2017
Fatimah, Leli
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1565
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPUNG BARU
KECAMATAN MEDAN MAIMUN
TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH
LELI FATIMAH
NIM : 131000464
OLEH
LELI FATIMAH
NIM : 131000464
Leli Fatimah
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Acute Respiratory Infection (ARI) isthe major cause of morbidity and
mortality of infectious diseases in the world, it is one of the main cause of
consultation or inpatient in the health service, especially in the child care section.
PMR of ARI in toddlers in the world were (26,7%). The prevalence of ARI in
Indonesia at 2013 was (25,0%). The aim of this research is to determine factors
related with ARI in infants in the Puskesmas Kampung Baru Medan Maimun
districk at 2017.
This research was an analytic using cross sectional design. The population
of this research were all infant that is in the working area Health Center of
Kampung Baru and the sampling tehnique is purpossive sampling for 103 person.
Data were analyzed by chi square test with 95% CI.
The result of research indicates that prevalence rate of ARI is (59,2%), the
highest frequency distribution on the 11 month old (16,5%), female (51,5%), good
nutrition status (79,6%), exclusive breastfeeding status (53,4%), not yet received
DPT/Hib and measles, for immunization status (63,1%). For the characteristics of
the mother, the highest proportion were senior high school (68,0%) and
housewife job (78,6%). For the characteristics of the environment, the highest
proportion were occupation density (55,3%), used burnt mosquito coils (93,2%),
used lpj (82,5%), and existence of smoker (81,6%). The result of statistic analysis
indicates there is a significant relationship of age (p=0,022), nutrition status
(p=0,034), exclusive breastfeeding status (p=0,025), occupation density
(p=0,034), and existence of smoker (p=0,028) with incident of ARI.
It is suggested to the mothers for giving exclusive breastfeeding, that was a
human right of the infants, for giving of good nutrition for the growth and
development of infants, and then for the family members to not smoke when at the
home.
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, untuk itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum Selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
USU.
v
Universitas Sumatera Utara
5. Sri Novita Lubis, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah
6. Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Penguji I yang telah
skripsi ini.
Epidemiologi, staf administrasi, dan seluruh pegawai FKM USU yang telah
10. dr. Erwina Zaini selaku Kepala Puskesmas Kampung Baru, Ibu Tety Agustina
11. Teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda Mohd. Daud NST A.md dan
semangat, perhatian, dan kasih sayang untuk ananda yang tak terhitung
12. Kakak dan adik tersayang, Irma Khairani, Herman Sah, Asrul Anas, Ilham
Mora, Nur Azizah, dan Yusril Izha Mahendra yang selalu mendengarkan
vi
Universitas Sumatera Utara
13. Serlin, Hazellarissa, Tiara, dan Christina yang telah memberikan semangat,
dukungan, doa dan berbagi ilmu kepada penulis selama perkuliahan maupun
14. Nelvi, Tri Putri, Wiwi, serta teman satu lingkaran MS yang telah menemani,
membantu, menyemangati dan selalu ada untuk penulis dari awal kuliah
15. Kelompok PBL Citaman Jernih, Kelompok LKP Puskesmas Kampung Baru,
dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
dan belum sempurna baik dari segi isi maupun bahasa. Hal ini tidak terlepas dari
miliki.Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu
Leli Fatimah
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
viii
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 26
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 26
3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................................... 26
3.2.2 Waktu Penelitian ...................................................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 26
3.3.1 Populasi ................................................................................... 26
3.3.2 Sampel ..................................................................................... 27
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 28
3.4.1 Data Primer .............................................................................. 28
3.4.2 Data Sekunder .......................................................................... 29
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 29
3.6 Aspek Pengukuran ......................................................................... 32
3.7 Metode Analisa Data ..................................................................... 34
3.7.1 Analisis Univariat .................................................................... 34
3.7.2 Analisis Bivariat....................................................................... 34
ix
Universitas Sumatera Utara
5.2.1 Hubungan Umur dengan Kejadian ISPA .................................. 54
5.2.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian ISPA ..................... 56
5.2.3 Hubungan Berat Badan Lahir dengan Kejadian ISPA ............... 57
5.2.4 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA .......................... 59
5.2.5 Hubungan Status ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA ........... 61
5.2.6 Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian ISPA .................. 63
5.2.7 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian ISPA .................... 65
5.2.8 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian ISPA ...................... 67
5.2.9 Hubungan Kepadatan Hunian Ruang Tidur dengan Kejadian
ISPA ........................................................................................ 69
5.2.10 Hubungan Pemakaian Anti Nyamuk dengan Kejadian ISPA .... 71
5.2.11 Hubungan Bahan Bakar untuk Memasak dengan Kejadian
ISPA ........................................................................................ 73
5.2.12 Hubungan Keberadaan Perokok dengan Kejadian ISPA ........... 75
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
xi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Berdasarkan Pemakaian Anti Nyamuk di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2017 .................................................................. 41
Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Berdasarkan Bahan Bakar untuk Memasak
di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan
Medan Maimun Tahun 2017 ...................................................... 41
Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Berdasarkan Keberadaan Perokok di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2017 .................................................................. 42
