Anda di halaman 1dari 12

1

LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

A. KASUS (MASALAH UTAMA)


Perilaku Kekerasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko
menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito
2010).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba, 2009).
Perilaku kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,
ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang
atau masyarakat yang mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian
psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.
2. Penyebab
1) Faktor predisposisi
a. Psikologis
 Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya, penganiayaan.
 Kegagalan yang dialami dapat menyebabkan frustasi
b. Sosial budaya
 Budaya yang tertutup dan membalas secara diam
c. Perilaku
 Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah, diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu menghadapi kekerasan.
d. Bioneurologis
 Terjadi gangguan kelainan pada bagian otak tertentu:
 Sistem limbik

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Studi Profesi Ners


Rendi Kaharap, S.Kep
2014.C.06a.0620
2

 Korteks frontalis
 Ganglia basalis
 Migrasi abnormal/degenerasi abnormal/degenerasi neuron.
2) Faktor presipitasi
1) Dapat bersumber dari lingkungan/interaksi dengan orang lain
2) Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik)
3) Keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri kurang
4) Situasi lingkungan yang sibuk, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan.
3. Tanda-tanda dan Gejala
a. Emosi
1) Tidak adekuat
2) Merasa tidak aman
3) Rasa terganggu
4) Marah/dendam
5) Jengkel
6) Merusak/memukul
7) Gelisah/gaduh
b. Fisik
1) Muka merah
2) Pandangan tajam
3) Nafas pendek-pendek
c. Sosial
1) Menarik diri
2) Pengasingan
3) Penolakan
4) Kerusakan
5) Ejekan
d. Spiritual
1) Merasa kuat
2) Tidak bermoral
3) Kreatifitas terhambat/terhalang

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Studi Profesi Ners


Rendi Kaharap, S.Kep
2014.C.06a.0620
3

e. Intelektual
Mendominasi pembicaraan/bicara keras
4. Macam
Macam Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1) Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, seakresi HCl meningkat,
peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi,
kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup,
tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2) Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif
adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan
diri klien.
3) Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting
out” untuk menarik perhatian orang lain.
4) Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan
5. Fase perilaku kekerasan
1) Triggering intcidens
Fase ini ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien.
Beberapa faktor yang mungkin menjadi pemicu agresi meliputi : provokasi ,
respon terhadap kegagalan, komunikasi yang buruk, situasi yang menyebabkan
frustasi, pelanggaran batas terhadap jarak personal, dan harapan yang tidak
terpenuhi.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Studi Profesi Ners


Rendi Kaharap, S.Kep
2014.C.06a.0620
4

Pada fase ini petugas kesehatan perlu memahami berbagai macam ,


pemicu yang menjadi faktor bagi klien untuk melakukan agresi, dan melakukan
upaya meminimalkan faktor pemicu tersebut. Keterangan selengkapnya
mengenai faktor pemicu dan bagaimana agar petugas kesehatan tidak menjadi
pemicu bagi perilaku agresi.
2) Ascalation phase
Fase in di tandai dengan kondisi kebangkitan fisik dan emosional,dapat
disetarakan dengan respon flight or flight karena kondisi ini ada kondisi
sebelum tejadinya kekerasana maka diagnose keperawatan yang tepat pada fase
in adalah “ risk for other directed violence” (nanda 2015) atau “
violence/aggressive behaviore risk” (ICNP,2010)
Pada saat in kemarahan klien meningkat dan tujuan utama petugas
kesehatan fase in adalah untuk menurunkan kemarahan dan kecemasan orang
yang berada di escalation phase. Pada klien dengan gangguan psikiatrik,
pemicu dari perilaku agresif lebih berfariasi misalnya karena adanya halusinasi,
gangguan kognitiv, gangguan penurunan zat, kerusakan neurologi, kognitif,
bunuh diri, koping tidak efektif, pengenalan petugas kesehatan terhadap
penyebab dari perilaku kekerasan diperlukan untuk memberikan penanganan
yang tepat sesuai penyebab dari perilaku kekerasan.
3) Crisis point
Fase in merupakan fase lanjutan dari escalation phase apabila negosiasi
dan teknik descalation gagal mencapai tujuan. Emosi menonjol yang
dutunjukan oleh klien adalah bermusuhan. Karena kondisi pada saat in klien
sedang melakukan perilaku kekerasan maka diagnosa yang tepat untuk
mengambarkan situasi saat itu adalah diagnosa “ violence /aggressive behavior
actual” ICNP,2005). Sayangnya tidak terdapat reverensi yang tepat dari nanda
untuk mengganbarkan kondisi klien pada saat ini. tujuan utama penangganan
pada fase in adalah petugas melindungi diri sendiri dan orang lain termasuk
klien.Disinilah aktifitas petugas berkaitan dengan physical atau chemical
restraint tepat dilakukan pada klien.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Studi Profesi Ners


