahun maka diperlukan upaya untuk
296
297 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 296-304
dan sarana pendidikan kesehatan sebagai upaya tentang Kontrasepsi IUD dan MOW serta
untuk menampilkan pesan informasi yang ingin keikutsertaan kontrasepsi IUD dan MOW
disampaikan tenaga kesehatan kepada klien pascasalin.
sehingga dapat meningkatkan pengetahuannya
yang akhirnya dapat meningkatkan keikutsertaan
KB (Effendi N, 2000). METODE
Upaya meningkatkan kualitas pelayanan
KB, dalam arti memenuhi serta memuaskan Penelitian ini merupakan penelitian quasi
semua pihak, baik petugas atau konselor maupun eksperimen dengan rancangan one group pretest-
klien, perlu dilakukan kegiatan konseling yang posttest design. Kriteria inklusi pada penelitian
memenuhi persyaratan. Keberhasilan dan ini adalah ibu inpartu kala 1 fase laten atau ibu
keberlangsungan pemakaian alat kontrasepsi pascasalin <48 jam dan ibu yang melahirkan
akan lebih bermakna dan memuaskan apabila secara per vaginam atau per abdomen. Subjek
konseling dan media yang disampaikan efektif. penelitian ini adalah seluruh ibu pascasalin di
(Eti R, 2006; Sulistyawati A, 2011; BKKBN, Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong,
2006). Berdasarkan uraian diatas tujuan Kabupaten Bogor. Data dianalisis menggunakan
penelitian ini adalah untuk melihat apakah uji wilcoxon, Chi- square dan point bisereal
terdapat hubungan antara konseling KB dengan tingkat kepercayaan 95% dan dianggap
menggunakan media flash card dengan bermakna bila p<0,05.
peningkatan pengetahuan, sikap ibu pascasalin
HASIL
Tabel 4. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Ibu Pascasalin Sebelum dan Sesudah Pemberian
Konseling KB dengan Flash Card
Pengamatan
Z/ t Nilai
Variabel Sebelum Sesudah
Hitung p*
konseling KB Konseling KB
Pengetahuan X (SD) 62,1 (13,8) 74 (13,5)
-
Median 62,5 75 0,000
4,101
Rentang 25-90 40-100
Sikap X (SD) 12,1 (1,5) 13,8 (1,9)
-
Median 12 13,8 0,000
4,977
Rentang 9-15 9-18
* Uji Wilcoxon
Dari Tabel 4 di atas terlihat bahwa rata- flash card adalah 12,1 (1,5), sesudah pemberian
rata pengetahuan ibu pascasalin tentang KB konseling KB dengan media flash card
sebelum pemberian konseling KB adalah 62,1 meningkat menjadi 13,8 (1,9) sehingga terdapat
(13,8), sesudah pemberian konseling KB dengan perbedaan yang bermakna pengetahuan dan sikap
media flash card meningkat menjadi 74 (13,5). ibu pascasalin tentang KB pascasalin sebelum
Rata-rata sikap ibu pascasalin tentang KB dan sesudah pemberian konseling KB dengan
sebelum pemberian konseling KB dengan media media flash card (nilai p = 0,000).
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pengetahuannya kurang hanya 28,6% yang
pascasalin yang pengetahuan tentang KBnya baik ikut KB. Terdapat hubungan yang positif (nilai
sesudah pemberian konseling KB dengan media p=0,001) antara pengetahuan ibu pascasalin
flash card lebih banyak ikut KB pascasalin IUD dengan keikutsertaan kontrasepsi IUD dan MOW
dan MOW yaitu 91,2% dibandingkan dengan Pascasalin.