Tabel 4.14 Hubungan Umur dengan Kejadian ISPA pada Bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas Kampung Baru Tahun 2017 ............................ 42
Tabel 4.15 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian ISPA pada Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2017 .................................................................. 43
Tabel 4.16 Hubungan Berat Badan Lahir dengan Kejadian ISPA pada
Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan
Medan Maimun Tahun 2017 ...................................................... 44
Tabel 4.17 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2017 .................................................................. 45
Tabel 4.18 Hubungan Status ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA pada
Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan
Medan Maimun Tahun 2017 ...................................................... 46
Tabel 4.19 Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian ISPA pada Bayi
di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan
Medan Maimun Tahun 2017 ...................................................... 46
Tabel 4.20 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian ISPA pada Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2017 .................................................................. 47
Tabel 4.21 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian ISPA pada Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2017 .................................................................. 48
Tabel 4.22 Hubungan Kepadatan Hunian Ruang Tidur dengan Kejadian
ISPA pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung
BaruKecamatan Medan Maimun Tahun 2017 ............................ 49
Tabel 4.23 Hubungan Pemakaian Anti Nyamuk dengan Kejadian ISPA
pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung
BaruKecamatan Medan Maimun Tahun 2017 ............................ 50
xii
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.24 Hubungan Bahan Bakar untuk Memasak dengan Kejadian
ISPA pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2017 .................................... 51
Tabel 4.25 Hubungan Keberadaan Perokok dengan Kejadian ISPA pada
Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan
Medan Maimun Tahun 2017 ...................................................... 52
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xiv
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.12 Diagram Batang Hubungan Bahan Bakar untuk Memasak
dengan Kejadian ISPA pada Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun
Tahun 2017 .......................................................................... 73
Gambar 5.13 Diagram Batang Hubungan Keberadaan Perokok dengan
Kejadian ISPA pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2017 ...... 75
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
di Pastap Julu, Mandailing Natal. Beragama Islam, anak dari pasangan Ayahanda
Mohd. Daud Nasution dan Ibunda Nasidah. Alamat penulis Jl. Medan-Padang,
xvii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
untuk menurunkan angka kematian anak. Angka kematian bayi dan anak
Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2015 adalah 22,2 per 1.000
kelahiran hidup. Salah satu penyebab terbesar kematian anak bawah lima
2016).
ISPA pada balita di dunia adalah (26,7%), sebanyak dua pertiga kematian
1
Universitas Sumatera Utara
2
inap di rumah sakit pada tahun 2010, dengan jumlah 17.918 kasus. ISPA
daftar 10 besar penyakit rawat jalan di rumah sakit tahun 2010, dengan
(31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur
menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%)
cakupan penemuan kasus pneumonia pada anak bawah lima tahun masih
penyakit ISPA pada bayi adalah sebesar (20,8%). Penyakit ISPA juga
tahun 2017.
1.3.2Tujuan Khusus
kelamin, berat badan lahir, status gizi, status ASI eksklusif, status
2017.
Masyarakat (SKM).
(ARI). ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan, dan akut
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan
dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu
7
Universitas Sumatera Utara
8
bakteri, virus, riketsia, dan jamur. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
klinis terjadi akibat proses peradangan dan adanya kerusakan langsung akibat
a. Batuk
air borne adalah penularan penyakit yang disebabkan oleh penyebaran droplet
nuclei (partikel kecil hasil sekresi saluran pernapasan dan ludah) yang tetap
infeksius saat melayang di udara dalam jarak jauh dan waktu yang lama
(WHO, 2007).
(WHO, 2007).
dua,yaitu :
a. Pneumonia berat
kali atau lebih per menit, penarikan pada dinding dada berat, sianosis sentral
b. Bukan pneumonia
Apabila anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit
bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya
b. Pneumonia berat
bernapas serta penarikan pada dinding dada, tetapi tanpa disertai sianosis
c. Pneumonia
kali per menit atau lebih pada usia 12 bulan hingga 5 tahun.
d. Bukan pneumonia
e. Pneumonia persisten
walaupun telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang
dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan (WHO, 2002).
penyakit infeksi dan membutuhkan zat gizi yang relatif tinggi dibandingkan
ISPA, bayi memiliki risiko yang lebih tinggi akan terjadinya ISPA, hal ini
disebabkan karena sistem imunitas yang belum sempurna. Penyakit ISPA ini
paling sering menjadi satu-satunya alasan untuk datang ke rumah sakit atau
dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,8%).
ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks
Riau, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
prevalensi ispa di daerah urban menurut diagnosis nakes adalah (66,8%), lebih
besar dibandingkan dengan daerah rural yaitu (33,2%). Setelah dianalisis lebih
lanjut dengan analisis bivariat ternyata hubungan antara tempat dan penyakit
ispa adalah significant dengan OR=1,20 ini berarti di daerah urban berpotensi
bahwa dari 10 besar penyakit pasien rawat jalan di rumah sakit tahun 2010,
atas akut lainnya yaitu sebanyak 433.354 kasus dengan kasus baru sebesar
(67,2%).
penemuan kasus pneumonia pada tahun 2008 adalah (26,3%), kemudian tahun
2009 (25,9%), tahun 2010 (23,0%), tahun 2011 (23,9%), tahun 2012 (23,4%),
tahun 2013 (24,5%), tahun 2014 (29,5%), tahun 2015 (63,5%). Sampai
umum pneumonia yang didapat dari luar rumah sakit yang disebabkan oleh
bibit penyakit utama ISPA adalah virus, tetapi pada bakteri baik karena
infeksi sekunder atau primer dapat memberikan manifestasi klinis yang lebih
1. Umur
pada balita akan memberikan gambaran klinik yang lebih berat dan buruk.
Hal ini disebabkan karena umumnya ISPA pada anak balita merupakan
host apabila ketahanan tubuh menurun. Bayi dibawah lima tahun adalah
kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap
berbagai penyakit.
