Anda di halaman 1dari 65

RELEVANSI DAN RELIABILITAS INFORMASI

KEUANGAN UKM DALAM PENGAMBILAN


KEPUTUSAN KREDIT BANK PERKREDITAN
RAKYAT DI KOTA SALATIGA

TESIS

Diajukan Kepada
Program Studi M agister Akuntansi
Untuk M emperoleh Gelar M agister Akuntansi

Oleh:
ESTER ENTI NATALIA
NPM. 932012004

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

i
ii
iii
Didalam tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagaian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian
kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa
memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau
meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga, termasuk pe ncabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Salatiga, 20 September 2016


Yang memberi pernyataan,

Ester Enti Natalia

RELEVANSI DAN RELIABILITAS INFORMASI


KEUANGAN UKM DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KREDIT BANK PERKREDITAN
RAKYAT DI KOTA SALATIGA

TESIS

Oleh:

ESTER ENTI NATALIA


iv
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Karya Akhir : Relevansi Dan Reliabilitas Informasi


Keuangan UKM Dalam Pengambilan
Keputusan Kredit Bank Perkreditan
Rakyat Di Kota Salatiga
Nama M ahasiswa : Ester Enti Natalia
NPM : 932012004
Program Studi : Magister Akuntansi

M enyetujui,

Harijono, SE., MAF., M.Com.,(Hons).,PhD Like Soegiono, SE, M.Si


Pembimbing Pembimbing

M engesahkan,

Marwata, SE., M.Si., Ph.D., Akt., CA.


Ketua Program Studi M agister Akuntansi

Dinyatakan Lulus Ujian tanggal : 10 Agustus 2016

v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tuhan Yesus itu sangat baik..


..Ia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya..
Dan kini aku tahu bahwa..
..semua perjuanganku TIDAK SIA-SIA..
..karena Ia selalu besertaku.
Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA
yang memberi kekuatan kepadaku
Filipi 4 : 13

Semua yang terjadi di dalam hidupku, semua yang baik


dan semua yang indah, sudah menjadi rencanaNya
untuk masa depanku. 

Tesis ini dipersembahkan kepada:

Tuhan Yesus sumber pengharapan dan kekuatan


Papi, Ibuk, dan Mbak Maria yang selalu mendukungku dan banyak
berkorban untukku…
Merekalah yang mampu membuat aku kuat dan terus bertahan, sampai
saat ini…

vii
UCAPAN TERIM A KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus


Kristus, yang oleh karena penyertaan, kasih dan hikmatNya,
tesis ini telah dapat diselesaikan dengan baik. Pada
kesempatan yang membahagiakan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat
kepada berbagai pihak antara lain kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia memberikan
perlindungan, kekuatan dan hikmat sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini.
2. Keluarga tercinta, Papi Tamsir Handoyo, Ibuk Titin Tyas
Bekti, Mbak Maria Entina Puspita, yang telah
memberikan cinta dan kasih sayang kepada penulis,
serta mendukung selama perkuliahan, maupun saat
penulisan tesis ini.
3. Bapak Harijono, SE., MAF., M.Com.,(Hons).,PhD dan Ibu
Like Soegiono, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing
yang dengan penuh kesabaran telah memberi
pengarahan, memberi banyak inspirasi, ide, saran, dan
kritik selama penulisan tesis ini.
4. Bapak Marwata, SE., M.Si., Ph.D., Akt., CA., selaku
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Magister
Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama masa studi.
6. Para sahabat terkasih, kak Adrian Edo Laihad,
Paskanova Christi Gainau, dan Grieselda Maulany.
Terima kasih atas waktu yang banyak diluangkan untuk
diskusi dan sharing yang sangat membantu penulis
dalam penyelesaian tesis ini. Sukses beserta kita semua.

viii
7. Bank Perkreditan Rakyat di Kota Salatiga yang telah
membantu memberikan data dan meluangkan waktu
untuk wawancara terkait tesis ini, terutama Bapak
Marcus, Bapak Wiyono, Bapak Bambang, Bapak
Haryono, dan Bapak Rusdy. Terima kasih.
8. Teman-teman Pelayanan Kategorial Pelayanan Anak (PA)
dan Gerakan Pemuda (GP) GPIB Tamansari Salatiga,
terima kasih untuk kebersamaan dalam pelayanan,
canda tawa, sukacita, doa dan dukungan yang
diberikan. Tetap setia melayani Tuhan yaaa... Tuhan
Yesus memberkati kita semua.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu dan telah memberikan dukungan, motivasi, maupun
bantuan kepada penulis, Tuhan Yesus senantiasa
melindungi, menyertai dan memberkati kita sekalian.

Salatiga, September 2016


Penulis

ix
KATA PENGANTAR

Penelitian ini berkaitan dengan relevansi dan


reliabilitas informasi keuangan UKM dalam pengambilan
keputusan kredit BPR di kota Salatiga. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
memberikan saran bagi UKM untuk meningkatkan
kualitas informasi keuangannya. Selain itu, memberikan
masukan bagi BPR dalam mempertimbangkan pemberian
kredit kepada UKM. Selama ini penelitian banyak terfokus
pada usaha besar, sedangkan penelitian untuk UKM
sendiri belum banyak dilakukan. Penelitian ini masih
memiliki banyak kekurangan dan kesempurnaan sehingga
masukan, saran, dan kritik yang membangun sangat
diharapkan. Semoga dari hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan kontribusi bagi pihak-pihak
yang berkepentingan serta dapat memberikan dorongan
bagi peneliti-peneliti lain untuk melakukan
pengembangan penelitian serupa di kemudian hari.

Salatiga, September 2016

Penulis

x
SARIPATI

Penelitian ini mengkaji apakah bank menggunakan


informasi keuangan yang disajikan oleh UKM dalam
pengambilan keputusan kredit, serta apakah informasi
keuangan tersebut relevan dan reliabel untuk pengambilan
keputusan kredit oleh bank. Peneliti menggunakan strategi
explanatory research yang dilakukan di Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) di kota Salatiga, dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Pemilihan narasumber menggunakan
metode accidental sampling untuk memperoleh data yang
dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi
keuangan UKM relevan, tetapi tidak reliabel untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan kredit.

Kata Kunci: Informasi keuangan, relevansi, reliabilitas,


pengambilan keputusan kredit, UKM

xi
ABSTRACT

This study examines whether the banks use the


financial information presented by SMEs in making credit
decisions, and whether the financial information is relevant
and reliable for credit decision making. An explanatory
research strategy is employed in this research. Accidental
sampling method are used to select informant from rural banks
(BPR) in Salatiga. The results show that SMEs financial
information is relevant, but not reliable for credit decision
making.

Keywords: Financial information, relevance, reliability,


making credit decisions, SMEs

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................... i


PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT....................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES .......................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................... v
PENGESAHAN TESIS .................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................... vii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................... x
SARIPATI ...................................................................... xi
ABSTRACT ..................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................ 6
BAB III METODE PENELITIAN ...................................... 17
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN............... 20
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................. 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 46
LAMPIRAN ..................................................................... 50

xiii
DAFTAR GAM BAR

GAMBAR 2.1 PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN .......................... 7


GAMBAR 2.2 KERANGKA KARAKTERISTIK KUALITATIF .................. 15
GAMBAR 3.1 KERANGKA OPERASIONAL PENELITIAN ..................... 19

xiv
1. PENDAHULUAN
Lembaga Perbankan merupakan mediator yang
berfungsi untuk mengelola dana dari pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana (kreditur) dan kemudian
menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dana
(debitur). Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus
mempertanggungjawabkan simpanan kreditur dan
mengelola penyaluran dana kepada pihak debitur dengan
baik. Dengan kata lain, lembaga perbankan merupakan
pihak yang menjalankan bisnisnya dengan menggunakan
dana pihak lain untuk memperoleh keuntungan (Saryadi,
2007).
Fungsi bank yaitu sebagai lembaga yang
menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan,
menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit,
dan melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran
uang (Kuncoro, 2002). Masing-masing fungsi harus
dijalankan dengan baik demi kelancaran operasional
bank. Salah satu fungsi yang memiliki peranan penting
bagi bank adalah fungsi penyaluran kredit. Dalam
aktivitas penyaluran kredit, bank memerlukan informasi
keuangan debitur yang relevan dan reliabel untuk
menunjang pengambilan keputusannya. Informasi
keuangan yang disajikan debitur akan dianalisis oleh
bank untuk mengetahui keadaan debitur. Analisis
terhadap informasi keuangan ini akan digunakan untuk
menilai apakah debitur layak diberikan kredit atau tidak.
Dalam Financial Accounting Standart Board 1978
(FASB), laporan keuangan merupakan alat utama bagi
perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan
kepada pihak eksternal. Dengan kata lain, laporan
keuangan bukan sekedar akhir dari suatu siklus namun
lebih ke arah penyediaan informasi yang bermanfaat
untuk pengambilan keputusan bisnis (Hefes, 2005). Hal

1
ini menunjukkan bahwa informasi keuangan memiliki
dampak yang signifikan bagi kelangsungan suatu bisnis.
Informasi keuangan yang pada awalnya lebih digunakan
untuk pertanggung jawaban usaha, saat ini lebih
cenderung digunakan untuk pengambilan keputusan.
Bagi bisnis perbankan, informasi keuangan debitur
merupakan hal penting bagi bank dalam upaya
mempertimbangkan pemberian kredit.
Penyaluran kredit golongan mikro, kecil dan
menengah menjadi segmen yang diminati baik oleh
industri perbankan maupun jasa keuangan non bank
lainnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya
minat industri keuangan tersebut adalah tingkat risiko
kredit yang relatif dapat ditekan, pasar yang cenderung
besar dan dapat terus berkembang, serta persyaratan
administratif yang cenderung lebih mudah untuk
dipenuhi (Malik, 2008).
Zulfikar (2012) mengungkapkan permodalan bagi
Usaha Kecil Menengah (UKM) masih merupakan suatu
permasalahan utama, setidaknya 30% masalah yang
dihadapi UKM di Indonesia adalah sulitnya memperoleh
permodalan. Salah satu faktor yang menjadi kesulitan
UKM dalam permodalan dari perbankan selama ini adalah
sikap kehati-hatian perbankan dalam mengucurkan
kredit. Fungsi intermediasi perbankan terikat pada
prudential banking (prinsip kehati-hatian). Peran praktik
akuntansi yang diterapkan dalam manajemen sebuah
UKM setidaknya akan dapat menghasilkan sebuah
laporan keuangan sebagai refleksi kinerja yang dicapai.
Pihak analisis kredit di perbankan menjadikan laporan
keuangan sebagai alat dalam menilai kelayakan usaha
yang terkait untuk mendapat bantuan permodalan.
Sebelum memberikan kredit kepada debitur dalam
hal ini berupa Usaha Kecil dan Menengah (UKM), maka

