Anda di halaman 1dari 13

A.

Definisi Ensefalitis
Ensefalitis adalah infeksi jaringan perenkim otak oleh berbagai macam mikroorganisme.
Pada encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak
sampai dengan medula spinalis (Smeltzer, 2002).
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang menyebabkan infliltrasi limfositik yang kuat pada jaringa otak dan
leptomeningen menyebabkan edema serebral, degenarasi sel ganglion otak dan kehancuran sel
saraf difusi (Anania, 2008). Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Mansjoer, 2000)

B. Etiologi
Mikroorganisme penyebab terjadinya ensefalitis menurut Anania (2008) dan Smeltzer
(2002) adalah sebagi berikut:
1. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.
Macam-macam Encephalitis virus:
a. Infeksi virus yang bersifat epidermik :
1) Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.
2) Golongan arbovirus = Western equire encephalitis, St. louis encephalitis,
Eastern equire encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray valley
encephalitis.
b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : rabies, herpes simplek, herpes zoster,
limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap
disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca
vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi
traktus respiratorius yang tidak spesifik.
C. Tanda dan Gejala
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas,
sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa
Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. (Mansjoer, 2000).
Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang
di muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama,
misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.

D. Patofisiologi
Ensefalitis menngenai parenkim otak. Mikroorganisme yan menginfeksi salah satunya
adalah virus.Virus masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna dan
menggandakan dirinya diri pada bagian infeksi awal, setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan
menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
1. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah. Kemudian menyebar ke
organ dan berkembang biak di organ tersebut.
2. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir
dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .Gejala lain berupa
gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang
disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia,
Paralisis syaraf otak (Smeltzer, 2002).

E. Komplikasi

1. Akut :
a. Edema otak.
b. SIADH.
c. Status konvulsi.
2. Kronik :
a. Cerebral palsy.
b. Epilepsy.
c. Gangguan visus dan pendengaran.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Biakan dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif. Biakan dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak
(hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap
antibiotika. Biakan dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh. IgM
dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
5. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang
merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor,
infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan
aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)
6. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula
didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex,
ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal (Anania,
2002).

G. Penatalaksanaan Medis
1. Isolasi : Isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan
pencegahan.
2. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter:
a. Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis
b. Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis
c. Bila encephalitis disebabkan oleh virus, agen antiviral acyclovir secara signifikan
dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas encephalitis. Acyclovir diberikan secara
intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk
mencegah kekambuhan.
d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
3. Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, manajemen edema otak
a. Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan; jenis dan jumlah cairan yang
diberikan tergantung keadaan anak.
b. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan untuk
menghilangkan edema otak.
c. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk
menghilangkan edema otak.
4. Mengontrol kejang Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat
yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
a. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali
b. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama
c. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip
dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
5. Mempertahankan ventilasi :Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3
lt/menit).
6. Penatalaksanaan shock septik
7. Mengontrol perubahan suhu lingkungan
Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang
mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan,
daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2
mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi
dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau
parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral (Erfandi, ).
H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematik untuk mengumpulkan data
dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien
tersebut (Gaffar, 1997).

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses


keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang
klien dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.
Tujuan pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan data dan menganalisa
data sehingga ditemukan diagnosa keperawatan.

Berdasarkan sumber data, data pengkajian dibedakan atas data primer


dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari klien tentang kondisi klien. Artinya data tersebut dapat diperoleh
walaupun klien tidak sadar sehingga tidak dapat berkomunikasi. Misalnya data
tentang kebersihan diri, data tentang status kesadaran dan sebagainya terlepas
dari lengkap tidaknya data yang terkumpul. Data sekunder adalah data yang
diperoleh selain dari klien. Seperti dari perawat, dokter, ahli gizi, ahli
fisioterapi, catatan keperawatan, pemeriksaan laboratorium, hasil rontgen,
pemeriksaan diagnostik lain, keluarga dan teman.