2. Jenis Kelamin
laki dan perempuan. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan
bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
3. Status Gizi
2011).
dibandingkan dengan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan
tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak
gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA berat bahkan serangannya
dan mental pada masa balita. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
adalah bahwa dengan pemberian ASI eksklusif bermanfaat bagi daya tahan
6. Status Imunisasi
berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah
imunisasi lengkap.Cara yang terbukti paling efektif saat ini adalah dengan
1. Ventilasi
udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis.
yang baik dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat
merugikankesehatan.
permanen minimal 10% dari luas lantai, dengan adanya ventilasi yang baik
maka udara segar dapat dengan mudah masuk ke dalam rumah sehingga
perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak
dianjurkan digunakan lebih dari dua orang, kecuali anak dibaw ah umur 5
tahun. Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya
dengan tingkat kepadatan hunian ruang suatu rumah. Kepadatan hunian yang
penyakit saluran pernapasan terkhusus yang disebabkan oleh virus akan lebih
4. Keberadaan Perokok
karena anggota keluarga yang merokok biasanya merokok dalam rumah pada
Asap rokok dari orang tua atau penghuni rumah yang satu atap
dengan balita merupakan bahan pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang
serius serta akan menambah resiko kesakitan dari bahan toksik pada anak-
gangguan paru-paru pada saat dewasa. Semakin banyak rokok yang dihisap
memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan
ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar
tidur, ruang tempat bayi, dan anak balita bermain.Hal ini lebih dimungkinkan
karena bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah bersama-sama ibunya
mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang
e. Menghindari bayi dan anak dari paparan asap rokok, polusi udara, dan
1. Diagnosis Dini
c. Pada anak usia 1 tahun - <5 tahun frekuensi pernapasan sebanyak 40 kali
frekuensi pernapasan, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada
dengan gejala batuk atau kesukaran bernapas yang disertai adanya gejala
tidak sadar dan tidak dapat minum.Pada klasifikasi bukan pneumonia maka
2. Pengobatan
yaitu :
suportif, hati-hati pada pemberian terapi cairan, nilai ulang setiap hari.
sebaiknya tidak diberikan, terapi spesifik lain (untuk batuk dan pilek),
yaitu:
stafilokokus.
persistensi.
c. Pneumonia : coba untuk melihat kembali anak setelah 2 hari dan periksa
nafsu makan membaik. Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak
dapat minum, terdapat penarikan dinding dada atau tanda penyakit sangat
berat maka lakukan kegiatan ini yaitu rawat, obati sebagai pneumonia
berat atau pneumonia sangat berat. Jika anak tidak membaik sama sekali
tetapi tidak terdapat tanda pneumonia berat atau tanda lain penyakit sangat
Karakteristik Bayi
Umur
Jenis Kelamin
Berat Badan Lahir
Status Gizi
Status ASI Eksklusif
Status Imunisasi
desaincross sectional.
pada bayi tinggi dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya untuk
tahun 2016 didapat bahwa ISPA adalah penyakit peringkat pertama dari 10
tahun 2017.
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi yang ada di wilayah kerja
26
Universitas Sumatera Utara
27
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian bayi yang ada di wilayah kerja
a. Besar Sampel
Keterangan
(1,5236)²
n=
0,15 ²
n = 103,17
Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 103 sampel.
Kampung Baru, Sei Mati, dan Aur.Pemilihan ketiga kelurahan ini didasarkan
penduduk yang memiliki bayi yang ada di Kelurahan Kampung Baru, apabila
di Kelurahan Aur, dan apabila belum juga memenuhi jumlah besar sampel
kepada ibu bayi serta pengukuran sesuai dengan kuesioner yang telah
dipersiapkan.
Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden yaitu ibu bayi
secara langsung dan hasil pengamatan melalui pengukuran. Data ini dapat
a. Wawancara
bayinya, jenis kelamin, berat badan lahir, status ASI eksklusif, status imunisasi
pemakaian anti nyamuk, bahan bakar untuk memasak, dan keberadaan perokok
b.Pengukuran
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil laporan SP2TP
berikut.
tanda klinis pada bayi dalam waktu dua minggu terakhir, dapat
dikategorikan atas :
b. Umur adalah usia bayi yang dihitung sejak dilahirkan sampai dengan
1. 7-11 bulan
2. 0-6 bulan
c. Jenis kelamin adalah jenis kelamin bayi yang merupakan objek penelitian,
dikategorikan atas:
1. Laki-laki
2. Perempuan
d. Berat Badan Lahir adalah berat badan lahir bayi pada waktu lahir sesuai
e. Status gizi adalah keadaan gizi bayi dilihat dari pengukuran antropometrik
f. Status ASI eksklusif adalah ada/tidaknya bayi mendapat ASI sejak lahir
sampai usia 6 bulan tanpa mendapatkan makanan dan minuman lain selain
RI, 2016)
1. Tidak sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. D1-D3/perguruan tinggi
oleh ibu bayi yang sifatnya menghasilkan gaji atau upah, dikategorikan
1. Tidak bekerja
2. Pegawai
3. Wiraswasta
4. Buruh/petani/nelayan
5. Lain-lain
tidur bayi, yang dikategorikan atas : (KepMenkes RI No. 829 tahun 1999)
bakar di dalam rumah atau ketika tidur pada malam hari, dikategorikan
1. Ya
2. Tidak
l. Bahan bakar untuk memasak adalah bahan bakar yang digunakan saat
1999)
1. Kayu bakar
2. Minyak Tanah
3. Gas/Elpiji
1. Ada
2. Tidak ada
3.7.2Analisis Bivariat
sehingga apabila ditemukan hasil analisis statistik p< 0,05 maka variabel
RP = A/(A+B) : C/(C+D)
Keterangan :
4.1.1 Geografis
mempunyai luas wilayah kerja 334,5 Hadan terdiri dari 6 Kelurahan dan 66
4. Kelurahan Aur
5. Kelurahan Hamdan
6. Kelurahan Jati
4.1.2 Demografi
adalah 55.268 jiwa yang terdiri dari laki-laki 27.445 jiwa dan perempuan 27.823
35
Universitas Sumatera Utara
36
karakteristik bayi (umur, jenis kelamin, berat badan lahir, status gizi, status ASI
proporsi berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan lahir, status gizi, status ASI
a. Umur
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa proporsi bayi yang berumur
0 bulan adalah (3,9%), 1 bulan (2,9%), 2 bulan (7,8%), 3 bulan (8,7%), 4 bulan
(4,9%), 5 bulan (6,8%), 6 bulan (8,7%), 7 bulan (10,7%), 8 bulan (8,7%), 9 bulan
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa proporsi bayi yang berjenis
kelamin laki-laki adalah (48,5%), sedangkan proporsi bayi yang berjenis kelamin
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa proporsi bayi dengan berat
badan lahir < 2500 gram (7,8%), sedangkan proporsi bayi dengan berat badan
d. Status Gizi
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Bayi Berdasarkan Status Gizi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun
2017
Status Gizi f %
Gizi Lebih 4 3,9
Gizi Baik 82 79,6
Gizi Kurang 16 15,5
Gizi Buruk 1 1,0
Total 103 100
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa proporsi bayi yang memiliki
status gizi lebih adalah (3,9%), gizi baik (79,6%), gizi kurang (15,5%), dan gizi
buruk (1,0%).