2
bank perlu menganalisis terlebih dahulu laporan
keuangan UKM sehingga mendukung pengambilan
keputusan bank. Dalam kenyataannya sebagian besar
UKM belum memiliki laporan keuangan karena transaksi
yang terjadi masih sederhana sehingga UKM tidak
melakukan pencatatan yang rumit seperti yang diterapkan
pada usaha besar.
Hasil penelitian Danos et all., (1989), Mintarti
(1994), Purwati (2014) menunjukkan bahwa informasi
yang berkaitan dengan kondisi bisnis organisasi atau UKM
akan dipertimbangkan oleh pemberi pinjaman atau
investor dalam menentukan penerimaan atau penolakan
atas permohonan kredit atau investasi. Hal ini
menunjukkan bahwa informasi keuangan berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan kredit.
Sariyadi (2007) meneliti kredit yang dilakukan pada
bank umum di wilayah Semarang. Hasil penelitiannya
menemukan bahwa karakteristik kualitatif informasi yaitu
relevansi dan reliabilitas berpengaruh signifikan terhadap
pengambilan keputusan kredit bank secara umum.
Penelitian Nuswandari (2009) mengemukakan bahwa
investor dan kreditor membutuhkan informasi yang
memadai dan relevan untuk mendukung pembuatan
keputusannya. Informasi yang relevan dapat
memperlemah atau memperkuat pengharapan yang ada.
Relevansi selalu dikaitkan dengan feedback dan nilai
prediktif dari informasi tersebut. Sementara reliabilitas
berarti bahwa informasi yang disampaikan harus andal
yaitu bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat dipercaya. Selain itu reliabilitas juga
harus menyajikan informasi yang benar, wajar, dan
mencerminkan keadaan suatu perusahaan.
Melihat pentingnya peranan informasi keuangan
bagi keberlangsungan usaha perbankan, khususnya

3
dalam pemberian kredit, ternyata penelitian lain
menunjukkan bahwa seringkali informasi keuangan tidak
dipertimbangkan oleh bank dalam pengambilan
keputusan kredit. Bank juga memperhatikan informasi
non keuangan dalam keputusan kreditnya. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Baker dan Haslem (1973)
menunjukkan bahwa informasi yang sangat dibutuhkan
oleh investor adalah informasi yang bersifat future
expectation. Sumber informasi yang diperoleh investor
berasal dari pialang, sedangkan informasi dari laporan
keuangan menempati urutan kelima dalam posisi yang
dianggap kurang penting. Selanjutnya, pe nelitian
Gunawan, Faridah, Ustadi dalam Purwanti (1994) juga
menemukan bahwa informasi keuangan tidak
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit
bank. Selain itu, penelitian Simanjuntak (1999)
menyatakan bahwa informasi non akuntansi berupa
jaminan kredit dinilai lebih penting dari pada informasi
akuntansi. Hasil penelitian Septriawan (2010)
menyatakan bahwa informasi non akuntansi berpengaruh
terhadap keputusan pemberian kredit. Variabelnya adalah
jaminan kredit, pengalaman manajemen, pendidikan
manajemen dan sektor ekonomi yang dibiayai. Sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak semua informasi keuangan
diandalkan bank dalam pengambilan keputusan kredit.
Sebagian besar penelitian diatas dilakukan pada
bank umum dan tentang pengambilan keputusan kredit
untuk usaha skala besar. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat apakah BPR sama dengan bank umum dalam
menganalisa suatu usaha untuk dibiayai, terutama terkait
informasi keuangan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan kredit bank.
Penelitian ini berfokus pada UKM (bukan pada
usaha besar) karena usaha di Indonesia sebagian besar

4
adalah UKM, yang disebabkan karena perkembangan
UKM yang demikian pesat. Wati (2011) menyatakan
perkembangan UKM saat ini disebabkan karena
kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah
berangkat dari industri keluarga atau rumahan. Dengan
demikian, konsumennya pun berasal dari kalangan
menengah ke bawah. Penelitian ini melihat bahwa UKM
berbeda dengan usaha-usaha besar yang mempunyai
laporan keuangan yang diaudit, sedangkan UKM sebagian
besar tidak mempunyai laporan keuangan. Adapun UKM
yang mempunyai laporan keuangan, laporan tersebut
tidak diaudit. Selain itu laporan keuangan yang dibuat
UKM berdasarkan cash basis dan tidak mengikuti aturan
standar akuntansi (SAK). Hal yang menarik adalah ketika
bank melihat UKM bahwa kelayakan UKM untuk diberi
kredit apakah dasarnya menggunakan informasi
keuangan atau tidak. Dalam prakteknya, seringkali UKM
tidak mempunyai pencatatan namun informasi dari UKM
bisa digunakan dalam pengambilan keputusan kredit.
Persoalan penelitian yang dirumuskan adalah:
Pertama, apakah informasi keuangan UKM relevan untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan kredit? Kedua,
apakah informasi keuangan UKM reliabel untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan kredit?
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dan memberikan saran bagi UKM untuk
meningkatkan kualitas informasi keuangannya. Selain
itu, memberikan masukan bagi BPR dalam
mempertimbangkan pemberian kredit kepada UKM.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengambilan Keputusan Kredit
Pengambilan keputusan adalah sebuah proses
memilih tindakan di antara berbagai alternatif untuk

5
mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan. Masalah
terjadi ketika sebuah sistem tidak memenuhi tujuan yang
telah ditetapkan, tidak mencapai hasil yang diprediksi,
atau tidak bekerja seperti yang direncanakan (Turban et
al., 2005).
Akrani (2010) menyatakan bahwa pengambilan
keputusan adalah sebuah aspek penting dalam sistem
manajemen. Tugas utama seorang manajer adalah
membuat keputusan yang rasional. Pengambilan
keputusan ini selalu dilakukan secara sadar atau tidak
sadar yang merupakan bagian kunci dari aktivitas
manajer dalam organisasi. Keputusan-keputusan yang
diambil ini menjadi penting sebagai penentu bagi manajer
maupun organisasinya. Keputusan dapat didefinisikan
sebagai sebuah fokus dari suatu tindakan yang secara
sadar dipilih dari berbagai alternatif untuk mencapai
suatu hasil yang diharapkan. Keputusan ini
menunjukkan sebuah pertimbangan yang seimbang dan
sebuah komitmen untuk menjalankan keputusan yang
telah diambil.
Selain itu, Walter (2010) mengemukakan bahwa
tujuan dari proses pengambilan keputusan adalah untuk
menemukan alternatif yang terbaik dari berbagai macam
alternatif demi mencapai suatu tujuan dari pengambil
keputusan.
Pengambilan keputusan adalah suatu proses
pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara
sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai
suatu cara pemecahan masalah (Arif, 2010). Philips et al.,
(2010) menyatakan bahwa pengambilan keputusan
adalah aktivitas yang dilakukan melalui tahap analisis,
sintesis, dan evaluasi dengan menggunakan informasi
dari berbagai sumber. Pengambilan keputusan tidak
dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan hal-hal yang

6
mungkin terjadi di masa depan, namun harus melewati
proses pertimbangan (reasoning) terlebih dahulu. Proses
pengambilan keputusan menurut Philips et al., (2010)
terdiri dari tiga tahap, antara lain: menganalisis, membuat
sintesis, mengevaluasi hasil analisis yang dapat
ditunjukkan melalui gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan

ANALISIS

SINTESIS

EVALUASI

Pada tahap menganalisis, pengambil keputusan


harus menginterpretasikan dan mengkategorikan
informasi untuk menetapkan isu yang relevan dan
mengidentifikasi kecocokan dan ketidakcocokan faktor-
faktor yang mempengaruhi isu tersebut. Dalam kaitannya
dengan pengambilan keputusan kredit, pembuat
keputusan perlu untuk mengidentifikasi identitas
nasabah dengan teliti sehingga dapat mengetahui apakah
nasabah telah memenuhi prosedur administrasi yang
ditetapkan bank.
Pada tahap membuat sintesis, pengambil
keputusan harus berusaha menemukan solusi dengan
menguji kembali solusi dan tujuan alternatif yang ada.
Terkait dengan pengambilan keputusan kredit, pembuat
keputusan perlu menelusuri lebih dalam tentang keadaan
nasabah, misalnya dengan menganalisis laporan

7
keuangan nasabah dan melakukan penilaian kredit.
Komponen penilaian kredit antara lain: analisis watak
(character), kemampuan (capacity), modal (capital), kondisi
atau prospek usaha (condition), agunan (collateral).
Sementara pada tahap evaluasi, pengambil
keputusan diharuskan untuk menguji strategi yang harus
dilakukan untuk solusi yang akan dipilih. Terkait dengan
pengambilan keputusan kredit, pembuat keputusan mulai
memikirkan strategi yang harus dilakukan ketika
keputusan telah diambil berdasarkan hasil analisis pada
tahap sebelumnya (analisis dan sintesis). Strategi yang
dimaksud misalnya melakukan pengawasan kredit.
Kredit didefinisikan sebagai penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak-pihak peminjam berkewajiban
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Pokok-Pokok Perbankan, Bab 1, Pasal 1, Butir
12). Terkait dengan kredit, manajer dan organisasi pun
perlu mempertimbangkan berbagai alternatif sebelum
mengambil keputusan untuk memberikan kredit kepada
nasabah. Hal ini terjadi karena kredit mengandung resiko.
Resiko yang dihadapi dapat berupa tidak tertagihnya
kredit karena nasabah yang sengaja tidak membayar
kredit padahal mampu dan resiko yang tidak disengaja
misalnya bencana alam.
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas,
kemudian penulis menyimpulkan bahwa pengambilan
keputusan kredit adalah aktivitas yang dilakukan melalui
tahap analisis, sintesis, dan evaluasi dengan

8
menggunakan informasi dari berbagai sumber untuk
memberikan dana pinjaman bagi nasabah.
Terkait keputusan kredit, informasi keuangan dapat
menjelaskan kepada pihak kreditur tentang bagaimana
kondisi perusahaan, misalnya dengan menganalisis
laporan arus kas, bank dapat mengetahui potensi arus
kas perusahaan di masa depan.
Menurut Kuncoro (2002), proses persetujuan kredit
terdiri dari tiga (3) tahap, yaitu tahap prakarsa dan
analisis kredit, tahap rekomendasi kredit, dan tahap
putusan kredit. Masing-masing tahap dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tahap Prakarsa dan Analisis Kredit
a. Prakarsa dan permohonan kredit
Kegiatan pada tahap ini antara lain adalah
penerimaan permohonan kredit oleh nasabah.
Permohonan kredit harus diajukan secara tertulis
dan menggunakan format yang telah ditentukan
oleh bank yang memuat informasi lengkap
mengenai kondisi pemohon atau calon nasabah
termasuk riwayat kreditnya pada bank lain (jika
ada). Atas permohonan tersebut bank akan
melakukan penelitian apakah permohonan tersebut
diterima atau ditolak, yang mencakup ketentuan
apakah usaha nasabah tersebut termasuk pasar
sasaran (target market) yang telah ditetapkan,
apakah nasabah tersebut termasuk dalam
kelompok nasabah yang dapat dilayani dan apakah
nasabah tersebut termasuk dalam rencana kerja
pemasaran. Ketentuan-ketentuan bank tersebut
merupakan pedoman awal dalam pelayanan
pemberian kredit yang dibuat berdasarkan
pengalaman memberikan kredit yang dikaitkan
degan risiko bisnis. Apabila calon nasabah tersebut

