Anda di halaman 1dari 9

ARSITEKTUR DAN

URBANISME
SUSTAINABLE ARSITEKTUR
SUSTAINABLE ARSITEKTUR

Arsitektur terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat dan budaya.Sudah banyak
inovasi-inovasi bangunan yang dilakukan. Baik dalam hal material, cara membangun, maupun bentuk dari
bangunan itu sendiri. Namun sayangnya banyak dari bangunan tersebut yang dibuat dengan tanpa
memperhatikan aspek lingkungan untuk jangka panjang. Sehingga menjadi timbul masalah baru yang
membawa dampak negatif kepada lingkungan itu sendiri. Hal tersebut diperparah dengan kondisi iklim yang
semakin memburuk dan dampaknya sudah sebagian dapat kita rasakan saat ini. Isu ini sudah berkembang
menjadi isu global yang biasa kita dengar yaitu global warming. Bila hal ini tidak dipikirkan bagaimana
penyelesaiannya, entah apa yang akan terjadi pada bumi kita akibat perkembangan dalam bidang
arsitektur khususnya. Oleh karena itu saat ini kita harus mulai bertindak. Arsitektur
berkelanjutan atau yang biasa dikenal dengan Sustainable architecture lahir sebagai salah satu
aksi yang harus kita lakukan untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan. Arsitektur
berkelanjutan memiliki banyak pengertian dari berbagai pihak. Beberapa diantaranya adalah
pengertian yang dikutip dari buku James Steele, Suistainable Architecture adalah, ”Arsitektur
yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke
masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh
masyarakat terkait”.

Secara umum, pengertian dari arsitektur berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan dalam
bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber
daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan
lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan,
dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf
pengerusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan
potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam
tersebut.

Pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk diaplikasikan di era modern ini. Maksud dari
pembangunan yang berkelanjutan ini memiliki beberapa prinsip, yaitu:

1. Environmental Sustainability:

a. Ecosystem integrity

b. Carrying capacity

c. Biodiversity

Yaitu pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama karena
memungkinkan terjadinya keterpaduan antarekosistem,yang dikaitkan dengan umur potensi vital
sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati,
dan perindustrian. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf
pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya
untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
2. Social Sustainability:

a. Cultural identity

b. Empowerment

c. Accessibility

d. Stabilitye

e. Equity

Yaitu pembangunan yang minimal mampu mempertahankan karakter dari keadaan sosial setempat.
Namun, akan lebih baik lagi apabila pembangunan tersebut justru meningkatkan kualitas sosial yang
telah ada. Setiap orang yang terlibat dalam pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupun objek,
haruslah mendapatkan perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar tercipta suatu stabilitas sosial
sehingga terbentuk budaya yang kondusif.

3. Economical Sustainability:

a. Growth

b. Development

c. Productivityd.

d. Trickle-down

Yaitu pembangunan yang relative rendah biaya inisiasi dan operasinya. Selain itu, dari segi
ekonomi bisa mendatangkan profit juga, selain menghadirkan benefit seperti yang telah disebutkan
pada aspek-aspek yang telah disebutkan sebelumnya. Pembangunan ini memiliki ciri produktif
secara kuantitas dan kualitasnya, serta memberikan peluang kerja dan keuntunga lainnya untuk
individu kelas menengah dan bawah.

Arsitektur berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen Internasional tentang


pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dan fokus perhatiannya kepada
faktor manusia dengan menitikberatkan pada pilar utama konsep pembangunan berkelanjutan yaitu aspek
lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping pilar pembangunan ekonomi dan
sosial.

Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara


lain dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan material,
penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah. Perlunya lebih banyak promosi bagi
arsitektur berkelanjutan adalah sebuah keharusan, mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan
adanya degradasi kualitas atmosfer bumi yang memberi dampak pada pemanasan global. Semakin banyak
arsitek dan konsultan arsitektur yang menggunakan prinsip desain yang berkelanjutan, semakin banyak pula
bangunan yang tanggap lingkungan dan meminimalkan dampak lingkungan akibat pembangunan. Dorongan
untuk lebih banyak menggunakan prinsip arsitektur berkelanjutan antara lain dengan mendorong pula pihak-
pihak lain untuk berkaitan dengan pembangunan seperti developer, pemerintah dan lain-lain. Mereka juga
perlu untuk didorong lebih perhatian kepada keberlanjutan dalam pembangunan ini dengan tidak hanya
mengeksploitasi lahan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa kontribusi
bagi lingkungan atau memperhatikan dampak lingkungan yang dapat terjadi.