yang pengetahuannya cukup (81,8%), sedangkan
Tabel 6. Hubungan Sikap Sesudah Pemberian Konseling KB Menggunakan Media Flash Card
dengan Keikutsertaan Kontrasepsi IUD dan MOW Pascasalin
Keikutsertaan KB
Sikap Sesudah Total
Ikut Tidak Ikut X2 p-value
Konseling KB
n % n % n %
Mendukung 38 95,0 2 5,0 40 100
22,599 0,001
Tidak Mendukung 4 33,3 8 66,7 12 100
Total 41 80,8 10 19,2 52 100
Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa ibu yang tidak mendukung (5%). Terdapat hubungan
pascasalin yang sikapnya mendukung KB positif (nilai p=0,000) antara sikap dengan
sesudah pemberian konseling dengan media flash penggunaan kontrasepsi IUD dan MOW
card lebih banyak (95%) yang ikut KB IUD dan pascasalin.
MOW pascasalin dibandingkan dengan sikap
ujung tombak pelayanan kebidanan dan the line adalah leaflet, booklet, flip chart, dan
pelayanan KB. Didalam pelayanan kebidanan flash card (Suiraoka P, 2012).
salah satu wewenang bidan adalah memberi Penggunaan sebuah media dalam teknik
pelayanan kebidanan keluarga berencana, pendidikan kesehatan merupakan hal penunjang
sehingga berpengaruh dalam keberhasilan keberhasilan dari tujuan pendidikan kesehatan
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan tersebut. Hal ini sesuai dengan yang
reproduksi. Oleh karena itu faktor yang sangat dikemukakan oleh lembaga riset dan penerbitan
menentukan dalam pelayanan tersebut adalah komputer, computer technology research (CTR)
aspek tenaga kesehatan yang berkompeten dalam yang menyatakan bahwa orang hanya mampu
bidang ini. Salah satu caranya dengan mengingat 20 % dari yang dilihat, 30% dari yang
optimalisasi kemampuan bidan dalam didengar. Akan tetapi orang dapat mengingat
memberikan konseling kepada akseptor KB 50% dari yang dilihat dan didengar serta 80%
(Saifudin, 2006; Pusdiknakes, 2006). dari yang dilihat dan dilakukan sekaligus.
Pemberian konseling akan efektif jika (Suiraoka P, 2012; Suryanto M, 2009).
menggunakan media. Berbagai media seharusnya Penelitian yang dilakukan oleh beberapa
dapat dimanfaatkan untuk memberikan ahli mengidentifikasikan manfaat penggunaan
penyuluhan termasuk media lembar balik, namun media dalam pendidikan yaitu media dapat
masih jarang digunakan oleh bidan dengan alasan memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu
repot dan tidak sempat karena membutuhkan bersifat verbalistik. Jika materi hanya
waktu lama dalam penggunannya. Fungsi petugas disampaikan secara verbalistik, terutama pada
kesehatan juga tergerus karena kurangnya sasaran yang memiliki keterbatasan dalam bahasa
dukungan. Padahal, petugas kesehatan penting maka sasaran akan sulit menerima materi yang
untuk mengedukasi dan memberikan konseling disampaikan. Hambatan ini dapat diatasi dengan
sehingga masyarakat dapat merencanakan menampilkan gambar atau foto sehingga
keluarga dengan baik dan rasional (BKKBN, menimbulkan persepsi yang sama pada sasaran.
2014; Kemenkes, 2010). Media juga dapat mengatasi keterbatasan ruang,
Kegiatan konseling merupakan bagian dari waktu dan daya indera (Suiraoka P, 2012;
kegiatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi Wiryanto P, 2004).
secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya di Pada penelitian ini, flash card efektif
lapangan kegiatan ini perlu dibina dan digunakan sebagai media dalam pemberian
dikembangkan menuju pada pelayanan yang konseling KB pascasalin IUD dan MOW. Hal ini
lebih berkualitas dengan jaringan dan pelayanan dibuktikan dari hasil post-test pengetahuan dan
yang mempunyai sistem rujukan yang dapat sikap responden lebih tinggi nilainya daripada
diandalkan, sehingga akseptor merasa puas atas pre-test.