9
diluar kriteria yang ditentukan oleh bank, maka
permohonan langsung ditolak. Sedangkan apabila
termasuk dalam kriteria yang dapat dilayani, maka
disampaikan kepada calon nasabah bahwa
permohonan akan diproses lebih lanjut dan
selanjutnya permohonan diserahkan kepada
penganalisis kredit.
b. Analisis dan evaluasi kredit
Pada tahap ini, penganalisis kredit melakukan
kegiatan pencarian informasi selengkap-lengkapnya
dari berbagai sumber mengenai pemohon yang akan
dipergunakan dalam menunjang analisis dan
evaluasi terhadap 5C kredit pemohon, yaitu
character, capacity, capital, condition, dan collateral.
Dalam analisis tersebut sekurang-kurangnya
mencakup informasi sebagai berikut:
1) Identitas pemohon: nama pemohon, domisili,
bentuk usaha, jenis usaha, susunan pengurus,
legalitas usaha, dan sebagainya. Informasi ini
dimaksudkan untuk melihat gambaran awal
tentang penanggung jawab utama atas
pengelolaan usaha, lokasi usaha, serta
keabsahan operasi usaha.
2) Tujuan permohonan kredit, mencakup: jumlah
kredit, obyek yang dibiayai, jangka waktu kredit,
dan alasan kebutuhan kredit. Informasi ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
bahwa kredit tersebut benar-benar digunakan
untuk membiayai usaha, bukan untuk hal-hal
yang bersifat konsumtif atau spekulatif.
3) Riwayat hubungan bisnis dengan bank,
mencakup: saat mulai, bidang hubungan bisnis,
nilai transaksi bisnis, kualitas hubungan bisnis,
dan jumlah total nilai hubungan bisnis.

10
4) Analisis 5C kredit, meliputi:
 Analisis watak (character) bertujuan untuk
mendapatkan gambaran akan kemauan
membayar dari pemohon, mencakup perilaku
pemohon sebelum dan selama permohonan
kredit diajukan.
 Analisis kemampuan (capacity) dilakukan
dengan tujuan untuk mengukur tingkat
kemampuan mengembalikan kredit dari
usaha yang dibiayai, mencakup aspek
manajemen (kemampuan mengelola
perusahaan), aspe produksi (kemampuan
berproduksi secara berkesinambungan),
aspek pemasaran (kemampuan memasarkan
hasil produksi), aspek personalia
(kemampuan tenaga kerja dalam mendukung
aktivitas perusahaan), dan aspek finansial
(kemampuan menghasilkan laba).
 Analisis modal (capital) bertujuan untuk
mengukur kemampuan pemohon dalam
menyediakan modal sendiri, yang mencakup:
besar dan komponen modal, perkembangan
laba usaha selama tiga periode sebelumnya,
angka rasio perbandingan antara utang
dengan modal sendiri (Debt Equity Ratio/DER)
dan perkembangan naik turunnya harga
saham (bagi perusahaan yang telah go public).
 Analisis kondisi atau prospek usaha
(condition) bertujuan untuk mengetahui
prospektif atau tidaknya suatu usaha yang
akan dibiayai, yang meliputi siklus bisnis
mulai dari bahan baku (pemasok),
pengolahan, dan pemasaran (pembeli)

11
 Analisis agunan (collateral) bertujuan untuk
mengetahui besarnya nilai agunan yang dapat
digunakan sebagai alat pengaman lapis kedua
bagi bank dalam setiap pemberian kredit
apabila kredit yang diberikan menjadi
bermasalah.
c. Perhitungan kebutuhan kredit
Perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk
mengetahui secara pasti kredit yang benar-benar
dibutuhkan oleh pemohon. Perhitungan kebutuhan
kredit disesuaikan dengan jenis kreditnya masing-
masing, yaitu sebagai berikut:
1) Kredit Modal Kerja (KMK)
Dalam menghitung kredit modal kerja harus
memperhatikan pertumbuhan penjualan,
perputaran piutang, perputaran persediaan,
perputaran utang, kas.
2) Kredit Investasi
Dalam menghitung kredit investasi, yang perlu
diperhatikan adalah biaya proyek keseluruhan
dikurangi dengan bagian (sharing) dana sendiri
(besarnya sesuai ketentuan bank).
3) Kredit Konsumtif
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menghitung kredit konsumtif meliputi: besarnya
gaji suami atau gaji suami ditambah istri,
bonafiditas instansi atau perusahaan tempat
kerja pemohon, perjanjian kerja sama dengan
instansi yang bersangkutan, hubungan bank
dengan instansi atau perusahaan khususnya
dengan pejabat yang berhubungan dengan
pembayaran gaji pemohon, status kepegawaian
pemohon, surat kuasa dari pemohon kepada
pejabat atau instansi yang berwenang membayar

12
gaji dan ada kesanggupan dari pejabat atau
instansi tersebut untuk memotong gaji karyawan
yang bersangkutan, surat pernyataan dari
pemohon bahwa yang bersangkutan tidak
mengambil kredit serupa ke bank lain supaya
tidak memberatkan kehidupan calon pemohon.
2. Tahap Rekomendasi Kredit
Dalam memberikan rekomendasi kredit, pejabat
perekomendasian kredit dapat meminta kelengkapan
data dan analisis lebih lanjut dari pejabat pemrakarsa
kredit. Di samping itu dapat juga melakukan
kunjungan ke lapangan (on the spot) untuk
meyakinkan data atau keterangan-keterangan yang
disajikan oleh penganalisis kredit. Rekomendasi kredit
merupakan suatu kesimpulan dari analisis dan
evaluasi atas proposal kredit yang disajikan pada tahap
prakarsa dan analisis kredit. Rekomendasi harus
secara jelas menguraikan kekuatan dan kelemahan
yang akan mempengaruhi kemampuan pemohon
untuk memenuhi angsuran yang telah dijadwalkan.
3. Tahap Pemberian Putusan Kredit
Pejabat pemutus memeriksa dan meneliti kelengkapan
paket kredit. Berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan bisnis yang dimiliknya, pejabat pemutus
dengan melihat analisis dan evaluasi kredit yang dibuat
oleh penganalisis kredit serta rekomendasi kredit yang
dibuat oleh pejabat perekomendasian mampu
memberikan putusan kredit secara akurat. Pemberian
putusan kredit tersebut harus dilakukan oleh pejabat
pemutus dan harus dilakukan secara tertulis dan
dibuktikan dengan membubuhkan tandatangan pada
formulir putusan kredit. Apabila putusan kredit telah
diberikan, selanjutnya paket kredit tersebut
diserahkan kepada bagian administrasi kredit untuk

13
dipersiapkan surat penawaran putusan kredit,
dokumen perjanjian kredit, dokumen perjanjian
accessoir, dokumen-dokumen untuk pencairan.

2.2. Relevansi Informasi Keuangan


Relevan adalah kemampuan informasi untuk
membantu pemakai dalam membedakan beberapa
alternatif keputusan sehingga pemakai dapat dengan
mudah menentukan pilihan. Bila dihubungkan dengan
tujuan pelaporan keuangan, relevan adalah kemampuan
informasi untuk membantu investor, kreditor dan
pemakai lain dalam menyusun prediksi-prediksi tentang
beberapa outcomes dari kejadian masa lalu, sekarang, dan
masa depan atau dalam mengkonfirmasi atau
mengkoreksi harapan-harapannya (Suwardjono,
2006:169).
FASB, 1980 SFAC No. 2 memuat hierarki
karakteristik kualitas informasi akuntansi yang
menjelaskan bahwa karakteristik utama yang membuat
informasi keuangan berguna untuk pengambilan
keputusan adalah relevansi dan reliabilitas. Jika kualitas
relevansi dan reliabilitas kurang, maka informasi
keuangan tidak akan berguna bagi pemakai dalam
pengambilan keputusan. Oleh karenanya, laporan
keuangan harus menghasilkan informasi yang sangat
relevan dan reliabel. Agar informasi keuangan bersifat
relevan, harus tepat waktu dan mempunyai predictive
value atau feedback value. Agar informasi reliabel, maka
laporan keuangan harus disajikan secara jujur, dapat
diuji kebenarannya (verifiability) dan netral. Karakteristik
kedua yang membuat informasi keuangan berguna untuk
pengambilan keputusan adalah daya banding
(comparability), yang meliputi konsistensi. Karakteristik
daya banding berinteraksi dengan karakteristik relevansi

14
dan reliabilitas, dimana interaksi ini memperbesar
kegunaan informasi akuntansi.

Gambar 2.2 Kerangka karakteristik kualitatif informasi akuntansi

SAK paragraf 26 menyatakan bahwa informasi agar


bermanfaat maka harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau
mengoreksi hasil evaluasi pengguna di masa lalu. Peran
informasi keuangan dalam peramalan (predictive) dan
penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain.
Misalnya, informasi struktur dan besarnya aset yang
dimiliki bermanfaat bagi pengguna ketika mereka
berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi
yang merugikan (IAI, 2007: 5).

15
Terkait dengan pengambilan keputusan kredit,
bank harus menganalisis informasi keuangan UKM
terlebih dahulu, untuk menentukan apakah UKM layak
diberikan kredit atau tidak. Informasi keuangan UKM
harus relevan dengan kebutuhan bank untuk
memutuskan kredit.

2.3. Reliabilitas Informasi Keuangan


Reliabilitas adalah kemampuan informasi untuk
memberi keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau
valid. Informasi akan menjadi berkurang nilainya jika
pengguna meragukan kebenaran atau validitas informasi
tersebut. Informasi akan mempunyai nilai yang tinggi jika
pengguna mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap
kebenaran informasi. (Suwardjono, 2006:171). Reliabilitas
informasi keuangan adalah kemampuan informasi
keuangan untuk memberi keyakinan bahwa informasi
keuangan tersebut benar atau valid.
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal
(reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari
pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan
dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang
tulus dan jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan
dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika
hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka
penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan (IAI, 2007:6).
Reliabilitas diperlukan oleh pihak yang tidak
mempunyai cukup waktu atau keahlian untuk memeriksa
isi sebenarnya dari informasi tersebut. Kieso (1995:53)
mengatakan supaya dapat diandalkan, informasi
akuntansi harus mempunyai tiga karakteristik, yaitu
dapat diperiksa, kejujuran dalam penyajian, dan netral. Di

16
samping itu, White et al., (1993:10) juga mengatakan
bahwa reliabilitas tersebut mencakup variability,
representational faithfulness, dan neutrality. Agar laporan
keuangan dapat dikatakan lebih reliabel, maka
penyajiannya harus menggunakan biaya historis (CGA-
Ontario, 2005).
Dalam pengambilan keputusan kredit bank harus
menganalisis informasi keuangan UKM terlebih dahulu
untuk menentukan apakah UKM layak diberikan kredit
atau tidak. Informasi keuangan UKM yang berkualitas
adalah informasi yang memberikan sinyal reliabel kepada
bank. Informasi keuangan tersebut dapat mendukung
pengambilan keputusan kredit.