Sebagai proses perubahan, pembangunan berkelanjutan harus dapat menggunakan sumber daya
alam, investasi, pengembangan teknologi, serta mampu meningkatkan pencapaian kebutuhan dan aspirasi
manusia. Dengan demikian, arsitektur berkelanjutan diarahkan sebagai produk sekaligus proses
berarsitektur yang erat mempengaruhi kualitas lingkungan binaan yang bersinergi dengan faktor ekonomi
dan sosial, sehingga menghasilkan karya manusia yang mampu meneladani generasi berarsitektur di
masa mendatang. Proses keberlanjutan arsitektur meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan, mulai
dari proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan. Visi arsitektur
berkelanjutan tidak saja dipacu untuk mengurangi emisigas rumah kaca (greenhouses effect),
juga mengandung maksud untuk lebih menekankan pentingnya sisi kualitas dibanding
kuantitas ditinjau dari aspek fungsional, lingkungan, kesehatan, kenyamanan, estetika dan
nilai tambah. Secara normatif, hal ini sudah terakomodasi dalam peraturan perundangan
seperti ketentuan tentang fungsi bangunan gedung, persyaratan tata bangunan yang berkaitan dengan aspek
lingkungan dan estetika pada berbagai skala dan cakupan baik ruangan, bangunan, lingkungan, maupun
persyaratan keandalan bangunan gedung yang meliputi keselamatan, kesehatan, kenyamaman dan
kemudahan. Dari sisi ini, kesadaran faktor manusia dikedepankan dibanding faktor lain. Hal ini mengingat
paradigma yang juga sudah berubah dan mengalami perkembangan yang awalnya sebagai paradigma
pertumbuhan ekonomi, kemudian bergeser keparadigma kesejahteraan. Di era reformasi dan
demokratisasi politik di Indonesia, mulai bergeser ke pola paradigma pembangunan yang berpusat pada
manusia (people centered development paradigm) yang lebih bernuansa pemberdayaan komitmen
internasional.

Penerapan prinsip arsitektur berkelanjutan diantaranya:

1. Dalam energy strategi, seperti :

a. Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada siang hari, untuk
mengurangi penggunaan energi listrik.

b. Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan (air conditioner).

c. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu
juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu
hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.

d. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur


intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.

e. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang
bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.

f. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh


penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
g. Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan cara-cara inovatif lainnya.

h. Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk menampung dan mengolah
air hujan untuk keperluan domestik.

i. Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan penghawaanalami merupakan


konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis.

Contoh bangunan :

Vertical Village -Mix- use Building wiht Solar Panels in Dubai

Bangunan yang menekankan pengurangan solar gain dan memaksimalkan produksi


matahari. Bangunan-bangunannya diarsir sendiri di sisi utara dan pada sumbu timur-barat
untuk mengurangi penetrasi matahari sudut-panjang. Kolektor surya di ujung selatan secara
otomatis berputar untuk memaksimalkan agregasi energi matahari. Gedung multi guna, yang
diharapkan mendapatkan Sertifikat Emas LEED, menawarkan estetika yang menarik yang
akan dengan mudah membuat tanda 0n Dubai skyline yang dinamis.

2. Dalam efisiensi penggunaan lahan:

a. Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau
ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yang ada tidak memiliki cukup lahan hijau
dan taman. Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.

b. Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan
berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan (tamanatap), taman gantung (dengan
menggantung pot-pot tanaman pada sekitar bangunan), pagar tanaman atau yang dapat diisi
dengan tanaman, dinding dengan taman pada dinding, dan sebagainya.

c. Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon,
sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi dengan bangunan.

d. Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan fleksibilitas buka-tutup
yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi untuk mengintegrasikan luar dan
dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang yang lebih besar.

e. Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak
ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan.
Contoh bangunan :

Gedung EDITT, Singapura

Bangunan yang efesiensi lahan. Bangunan ini dibangun meninggi demi kecukupan lahan.
Bangunan ini di desain dengan ruang-ruang terbuka.

3. Dalam efisiensi penggunaan material, seperti :

a. Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak
membuang material, misalnya kayu sisa dapat digunakan untukbagian lain bangunan.

b. Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa digunakan,
misalnya sisa bongkaran bangunan lama

c. Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-
baiknya, terutama untuk material seperti kayu.

Contoh bangunan :

John and Frances Angelo’s Law Center, Maryland


Gedung ini didesain dengan semangat mengatasi emisi pemanasan global dan
menetralitas iklim. Bambu, kayu bersertifikat, dan beton yang dibuat dari bahan-bahan daur
ulang adalah sebagian kecil dari teknologi ramah lingkungan yang dimiliki gedung ini.

Dalam penggunaan teknologi dan material baru :

a. Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan
air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain
secara independen

b. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka
kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi, murah dan terbuka
terhadap inovasi, misalnya bambu.

4. Dalam manajemen limbah, seperti :

a. Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water, grey
water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.

b. Cara-cara inovatif yang patut dicoba seperti membuat sistem dekomposisi limbah
organik agar terurai secara alami dalam lahan, membuat benda-benda yang biasa menjadi limbah
atau sampah domestik dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau dapat dengan mudah
terdekomposisi secara alami.