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa proporsi bayi yang tidak
f. Status Imunisasi
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa proporsi bayi yang tidak
a. Pendidikan Ibu
b. Pekerjaan Ibu
(1,9%), sedangkan yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu
(78,6%).
sebagai berikut.
rumahnya memiliki hunian ruang tidur yang padat adalah (55,3%), sedangkan
dirumahnya menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak adalah
d. Keberadaan Perokok
dirumahnya terdapat orang yang merokok adalah (81,6%), sedangkan yang tidak
bayi (umur, jenis kelamin, berat badan lahir, status gizi, status ASI eksklusif,
lingkungan (kepadatan hunian ruang tidur, pemakaian anti nyamuk, bahan bakar
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa proporsi ISPA pada
bayi yang berumur 7-11 bulan adalah (69,0%), sedangkan bayi yang berumur 0-6
bulan adalah (46,7%). Proporsi tidak ISPA pada bayi yang berumur 7-11 bulan
adalah (31,0%), sedangkan pada bayi yang berumur 0-6 bulan (53,3%).
umur dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kampung
Baru Kecamatan Medan Maimun tahun 2017.Ratio prevalence ISPA pada bayi
yang berumur 7-11 bulan dan bayi 0-6 bulan adalah 1,478 dengan 95% CI=1,034-
2,122.
Berdasarkan Tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa proporsi ISPA pada
bayi yang berjenis kelamin laki-laki adalah (68,0%), sedangkan bayi yang berjenis
kelamin perempuan adalah (50,9%). Proporsi tidak ISPA pada bayi laki-laki
nilaip=0,078. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa proporsi ISPA pada
bayi yang berat badan lahirnya < 2500 gram adalah (75,0%), sedangkan bayi yang
berat badan lahirnya ≥ 2500 gram adalah (57,9%). Proporsi tidak ISPA pada bayi
yang berat badan lahirnya < 2500 gram adalah (25,0%), sedangkan pada bayi
Analisis statistik uji Chi-square tidak dapat dilakukan karena ada 2 sel
(50%) expected count kurang dari 5, maka dilanjutkan dengan uji Fisher’s exact
test diperoleh nilai p=0,467. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah
Berdasarkan Tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada
bayi yang status gizinya kurang + buruk adalah (82,4%), sedangkan bayi yang
status gizinya lebih + baik adalah (54,7%). Proporsi tidak ISPA pada bayi yang
status gizinya kurang + buruk adalah (17,6%), sedangkan pada bayi yang status
status gizi dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kampung
Baru Kecamatan Medan Maimun tahun 2017.Ratio prevalence ISPA pada bayi
yang memiliki status gizi kurang + gizi buruk dan status gizi lebih + gizi baik
Berdasarkan Tabel 4.18 di atas dapat diketahui bahwa proporsi ISPA pada
bayi yang tidak ASI eksklusif adalah(70,8%), sedangkan bayi yang ASI eksklusif
adalah(49,1%). Proporsi tidak ISPA pada bayi yang tidak ASI eksklusif
nilaip=0,025. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara ASI
eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kampung
Baru Kecamatan Medan Maimun tahun 2017.Ratio prevalence ISPA pada bayi
yang tidak ASI eksklusif dan yang ASI eksklusif adalah 1,443 dengan 95%
CI=1,043-1,996.
Berdasarkan Tabel 4.19 di atas dapat diketahui bahwa proporsi ISPA pada
bayi yang belum atau tidak mendapatkan imunisasi DPT/Hib dan/atau imunisasi
DPT/Hib dan imunisasi campak adalah (65,8%). Proporsi tidak ISPA pada bayi
campak adalah (44,6%), sedangkan pada bayi yang sudah mendapatkan imunisasi
nilaip=0,300. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
status imunisasi dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas
Berdasarkan Tabel 4.20 di atas dapat diketahui bahwa proporsi ISPA pada
bayi yang pendidikan ibunya rendah adalah (61,9%), sedangkan bayi yang
pendidikan ibunya tinggi adalah (58,5%). Proporsi tidak ISPA pada bayi yang
pendidikan ibunya rendah adalah (38,1%), sedangkan pada bayi yang pendidikan
nilaip=0,779. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas
Berdasarkan Tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa proporsi ISPA pada
bayi yang ibunya bekerja adalah (59,1%), sedangkan bayi yang ibunya tidak
bekerja adalah (59,3%). Proporsi tidak ISPA pada bayi yang ibunya bekerja
adalah (40,9%), sedangkan pada bayi yang ibunya tidak bekerja adalah (40,7%).