3. M ETODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan strategi explanatory
research, yaitu penelitian yang bermaksud tidak hanya
memberikan gambaran mengenai suatu gejala tertentu
yang menjadi fokus perhatian yang ingin dijelaskan, tapi
juga bagaimana hubungannya atau pengaruhnya dengan
gejala lainnya, dan mengapa hubungan atau pengaruhnya
seperti itu.
Penelitian ini bertujuan mengkaji apakah informasi
keuangan UKM relevan dan reliabel dalam pengambilan
keputusan kredit bank. Artinya apakah informasi
keuangan yang disajikan oleh UKM dibutuhkan oleh bank
dalam menentukan pemberian kredit. Penelitian ini
dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di kota
Salatiga, dengan menggunakan pendekatan analisis data
kualitatif dengan metode deskriptif dimana akan
dijelaskan dan disusun secara sistematis dari data hasil
wawancara dan observasi yang diperoleh.
BPR yang bersedia menjadi narasumber dalam
penelitian ini antara lain BPR Kridaharta, BPR Kandimadu

17
Arta, BPR Artha Mertoyudan, BPR Satya Artha, dan BPR
Kedung Arto. Narasumber dalam penelitian ini adalah
pegawai bank yang bertugas di bagian kredit. Tidak semua
BPR di Kota Salatiga bersedia untuk menjadi narasumber
sehingga digunakanlah pemilihan narasumber
menggunakan metode Convenience Sampling yaitu
narasumber yang dipilih dengan pertimbangan
kemudahan untuk memperoleh data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini. Peneliti melakukan wawancara
dengan panduan daftar pertanyaan yang sudah dibuat.

3.1 Definisi Operasional


3.1.1 Relevansi Informasi Keuangan.
Relevansi informasi keuangan adalah kemampuan
informasi keuangan untuk membantu investor,
kreditor dan pemakai lain dalam menyusun
prediksi-prediksi tentang beberapa outcomes dari
kejadian masa lalu, sekarang, dan masa depan
atau dalam mengkonfirmasi atau mengkoreksi
harapan-harapannya (Suwardjono, 2006:169).
3.1.2 Reliabilitas Informasi Keuangan.
Reliabilitas informasi keuangan adalah
kemampuan informasi keuangan untuk memberi
keyakinan bahwa informasi keuangan tersebut
benar atau valid (Suwardjono, 2006:171).
3.1.3 Pengambilan Keputusan Kredit.
Pengambilan keputusan kredit adalah aktivitas
yang dilakukan melalui tahap analisis, sintesis,
dan evaluasi dengan menggunakan informasi dari
berbagai sumber untuk memberikan dana
pinjaman bagi nasabah.

18
3.2 Langkah Analisis Data
Langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data yang sudah diperoleh dikelompokkan
berdasarkan hasil dari indeks interview sehingga
memudahkan interpretasi.
2. Interpretasi dilakukan berdasarkan hasil dari
interview, khususnya berkaitan tentang relevansi,
reliabilitas, dan pengambilan keputusan.
3. Membuat kesimpulan secara menyeluruh.

Pengambilan
Keputusan

Informasi
Informasi
Non
Keuangan
Keuangan

Relevansi Reliabilitas

Gambar 3.1 Kerangka Operasional Penelitian

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) di wilayah kota Salatiga. BPR tersebut antara
lain BPR Kridaharta, BPR Kandimadu Arta, BPR Artha
Mertoyudan, BPR Satya Artha, dan BPR Kedung Arto.
Terdapat tiga (3) jenis kredit antara lain kredit modal kerja,

19
kredit investasi, dan kredit konsumtif. Sebagian besar kredit
yang diberikan kepada masyarakat adalah kredit modal
kerja. Kredit modal kerja merupakan kredit yang biasanya
dipergunakan untuk menambah modal kerja suatu usaha,
seperti pembelian bahan baku, biaya-biaya produksi,
pemasaran, dan modal kerja untuk operasional lainnya.
Sedangkan kredit investasi merupakan kredit yang diberikan
untuk pembelian barang-barang modal. Kredit konsumtif
merupakan kredit untuk membiayai barang-barang
konsumtif.

4.2 INFORM ASI KEUANGAN


4.2.1 Relevansi Informasi Keuangan
Hasil penelitian menyebutkan bahwa tidak semua
UKM mempunyai laporan keuangan. Bagi UKM yang
mempunyai laporan keuangan, BPR menggunakan informasi
yang ada dalam laporan keuangan tersebut untuk
pengambilan keputusan. Kebanyakan dari UKM hanya
mencatat jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan,
jumlah barang yang dibeli dan dijual, dan jumlah piutang
atau utang. Namun, pencatatan itu hanya sebatas pengingat
saja dan tidak dengan format yang dibutuhkan pihak bank.
Hal ini menunjukkan sebagian besar UKM melakukan
pencatatan berdasarkan cash basis. BPR melakukan
wawancara langsung kepada pihak UKM untuk
mendapatkan informasi keuangan dari UKM. BPR akan
membuatkan laporan keuangan berdasarkan cash flow

20
sesuai dengan format masing-masing bank, karena apabila
tanpa catatan atau bukti-bukti yang dikumpulkan maka
akan kesulitan membuat laporan keuangan berdasarkan
cash basis.
BPR mengakui bahwa informasi keuangan UKM
sangat berguna untuk memprediksi arus kas UKM di masa
depan. Beberapa jawaban narasumber ketika diwawancarai
adalah seperti dibawah ini:
“Dibandingkan dengan tahun yang lalu, ada istilahnya laba
ruginya itu ada peningkatan atau penurunan. Dari situ kita bisa membaca
untuk naik turunnya transaksi ya. Kalau aku menggambarkan itu
perkembangan usahanya kan kalau dari laporan keuangannya kan kita
membaca dari angka-angkanya kan, nah dari angka-angkanya itu dari
tahun yang lalu dengan tahun yang sekarang itu perkembangannya
gimana. Dasarnya kan itu. Trus, kemudian kalau yang untuk prediksi
tahun depan kan kita jelas tidak bisa memprediksikan secara pasti.
Semuanya kan tetap cuma dikira-kira sebagaimana kita membuat
anggaran, kita pun nggak bisa mmprediksikan untuk kedepannya mesti
segini, cuma usaha untuk pencapaian itu kan ada. Jadi kalau dari calon
nasabah, kita prediksikan untuk kedepannya kita lihat dari arus
transaksi keuangannya. Kalau dasarnya di tempat kita selain dari
laporan kan transaksi dari buku tabungan. Kan kita bisa membaca
alurnya untuk transaksi usahanya UKM bagaimana.”

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa informasi


keuangan berguna untuk memprediksi arus kas di masa
depan dengan cara membandingkan informasi keuangan
UKM dengan tahun yang lalu apakah laba atau rugi
mengalami peningkatan atau penurunan. Pernyataan diatas
didukung juga dengan pernyataan narasumber berikut ini:
“Dari UKM kita tau nanti dilihat dari neracanya dulu, sehingga
kelihatan oh ternyata itu berkembang atau tidak, sehingga kita nanti bisa
membuat grafiknya, disitu dapat dilihat grafik-grafik itu kadang kala ada
yang naik ada yang turun. Nanti kalau memang ada yang naik brarti bisa
menunjang ke situ, pertumbuhan usaha.”

21
BPR dapat membuat grafik untuk melihat
pertumbuhan usaha UKM sehingga dapat memprediksi cash
flow di masa depan. Di sisi lain ada BPR yang menganggap
informasi keuangan belum tentu dapat digunakan untuk
memprediksi arus kas di masa depan, seperti yang
diungkapkan salah satu narasumber yang menyatakan
bahwa:
“Kalau usahanya itu memang selalu dicari orang, itu cash flownya
akan tetap masuk terus, kelontong itu pasti, warung makan, usaha kayu.
Yang aku pakai acuan dari pertanyaan itu ya kelangsungan usahanya,
ini usahanya ga akan mati lah, nggak bakal tutup.”

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa BPR


menganggap informasi keuangan belum tentu berguna
untuk memprediksi arus kas di masa depan disebabkan
karena BPR tersebut lebih fokus pada keberlangsungan
usaha UKM. BPR lebih fokus melihat apakah jenis usaha
yang dijalankan UKM tersebut diminati oleh masyarakat
atau tidak. Jika jenis usaha tersebut diminati masyarakat
maka dapat dipastikan UKM dapat berlangsung lama
(survive).
Berkaitan dengan penyajian informasi keuangan yang
menunjukkan kondisi UKM saat ini pada saat mengajukan
kredit, BPR menyatakan bahwa informasi keuangan UKM
harus merupakan informasi keuangan tiga (3) bulan terakhir
sebelum pengajuan kredit. Beberapa jawaban narasumber
ketika diwawancarai adalah seperti dibawah ini:
“Laporan itu kan bisa dideteksi dan betul-betul baru, betul-betul
valid, kalau dia nggak valid nggak mungkin dilaporkan. Kalau di dalam

22
UKM kebanyakan kan ada ketuanya, dari UKM mesti dia biasanya jujur.
Dia tidak akan menutup-nutupi dari usahanya dia. Sehingga 3 bulan dia
otomatis berkembang berkembang terus, sehingga kalau kami pakai 3
bulan aja.”

“Kita kan kalau meminta data laporan keuangan kalau untuk


nasabah kan 3 bulan terakhir. Dari rekening koran, dari rekening
tabungan, terus dari transaksi atau faktur-faktur, kwitansi-kwitansi
penjualannya kan kita minta 3 bulan terakhir. Kan updatenya disitu.”

“Laporan harus merupakan yang terupdate karena nanti itu akan


jadi tombak atau putusan kredit, tapi bank harus jeli itu bener laporan
nggak? Kadang ada yang direkayasa, harus dicocokkan dengan alur itu
kemana, sinkron nggak dengan alur kas di tabungan. Nah itu yang paling
penting. Bisa dilihat juga dengan stok barang. Kalo laporannya bagus,
tapi barangnya gak ada kan itu brarti mengada-ada.”