Adapun pengkajian yang ditemukan pada klien dengan ensefalitis


adalah sebagai berikut :

 Data Primer
1. Airway: Pada jalan napas terdapat sputum, , tidak ada sumbatan jalan nafas/benda
asing.
2. Breathing: RR: 31x/menit, suara nafas vesikuler +/+, irama nafas teratur, tidak ada
bunyi nafas tambahan, Dispneu.
3. Circulation: TD: 110/80 mmHg, Nadi: 134x/menit, S: 38,8oC, SpO2: 98%,
CRT>2detik, akral teraba hangat, turgor kulit cukup baik.
4. Disability: Keadaan umum Pasien tampak berbaring lemah, GCS: E(4), V(5), M(6) =
15 kesadaran Compos Mentis. Respon pupil +/+, reflek cahaya +/+, uji kekuatan otot
ekstermitas atas dan bawah 3/3.
5. Exposure: Tidak ditemukan luka atau edema pada tubuh pasien.
 Data Sekunder
A. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada luka dan jejas, rambut hitam, tidak ada oedem,ada
peradangan pada otak.
2. Mata
Mata simetris kanan dan kiri, sclera merah, konjungtiva anemis, kedua pupil miosis,
pupil mereflek cahaya dengan baik.
3. Telinga
Kedua telinga simetris, tidak ada jejas, bersih dan tidak ada serumen
4. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada secret di hidung, tidak ada nyeri tekan sinus.
5. Mulut
Bibir kering, gigi tidak lengkap, gusi tidak mengalami peradangan, lidah bersih,
tongsil tidak ada peradangan.

6. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak terjadi kaku kuduk.
7. Thoraks
a. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tak teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak ada bunyi
jantung tambahan.
b. Paru – Paru
Inspeksi : Paru kanan dan kiri simetris, RR 24x/menit, tipe
pernafasan dada dan perut

Palpasi : Tidak dikaji


Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
c. Abdomen
Inspeksi : Abdomen simetris,
Palpasi : Tidak terjadi
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 9 x/menit
8. Ekstremitas
Ada jejas atau luka bakar di kedua kaki di tubuh bagian depan dan belakang dan di
bahu kanan. klien tidak bisa bergerak bebas, ukuran otot simetris, kekuatan otot
Ekstermitas atas kanan (2) Ekstermitas atas kiri (2 )
Ekstermitas bawah kanan (2) Ekstermitas bawah kiri (2)

9. Genitalia
Terpasang keteter, tidak kemerahan, tidak gatal – gatal dan tidak ada kelainan.

2. Diagnosa Keperawatan

Sumber : NANDA Internasional. 2010. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: EGC.

11. Kedakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan penumpukan secret pada
jalan nafas.

2. Hipertermi b.d. penyakit: infeksi.

3. Resiko infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun

4. Resiko perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.

5. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah
6. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah.

3. Perencanaan keperawatan
11. Kedakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan penumpukan secret
pada jalan nafas.

Tujuan : Setelah dilakuakan tindakan keperawatan jalan nafas bisa efektif,


oksigenasi adequate yang ditandai dengan : Frekwensi pernafasan 20-
24 X/menit, irama teratur, bunyi nafas normal, tidak ada stridor,
ronchi, whezzing, tidak ada pernafasan cuping hidung pergerakan
dada simetris, tidak ada retraksi.

Intervensi Rasional

1. Kaji ulang kecepatan kedalaman, 1. Perubahan yang terjadi berguna dalam


frekwensi, irama dan bunyi nafas. menunjukkan adanya komplikasi
pulmunal dan luasnya bagian otak yang
terkena.

2. Atur posisi klien dengan posisi semi


2. Dengan posisi tersebut maka akan
fowler. mengurangi isi perut terhadap
diafragma, sehingga ekspansi paru tidak
terganggu.

3. Lakukan fisioterapi dada. 3. Dengan fisioterapi dada diharapkan


secret dapat didirontokkan ke jalan nafas
besar dan bisa di keluarkan.

4. Dengan dilakukannya penghisapan


4. Lakukan penghisapan lendir dengan secret maka jalan nafas akan bersih dan
hati-hati selama 10-15 detik. Catat sifat, akumulasi secret bisa dicegah sehingga
warna dan bau secret. pernafasan bisa lancar dan efektif.

5. TTV merupakan gambaran


perkembangan klien sebagai
5. Observasi TTV terutama frekwensi pertimbangan dilakukannya tindakan
pernafasan. berikutnya.
6. Pemberian Oksigen dapat
meningkatkan oksigenasi otak.
6. Lakukan kolaborasi dengan tim medis Ketepatan terapi dibutuhkan untuk
dalam pemberian terapi oksigen, monitor mencegah terjadinya keracunan oksigen
ketepatan terapi dan komplikasi yang serta iritasi saluran nafas.
mungkin timbul.