nilaip=0,989. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
pekerrjaan ibu dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas
Berdasarkan Tabel 4.22 di atas dapat diketahui bahwa proporsi ISPA pada
bayi yang yang tinggal di rumah yang kepadatan hunian ruang tidurnya tergolong
padat adalah (68,4%), sedangkan bayi yang kepadatan hunian ruang tidurnya
tergolong tidak padat adalah (47,8%). Proporsi tidak ISPA pada bayi yang
kepadatan hunian ruang tidurnya tergolong padat adalah (31,6%), sedangkan pada
bayi yang kepadatan hunian ruang tidurnya tergolong tidak padat padat adalah
(52,2%).
kepadatan hunian ruang tidur dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja
prevalence ISPA pada bayi yang tinggal di rumah yang hunian ruang tempat
tidurnya tergolong padat dan tidak padat adalah 1,431 dengan 95% CI=1,009-
2,029.
Berdasarkan Tabel 4.23 di atas dapat diketahui bahwa proporsi ISPA pada
bayi yang yang di rumahnya terbiasa menggunakan anti nyamuk bakar adalah
(57,1%), sedangkan bayi yang dirumahnya tidak menggunakan anti nyamuk bakar
adalah (59,4%). Proporsi tidak ISPA pada bayi yang di rumahnya menggunakan
anti nyamuk bakar adalah (42,9%), sedangkan pada bayi yang di rumahnya tidak
Analisis statistik uji Chi-square tidak dapat dilakukan karena ada 2 sel
(50%) expected count kurang dari 5, maka dilanjutkan dengan uji Fisher’s exact
test diperoleh nilai p=1,000. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara pemakaian anti nyamuk bakar dengan kejadian ISPA pada bayi
2017.
Berdasarkan Tabel 4.24 di atas dapat diketahui bahwa proporsi ISPA pada
(56,5%). Proporsi tidak ISPA pada bayi yang di rumahnya menggunakan kayu
nilaip=0,217. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
bahan bakar untuk memasak dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja
Berdasarkan Tabel 4.25 di atas dapat diketahui bahwa proporsi ISPA pada
bayi yang di rumahnya terdapat orang yang merokok adalah (64,3%), sedangkan
bayi yang di rumahnya tidak terdapat perokok adalah (36,8%). Proporsi tidak
ISPA pada bayi yang di rumahnya terdapat perokok adalah (35,7%), sedangkan
keberadaan perokok dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas
pada bayi yang dirumahnya terdapat perokok dan yang tidak terdapat perokok
BAB V
PEMBAHASAN
Kejadian ISPA
40.8%
ISPA
Tidak ISPA
59.2%
Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Kejadian ISPA pada Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan
Medan Maimun Tahun 2017
menunjukkan bahwa angka prevalens rate ISPA pada batita adalah (48,1%).
60 53.3
50 46.7
ISPA
40 Tidak ISPA
31
30
20
10
0
7-11 Bulan 0-6 Bulan
Berdasarkan Gambar 5.2di atas dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada
kelompok umur 7-11 bulan yaitu (69,0%), sedangkan pada kelompok umur 0-
diperoleh nilai p< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara umur dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja
ditemukan pada 50% anak berusia di bawah 5 tahun dan 30% anak berusia 5-
kematian anak, dengan kasus terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 1
tahun.
kelompok bayi dan balita, dan juga termasuk 10 penyakit terbanyak di rumah
dengan desain cross sectional menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara umur dengan kejadian ISPA pada balita, dengan nilai
p=0,276.
60 50.9 49.1
50 ISPA
40 32 Tidak ISPA
30
20
10
0
Laki-laki Perempuan
pada bayi dengan jenis kelamin laki-laki yaitu (68,0%), sedangkan pada bayi
diperoleh nilai p> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA pada bayi di
2017.
tidak ada perbedaan insiden ISPA akibat virus atau bakteri pada laki-laki dan
perbedaan yaitu insiden lebih tinggi pada anak laki-laki yang berusia di atas 6
tahun.
bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA, dengan nilai p=0,865.
5.2.3 Hubungan Berat Badan Lahir dengan Kejadian ISPA Pada Bayi
57.9
60
50 42.1 ISPA
40 Tidak ISPA
30 25
20
10
0
< 2500 gram ≥ 2500 gram
pada bayi dengan berat badan lahir < 2500 gram yaitu (75,0%), sedangkan
pada bayi dengan dengan berat badan lahir ≥ 2500 gram yaitu (57,9%).
Analisis statistik uji Chi-square tidak dapat dilakukan karena ada 2 sel
(50%) expected count kurang dari 5, maka dilanjutkan dengan uji Fisher’s
exact test diperoleh nilai p> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada
Tahun 2017.
hingga kematian padabayi BBLR cukup tinggi oleh karena adanya gangguan
pertumbuhan dan imaturitas organ. Bayi yang berat badan lahirnya rendah,
didukung oleh kondisi status gizi baik maka tubuh akan mempunyai cukup
Maros tahun 2009 dengan desain cross sectional menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir dengan kejadian ISPA
60 54.7
50 45.3
40 ISPA
30 Tidak ISPA
17.6
20
10
0
Gizi Kurang + Gizi Gizi Lebih + Gizi
Buruk Baik
pada bayi dengan status gizi kurang + gizi buruk yaitu (82,4%), sedangkan
pada bayi dengan status gizi lebih + gizi baik yaitu (54,7%).
diperoleh nilai p< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara status gizi dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja
Status gizi pada anak sangat penting, karena status gizi yang baik
akan meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh anak, sehingga anak tidak
mudah terkena penyakit infeksi. Semakin rendah status gizi balita maka
semakin rendah pula daya tahan tubuh balita, maka semakin rentan balita
wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah Bandar lampung tahun 2013 dengan
antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita, dengan nilai p=0,017.