Contoh bangunan :

Collaborative Life Sciences Building, Portland

Sekitar 30% dari gedung ini dibangun dengan material limbah yang didaur ulang.Tak
hanya atap yang mampu menghasilkan listrik sendiri, gedung ini juga mendaur ulang airnya
untuk berbagai keperluan.
5. Dalam water conservation

a. Gunakan air hujan tersebut (tampung) hingga tak ada lagi yang terbuangbegitu saja.

b. Bila ada sisa, resapkan air hujan ke dalam tanah. Selama ini, air hujan selalu langsung dialirkan ke
selokan yang berakhir di laut. Hal ini tidak memberikan kesempatan pada air hujan untuk meresap ke
dalam tanah karena semua selokan diberi perkerasan seluruh permukaannya.

c. Bila masih ada lebihnya, baru dialirkan ke dalam selokan-selokan kota. Selain menghemat air
bersih, cara seperti ini bisa mengurangi tingkat banjir. Karena selokan-selokan tidak akan
dipenuhi air.

Contoh bangunan :

Vertical Farm for Futuristic London Bridge

Menara-menara bertenaga surya ini dimahkotai dengan turbin angin dan rumah
pertanian organik dan pusat komersial mandiri yang mengambil keuntungan dari pembangkit
energi terbarukan, penggunaan air yang efisien, pemanas matahari, dan ventilasi alami.
Ventilasi alami itulah yang menggerakkan turbin poros angin vertikal yang ditempatkan di
bagian atas menara. Pemanasan tenaga surya untuk air panas terjadi pada kumparan konveksi,
sementara EFTE di atas inti peternakan menyediakan kulit PV surya ringan untuk
pembangkit listrik. Pengumpulan air hujan akan digunakan untuk mendukung toilet dan
pertanian hidroponik, dan greywater akan dirawat dan didaur ulang.

6. Dalam culture invention :

Penemuan budaya adalah setiap inovasi yang dikembangkan oleh orang-orang yang
bukan objek material . Penemuan budaya termasuk serangkaian perilaku yang diadopsi oleh
sekelompok orang . Mereka diabadikan dengan diteruskan kepada orang lain di dalam
kelompok atau di luarnya. Mereka juga diteruskan ke kelompok dan generasi masa depan.
Sumber-sumber penemuan budaya dapat berasal dari luar kelompok tertentu atau dari dalam
kelompok itu.

Allan Hanson , seorang antropolog postmodern , percaya bahwa tujuan analitis


mempelajari penemuan budaya tidak untuk mengungkapkan bagian mana dari sistem
keyakinan budaya yang diciptakan, tetapi lebih untuk mempelajari bagaimana penemuan
budaya diterima sebagai otentik dalam kelompok. Gagasan ini telah ditanggapi dengan kritik
dari dalam komunitas antropologis serta dari sumber-sumber luar, dan telah disebut sebagai
revisionis politis dan anti-pribumi. Ketakutannya adalah bahwa melihat penemuan budaya
sebagai suatu proses yang mengarah pada sesuatu yang otentik dan diterima secara luas dapat
melemahkan tradisi masyarakat pribumi di samping mempertanyakan otoritas yang mereka
miliki atas budaya mereka sendiri. Arsitektur tradisional adalah arsitektur yang dibuat dengan
budaya dengan cara yang sama secara turun temurun dengan sedikit atau tanpa adanya
perubahan-perubahan yang signifikan pada bangunan tersebut.

7. Komunitas Lingkungan

Komunitas lingkungan merupakan komunitas yang mempunyai kepedulian terhadap


lingkungan dan ingin mewujudkannya dalam aksi nyata. dan berkelanjutan untuk menangani
masalah perubahan iklim dan lingkungan hidup. Komunitas lingkungan itu untuk dapat
melakukan kegiatan yang inovatif, bersinergi, dan berkelanjutan dalam menyelamatkan bumi.

8. Optional Manajemen

Arsitek sebagai manajer dalam organisasi perancangan harus memahami tugas


individu dan organisasi dalam perancangan bangunan, manajemen adalah lingkup yang luas
untuk bagaimana mengembangkan kemampuan komunikasi, kreatifitas, pemikiran kritis,
evaluasi diri dan efektifitas personal, disamping itu seorang arsitek harus mengembangkan
pengetahuan mengenai teknologi bangunan dalam lingkup ruang arsitektural, struktural,
lingkungan serta kebutuhan bangunan untuk mendapatkan rancangan yang baik dan
benar dan terutama berfokus pada bangunan sebagai sebuah proses dan produk yang
diterapkan dalam manajemen perancangan.

9. Ekonomi Strategi

Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Tujuan pengelolaan lingkungan adalah
pemanfaatan dan konservasi untuk kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini terdapat dua
criteria utama yaitu, Economy Strategi.

Anda mungkin juga menyukai