Rendi Kaharap, S.Kep
2014.C.06a.0620
5

4) Setting phase
Fase in adalah fase dimana klien yang melakukan perilaku kekerasan
telah melepaskan energy marahnya.Meskipun begitu,klien mungkin masih
merasa cemas atau marah dan mempunyai resiko kembali ke masa
awal.Kondisi in merupakan situasi yang digambarkan dalam diagnosa
sebagai”Risk for other directed violence”(NANDA,2007) atau”
violence/Aggressive behavior Risk” karena memungkinkan 90 menit setelah
insidan,hormone adrenalin bisa kembali terpicu dan klien kembali ke fase
cricis point.
Petugas kesehatan perlu berhati-hati untuk tidak mencetuskan perilaku
agresif kembali dengan berhati-hati terhadap faktor yang memicu klien untuk
berperilaku agresif.Fase ini juga ditandai dengan pelepasan restraint yang
dilakukan secara berangsur dan pemenuhan kebutuhan klien setelah dilakukan
restraint yang dilakukan untuk membina hubungan saling percaya.
5) Post crisis depression
Dalam fase in klien mungkin mengalami kecemasan,depresi dan
berfokus pada kemarahan dan kelelahan.Pada saat in,intervensipetugas
kesehatan berfokus pada debriefing/memperoleh informasi dari klien.Karena
itu diagnosa keperawatan yang mungkin tepa pada fase in adalah “knowledge
deficit(Specify)” (NANDA,2015) atau “Lack of knowledge”(ICPN,2015).
Kesempatan untuk meningkatkan insight seseorang terhadap perlakunya tepat
dilakukan pada fase in.Meskipun begitu,apabila penyebab perilaku kekerasan
adalah karena masalah psikiatrik yang lain,mungkin diagnosa keperawatan
akan menyesuaikan dengan kondisi yang lain.
6) Return to normal functional
Ini adalah fase dimana klien telah kembali kepada keseimbangan
normal,dari perasaan cemas,depresi dan kelelahan.Fase in merupakan
kesempatan yang sangat baik bagi klien untuk melatih kemampuan
kognitif,fisik,dan emosi jika suatu saat klien terpicu untuk menjadi agresif.
6. Rentang Respon
Perasaan yang dimanifestasikan oleh perasaan marah berfluktuasi
sepanjang rentang adaptif dan maladaptif dibawah ini.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Studi Profesi Ners


Rendi Kaharap, S.Kep
2014.C.06a.0620
6

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Keterangan :
1) Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan ketenangan.
2) Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
3) Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4) Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol.
5) Kekerasan: perasaan marah dan bermusuhan yang kuat sehingga hilangnya
kontrol.

Perbandingan antara perilaku asertif, pasif, dan agresif/kekerasan


Pasif Asertif Agresif
Isi pembicaraan Negatif dan Pasif dan Menyombongkan
merendahkan diri menawarkan diri diri, merendahkan
orang lain
Tekanan suara Cepat, lambat, Sedang Keras dan ngotot
mengeluh

Posisi badan Menunduk kepala Tegap dan santai Kaku dan condong
kedepan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak
dengan sikap jarak yang nyaman akan menyerang
Jarak acuh/mengabaikan, orang lain

Loyo tidak dapat Sikap tenang Mengancam,


tenag posisi menyerang
Penampilan Sedikit/sama sekali Memperahankan Mata melotot dan
tidak berespon. kontak mata sesuai dipertahankan.
hubungan
7. Mekanisme Koping
Menurut Stuart & Laraia (2010), mekanisme koping yang dipakai pada
klien marah untuk melindungi diri antara lain:

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Studi Profesi Ners


Rendi Kaharap, S.Kep
2014.C.06a.0620
7

1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakannya.
4) Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5) Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan,
pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena ia
baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding
kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
8. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang
orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan
perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Studi Profesi Ners


Rendi Kaharap, S.Kep
2014.C.06a.0620
8

Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan
melalui pengkajian meliputi :
1. Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah
yang diserasakan oleh klien.
2. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas
makanan, memukul jika tidak senang.