2. Hipertermi b.d. penyakit: infeksi.

Diagnosa Tujuan Intervensi


Hipertermi Setelah dilakukan tindakan
§ Monitor suhu sesering mungkin
b.d. penyakit: keperawatanselama 3x24 jam pasien R: mencegah terjadinya
infeksi menunjukkansuhu tubuh dalam batas hiperpireksia
normal dengan kreiteria hasil: § Monitor warna dan suhu kulit
Indikator: R: kulit yn merah dan hangat
1. Suhu 36 – 37C menunjukkan kenaikan suhu
2. Nadi dan RR dalam rentang normal tubuh.
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan§ Monitor tekanan darah, nadi dan
tidak ada pusing, merasa nyaman RR
R: mengetahui respon fisiologis
dari kenaikan suhu tubuh
§ Monitor WBC, Hb, dan Hct
R; WBC yg tinggi menunjukkan
hipertermi krn infeksi, Hb dan
HCT yang rendah menunjukkan
hipertermi karena kehilangan
cairan.
§ Monitor intake dan output cairan
R: terkait dengan kenaikan suhu
akibat kekurangan cairan.
§ Berikan anti piretik
R: menurunkan suhu tubuh
secara farmakologis.
§ Berikan antibiotik yang sesuai
R: hipertermi karena infeksi
dapat hilang jika infeksi hilang.
§ Selimuti pasien
R: lakukan jika pasien
menggigil.
§ Berikan cairan intravena
R: mencegah kekurangan cairan
akibat panas tubuh yg tinggi.
§ Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
R: memicu vasodilatasi
pembuluh darah besar shg suhu
perifer menjadi dingin.
§ Tingkatkan sirkulasi udara
§ Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
§ Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
§ Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)

3.Resiko infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun


Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi:
a. Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau
pengunmjung. Pantau dan batasi pengunjung.
R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber infeksi,
mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.
b. Abs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
R/. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan Meningkosamia .
c. Berikan antibiotika sesuai indikasi
R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.

4. Resiko perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.

Tujuan : mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi sensorik/motorik.


Mendemonstrasikan TTV stabil. Melaporkan tak adanya/menurunkan sakit kepala.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi
setelah dilakukan pungsi lumbal
R/. Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko herniasi batang otak
yang memerlukan tindakan medis dengan segera.
b. Pantau/catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya,
seperti GCS.
R/. Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan
TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi, penyebaran/luasnya dan perkembangan
dari kerusakan serebral
c. Pantau tanda vital, seperti tekanan darah. Catat serangan dari/hipertensi sistolik yang
terus-menerus dan tekanan nadi yang melebar
R/. Normalnya, autoregulasi mampu mempertahankan aliran darah serebral dengan konstan
sebagai dampak adanya fluktuasi pada tekanan darah sistemik. Kehilangan fungsi
autoregulasi mungkin mengikuti kerusakan vaskuler serebral local atau difus yang
menimbulkan peningkatan TIK. Fenomena ini dapat ditunjukkan oleh peningkatan TD
sistemik yang bersamaan dengan tekanan darah diastolic(tekanan darah yang melebar)
d. Anjurkan keluarga untuk berbicara dengan pasien jika diperlukan
R/. Mendengarkan suara yang menyenangkan dari orang terdekat/keluarga tampaknya
menimbulkan pengaruh trelaksasi pada beberapa pasien dan mungkin akan dapat menurunkan
TIK.
e. Berikan obat sesuai indikasi, seperti : steroid : deksametason, metilprednison(medrol)
R/. Dapat menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi pembentukan edema serebral,
dapat juga menurunkan risiko terjadinya”fenomena rebound” ketika menggunakan manitol.

5. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.

Tujuan: Melaporkan nyeri hilang/terkontrol ditandai dengan :


menunjukkan postur rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tepat
Intervensi :
a. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai dengan indikasi
R/. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat/rileksasi
b. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata
R/. Meningkat kan vasokonstriksi, menumpulkan resepsi sensorik yang selanjutnya akan
menurunkan nyeri
c. Tingkat tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
R/. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
d. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman sperti kepala agak tinggi sedikit pada
meningitis
R/. Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut
e. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher dan
bahu.
R/. Dapat membatu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau
rasa tidak nyaman tersebut.
f. Berikan analgetik seperti asetaminofen, kodein
R/. Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat, catatan : narkotik mungkin
merupakan kotra indikasi sehingga menimbulkan ketidakakuratan dalam pemeriksaaan
neurologis

6. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.