5.2.5 Hubungan Status ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA Pada Bayi
60
49.1 50.9
50 ISPA
40 Tidak ISPA
29.2
30
20
10
0
Tidak ASI Eksklusif ASI Eksklusif
pada bayi dengan status tidak ASI eksklusif yaitu (70,8%), sedangkan pada
diperoleh nilai p< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara status ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi di
penyakit.Atas dasar inilah maka bayi lahir sampai usia 6 bulan sebaiknya
diberikan ASI secara eksklusif agar tidak mudah terserang penyakit, semakin
lama anak mendapatkan ASI maka semakin kuat sistem imunitas tubuhnya.
ASI eksklusif yang diberikan pada bayi umur 0-6 bulan dapat meningkatkan
yang mendapatkan ASI eksklusif lebih jarang menderita infeksi saluran napas,
mendapatkan ASI eksklusif.Satu juta lebih kematian bayi selama setahun bisa
dicegah jika semua bayi mendapatkan ASI eksklusif pada 6 bulan pertama
kehidupannya.
Ilir Gunung Sitoli tahun 2008 dengan desain cross sectional menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status ASI eksklusif dengan
60 55.4
50 44.6 ISPA
40 34.2 Tidak ISPA
30
20
10
0
Tidak Ya
diperoleh nilai p> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara status imunisasi dengan kejadian ISPA pada bayi di
2017.
dan tetanus. Difteri (anti infeksi saluran pernapasan), pertusis (batuk rejan),
dan tetanus (penyakit yang bersifat toxin mediated), toksin yang dihasilkan
kuman melekat pada bulu getar saluran napas atas akan melumpuhkan bulu
getah bening yang berada di bawah mukosa.Ketika 5-6 hari setelah infeksi
dikarenakan proporsi bayi yang berumur lebih sama dengan 9 bulan (36,9%)
lebih sedikit dibandingkan dengan proporsi bayi yang berumur kurang dari 9
bulan (63,1%). Sementara imunisasi campak baru bisa diberikan ketika bayi
Samosir tahun 2014 dengan desain cross sectional menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi dengan kejadian ISPA,
61.9 58.5
60
50 ISPA
38.1 41.5
40 Tidak ISPA
30
20
10
0
Rendah Tinggi
pada bayi yang pendidikan ibunya rendah yaitu (61,9%), sedangkan pada bayi
diperoleh nilai p> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada bayi di
2017.
Tingkat pendidikan ibu dalam penelitian ini lebih banyak terdapat pada
kemampuan seorang ibu yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi pada
umumnya memiliki pengetahuan yang lebih luas, sehingga dapat lebih mudah
dalam menyerap dan menerima informasi serta aktif berperan serta dalam
yang disampaikan oleh berbagai media atau petugas kesehatan akan mudah
Selain pendidikan ibu kejadian ISPA juga bisa dipengaruhi oleh faktor
lain, seperti faktor lingkungan rumah tempat tinggal bayi. Contoh faktor
kepadatan hunian ruang tidur, semakin padat hunian ruang tidur maka
antara pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada balita, dengan nilai
p=0,500.
59.1 59.3
60
50 40.9 40.7 ISPA
40 Tidak ISPA
30
20
10
0
Bekerja Tidak Bekerja
pada bayi yang ibunya tidak bekerja yaitu (59,3%), sedangkan pada bayi yang
diperoleh nilai p> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian ISPA pada bayi di
2017.
anak.Ibu yang bekerja tidak hanya memiliki waktu yang lebih sedikit untuk
merawat anaknya sendiri, kualitas perawatan juga dapat menurun akibat stres
bayi dalam penelitian ini, hal ini dimungkinkan karena jumlah responden yang
tidak bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang
bekerja, oleh karena itu ibu mempunyai waktu yang banyak untuk merawat
dengan desain cross sectional menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara p ekerjaan ibu dengan kejadian ISPA pada balita, dengan
nilai p=0,254.
Pada Bayi
60 52.2
47.8
50 ISPA
40 Tidak ISPA
31.6
30
20
10
0
Padat Tidak Padat
pada bayi yang kepadatan hunian ruang tidurnya tergolong padat yaitu
diperoleh nilai p< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara kepadatan hunian ruang tidur dengan kejadian ISPA pada
artinya bahwa kepadatan hunian ruang tidur merupakan faktor risiko kejadian
ISPA.
tidak dianjurkan lebih dari 2 orang, kecuali untuk keluarga yang memiliki
dalam ruangan menurun dan diikuti oleh peningkatan CO2, dampak dari
rumah.
Hal ini tidak sehat karena disamping menyebabkan kurangnya oksigen, juga
bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, terutama ISPA akan
antara kepadatan hunian ruang tidur dengan kejadian ISPA pada balita, dengan
nilai p=0,001.
