Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap persoalan program linier selalu mempunyai dua macam analisis,


yaitu Analisis Primal danAnalisis Dual yang biasanya disebut “Analisis Primal-
Dual”. Dalam perjalanannya teknik linier programming mengalami perkembangan
dan penyempurnaan, sehingga dapat ditemukan berbagai kelebihan-kelebihan
yang berguna dalam penerapan teknik ini. Salah satu manfaatnya yaitu dalam
dunia Linier Programing yang digunakan sebagai alat analisa dan pengambilan
keputusan. Teknik tersebut dikenal dengan teori dualitas.

Menurut teori ini, setiap persoalan linier programming saling berhubungan


timbal balik dengan persoalan linier programming yang lain yang merupakan
“dual”nya. Hubungan timbal balik antara suatu persoalan linier programming
yang asli (disebut primal) dengan persoalan linier programming yang lain (dual),
akan menimbulkan manfaat berupa memudahkan orang dalam mengkaji suatu
perhitungan dalam linier programming.

B. Rumusan Masalah

a. Apa itu Primal-Dual?

b. Seperti Apa bentuk Primal-Dual itu?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANALISIS PRIMAL DUAL

Setiap persoalan program linier selalu mempunyai dua macam analisis,


yaitu : analisis primal dan analisis dual yang bisa disebut analisis primal dual.
untuk menjelaskan hubungan antara primal engan dual akan dimtunjukan dengan
contoh kasus di bawah ini:

PT. Maju Jaya adalah sebuah perusahaan yang menghasilkan dua macam
produk yaitu a dan b. Setiap produk a menghasilkan laba Rp. 40 dan produk b Rp.
60 . kedua produk tersebut harus di produksi melalui dua tahap proses yaitu proses
1 dan proses 2. kapasitas waktu proses bagi ke dua macam produk tersebut adalah
sebagai berikut.

Waktu Proses Kapasitas per bulan


Proses A B (jam)
I 3 2 2.000
II 1 2 1.000

Model matematika kasus di atas adalah :

Funsi tujuan : memaksimumkan : Z = 40A + 60B

Fungsi kendala :

1. 3A + 2B ≤ 2000
2. A + 2B ≤ 1000
3. A,B ≥ 0

Model matematika di atas di sebut primal. Dual pada dasarnya adalah


penentuan harga, yaitu:

Harga dari sumber – sumber yang di pergunakan untuk memproduksi secara


optimal di mana harga tersebut merupakan nilai minimun sehingga dapat di

2
pergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memgurangi suber sumber
tersebut secara tepat.

Misalkan C dan D adalah biaya sewa perjam yang harus di bedakan kepada
proses I dan II. Karna jumlah yang tersedia untuk proses I adalah 2000 jam dan
proses II adalah 1000 jam maka biaya sewa total untuk kedua macam proses
tersebut adalah :

F = 2000C + 1000D

Selagi F merupakan jumlah biaya sewa kedua macam proses tersebut maka
menejemen PT. Maju Jaya tersebut berusaha untuk meminimumkannya. Pandang
jika model primal sebagai pihak penjual yang ingin memaksimumkan laba, di sisi
lain model dual sebagai pihak pembeli yang igin meminimumkan harga . setiap
unit A memerlukan waktu 3 jam proses I dan 1 jam pada proses II, sehingga biaya
yang di gunakan untuk menghasilka setiap unit produk A adalah 3C + 1D.

Dipandang dari pihak pembeli tentu saja harga tersebut tidak boleh rendah
dari sumbangan laba yang akab di berikan produk A kepada penjual yaitu sebesar
Rp. 40 ( bila penjual mendapatkan laba Rp 40 untuk setiap penjualan produk a,
maka tentu saja penjual menginginkan agar harga yang ia bayar untuk baya proses
produk tersebut palimg sedikit harus sama dengan laba yang di peroleh penjual
yaitu sebesar Rp. 40 ) sehingga biaya untuk memproses setiap unit produk A
adalah.

3C + 1D ≥ 40

Dengan cara yang sama biaya untuk memproses setiap unit produk B
adalah 2C + 2D ≥ 60 dan selanjutnya karna harga tidak mungkin negatif maka C ≥
0 dan D ≥ 0 .

3
Asumsi dasar :

Untuk dapat munyusun suatu persoalan primal program linier ke dalam bentuk
dual, maka selalu harus dirumuskan terdahulu ke dalam bentuk kanonik.

o Untuk persoalan maksimasi, mka semua rumusan funsi kendala


mempunyai tanda lebih kecil dari pada atau sama dengan ( ≤ ).

o Untuk persoalan minimasi maka tanda fungsi syarat ikatannya


harus lebih besar dari pada atau sama dengan ( ≥). ( ingat bahwa
tidak perlu semua konstanta atau nilai sebelah kanan (nsk) funsi
kendala yang besangkutan harus selalu non – negatif dalam suatu
rumusan yang berbentuk kanonik).
o Jika suatu persoalan dalam rumusan program linier mempunyai
fungsi kendala kesamaan ( nilai nsk-nya bertanda sama dengan ),
maka fungsi kendala tersebut dapat di tukar atau di ganti dengan
dua fungsi lainnya, yang pertama, bertanda “lebih kecil dari pada
atau sama dengan ( ≤ ).” Dan yang kedua, bertanda “lebih besar
atau sama dengan ( ≥ ).” Sala satu di antara kedua fungsi kendala
lain tersebut ( di pilih sala satu ), kemudian di ambil dan di kalikan
dengan ( -1 ) untuk mendapatkan fungsi kendala yang sesuai
dengan bentuk yang di minta oleh bentuk kanonik tersebut.