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa untuk


memastikan informasi keuangan yang disajikan tersebut
merupakan laporan terkini (update), BPR membuat laporan
sendiri berdasarkan hasil survei ke lokasi usaha UKM. BPR
sangat menekankan prinsip kehati-hatian atau kejelian
dalam menganalisis laporan keuangan UKM, apakah
informasi keuangan tersebut benar-benar sesuai dengan
keadaan sebenarnya atau tidak. BPR melakukan
pengecekan silang terhadap nilai persediaan barang yang
terdapat di gudang UKM dengan informasi keuangan yang
diperoleh BPR.
BPR menyatakan bahwa informasi keuangan UKM
sangat mempengaruhi keputusan kredit. Seperti yang
diungkapkan oleh beberapa narasumber sebagai be rikut:
“Laporan keuangan untuk membuktikan usahanya bener-bener
jalan, nggak bohong. Dan bagi dia sebetulnya laporan keuangan ini kan
alat control dia. Kalau posisinya begini, kapan harus nambah stok,
apanya yang ditambah.”

23
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa informasi
keuangan UKM digunakan untuk membuktikan bahwa
usaha yang dijalankan berjalan baik. Selain itu informasi
tersebut merupakan alat kontrol untuk UKM. Dengan
melihat informasi keuangan UKM, BPR dapat melihat
kemampuan bayar nasabah, sehingga informasi keuangan
tersebut turut mempengaruhi keputusan BPR untuk
memberikan kredit atau tidak. Seperti yang diungkapkan
narasumber berikut ini:
“Lewat laporan keuangan akan muncul kemampuan bayar
nasabah”

“Otomatis dilihat cash flow hariannya gimana, dia ada neraca


kecilnya sehingga kalau ada kredit bisa dicairkan.”

“Dilihat dari hasil perkembangannya laporan keuangannya itu


bagus kan otomatis usahanya masih jalan dan masih bonafit. Tapi kalau
laporan keuangannya jelek kan usahanya mengalami penurunan.
Laporan keuangan yang umum, dari usaha-usaha yang kita danai
kebanyakan mereka ga punya laporan keuangan secara baku, makanya
kita cuma lihat dari slip-slip transaksi dia sama buku tabungannya dia.
Kan biasanya mreka kan pembukuannya sederhana, sekarang masuk
penjualan ini, penjualan segini, kita kroscekkan aja omsetnya bulan ini
sama bulan kemarin, kan kelihatan.”

BPR menyatakan bahwa informasi keuangan berguna


untuk mengevaluasi keadaan UKM di masa lalu. Seperti
yang diungkapkan narasumber berikut ini:
“Laporan keuangan bisa jadi digunakan untuk mengevaluasi
keadaan di masa lalu, karena merupakan flash back kebelakang naik
turunnya usaha.”

“UKM biasanya memberi laporan, biasanya kalau kami survei dia


dimintai laporan 3 bulan kebelakang, jadi misalnya untuk desember kita
minta okt nov des. nah itulah yang digunakan untuk survei. Itu nanti trus
diambil rata-rata, oh ternyata UKM memang betul-betul berjalan atau

24
tidak, kan kelihatan gitu. Biasanya ada perbandingan. Kalau hanya 1-2
bulan kami nggak berani. Minimal 3 bulan.”

“Iya jelas, dari situ terekam semua transaksi-transaksinya, jadi


kita mudah mengambil keputusannya, o transaksi tahun kemarin segini,
transaksi bulan kemarin segini, kan tinggal jumlahkan, kita membuatnya
kita terjemahkan sendiri, dari transaksi tabungan kita rekap sendiri setiap
bulannya. Lalu kalau dari para pengusaha kan gak sampai pemikiran
sampe situ, kalo kita kan merekap satu per satu, lalu dibandingkan aja.”

Untuk mengetahui naik turunnya usaha yang


dijalankan UKM, ada juga narasumber yang
membandingkan informasi keuangan selama 1 atau 2 tahun
sebelumnya. Selain itu salah satu BPR menyatakan bahwa
ada UKM yang membuat evaluasi tentang usahanya
sehingga ada perbandingan yang dapat dilihat BPR melalui
evaluasi tersebut. Bagi nasabah yang tidak punya laporan
keuangan, untuk nasabah baru, BPR mencari informasi
tentang masa lalu UKM yang bersangkutan dengan
melakukan wawancara ke supplier, kolega, rekan bisnis,
maupun lingkungan sekitar UKM untuk mencari tahu
sejarah usaha UKM yang bersangkutan. Untuk nasabah
lama, BPR lebih mudah untuk mengevaluasi keadaan di
masa lalu dengan melihat perkembangan usaha UKM dan
apakah ada penambahan aset. Selain itu BPR juga
menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
petugas BPR selama ini untuk menjadi lebih peka supaya
bisa memutuskan apakah nanti proses pemberian kredit ini
berakhir dengan baik.

25
Informasi keuangan juga sangat membantu BPR
untuk memahami keadaan UKM di masa sekarang, seperti
yang diungkapan narasumber sebagai berikut:
“Karena kita tau dari keuangan itu, sehingga perputarannya
kelihatan, dilihat dari usahanya dari cash flownya kan kelihatan maju
dan tidaknya usaha.”

“Ya dari beberapa bulan transaksi itu kita simpulkan, o sekarang


kondisi usahanya gini.”

Dari pernyataan di atas, dengan melihat perputaran


usaha dan cash flow UKM, bisa dilihat apakah UKM tersebut
dapat mempertahankan usaha yang dijalankan dan mampu
bersaing dengan usaha yang lainnya atau tidak. BPR
mengakui informasi tersebut juga sangat membantu BPR
untuk memperkirakan kejadian-kejadian seperti apa yang
akan terjadi di masa mendatang. Seperti yang diungkapkan
oleh narasumber sebagai berikut:
“Bisa juga ya atau tidak, kalau ya memang kan lihat perputaran
itu, kalau tidak, kan ada mungkin UKM selama ini banyak yang jujur tapi
kan lihat dari ketuanya, tapi kalau UKM yang kecil-kecil kadang kala tidak
jujur dalam laporannya, karena apa? Dia kadang kala kan nggak bisa
membuat pembukuannya dari membuat neraca dll kan nggak bisa. Kalau
dia sudah ada pembukuannya lebih enak itu.”

“Itu nanti akan muncul prediksi-prediksi di kemudian hari, kira-


kira bisa bayar gak nanti, tentang jangka waktu yang dia ajukan ke
bank.”

“Untuk masa depan kan kalau secara mikro nggak bisa secara
teoritis, akhirnya kita kadang feeling aja. Nggak bisa kita menentukan
secara pasti. Kadang yang kita tentukan pasti, ditengah jalan ada apa-
apa.”

Untuk memperkirakan kejadian di masa mendatang,


BPR melihat perputaran usaha UKM, menanyakan tujuan

26
penggunaan dana pinjaman yang diajukan, dan
menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
petugas BPR selama ini untuk menjadi lebih peka supaya
bisa memprediksi kejadian-kejadian di masa mendatang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi
keuangan yang diterima dari UKM relevan bagi BPR dalam
pengambilan keputusan kredit. Informasi keuangan UKM
digunakan untuk memprediksi keadaan UKM secara
menyeluruh. Dalam hal ini yang dimaksudkan relevan
adalah informasi keuangan sangat mempengaruhi
pengambilan keputusan kredit UKM. Letak pengaruhnya
ditunjukkan dalam analisis capital dan capacity yang
dijelaskan sebagai berikut:
1. Capital
Analisis modal (capital) bertujuan untuk mengukur
kemampuan pemohon dalam menyediakan modal
sendiri, yang mencakup: besar dan komponen modal,
perkembangan laba usaha, angka rasio perbandingan
antara utang dengan modal sendiri. Analisis yang
dilakukan sebagai berikut:
a) Modal
Untuk mengetahui besarnya nilai modal, BPR
membuat neraca sederhana. Bagi UKM yang sudah
membuat laporan keuangan maka harus
melampirkan laporan keuangan tersebut dan juga
menyalin ke dalam formulir permohonan kredit
sesuai dengan format yang dibutuhkan BPR. Bagi
27
UKM yang tidak membuat laporan keuangan maka
BPR menghitung sendiri dari hasil wawancara di
lapangan dan dicatat dalam formulir permohonan
kredit. Informasi keuangan yang dibutuhkan
meliputi informasi harta atau kekayaan berupa kas,
tabungan atau deposito, barang dagangan, piutang
dagang, sawah atau pekarangan, bangunan,
kendaraan, dan modal (investasi) serta
hutang/kewajiban (hutang bank, hutang dagang,
hutang lain-lain (koperasi/PKK/lainnya).
b) Laba usaha
Untuk mengetahui perkembangan laba usaha,
informasi yang diperoleh dari UKM berupa informasi
penerimaan dan pengeluaran. Sehingga dengan
membandingkan penerimaan dan pengeluaran UKM,
BPR dapat menilai laba rugi yang diperoleh karena
sebagian besar UKM menggunakan cash basis. BPR
membandingkan informasi keuangan UKM dengan
tahun yang lalu apakah laba usaha mengalami
peningkatan atau penurunan dengan membuat tren
yang sangat berguna untuk menggambarkan
informasi keuangan di masa yang akan datang.
c) Rasio
Rasio yang dipakai BPR dalam penelitian ini antara
lain Repayment capacity dan collateral. BPR tidak
memperhitungkan rasio-rasio seperti yang
diterapkan di bank umum karena informasi
28
keuangan UKM tidak memenuhi syarat untuk
perhitungan rasio. Pencatatan yang dilakukan UKM
hanya sederhana mencakup harga beli, harga jual,
kemudian diperoleh keuntungan. Sebagian besar
BPR hanya menggunakan analisa cash flow. Analisa
arus kas dinilai sangat penting karena kemampuan
membayar nasabah bukan dari modal yang dimiliki
atau besarnya laba yang akan diperoleh, tetapi dari
kondisi kas yang ada. Sisa kas bersih juga
menunjukkan besarnya angsuran yang mampu
dibayar oleh nasabah. Dalam lingkup BPR, apabila
penerapannya terlalu detail maka BPR akan
kesulitan dalam mencari nasabah karena BPR akan
dianggap mempersulit pengajuan kredit.
2. Capacity
Analisis kemampuan (capacity) dilakukan dengan tujuan
untuk mengukur tingkat kemampuan mengembalikan
kredit dari usaha yang dibiayai. Untuk mengukur tingkat
kemampuan mengembalikan kredit, seluruh BPR
melakukan analisis terhadap informasi keuangan UKM,
yaitu dengan menghitung:
Penghasilan bersih (C):
Total pendapatan rata-rata tiap bulan – pengeluaran
rata-rata tiap bulan
Kemampuan angsuran tiap bulan:
Debit Service Ratio (DSR) 30% x penghasilan bersih (C)