Bayi
57.1 59.4
60
50 42.9 ISPA
40.6
40 Tidak ISPA
30
20
10
0
Ya Tidak
pada bayi yang di rumahnya tidak terbiasa menggunakan anti nyamuk bakar
Analisis statistik uji Chi-square tidak dapat dilakukan karena ada 2 sel
(50%) expected count kurang dari 5, maka dilanjutkan dengan uji Fisher’s
exact test diperoleh nilai p> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
nyamuk bakar mengunakan anti nyamuk bakar pada malam hari dan
nyamuk bakar memilih dengan menggunakan kipas angin dan lotion anti
pemakaian anti nyamuk bakar dengan kejadian ISPA pada bayi dalam
nyamuk, akan tetapi disisi lain asap obat nyamuk dapat menjadi sumber
Ilir Gunung Sitoli tahun 2008 dengan desain cross sectional menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pemakaian anti nyamuk
Pada Bayi
60 56.5
50 43.5
40 ISPA
27.8
30 Tidak ISPA
20
10
0
Kayu Bakar/Minyak Gas/Elpiji
Tanah
bahan bakar untuk memasak yaitu (72,2%), sedangkan pada bayi yang di
(56,5%).
diperoleh nilai p> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara bahan bakar untuk memasak dengan kejadian ISPA
ISPA pada bayi dalam penelitian ini, hal ini dimungkinkan karena jumlah
responden yang menggunakan kayu bakar atau minyak tanah jauh lebih sedikit
bahan bakar untuk memasak. Sementara bahan bakar yang memiliki risiko
bahan bakar dalam rumah tangga untuk beberapa keperluan seperti memasak
kesehatan. Apabila penghawaan di rumah tidak baik dan tidak ada lubang asap
di dapur untuk mengeluarkan asap dan partikel-partikel debu dari dapur, maka
ruangan tidak baik. Hal ini bisa menyebabkan gangguan saluran pernapasan
bermakna antara bahan bakar untuk memasak dengan kejadian ISPA pada
Keberadaan Perokok
100
90
80
70 63.2
Proporsi (%)
64.3
60
50 ISPA
40 35.7 36.8
Tidak ISPA
30
20
10
0
Ada Tidak Ada
pada bayi yang di rumahnya terdapat orang yang merokok yaitu (64,3%),
sedangkan pada bayi yang di rumahnya tidak terdapat perokok yaitu (36,8%).
diperoleh nilai p< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
Depkes RI (2002) menjelaskan bahwa asap rokok dari orang tua atau
penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan pencemaran
dalam ruang tempat tinggal yang serius serta akan menambah resiko kesakitan
saluran pernapasan akut dan gangguan paru-paru pada saat dewasa. Semakin
banyak rokok yang dihisap oleh keluarga semakin besar memberikan risiko
terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi.
perokok atau lebih dalam rumah akan memperbesar risiko anggota keluarga
untuk mendapat serangan ISPA khususnya pada balita. Anak-anak yang orang
(67,9%).
perokok dengan kejadian ISPA pada anak balita, dengan nilai p=0,026.
6.1 Kesimpulan
lebih banyak terdapat pada bayi yang berumur 11 bulan (16,5%), jenis
status gizi baik (79,6%), status ASI eksklusif (53,4%), dan Status
(68,0%), dan status pekerjaan tidak bekerja atau sebagai ibu rumah
tangga (78,6%).
tahun 2017 lebih banyak terdapat pada hunian ruang tidur yang
78
Universitas Sumatera Utara
79
12. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan
15. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara bahan bakar memasak
6.2 Saran
perkembangan bayi.
padat untuk memiliki kebiasaan membuka jendela setiap hari dan jika
82
Universitas Sumatera Utara
83
Lubis, I., Marjanis, S., Mulyono, W., Djoko, Y., Nonoeng, R. 1990. Etiologi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Faktor Lingkungan.
Buletin Penelitian Kesehatan. 18 (2) : 26-33.
Lemeshow, S., David, W., Jenelle, K., Stephen, K. 1997.Besar Sampel dalam
Penelitian Kesehatan.Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Marhamah., Arsunan, A., Wahiduddin. 2012. Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita di Desa Bontongan
Kabupaten Enrekang : 1-12.
Mariza, A., Trisnawati. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Terjadinya ISPA pada Bayi (1-12 Bulan) di Wilayah Kerja
PuskesmasRajabasa Indah Bandar Lampung Tahun 2013. Jurnal
Kebidanan. 1 (2) : 57-62.
Marlina, L. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2014. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Maryunani, A. 2010.Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info
Media.Jakarta
. 2012. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif, dan Manajemen
Laktasi. Trans Info Media. Jakarta.
Naria, E., Indra, C., Asmawati. 2008. Hubungan Kondisi Rumah dengan
Keluhan ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tuntungan
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2008.Info Kesehatan
Masyarakat. 12 (1) : 1-7.
Oktaviani, I., Sri, H., Eva, S. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di
Puskesmas Garuda Kota Bandung.Jurnal Ilmu Keperawatan.2 (2).
Puskesmas Kampung Baru Medan. 2016. Laporan Bulanan P2 ISPA.
Rianti, E.D. 2017. Mekanisme Paparan Obat Anti Nyamuk Elektrik dan Obat
Anti Nyamuk Bakar Terhadap Gambaran ParuTikus.Inovasi. 12 (2)
: 58-68.
Riyadi, S., Sukarmin.2009.Asuhan Keperawatan pada Anak. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Rudianto. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di 5 Posyandu Desa
Tamansari Kecamatan Pangkalan Karawang Tahun 2013. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta.