pelayanan yang diterimanya (Eti R, 2006). Dalam Hasil penelitian ini sesuai dengan
upaya meningkatkan kualitas pelayanan KB, penelitian Mahamed, F. yang menyimpulkan
dalam arti memenuhi serta memuaskan semua bahwa metode pendidikan kesehatan tentang
pihak, baik petugas konselor maupun klien, perlu keluarga berencana yang efektif dapat
dilakukan kegiatan konseling yang memenuhi meningkatkan pengetahuan dan menimbulkan
persyaratan. Dengan komunikasi dan konseling sikap yang baik terhadap program keluarga
yang efektif, maka keberhasilan dan berencana. Selain itu hasil penelitian Syofia
keberlangsungan pemakaian alat kontrasepsi menyatakan terdapat pengaruh penyuluhan
akan lebih bermakna dan memuaskan. dengan flash card terhadap peningkatan
(Sulistiawati A, 2001; BKKBN, 2006). pengetahuan dan sikap siswa tentang makanan
Konseling KB yang efektif dapat bergizi, beragam, seimbang dan aman
meningkatkan pengetahuan terhadap keluarga (Mahamed, 2012; Syofia. 2014).
berencana yang akan membentuk keyakinan Media flash card merupakan media yang
tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai sudah lama dikenal dan digunakan sebagai media
dengan keyakinannya (Notoatmodjo, 2010; visual untuk proses belajar dan mengajar karena
Sifudin, 2009). Perilaku merupakan respon atau memiliki empat fungsi media pembelajaran yaitu
reaksi seseorang terhadap stimulus (Azwar S, fungsi atensi (menarik), fungsi afektif
2000; Simamora B, 2000). (kenikmatan belajar), fungsi kognitif
Stimulus dapat diberikan melalui media (memperlancar pencapaian tujuan belajar), dan
pendidikan kesehatan, terdapat beberapa kategori fungsi kompensatoris (mengakomodasikan siswa
media pendidikan yaitu above the line dan below yang lemah belajar). Media yang menarik dapat
the line. Kategori media yang termasuk dalam meningkatkan minat dan memudahkan seseorang
above the line adalah film, radio, dan TV. Below
Haris, Konseling KB Menggunakan Flashcard terhadap Peningkatan Pengetahuan, ... 302
untuk memahami isi materi pendidikan kesehatan KB. Dengan pengetahuan yang baik akan
yang disampaikan (Suiraoka, 2012). membentuk sikap yang positif terhadap KB, yang
Flash card mudah dibawa kemana-mana, kemudian akan diikuti dengan perilaku positif
jika gambar-gambarnya menarik akan merupakan pula yaitu dengan ibu menggunakan KB (Azwar
daya rangsang kelompok sasaran untuk S, 2000). Pembentukan perilaku itu sendiri tidak
memperlihatkan dan mendengarkan secara tekun, semata-mata berdasarkan pengetahuan, tetapi
dan pokok pembicaraan mudah diingat karena masih dipengaruhi oleh banyak faktor yang
disajikan dalam bentuk cerita gambar (Effendi, sangat kompleks (Wawan A, 2010).
2000). Hal ini sejalan dengan penelitian Sartika Sikap ibu pascasalin yang baik atau positif
bahwa permainan edukatif seperti kartu tentang KB dapat berpengaruh terhadap
bergambar (flash card) puzzel, alat menggambar, keikutsertaan KB pascasalin. Hal ini didukung
menggunting, menggambar, simulasi alat oleh teori bahwa sikap terbentuk dari tiga struktur
kebersihan diri dan bahan makanan yang saling menunjang, yaitu komponen yaitu
meningkatkan skor pengetahuan anak tentang komponen kognitif, afektif, dan konatif. Sikap
praktik kebersihan diri dan makanan sehat bergizi adalah respons tertutup seseorang terhadap
(Sartika, 2013). stimulus atau objek tertentu, yang sudah
Pengetahuan merupakan domain yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak
seseorang termasuk kemandirian dan tanggung setuju, baik-tidak baik dan sebagainya).