C. POHON MASALAH

Ketidakefektifan Resiko perilaku


penatalaksanaan mencederai diri
program terapeutik
Gangguan
Perilaku
pemeliharaan
kekerasan
kesehatan
Ketidakefektifan
koping keluarga:
ketidakmampuan Gangguan konsep Defisit perawatan
keluarga merawat diri: harga diri diri: mandi dan
klien dirumah rendah berhias

D. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan/amuk
3. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

E. DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Studi Profesi Ners


Rendi Kaharap, S.Kep
2014.C.06a.0620
9

Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif:
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif:
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
-
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Perilaku kekerasan
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. TujuanUmum :
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan Khusus :

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Studi Profesi Ners


Rendi Kaharap, S.Kep
2014.C.06a.0620
10

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
b. Observasi tanda perilaku kekerasan.
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang
dialami klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
4) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
5) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan.
Tindakan :
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Studi Profesi Ners


Rendi Kaharap, S.Kep
2014.C.06a.0620
11

c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /


tersinggung
d. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran.
6) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bantu memilih cara yang paling tepat.
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /
marah.
7) Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
8) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping).
b. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Studi Profesi Ners


Rendi Kaharap, S.Kep
2014.C.06a.0620
12

DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, Budi. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Capernito, L. J. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

Fitra, Nita. 2011. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: EGC


Kusumawati, Farida. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Purba, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Suliswati. 2009. Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Studi Profesi Ners


Rendi Kaharap, S.Kep
2014.C.06a.0620

Anda mungkin juga menyukai

  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen14 halaman
    ASKEP
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Sap Cuci Tangan
    Sap Cuci Tangan
    Dokumen7 halaman
    Sap Cuci Tangan
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Sambungan Askep
    Sambungan Askep
    Dokumen7 halaman
    Sambungan Askep
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Pathway Virus/ Bakteri Masuk Jaringan Otak Secara Lokal, Hematogen Dan Melalui Saraf-Saraf
    Pathway Virus/ Bakteri Masuk Jaringan Otak Secara Lokal, Hematogen Dan Melalui Saraf-Saraf
    Dokumen1 halaman
    Pathway Virus/ Bakteri Masuk Jaringan Otak Secara Lokal, Hematogen Dan Melalui Saraf-Saraf
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Definisi Ensefalitis
    Definisi Ensefalitis
    Dokumen13 halaman
    Definisi Ensefalitis
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Definisi Ensefalitis
    Definisi Ensefalitis
    Dokumen13 halaman
    Definisi Ensefalitis
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • LP Inpartu Fix
    LP Inpartu Fix
    Dokumen1 halaman
    LP Inpartu Fix
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen7 halaman
    Cover
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Sap Cuci Tangan-1
    Sap Cuci Tangan-1
    Dokumen14 halaman
    Sap Cuci Tangan-1
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Sambungan Askep
    Sambungan Askep
    Dokumen7 halaman
    Sambungan Askep
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen32 halaman
    ASKEP
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Sambungan Askep
    Sambungan Askep
    Dokumen7 halaman
    Sambungan Askep
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Kepemimpinan
    Konsep Dasar Kepemimpinan
    Dokumen11 halaman
    Konsep Dasar Kepemimpinan
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Pathway Mawar
    Pathway Mawar
    Dokumen1 halaman
    Pathway Mawar
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen10 halaman
    Bab 3
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • LP Inpartu Fix
    LP Inpartu Fix
    Dokumen14 halaman
    LP Inpartu Fix
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Dapus PK
    Dapus PK
    Dokumen1 halaman
    Dapus PK
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • LP Halusinasi
    LP Halusinasi
    Dokumen10 halaman
    LP Halusinasi
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • LP Waham
    LP Waham
    Dokumen7 halaman
    LP Waham
    Yephina Ayu D Sanen
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen7 halaman
    Cover
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • LP Waham
    LP Waham
    Dokumen7 halaman
    LP Waham
    Yephina Ayu D Sanen
    Belum ada peringkat
  • LP Dan Askep
    LP Dan Askep
    Dokumen40 halaman
    LP Dan Askep
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Sap Heg
    Sap Heg
    Dokumen3 halaman
    Sap Heg
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen5 halaman
    Lembar Pengesahan
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Materi ISPA
    Materi ISPA
    Dokumen8 halaman
    Materi ISPA
    aprilia raya dewina
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat