Oleh:
AULIYA MARDHIAH PRAMAISYANI
NIM 20142120623
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa, disetujui dan akan diujikan
Kesehatan Pontianak
Pembimbing Utama
NIP.196208061986031006
Pembimbing Pendamping
NIP. 197709182000122001
ii
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PEDAGANG BAKSO
TENTANG BORAKS DAN ANALISIS KANDUNGAN BORAKS PADA
BAKSO DI PONTIANAK TIMUR
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas akhir Karya Tulis Ilmiah
ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Gizi di Politeknik
saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tanpa bantuan dan
terselesaikannya laporan hasil Karya Tulis Ilmiah ini. Bersama ini saya
menimba ilmu.
iv
4. Ibu Suaebah, S.Gz, M.Kes selaku dosen pembimbing kedua yang
ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
C. Boraks ................................................................................... 23
1. Kegunaan Boraks ........................................................... 25
vi
1. Analisa Secara Kualitatif ................................................. 28
E. Bakso .................................................................................... 31
F. Pengetahuan......................................................................... 32
BAB III KERANGKA PENELITIAN, PERTANYAAN PENELITIAN,
DEFINISI OPERASIONAL .............................................................. 36
A. Kerangka Penelitian .............................................................. 36
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................... 36
C. Definisi Operasional .............................................................. 36
1. Metode Turmerik ............................................................ 36
3. Pengetahuan .................................................................. 37
2. Sampel ........................................................................... 38
2. Bahan ............................................................................. 39
vii
2. Coding ............................................................................ 43
3. Tabulasi .......................................................................... 44
4. Entry ............................................................................... 44
B. Pembahasan ......................................................................... 50
1. Tingkat Pengetahun Pedagang Bakso ........................... 50
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4.Dokumentasi
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Notoatmodjo, 2003).
agar tetap bersih, sehat dan aman. Sanitasi makanan yang buruk dapat
disebabkan 3 faktor yaitu faktor fisik, faktor kimia dan faktor mikrobiologi.
Faktor fisik yang terkait dengan kondisi ruang yang tidak mendukung
pengamanan makanan, faktor kimia karena adanya zat- zat kimia yang
Saat ini ada banyak jenis makanan atau minuman yang siap
dimakan atau dipersiapkan atau dijual oleh penjual kaki lima dipinggir
12
jalan atau ditempat-tempat umum lainnya yang biasanya disebut dengan
pewarna tambahan. Tidak jarang jajanan itu pun ditambah dengan hiasan
pewarna yang bukan pewarna makanan. Agar tidak mudah basi, tidak
bahan jajanan itu dengan bahan lain yang jauh lebih murah tanpa
(Cahyadi, 2009).
13
bahan tambahan pangan golongan pengawet yang dilarang
jajanan yang beredar di 98 sekolah dari Kota dan Kabupaten yang ada di
syarat pusat, ginjal dan hati. Konsentrasi tertinggi dicapai selama ekskresi.
lain (Nevrianto, 1991). Dosis fatal untuk dewasa 15-20 gram dan untuk
14
Penggunaan boraks yang tidak sesuai dengan standar ketetapan
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya mata,
Pontianak Timur”
15
B. Masalah Penelitian
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
pada bakso.
16
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Keamanan Pangan
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Keamanan pangan adalah kondisi dan
dan tidak kalah pentingnya yang untuk diperhatikan adalah bahwa makan
sehingga menuntut perhatian yang lebih besar para aspek ini. Kebersihan
18
ditentukan oleh faktor ini pula. Di lain pihak sebagai konsumen sebaiknya
daya simpan. Selain itu, juga dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein,
19
Penggunaan bahan tambahan pangan dalam proses produksi
lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk
dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi dan lebih mampu bersaing dalam pasar
2011) :
askorbat dan asam eritrobat serta garamnya untuk produk daging, ikan
20
rempah lainnya. Garam stearat dan tri Ca fosfat pada gula, kaldu dan
susu bubuk.
makanan. Contoh: Asam laktat, sitrat, dan malat digunakan pada jeli.
rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir tidak mempunyai
pengemulsi es krim dan kue, peltin untuk pengental pada jamu, jeli,
21
rusak atau yang disukai sebagai medium pertumbuhan bakteri atau
jamur. Contoh: asam benzoat dan garamnya dan ester para hidroksi
pada produk lemak dan minyak atau produk yang mengandung lemak
atau minyak seperti daging dan ikan. Contoh: asam folat dan
garamnya.
22
a. Natrium tetraborat (boraks)
b. Formalin (formaldehyd)
d. Kloramfenikol (chloramphenicol)
g. Nitrofurazon (nitrofurazone)
urea)
C. Boraks
“bleng” (bahasa jawa) yaitu serbuk kristal lunak yang mengandung boron,
berwarna putih atau transparan tidak berbau dan larut dalam air. Boraks
23
bahan bakterisida lemah dan astringen ringan dalam lotion, obat kumur
dan pembersih mulut. Boraks juga disebut sebagai sodium pyroborate dan
sodium tetraborate.
dengan nama borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng”, di
penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa senyawa asam borat
ini dipakai pada lontong agar teksturnya menjadi bagus dan kebanyakan
hablur kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau
serta agak manis (Cahyadi, 2008). Senyawa asam borat ini mempunyai
sifat-sifat kimia sebagai berikut: jarak lebur sekitar 171°C, larut dalam 18
bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85% dan tak
24
asam klorida, asam sitrat atau asam tetrat. Mudah menguap dengan
pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 100°C yang
merupakan asam lemah dan garam alkalinya bersifat basa. Satu gram
yang jernih dan tak berwarna. Asam borat tidak tercampur dengan alkali
struktur dan tekstur makanan. Seperti contohnya bila boraks diberikan pada
bakso akan membuat bakso tersebut sangat kenyal dan tahan lama.
Parahnya, makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih
alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus
1. Kegunaan Boraks
hidroksida atau asam borat). Baik boraks maupun asam borat memiliki
ramuan obat, misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles
mulut dan obat pencuci mata. Selain itu boraks juga digunakan
2009).
25
2. Pengawet Boraks pada Makanan
yang lain. Dosis tertinggi yaitu 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa
gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang dari 5 gr/kg berat badan
darah dan disimpan dalam hati. Karena tidak mudah larut dalam air
gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks
Hidayati, 2006).
27
Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam
kejang
k. Kematian.
Analisis kualitatif pada boraks diantaranya adalah uji nyala, uji kertas
28
a. Uji Nyala
apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala
borat. Uji warna kertas kunyit pada pengujian boraks yaitu dengan
berwarna kuning
berisi air dan aduk larutan boraks. Teteskan pada kertas tumerik yang
29
sudah disiapkan. Amati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna
Tumbuk bahan yang akan diuji dan beri sedikit air. Teteskan air
larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas tumerik.
2. Analisa Kuantitatif
spektroskopi emisi.
a. Metode Titrimetri
30
dengan penambahan manitol akan menghasilkan warna merah
E. Bakso
tidak saja hadir dalam sajian seperti sajian mie bakso maupun mie ayam.
masakan lainnya, sebut saja misalnya nasi goreng, mie goreng, capcay,
kelereng atau lebih besar dan dimasukkan ke dalam air panas jika ingin
31
dikonsumsi. Untuk membuat adonan bakso, potong-potong kecil daging,
Setelah itu daging diuleni dengan es batu atau air es (10-15% berat
daging) dan garam serta bumbu lainnya sampai menjadi adonan yang
bakso. Bagi orang yang telah mahir, untuk membuat bola bakso ini cukup
arah ibu jari. Adonan yang keluar dari ibu jari dan telunjuk membentuk
bulatan lalu diambil dengan sendok kemudian direbus dalam air mendidih
F. Pengetahuan
32
besar pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh melalui indera
1. Pendidikan
pengetahuannya.
2. Informasi
33
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
orang.
seseorang.
4. Lingkungan
5. Pengalaman
34
sendiri dan orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat
6. Usia
menambah pengetahuannya.
35
BAB III KERANGKA PENELITIAN, PERTANYAAN PENELITIAN,
DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Penelitian
- Kualitatif
- Kuantitatif
B. Pertanyaan Penelitian
C. Definisi Operasional
1. Metode Turmerik
borat.
Skala : Ordinal
kecoklatan.
36
b. Negative jika hasil uji sampel bukan bewarna jingga sampai merah
kecoklatan.
2. Metode Titrimetri
muda pada akhir titrasi dan dengan rumus V1. M1= V2. M2.
a. Skala : Rasio
3. Pengetahuan
Skala : Ordinal
Katagori :
37
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pengetahuan pedagang.