jawabnya dalam berperilaku. Keikutsertaan Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial
kontrasepsi pascasalin sangat dipengaruhi menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan
pengetahuan yang dimiliki oleh ibu, tanpa atau kesedian untuk bertindak dan bukan
didasari dengan pengetahuan yang baik maka merupakan pelaksanaan motiv tertentu. Dengan
akan memengaruhi penerimaan ibu terhadap KB kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan
pascasalin (Azwar S, 2000). (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi
Menurut hasil penelitian Sukaisih, ada merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau
hubungan antara pengetahuan tentang kontrasepsi reaksi tertutup (WHO, 2006).
dengan penggunaan alat kontrasepsi pada Jika dilihat keikutsertaan KB pascasalin
pasangan usia subur (Trussel J, 1995). Hal ini IUD dan MOW pada penelitian ini, dari Tabel 2
selaras dengan pendapat Purba (2008) dalam dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu
penelitiannya bahwa semakin tinggi pengetahuan pascasalin menggunakan KB IUD sedangkan
maka pemakaian alat kontrasepsi akan yang menggunakan MOW hanya 7,7%, namun
meningkat. Pengetahuan yang baik dapat menjadi dalam penelitian ini angka ini sudah baik karena
dasar yang memengaruhi pemilihan alat sudah sesuai dengan karakteristik responden yang
kontrasepsi yang akan digunakan (Notoatmodjo. harus menggunakan MOW. Penelitian ini hanya
2010). menilai penggunaan KB IUD dan MOW
Penelitian yang dilakukan Dainah pascasalin dalam 48 jam sehingga tidak dapat di
menyatakan hal yang sama bahwa pengetahuan ketahui responden yang menggunakan MKJP
yang cukup tentang KB pascasalin dapat (IUD, MOW dan implan) pada 6 minggu
memberdayakan ibu pascasalin dalam membuat pascasalin.
pilihan dan keputusan untuk menggunakan KB Terdapat faktor lain yang mungkin
pascasalin. Tingkat kemandirian setiap individu memengaruhi keikutsertaan KB yang tidak
yang lebih nyata akan bertahan apabila didasari diteliti pada penelitian ini. Faktor-faktor tersebut
oleh pengetahuan yang kuat (Trussel J, 1995). antara lain seperti riwayat pemakaian kontrasepsi
Salah satu faktor yang memengaruhi yang lalu, status menyusui, status amenore, status
perilaku seseorang adalah pengetahuan. pernikahan, keinginan punya anak, indeks
Pengetahuan sebagai faktor predisposisi, yaitu kekayaan, dan lain-lain (Widyastuti, 2014;
faktor mempermudah atau mempredisposisikan Ekabua J, 2010).
terjadinya perilaku seseorang. Perilaku yang
didasari dengan pengetahuan akan lebih baik dari
pada perilaku yang tidak didasari dengan SIMPULAN
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003; Wawan A.
2010). 1. Pengetahuan dan sikap ibu pascasalin
Pengetahuan tentang KB dapat tentang KB IUD dan MOW sesudah
menyebabkan orang menggunakan KB pemberian konseling KB dengan media
sebaliknya kebiasaan menggunakan pelayanan flash card lebih baik daripada sebelum
KB akan menambah pengetahuan mereka tentang pemberian.
303 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 296-304
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni Y. 2012. Pelayanan Keluarga Eti R. 2006. Hubungan Antara Konseling dengan
Berencana. Bantul Yogyakarta: Rohima Kepuasan Aksektor KB di Puskesmas
Press Sewon. Manyaran Semarang.
Azwar S. 2000. Sikap Manusia Teori dan Hartanto H. 2010. Keluarga Berencana dan
Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Kontrasepsi. Cetakan 7 ed. Jakarta:
BKKBN. 2014. Upaya Meningkatkan Pustaka Sinar Harapan.