29
Plafond Kredit:
Taksiran Harga Pasar collateral (THP) x Collateral Coverage (CC)

*THP kendaraan 60%


*THP Sertifikat tanah 60-80%
Angsuran:
Plafond kredit / jangka waktu = xxx
Plafond kredit x bunga = xxx +
xxx
Misalnya penghasilan bersih UKM sebesar Rp
1.240.000,- maka:
Kemampuan angsuran tiap bulan:
Debit Service Ratio (DSR) x penghasilan bersih (C)
30% x Rp 1.240.000,-
Rp 372.000,-
Apabila diketahui Taksiran Harga Pasar jaminan sebesar
Rp 7.500.000,- maka:
Plafond Kredit:
Taksiran Harga Pasar collateral (THP) x Collateral Coverage (CC)

Rp 7.500.000,- x 60%
Rp 4.500.000,-
Misalnya jangka waktu pinjaman selama 30 bulan dan
bunga pinjaman sebesar 2,5% maka jumlah angsuran
yang akan dibayar calon nasabah dapat dihitung sebagai
berikut:

30
Angsuran:
Plafond kredit / jangka waktu
Rp 4.500.000,- / 30 bulan = Rp 150.000,- (Pokok angsuran)

Plafond kredit x bunga


Rp 4.500.000,- x 2,5% = Rp 112.500,- +
= Rp 262.500,-

Setelah melakukan perhitungan diatas, BPR


membandingkan nilai angsuran sebesar Rp 262.500,-
dengan kemampuan angsuran tiap bulan sebesar Rp
372.000,-. Perhitungan tersebut menunjukkan nilai
angsuran tidak melebihi kemampuan angsuran tiap
bulan, maka dapat disimpulkan bahwa calon nasabah
layak diberi pinjaman dengan meyakini bahwa dana
mencukupi untuk membayar angsuran tiap bulan.

4.2.2 Reliabilitas Informasi Keuangan


Hasil penelitian menemukan bahwa informasi
keuangan UKM pada BPR di wilayah Salatiga tidak reliabel
dalam pengambilan keputusan kredit (kurang dapat
dipercaya). Pada umumnya usaha dalam skala besar
menggunakan jasa audit untuk menilai tingkat reliabilitas
informasi keuangan yang terkandung di dalam laporan
keuangan. Dalam penelitian ini UKM termasuk dalam skala
usaha kecil dan menengah yang laporan keuangannya
jarang atau bahkan tidak pernah diaudit. Sebagian besar
UKM masih kurang memahami pencatatan keuangan dan
pencatatannya masih sederhana yaitu sebatas pencatatan
cash flow saja. Kebanyakan dari UKM hanya mencatat

31
jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang
yang dibeli dan dijual, dan jumlah utang atau piutang. Oleh
karena itu, BPR menjalankan peran sebagai auditor untuk
menilai reliabilitas informasi keuangan UKM.
BPR menyediakan formulir untuk membuat laporan
keuangan UKM. Hal ini menunjukkan bahwa formulir
dianggap lebih reliabel karena informasi yang dimasukkan
dalam formulir merupakan hasil penggalian informasi
langsung dari calon nasabah. Formulir permohonan kredit
yang dibuat BPR membantu untuk menganalisis indikator
5C (Character, Colateral, Capital, Capacity, Condition). Hal ini
dilakukan untuk meyakinkan BPR atas informasi keuangan
yang diterima dari UKM.
Berdasarkan hasil wawancara, BPR menyatakan
bahwa laporan keuangan UKM belum tentu menyajikan
informasi yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
(jujur). Beberapa jawaban narasumber sebagai berikut:
“Belum tentu UKM menyajikan laporan yang sesuai keadaan
sebenernya. Kadang orang kepengen goalnya ya, tapi kalau dia amatiran
ya nanti akan kebaca oleh bank yang ngerti. Tapi kalo bank mungkin blm
pengalaman ya nerima aja. Kita kan ada kroscek juga, kalo perdagangan
di supplier, kalau jasa di rekanan gitu. Nanti kita kroscek, bener nggak ini
usahanya, bener nggak kemampuannya kapasitasnya seperti ini, dan
seterusnya. Ada kroscek nanti.”

Jawaban narasumber diatas diperkuat dengan


pernyataan narasumber lainnya yang diungkapkan sebagai
berikut:

“Di dalam hal ini, kalo kita langsung taksasi kesana biasanya dia
jujur. Maksudnya gini, dari keuangan dia ditanya kalo dia misalnya gak
bisa mbuat neraca gak bisa membuat pembukuan, dia biasnaya

32
memberikan nota-nota. Nah nota itu diberikan ini pak, seperti ini,
penjualan ini, penjualan ini, sehingga kita nanti membuatkan neraca
sederhana, sehingga kita kan bisa melihat kejujurannya dia dalam
belanja, seperti itu. BPR turut membantu membuat neraca sederhana.
Sehingga kebanyakan UKM kecil-kecil nggak punya pembukuan, jadi
dibuatkan penyajiannya si ini, dan nanti biasanya bisa melanjutkan
sendiri.”

“Kita mengacunya pada bukti-bukti transaksi dia sama buku


tabungan. Udah, mereka nggak punya pembukuan dobel itu. Yang jelas
mereka Cuma punya buku-buku, nota-nota kayak gini, seperti nota-nota
penjualan, buku rekapan, terus dikroscekkan dengan buku tabungan.
Udah, kalau keluar masuk dari buku tabungan kan udah jelas itu memang
bener duit dia.”

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa BPR perlu


mengecek ulang (kroscek) dan melakukan survei lebih dari
sekali untuk melihat keadaan UKM yang sebenarnya.
Kroscek ini dilakukan dengan menghubungi pihak-pihak
terkait seperti penduduk sekitar UKM dan mendatangi lokasi
keberadaan agunan. BPR juga meminta data pendukung
dari UKM antara lain buku rekening tabungan dan catatan
transaksi yang dilakukan yang disertai dengan nota-nota.
Bagi UKM yang belum melakukan pencatatan keuangan
diminta menyerahkan dalam bentuk nota-nota transaksi,
kemudian BPR akan membantu membuat laporan keuangan
UKM secara sederhana, sehingga hal ini akan lebih
meyakinkan BPR terkait kebenarannya. Seperti yang terjadi
pada salah satu narasumber, apabila UKM tidak bisa
membuat laporan keuangan maka UKM yang bersangkutan
akan jujur menyampaikan kepada pihak BPR, sehingga BPR
akan membantu membuatkan laporan keuangan sederhana
yang didukung dengan nota-nota yang diserahkan UKM.

33
Informasi keuangan yang didapat dari nota-nota UKM
dicatat dalam formulir yang berisi format laporan keuangan,
sehingga sekaligus dapat digunakan UKM yang belum
melakukan pencatatan keuangan ketika ingin mengajukan
kredit.
Demikian halnya dengan penyusunan laporan
keuangan berdasarkan konsep dasar akuntansi. Beberapa
jawaban responden mengenai hal ini sebagai berikut:
“Mereka bener-bener nggak pakai laporan yang baku kayak debit
kredit, jarang banget. Mereka cuma pemasukan hari ini segini, dulu dari
tengkulak segini, brarti untung segini. Cuma dijumlah aja ooo labanya hari
ini segini. Cuma gitu… Trus laba segini dimasukkan setor tabungan, omset
yang diterima hari itu dimasukkan tabungan. Kalau mereka ditanya
tentang akuntansi ya mereka memang nggak ngerti. Simpel penerimaan
pengeluaran untung rugi.”

“Banyak UKM-UKM biasanya diberi penyuluhan oleh Dinas


Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM. Dia biasanya diberi
garis besar atau pembelajaran dalam penyusunan pembuatan neraca dan
laporan keuangan lainnya, sehingga dia kadangkala bisa membuat
sendiri gitu. Itu kerap kali ada suatu pelatihan-pelatihan seperti itu di
UKM.”

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa UKM selama


ini diberi penyuluhan oleh Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Salatiga tentang
pembuatan neraca dan laporan keuangan lainnya. Dalam
penyuluhan tersebut, UKM diberi garis besar atau
pembelajaran penyusunan laporan keuangan supaya UKM
bisa membuat laporan sendiri. Informasi keuangan yang
terkandung di dalamnya dapat dipahami pembuat laporan
keuangan dan BPR sebagai penggunanya. Pelatihan tersebut
didanai oleh pemerintah dan dilaksanakan minimal dua (2)

34
kali dalam setahun. Dengan adanya pelatihan tersebut, UKM
yang mengajukan kredit meskipun tidak banyak yang sudah
menerapkan pelatihan tersebut, namun minimal sudah ada
yang menerapkan dalam membuat laporan keuangannya
dengan mencatat posisi debit, kredit, saldo. Pencatatan
posisi debit kredit juga tergantung tingkat pemahaman
pemilik UKM yang yang didasarkan tingkat pendidikan
pemilik. Narasumber lain dalam penelitian ini menilai bahwa
belum tentu laporan keuangan UKM telah disusun
berdasarkan konsep dasar akuntansi, tergantung dari skala
usahanya. Seperti yang diungkapkan berikut ini:
“Tergantung dari skala usaha. Kalau usaha mungkin menengah,
mungkin masih sederhana, tapi kalau usahanya sudah diatas, mungkin
omset sudah bagus dan seterusnya, sudah secara akuntansi.”

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa skala usaha


besar pada umumnya sudah disusun berdasarkan konsep
dasar akuntansi, sedangkan skala usaha menengah
kebawah masih disusun secara sederhana. Kebanyakan
skala usaha menengah kebawah belum membuat laporan
keuangan, sehingga BPR membantu dalam menyusun
laporan keuangan UKM. Selain itu, dalam menyusun
laporan keuangan, UKM kurang menguasai istilah-istilah
dalam akuntansi. Sebagian besar UKM hanya mengetahui
penerimaan, pengeluaran, laba dan rugi.
Rata-rata narasumber menyatakan bahwa informasi
keuangan yang disajikan UKM belum tentu tidak memihak
atau tidak ditujukan untuk keuntungan salah satu pihak

35
yang merugikan pihak lain. Dengan kata lain, laporan
keuangan yang disajikan UKM untuk BPR yang
bersangkutan digunakan juga untuk pengajuan kredit di
tempat lain. Seperti yang diungkapkan narasumber berikut
ini:
“Pernah ada, jadi dia kan sebetulnya hanya untuk disini, tapi
ternyata tidak. Dia membuat juga untuk laporan ke lainnya. Sehingga dia
kan ada yang merugikan, dia ternyata untuk pengajuan bukan hanya
disini. Dan betul, pihak lain itu memang ada.”

“Belum tentu, kadang pelaporannya dibagus-bagusin biasanya,


atau mungkin juga untuk kepentingan tertentu. Kalau apa adanya
biasanya untuk internal.”