Tujuan : klien akan menunjukkan pemenuhan nutrisi adekuat dengan Kriteria : BB dalam batas
normal, nafsu makan baik/meningkat, tidak ditemukan defisiensi nutrisi
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, makanan yang disukai’
R/. Mengidentifikasi defisiensi serta pemberian intervensI
b. Kaji antropometri setiap hari
R/. Perubahan antropometri mengindikasikan perubahan status nutrisi
c. Berikan intake makanan TKTP, mineral atau vitamin
R/. Diet TKTP mineral dan vitamin dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi klien
d. Tingkatkan frekuensi makan. Berikan diet halus, rendah serat. Hindari makan
pedas/terlalu asam
R/. Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi klien
e. Berikan anti jamur/pencuci mulut, anestetik jika diperlukan
R/. Stomatitis biasanya ada pada PEM, untuk meningkatkan penyembuhan jaringan mulut dan
memudahkan masukan diet
f. Berikan suplemen nutrisi, misalnya ensure bila diindikasikan
R/. Meningkatkan masukan protein dan kalori

4. Implementasi
Mengacu pada masalah dalam intervensi yang belum bisa ditanggulangi.

5. Evaluasi
Mengacu pada kriteria hasil

DAFTAR PUSTAKA

Anania, et all. 2008. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: Indeks.

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Ed. III, jilid 2. jakarta: Media Aeseolapius.

McCloskey dan Bulechek 2000. “Nursing interventions classification (NIC)”. United States of
America:

Mosby.

Meidean, JM. 2000. “Nursing Outcomes Classification (NOC)”. United States of America:
Mosby.

NANDA Internasional. 2010. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen14 halaman
    ASKEP
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Sap Cuci Tangan
    Sap Cuci Tangan
    Dokumen7 halaman
    Sap Cuci Tangan
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Sambungan Askep
    Sambungan Askep
    Dokumen7 halaman
    Sambungan Askep
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Pathway Virus/ Bakteri Masuk Jaringan Otak Secara Lokal, Hematogen Dan Melalui Saraf-Saraf
    Pathway Virus/ Bakteri Masuk Jaringan Otak Secara Lokal, Hematogen Dan Melalui Saraf-Saraf
    Dokumen1 halaman
    Pathway Virus/ Bakteri Masuk Jaringan Otak Secara Lokal, Hematogen Dan Melalui Saraf-Saraf
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Definisi Ensefalitis
    Definisi Ensefalitis
    Dokumen13 halaman
    Definisi Ensefalitis
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Sap Cuci Tangan-1
    Sap Cuci Tangan-1
    Dokumen14 halaman
    Sap Cuci Tangan-1
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • LP Inpartu Fix
    LP Inpartu Fix
    Dokumen14 halaman
    LP Inpartu Fix
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen7 halaman
    Cover
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Kepemimpinan
    Konsep Dasar Kepemimpinan
    Dokumen11 halaman
    Konsep Dasar Kepemimpinan
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen32 halaman
    ASKEP
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Pathway Mawar
    Pathway Mawar
    Dokumen1 halaman
    Pathway Mawar
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Sambungan Askep
    Sambungan Askep
    Dokumen7 halaman
    Sambungan Askep
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Sambungan Askep
    Sambungan Askep
    Dokumen7 halaman
    Sambungan Askep
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • LP Inpartu Fix
    LP Inpartu Fix
    Dokumen1 halaman
    LP Inpartu Fix
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen10 halaman
    Bab 3
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • LP Waham
    LP Waham
    Dokumen7 halaman
    LP Waham
    Yephina Ayu D Sanen
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen7 halaman
    Cover
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • LP Halusinasi
    LP Halusinasi
    Dokumen10 halaman
    LP Halusinasi
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • LP PK
    LP PK
    Dokumen12 halaman
    LP PK
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Dapus PK
    Dapus PK
    Dokumen1 halaman
    Dapus PK
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • LP Waham
    LP Waham
    Dokumen7 halaman
    LP Waham
    Yephina Ayu D Sanen
    Belum ada peringkat
  • LP Dan Askep
    LP Dan Askep
    Dokumen40 halaman
    LP Dan Askep
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Sap Heg
    Sap Heg
    Dokumen3 halaman
    Sap Heg
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen5 halaman
    Lembar Pengesahan
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Materi ISPA
    Materi ISPA
    Dokumen8 halaman
    Materi ISPA
    aprilia raya dewina
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Rendi Kaharap
    Belum ada peringkat