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KAMPUNG BARU
KECAMATAN MEDAN MAIMUN
TAHUN 2017
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 4 2 2 2 2 2 1 1 4 2 3 1 1 2 3 2 1 1
2 7 1 1 2 2 2 1 1 5 2 2 1 2 2 3 2 2 1
3 2 2 1 2 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 3 2 2 2
4 9 1 2 2 2 2 2 2 4 2 1 2 2 2 3 2 1 2
5 2 2 2 2 2 2 2 1 4 2 1 2 2 2 3 2 1 1
6 4 2 1 2 2 2 2 1 4 2 1 2 1 2 3 2 1 2
7 5 2 1 2 2 2 1 1 3 1 3 1 1 2 3 2 1 1
8 2 2 1 2 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 3 2 1 2
9 0 2 1 2 2 2 1 1 4 2 1 2 1 2 3 2 1 2
10 3 2 1 2 1 2 2 1 4 2 1 2 1 2 3 2 1 1
11 4 2 2 2 3 1 2 1 3 1 1 2 2 2 3 2 1 1
12 6 2 2 1 2 2 1 1 4 2 1 2 1 2 2 1 1 1
13 7 1 2 2 2 2 2 1 5 2 1 2 2 2 3 2 1 1
14 3 2 1 2 2 2 2 1 4 2 1 2 1 2 2 1 1 2
15 11 1 1 2 2 2 2 2 4 2 1 2 1 2 3 2 1 1
16 11 1 1 2 2 2 1 2 4 2 1 2 2 2 2 1 2 1
17 11 1 2 2 3 1 2 2 4 2 1 2 1 1 3 2 2 2
18 2 2 1 2 2 2 1 1 4 2 1 2 1 2 3 2 1 1
19 11 1 1 2 3 1 2 2 4 2 1 2 1 2 2 1 1 1
20 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 3 2 1 2
21 0 2 2 2 2 2 1 1 5 2 1 2 2 2 3 2 1 2
Keterangan :
1. Umur
2. Umur bivariat
3. Jenis kelamin
4. Berat badan lahir
5. Status gizi
6. Status gizi bivariat
7. Status ASI eksklusif
8. Status imunisasi
9. Pendidikan ibu
10. Pendidikan ibu bivariat
11. Pekerjaan ibu
12. Pekerjaan ibu bivariat
13. Kepadatan hunian ruang tidur
14. Penggunaan anti nyamuk bakar
Frequency Table
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ISPA 61 59,2 59,2 59,2
Tidak ISPA 42 40,8 40,8 100,0
Total 103 100,0 100,0
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 4 3,9 3,9 3,9
1 3 2,9 2,9 6,8
2 8 7,8 7,8 14,6
3 9 8,7 8,7 23,3
4 5 4,9 4,9 28,2
5 7 6,8 6,8 35,0
6 9 8,7 8,7 43,7
7 11 10,7 10,7 54,4
8 9 8,7 8,7 63,1
9 12 11,7 11,7 74,8
10 9 8,7 8,7 83,5
11 17 16,5 16,5 100,0
Total 103 100,0 100,0
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 7-11 58 56,3 56,3 56,3
0-6 45 43,7 43,7 100,0
Total 103 100,0 100,0
Jenis Kelami n
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 50 48,5 48,5 48,5
Perempuan 53 51,5 51,5 100,0
Total 103 100,0 100,0
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 2500 gram 8 7,8 7,8 7,8
>= 2500 gram 95 92,2 92,2 100,0
Total 103 100,0 100,0
Status Gizi
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Gizi Lebih 4 3,9 3,9 3,9
Gizi Baik 82 79,6 79,6 83,5
Gizi Kurang 16 15,5 15,5 99,0
Gizi Buruk 1 1,0 1,0 100,0
Total 103 100,0 100,0
Status Gizi
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Gizi Kurang + Gizi Buruk 17 16,5 16,5 16,5
Gizi Lebih + Gizi Baik 86 83,5 83,5 100,0
Total 103 100,0 100,0
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ASI Eksklusif 48 46,6 46,6 46,6
ASI Eksklusif 55 53,4 53,4 100,0
Total 103 100,0 100,0
Status Imunisasi
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 65 63,1 63,1 63,1
Ya 38 36,9 36,9 100,0
Total 103 100,0 100,0
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 2 1,9 1,9 1,9
SMP 19 18,4 18,4 20,4
SMA 70 68,0 68,0 88,3
D1-D3/ Perguruan Tinggi 12 11,7 11,7 100,0
Total 103 100,0 100,0
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 21 20,4 20,4 20,4
Tinggi 82 79,6 79,6 100,0
Total 103 100,0 100,0
Pekerjaan Ibu
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 81 78,6 78,6 78,6
Pegawai 8 7,8 7,8 86,4
Wiraswast a 12 11,7 11,7 98,1
Buruh/Petani/ Nelay an 2 1,9 1,9 100,0
Total 103 100,0 100,0
Pekerjaan Ibu
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bekerja 22 21,4 21,4 21,4
Tidak Bekerja 81 78,6 78,6 100,0
Total 103 100,0 100,0
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Padat 57 55,3 55,3 55,3
Tidak Padat 46 44,7 44,7 100,0
Total 103 100,0 100,0
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 7 6,8 6,8 6,8
Tidak 96 93,2 93,2 100,0
Total 103 100,0 100,0
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kay u Bakar 1 1,0 1,0 1,0
Miny ak Tanah 17 16,5 16,5 17,5
Gas/Elpiji 85 82,5 82,5 100,0
Total 103 100,0 100,0
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid K.Bakar/Miny ak Tanah 18 17,5 17,5 17,5
Gas/Elpiji 85 82,5 82,5 100,0
Total 103 100,0 100,0
Keberadaan Perokok
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 84 81,6 81,6 81,6
Tidak Ada 19 18,4 18,4 100,0
Total 103 100,0 100,0
Chi-Square Tests
Crosstab
Risk Estimate
Crosstab
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Crosstab
Chi-Square Tests
Crosstab
Risk Estimate
Crosstab
Chi-Square Tests
Crosstab
Risk Estimate
Crosstab
Chi-Square Tests
Crosstab
Risk Estimate
Crosstab
Chi-Square Tests
Crosstab
Risk Estimate