Di sisi lain, ada narasumber mengungkapkan laporan


keuangan UKM disusun untuk kepentingan bank semata.
Kadang-kadang laporan keuangan UKM disajikan sebagus
dan serapi mungkin hanya untuk tujuan memperoleh kredit.
Untuk meyakinkan bahwa informasi keuangan tersebut
tidak memihak atau merugikan pihak lain, BPR melakukan
pengecekan pada data-data pendukung yang telah dimiliki.
Salah satu narasumber menyatakan bahwa UKM tidak ada
tujuan lain saat membuat laporan keuangan karena laporan
tersebut disusun sesuai transaksi yang terjadi pada setiap
harinya. Seperti yang diungkapkan oleh narasumber
berikut ini:
“Mereka membukukannya berdasarkan hari itu. Pemikiran mereka
mencatat apa yang terjadi pada mereka. Nggak punya tujuan ‘yang mau
dicatat besok dibikin gini, atau gini, misalnya kalau mau mengajukan
disana dibuat kayak gini’. Kebanyakan bukunya itu sudah sampai lusuh,
dan mereka sore harinya mengklopkan jumlah yang dicatat dengan
uangnya yang diterima.”

36
Secara ideal, penyajian laporan keuangan harus rinci
dan lengkap. Artinya informasi keuangan yang terkandung
dalam laporan keuangan harus sesuai dengan standar
pelaporan keuangan yang mencakup informasi aset hingga
beban-beban. Jika dikaitkan dengan UKM, jarang
ditemukan penyajian informasi keuangan yang ideal seperti
yang dimaksudkan di atas. UKM cenderung menyajikan
informasi yang sederhana, dalam hal ini hanya menyangkut
informasi penerimaan dan pengeluaran. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa BPR menilai laporan keuangan yang
diserahkan UKM belum tentu rinci dan lengkap. Beberapa
jawaban responden sebagai berikut:
“UKM masih asal-asalan, justru pihak bank sendiri kedepannya
malah mengarahkan. Sekarang saya terima seperti ini, malah minta tolong
dirapiin.”

“Ada yang rinci, ada yang tidak. Sehingga tadi kan ada to, yang
rinci tadi ada nota-notanya itu, sehingga tau dia beli ini ini rinci sekali,
ada yang tidak. Kalo dia lengkap kan rinci sekali beserta dengan notanya.
Sehingga kita pembuatan neracanya dibuktikan dengan nota-nota itu.”

“Mereka cuma punya 1 buku, ya yang terjadi transaksi pada


mereka ya cuma itu. Nggak ada buku-buku yang lain. Jadi kalau kita
survei minta buku dan slip-slipnya, ya yang dikasi ya buku itu, nggak ada
yang lain. Dan memang yang dicatat disitu ya transaksi yang terjadi pada
tanggal itu. Karena kalo ada penyimpangan, buat mereka buat apa, wong
buat mereka malah jadi bingung.”

Berdasarkan pernyataan di atas, BPR lebih sering


membantu melengkapi informasi keuangan UKM. Proses
melengkapi informasi keuangan ini dilakukan dengan cara
BPR bertanya langsung kepada UKM terkait informasi
keuangan tertentu yang belum lengkap dan rinci
penyajiannya. Dengan kata lain, BPR berperan memberikan

37
pendampingan untuk melengkapi informasi keuangan agar
sesuai kebutuhan BPR yang didukung dengan format
formulir pengajuan kredit yang didalamnya berisi informasi
keuangan UKM.
BPR menyatakan bahwa informasi keuangan yang
benar-benar disajikan sesuai pencatatan akuntansi akan
dapat meningkatkan kepercayaan BPR terhadap UKM,
namun sebaliknya jika penyajiannya sederhana, maka BPR
merasa masih memerlukan data pendukung untuk
meyakinkan BPR terhadap UKM tersebut. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa sebagian besar BPR mengakui bahwa
informasi keuangan UKM dapat meningkatkan kepercayaan
BPR terhadap UKM. Tingkat kepercayaan ini didukung
terlebih dahulu melalui pengecekan dokumen pendukung,
BI checking, kroscek ke lokasi UKM, pengecekan ke lokasi
keberadaan agunan. Selain itu BPR melihat karakter
nasabah dengan melakukan proses wawancara dengan
nasabah dan mencari informasi dari warga sekitar mengenai
karakter nasabah untuk mendukung meningkatkan
kepercayaan BPR terhadap UKM.
Dalam proses pengambilan keputusan kredit, BPR
tidak hanya menggunakan informasi berupa nilai akun
(account) yang tertera dalam laporan keuangan, tetapi juga
melibatkan informasi non keuangan yang mencakup
character, collateral, dan condition dari calon nasabah.
Informasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

38
1. Character
Analisis watak (character) bertujuan untuk mendapatkan
gambaran akan kemauan membayar dari pemohon,
mencakup perilaku pemohon sebelum dan selama
permohonan kredit diajukan. Beberapa indikator untuk
menilai karakter calon nasabah, diantaranya:
a) Reputasi dan komitmen dalam melunasi pinjaman
 BI checking
BI checking merupakan suatu proses pengecekan
yang dilakukan oleh lembaga keuangan baik bank
maupun non bank, melalui suatu sistem yang
disebut Sistem Informasi Debitur (SID) yang
dikelola oleh Bank Indonesia. Output yang
diperoleh dari pengecekan disebut Informasi
Debitur Individual (IDI). Di dalam IDI dapat
diketahui hal-hal yang berkaitan dengan kondisi
pembayaran debitur, yang digambarkan dengan
informasi hari tunggakan dan kualitas kredit,
seperti apakah status pembayarannya lancar,
kurang lancar, dalam perhatian khusus, diragukan
atau macet. Setelah melakukan pengecekan
historical keuangan atau pinjaman calon nasabah,
apabila nasabah mempunyai tunggakan yang
belum dibayar di bank lain, maka BPR tidak dapat
melanjutkan proses pemberian kredit tersebut.

39
 Supplier
BPR melakukan konfirmasi ke supplier tentang
UKM yang bersangkutan terkait kelancaran
pembayaran pembelian bahan maupun barang
dagangan yang dibeli dari supplier serta posisi tiga
(3) bulan terakhir mengenai informasi utang
piutang yang berhubungan dengan supplier.
b) Reputasi secara umum
Informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan
warga sekitar tentang calon nasabah di lingkungannya
antara lain tentang kejujuran, tepat janji, calon
nasabah bukan penjudi, tidak ada kasus kriminal.
2. Collateral
Analisis agunan (collateral) bertujuan untuk mengetahui
besarnya nilai agunan yang dapat dipergunakan sebagai
alat pengaman lapis kedua bagi bank dalam setiap
pemberian kredit apabila kredit yang diberikan
bermasalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
agunan dapat diketahui BPR dengan melihat kondisi
barang yang akan digunakan sebagai jaminan. Pada
umumnya BPR melihat dari harga pasar, harga beli
makelar, dan harga di media online. Beberapa hal yang
diperhatikan dalam menganalisis collateral meliputi:
 Legalitas
BPR harus memperhatikan legalitas agunan yang
akan digunakan sebagai jaminan apabila kredit yang
diberikan bermasalah. Pengecekan legalitas yang
40
dilakukan antara lain data-data Sertifikat (Sawah,
Pekarangan, dll) meliputi No. Girik/SHM, Luas (m),
Atas nama, Desa, Kecamatan, Kabupaten, Pemilik
(Sendiri/orang lain), Harga NJOP, Taksiran Harga
Pasar (THP). Untuk agunan kendaraan dilakukan
pengecekan legalitas antara lain no. Rangka, no.
Mesin, no. Polisi, no. BPKB, atas nama, pemilik
(sendiri/orang lain), lain-lain (Keterangan sudah balik
nama atau belum), Gesekan Mesin dan Gesekan
Rangka (Untuk mencocokkan kendaraan dengan
BPKB).
 Nilai
Untuk nilai jaminan sertifikat dan kendaraan
bermotor dijelaskan sebagai berikut:
a) Sertifikat
Nilai agunan sertifikat dapat dilihat dari lokasi
tanah jaminan yang marketable mempunyai nilai
jual tinggi. Harga tanah sekitar, PBB, NJOP, dan
survei lingkungan dapat dijadikan sebagai acuan.
BPR juga perlu mengetahui kondisi rumah
(Tempat tinggal, Tempat usaha) meliputi tembok
(Bata/kayu/lainnya), Ubin (Tanah/Tegal/
Keramik/lainnya), Atap (Genting/Seng/lainnya),
Isi rumah (Perabotan rumah/lainnya), Kondisi/
klasifikasi, Pemilik (Sendiri/orang lain), Taksiran
Harga Pasar (THP), Taksiran Harga Jaminan, Total
taksiran harga jaminan. Petugas survei membuat

41
denah/bentuk Jaminan Tanah yang bertujuan
untuk memastikan jaminan UKM benar-benar
ada. Selain itu juga membantu apabila petugas
survei yang bersangkutan berhalangan atau rolling
berpindah tempat tugas, maka akan dilimpahkan
kepada petugas survei yang lain, sehingga petugas
tersebut tidak kesulitan mencari lokasi
keberadaan jaminan UKM yang bersangkutan.
b) Kendaraan bermotor
Informasi nilai agunan kendaraan bermotor
meliputi jumlah kendaraan, kondisi, merk, tipe,
tahun, warna, Taksiran Harga Pasar (THP),
Taksiran Harga Jaminan (60% x THP) dan Total
Taksiran Harga Jaminan. BPR
mempertimbangkan merk tertentu kendaraan
tersebut supaya apabila kredit yang diberikan
bermasalah, maka kendaraan tersebut cepat dan
mudah untuk dijual. BPR dalam penelitian ini
menyatakan bahwa nilai agunan yang diakui oleh
BPR maximal 55-60% dari harga pasar, misalnya
harga pasar agunan sebesar Rp 100.000.000,-
maka nilai agunan maximal Rp 60.000.000,-
3. Condition
Analisis kondisi atau prospek usaha (condition)
bertujuan untuk mengetahui prospektif atau tidaknya
suatu usaha yang akan dibiayai. Prospek usaha
berkaitan dengan kemampuan pengembalian kredit di
42
masa depan. Apabila ke depannya usaha yang
dijalankan lancar, maka prospek UKM ke depannya
baik, dan kemungkinan besar pembayaran angsuran
kredit akan lancar. Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan bahwa untuk mengetahui prospektif
atau tidaknya UKM (condition), BPR menilai dari hal-
hal berikut ini:
 Ekonomi dan Industri
Kondisi perekonomian saat ini perlu diperhatikan
apakah mendukung atau tidak terhadap usaha
UKM yang bersangkutan, misalnya apabila terjadi
kenaikan BBM kemungkinan akan mempengaruhi
kenaikan bahan baku yang dapat mempengaruhi
omset, apakah meningkat atau menurun, serta
melihat kondisi cash flow dan jumlah pendapatan
UKM tersebut.
 Usaha sendiri
Untuk melihat kondisi bisnis, pihak BPR
melakukan pemantauan dan pengecekkan ke
lokasi UKM dan ke supplier untuk mengetahui
barang terjual di pasaran atau tidak. Informasi
tambahan dapat digali oleh BPR dengan
membandingkan perkembangan usaha UKM yang
bersangkutan dengan usaha yang sejenis. Dalam
melihat prospek usaha UKM, BPR juga
menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang

43
dimiliki petugas BPR untuk menilai prospek atau
tidaknya UKM yang bersangkutan.