Pemakaian Alat Kontrasepsi (KB) Kim Y, Kols A, Putjuk F, Heerey M. 2003.
Pascapersalinan dan Pascakeguguran di Participation by Clients and Nurse
Rumah Sakit. Midwives in Family Planning Decision
BKKBN. 2013. Survey Demografi dan Making In Indonesia. Patient Educ Couns,
Kesehatan Indonesia. Kementerian 50 (3):295−302.
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Mahamed F. 2012. Impact of Family Planning
BKKBN. 2006. Pedoman Tekhnis Komunikasi Health Education on the Knowledge and
Interpersonal/ Konseling KB. Jakarta. Attitude among Yasoujian Women. Global
Conde A, Belizan J. 2000. Maternal Morbidity Journal of Health Science, Vol 4 (2).
and Mortality Associated With Notoatmodjo S. 2010. Promosi Kesehatan: Teori
Interpregnancy Interval. British Medical dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Journal, 321:1255−9. Notoatmodjo S. 2003. Pengantar Pendidikan
Development USAoI. 2008. The Postpartum dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta:
Intrauterine Device: a Training Course for Andi Offset.
Service Providers New York: Notoatmodjo S. 2007. Pendidikan dan Perilaku
EngenderHealth. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Effendi N. 2000. Dasar-dasar Keperawatan Purba JT. 2008. Faktor-faktor yang
Kesehatan Masyarakat 2. Editor. Jakarta: Mempengaruhi Pemakaian Alat
EGC. Kontrasepsi Pada Isteri PUS di
Ekabua J, Ekabua K, Odisolu P, Iklaki C. 2010. Kecamatan Rambah Samo Kabupaten
Factors Associated With Contraceptive Rokan Hulu Tahun 2008. Tesis. Medan:
Use and Initiation of Coital Activity After Program Pascasarjana IKM USU.
Childbirth. Dove Press Journal, 1:85−91. Pusdiknakes Depkes RI. 2006. Kompetensi
Bidan Indonesia. PP IBI
Haris, Konseling KB Menggunakan Flashcard terhadap Peningkatan Pengetahuan, ... 304
Rustein S. 2005. Effects of Preceding Birth Syofia. 2014. Pengaruh Penyuluhan Makanan
Intervals on Neonatal, Infant and Under Bergizi Beragam Seimbang dan Aman
Five Years Mortality and Nutritional dengan Menggunakan Flash Card dalam
Status in Developing Countries. The Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap
Demographic and Health Survey Int J Anak Kelas 1-3 SD Islam Titi Berdikari
Gynaecol Obstet. 89:S7−24. Kecamatan Medan Labuhan.
Sartika. 2013. Pengaruh penyuluhan dengan Trussel J, Leveque JA, Koeniq JD. 1995. The
Flash Card Terhadap peningkatan Economic Value of Contraception: a
Pengetahuan dan Sikap Anak Balita Comparison of Methods. American
Dalam Pemilihan Jajanan Sehat. Journal of Public Health, 85(4): 494−503
Saifudin AB. 2006. Buku Panduan Praktis Wawan A, Dewi. 2010. Teori dan Pendekatan
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Pengetahuan, Sikap, dan Partisipsi
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Simamora B. 2000. Panduan Riset Perilaku WHO. 2006. Decision-making Tool for Family
Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Planning Clients and Providers: Technical
Utama. Adaptation Guide. Geneva.
Suiraoka, P., Supariasa D. 2012. Media Widyastuti L., Saikia U. 2014. Postpartum
Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta. Graha Contraceptive Use in Indonesia: Recent
Ilmu. Patterns and Determinant.
Sulistyawati A. 2011. Pelayanan Keluarga Wiryanto HP. 2004. Pengantar Ilmu
Berencana. Jakarta: Salemba Medika. Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
Suryanto M. 2009. Multimedia: Alat Untuk
Meningkatkan Keunggulan Bersaing.
Yogyakarta: Andi Karya.