Aturan umum dalam perumusan persoalan program linier menyangkut bentuk


primal dan dual adalah :

Bentuk Primal Bentuk Dual


memaksimumkan fungsi tujuan Meminimumkan fungsi tujuan
Koefisien fungsi tujuan (cj ) Nilai sebelah kanan (NSK) fungsi
kendala
NSK funsi kendala primal-primal (bi) Koefisien funsi tujuan

4
Koefisian peubah ke-j Koefisien kendala ke-j
Koefisien kendala ke-i Koefisien peubah ke-i
Peubah ke-j yang positif ( ≥ 0 ) Kendala ke-j dengan tanda
ketidaksamaan “lebih besar dari atau
sama dengan”(≥)
Peubah ke-j tandanya tidak di batasi Kendala ke-j yang bertanda sama
dengan
Kendala ke-i yang bertanda = Peubah ke-i tandanya tidak di batasi
Kendala ke-i yang bertanda Peubah ke-i yang positif
ketidaksamaan ( ≤ )

Contoh soal :

Andaikan terdapat suatu persoalan program linier sebagai berikut :

Memaksimumkan : Z = 10x1 + 6x2 ..........(1),

Syarat ikatan :

a). 2x1 + 3x2 ≤ 90 ............(2)

b). 4x1 + 2x2 ≤ 80 ............(3)

c). X2 ≥ 15 ...........(4)

d). 5x1 + x2 = 25...........(5)

dan x1,x2 ≥ 0

ubahlah ke dalam bentuk dualnya !

penyelesain :

5
B. Langkah langkahnya

langakah 1

transformasikan ke dalam bentuk kanonikal primal ( karena fungsi tujuan me


maksimumkan maka tanda ketidak smaan di buat ≤ ). Manipulasi di lakukan
pada rumus (4) dan (5) dengan berikut :

1) Kalikan rumus (4) dengan (–1) di dapatkan :


- X2 ≤ -15
2) Ganti rumus (5) menjadi ketidaksamaan :
5x1 + x2 ≤ 25 (5a) dan 5x1 + x2 ≥ 25 (5b)
Dan rumus (5b) di kelikan dengan -1 di dapat :
-5x1 + x2 ≤ - 25
Dengan demikian diperoleh bentuk kanonik primal menjadi :
Maksimumkan : Z = 10x1 + 6x2
Syarat ikatan :
a). 2x1 + 3x2 ≤ 90
b). 4x1 + 2x2 ≤ 80
c). –x2 ≤ -15
d). 5x1 + x2 ≤ 25
e). -5x1 + x2 ≤ -25 dan x1,x2 ≥ 0

langkah 2,

rumuskan bentuk kanonikal dari persoalan primal terbentuk ke dalam bentuk dual,
dan di peroleh :

meminimumkan : F = 90y1 + 80y2 – 15y3 + 25y4 – 25y5


syarat ikatan :
a). 2y1 + 4y2 – 0y3 + 5y4 + 5y5 ≥ 10
b). 3y1 + 2y2 – y3 + y4 – y5 ≥ 6
dan y1,y2,y3,y4,y5 ≥ 0 atau yi ≥ 0, untuk i = 1,2,...,5

6
BAB III

PENUTUP

A. Ringkasan
Konsep dualitas meruapakan suatu konsep bagian dari program
linear yang sangat penting dan menarik untuk dibahas. Konsep ini
menyatakan dalam setiap masalah program linear mempunyai dua bentuk
yang saling berhubungan dan keterkaitan.

Dapat pula diartikan sebagai "lawan dari", maksudnya apabila


terdapat persamaan mula-mula dalam bentuk promal maka mempunyai
lawan dalam bentuk dual, jika bentuk dual itu dianggap sebagai primal
maka bentuk dualnya adalah persamaan mula-mula tersebut diatas.

Bentuk pertama (asli) dinamakan primal, sedangkan bentuk kedua


adalah dual. Apabila dalam solusi optimum pada tabel simpleks bentuk
asli (primal) telah terpecahkan, maka tabel simpleks optimum tersebut
dapat juga menjawab permasalahan dualnya.

7
DARTAR PUSTAKA

Ackoff, R.L. Fundemental Of Operations Research, John Wiley Sons,


Inc.,USA, 1968

Bronson, richard, Operations Research, Shaun ’s Outline Series, Theory and


Problem, Mc Graw Hill Book Company, Singapore, 1983

Doranah, R., Paul, A., Samuel San, R., M. Solow ., Linier Programing and
ecomic analysis. McGraw-Hiil , USA, 1981

Anda mungkin juga menyukai