5. KESIM PULAN, IM PLIKASI, DAN SARAN


5.1 KESIM PULAN
Berdasarkan pembahasan pada penelitian ini yang
telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Informasi keuangan UKM relevan untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan kredit. Hal ini tampak
melalui informasi keuangan yang terkandung dalam
laporan keuangan UKM yang sangat berguna untuk
mengevaluasi keadaan UKM di masa lalu, sangat
membantu untuk melihat keadaan UKM di masa
sekarang, dan sangat berguna untuk memprediksi arus
kas UKM di masa mendatang.
2. Informasi keuangan UKM tidak reliabel untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan kredit. Hal ini disebabkan
karena BPR lebih yakin dengan informasi keuangan yang
digali langsung dari UKM melalui survei dan wawancara
langsung dengan pihak UKM yang bersangkutan.

5.2 IM PLIKASI
Melalui penelitian ini didapatkan implikasi terapan,
yaitu diketahui bahwa informasi keuangan berdampingan
dengan proses analisa 5C yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan kredit. Terdapat pengaruh

44
informasi keuangan terhadap analisa 5C. Hal tersebut
ditunjukkan dalam penelitian ini, yaitu informasi keuangan
digunakan dalam menganalisis capacity dan capital. Dalam
hal ini, maka dapat dikatakan peran BPR untuk
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan calon
nasabah (UKM) sangat penting. Penyuluhan dan pelatihan
penyusunan laporan keuangan UKM sebaiknya diadakan
rutin setiap tahunnya supaya UKM bisa lebih mandiri dalam
menyusun laporan keuangan, selain itu informasi keuangan
yang disajikan UKM sesuai kebutuhan penggunanya serta
dapat membantu memudahkan BPR sebagai penggunanya
dalam proses pengambilan keputusan kredit.

5.3 KETERBATASAN DAN SARAN


Keterbatasan dalam penelitian ini adalah jumlah
narasumber yang terlalu sedikit. Kesulitan mendapatkan
narasumber dalam penelitian ini disebabkan oleh karena
sebagian besar proses perijinan penelitian pada narasumber
yang bersangkutan harus melalui kantor pusat, sedangkan
pengiriman proposal dan surat ijin penelitian ke kantor
pusat membutuhkan waktu yang cukup lama dan harus
melewati prosedur yang sangat ketat, sehingga banyak
narasumber yang menolak untuk diteliti. Selain itu, alamat
narasumber kebanyakan tidak sesuai dengan informasi yang
dimiliki penulis, sehingga penulis kesulitan menemukan
keberadaan narasumber yang bersangkutan. Penelitian

45
mendatang diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini
mengenai relevansi dan reliabilitas informasi keuangan UKM
dengan menambah variabel dalam pengambilan keputusan
kredit.

DAFTAR PUSTAKA

Akrani, Gaurav. 2010. Decision Making Process in


Management – Problem Solving. http://kalyan-
city.blogspot.co.id/2010/06/decision-making-process-
in-management.html
Arief, Anandita A. 2010. Peran Laporan Keuangan dan
Intuisi dalam Pengambilan Keputusan Kredit (Studi
Empiris) pada Perbankan Kota Semarang. Skripsi
Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
(tidak dipublikasikan). Semarang
Baker, H. Kent dan John A. Haslem. November 1973.
Information Need of Individual Investors. The Journal of
Accountancy.
CGA-Canada. 2005. Accounting Theory 1 Examination [On-
line] tersedia http://www.cga-ontario.org.
Danos, Paul, Holt L, Doris, Imhoff, JR Eugene A. 1989. The
Use of Accounting Information in Bank Lending
Decision. Accounting Organization and Society.
University of Minnesota.
Financial Accounting Standart Board. 1980. SFAC No. 2.
Hefes, Ellen M., 2005. The Relevance of Reliability: An Update
on The FASB and IASB Joint Conceptual Framework
Project. Financial Reporting.

46
Kieso, D. E. dan Weygandt, J. J. 1995. Akuntansi
Intermediate. Edisi Ketujuh. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen
Perbankan: Teori Dan Aplikasi. Edisi Pertama. BPFE-
Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akntansi
Keuangan. Jakarta: Balai Pustaka.
Malik, Rachmawati dan Hotniar Siringoringo. 2008. Analisis
Pengaruh Kredit, Aset Dan Jumlah Pegawai Terhadap
Pendapatan Usaha Kecil Menengah (UKM) Penerima
Kredit Bank Perkreditan Rakyat. Program Magister
Manajemen Universitas Gunadarma. Jakarta.
Mintarti, Sri. 1994. Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap
Keputusan Kredit Yang Diambil Oleh Bank Dan
Hubungannya Dengan Pengembalian Pinjaman Debitur
Di Daerah Propinsi Kalimantan Timur. Tesis Program
Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Nuswandari, Cahyani. 2009. Pengungkapan Pelaporan
Keuangan Dalam Perspektif Signalling Theory. Kajian
Akuntansi Hal: 48–57, Vol. 1 No. 1. Universitas
Stikubank. Semarang.
Philips Wren, Gloria, Ichalkaranje, Nikhil, Jain, Lakhmi.
2010. Intelligent Decision Making: An Al-Based
Approach.
Purwanti, Lilik. 1994. Faktor-Faktor Penentu Tingkat
Penggunaan Informasi Akuntansi Dalam Pengambilan
Keputusan Kredit Menurut Persepsi Bank. Tesis
Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Purwati, A. Sri, Suparlinah, I., dan Putri, N. Kuncoro, 2014.
The Use Of Accounting Information In The Business
Decision Making Process On Small And Medium
Enterprises In Banyumas Region, Indonesia. Economy
Transdisciplinarity Cognition Vol. 17, Issue 2/2014,

47
Hal: 63-75. Jenderal Soedirman University. Purwokerto.
Indonesia.
Saryadi. 2007. Persepsi Pemutus Kredit Komersial Terhadap
Manfaat Informasi Akuntansi (Studi Empirik pada Bank
Umum di Wilayah Kota Semarang). Tesis Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Septriawan. 2010. Pengaruh Informasi Akuntansi Dan
Informasi Non Akuntansi Terhadap Pengambilan
Keputusan Kredit Pada PT. Bank Cimb Niaga Tbk
Cabang Medan Petisah. Tesis Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Simanjuntak, Agustina Tiurma. 1999. Analisis Kebutuhan
Informasi Akuntansi dan Informasi Bukan Akuntansi
dalam Pengambilan Keputusan Kredit (Studi Kasus
Perbankan di Kota Madya Semarang). Tesis Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi: Perekayasaan
Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. BPFE-Yogjakarta.
Turban, Efraim, Aronson, Jay E, Peng Liang, Ting. 2005.
Decision Support Systems And Intelligent Systems – 7th
Ed. Andi Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok-Pokok
Perbankan.
White, G. I., Sondhi, A. C., dan Fried, D. 1993. The Analysis
and Use of Financial Statements. New York: John Wiley
& Sons, Inc.
Walter, Doreen. 2010. The Decision Making Process.
Business Administration. Organizasional Culture and
Change Management.
Wati, Evi Emilia. 2011. Persepsi Para Pelaku UKM (Usaha
Kecil Dan Menengah) Terhadap Penerapan Akuntansi.
Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
Surabaya.
Zulfikar, Tashadi Tarmizi dan Arianto. 2012. Praktek
Akuntansi: Kajian Faktor Motivasi Adopsi Pada Usaha

48
Kecil Menengah Di Kalimantan Barat. Jurnal Eksos Vol
8, No 1, Hal 34 – 40. Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri. Pontianak.

49
LAM PIRAN PANDUAN W AW ANCARA

I. Data Narasumber
Nama :
Jenis kelamin :
Unit/Bank :
Lama Bekerja di Bank : ≤ 5 tahun ≥ 5 tahun*
Pengalaman di Bagian Kredit : ≤1 tahun ≥ 1 tahun*
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
*Isilah dengan tanda checklist (√)

II. Relevansi Informasi Keuangan


Pernyataan Jawaban
1. Laporan keuangan UKM sangat
berguna untuk memprediksi arus kas
UKM di masa depan.
2. Laporan keuangan UKM yang
disajikan selalu merupakan laporan
yang ter-update (tidak kadaluarsa).
3. Laporan keuangan UKM sangat
mempengaruhi keputusan saya untuk
memberikan kredit atau tidak.
4. Laporan keuangan UKM sangat
berguna bagi saya untuk
mengevaluasi keadaan UKM di masa
lalu.
5. Laporan keuangan UKM sangat
membantu saya untuk memahami
keadaan UKM di masa sekarang.
6. Laporan keuangan UKM selalu saya
gunakan untuk memprediksi
kejadian-kejadian di masa depan.

III. Reliabilitas Informasi Keuangan


Pernyataan Jawaban
1. Saya sangat yakin bahwa laporan
keuangan UKM menyajikan informasi
yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya (jujur).

50
2. Saya sangat yakin bahwa laporan
keuangan UKM telah disusun
berdasarkan konsep dasar akuntansi.
3. Saya yakin bahwa laporan keuangan
yang disajikan UKM benar-benar tidak
memihak atau tidak ditujukan untuk
salah satu pihak yang merugikan
pihak lain.
4. Saya yakin bahwa laporan keuangan
yang diserahkan UKM sangat rinci dan
lengkap.
5. Informasi keuangan dari UKM dapa t
meningkatkan kepercayaan saya
terhadap UKM.

IV. Pengambilan Keputusan Kredit.

Pertanyaan Penjelasan
1. Bagaimana cara bapak/ibu
mengetahui watak atau kemauan
membayar dari pemohon, mencakup
perilaku pemohon sebelum dan
selama kredit diajukan (Character)
2. Bagaimana cara bapak/ibu mengukur
tingkat kemampuan mengembalikan
kredit dari UKM (Capacity)
3. Bagaimana cara bapak/ibu mengukur
kemampuan UKM dalam
menyediakan modal sendiri (Capital)
4. Bagaimana bapak/ibu mengetahui
prospektif/tidaknya UKM (Condition)
5. Bagaimana bapak/ibu mengetahui
besarnya nilai agunan yang dapat
dipergunakan UKM sebagai jaminan
apabila kredit yang diberikan
bermasalah (Colateral)

51

Anda mungkin juga menyukai