1. Populasi
2. Sampel
38
c. Jika bakso positif mengandung boraks maka bakso dari pedagang
1. Alat
a. Gelas beker
b. Cawan porselen
c. buret
d. Statif
e. Erlenmeyer 100 ml
f. Mikropipet
g. Timbangan analitik
h. Kaca arloji
i. Pipet kaca tetes
j. Batang pengaduk
k. Kertas saring
l. Neraca analitik elektrik
m. Vaseline,tissue
n. Pipet volume 10 ml
o. Pipet ukur 10 ml
p. Labu ukur 250 ml
q. Karet penghisap
r. Hot plate
s. Pipet tetes
2. Bahan
39
c. Reagen boraks
d. Kunyit
e. NaOH 0,1 M
f. HCl pekat 37%
g. Manitol
h. Fenoftalein 1%
i. Kertas saring
j. H2C2O4 0,05 M
1. Tahap Persiapan
matahari.
c. Persiapan sampel
40
e. Pembuatan larutan H2C2O4.2H2O
2. Tahap Pengujian
a. Analisa Kualitatif
kuning.
b. Analisa Kuantitatif
Erlenmeyer. Tambahkan dua tetes HCl 37% pekat dan 0.2 gram
41
yang diperlukan untuk merubah larutan yang tidak bewarna
V1. M1 = V2. M2
Keterangan :
V1 =Volume boraks
M1 = Molaritas boraks
V2 = Volume NaOH
M2 = Molaritas NaOH
F. Jenis Data
42
H. Instrumen Penelitian
pengetahuan responden.
kuantitatif pada boraks atau untuk mengukur kadar boraks dalam bakso.
Uji kertas turmerik merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada
I. Pengolahan Data
1. Editing
Kegiatan ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah dengan
data berikutnya.
2. Coding
nenganalisis data.
43
3. Tabulasi
4. Entry
J. Analisis Data
44
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Karateristik Responden
a. Usia
ini:
Usia* n Persentase
17-25 th 3 17,6%
26-455 th 13 76,5%
46-65 th 1 5,9%
Total 17 100%
*sumber : Data Primer
45
b. Jenis Kelamin
c. Pendidikan
46
pendidikan yang tertinggi yang disandang oleh pedagang bakso
d. Pendapatan
Pendapatan/hr n Persentase
< Rp.500,000 7 41,2%
≥ Rp. 500,000 10 58,8%
Total 17 100%
sebesar 58,8%.
penelitian ini :
47
3. Analisa Kandungan Boraks Secara Kualitatif dan Kuantitatif
titrimetri.
48
Tabel 7. Hasil Uji Kuantitatif Boraks Pada Sampel Bakso di
Wilayah Pontianak Timur Tahun 2017
nomor 5 adalah 0,0031 ppm dan 0,0036 ppm pada sampel nomor
16.
49
berdasarkan uji kualitaif bahwa 12 sampel bakso tidak mengandung
B. Pembahasan
pengetahuan buruk.
televisi memiliki kelemahan yakni sifat komunikasi nya hanya satu arah,
51
bahwa tingkat pengetahuan responden hanya baru sampai tingkat tahu
menguraikan sedikit.
elektronik.
52
tentang boraks yang dilakukan oleh puskesmas setempat. Kuranya
kertas turmerik.
53
c. Tambahkan air hingga bakso dapat hancur menjadi seperti
bubur
54
warna merah kecoklatan. Hasil tersebut diperkuat penelitian yang
Negeri Yogyakarta (2013) melaporkan bahwa paper test kit atau uji
boraks pada sampel bakso dengan berat kedua sampel adalah sama
maksimalnya adalah 0,005 gr. Menurut Ang Swi See (2010) asam
pada jaringan hati dan otak, dan bersifat letal jika melebihi 5 g/Kg
akumulatif dalam hati, otak dan testis. Dosis yang cukup tinggi dalam
55
dan kram perut. Pada anak kecil dan bayi bila dosis dalam tubuhnya
orang dewasa kematian terjadi pada dosis 10-20 gram. Dari hasil uji
sebagai berikut :
Hasil reaksi ini berupa larutan jernih yang tidak bewarna sehingga
56
3. Kenampakan Fisik Bakso yang mengandung Boraks
dalam penelitian ini adalah bakso lebih kenyal dan awet/tahan selama 3
hari.
boraks.
berlendir.
Kandungan Boraks.
57
juga menunjukan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik
pengetahuan.
58
berboraks yang beredar di masyarakat. Pengetahuan dan sikap saja
(Notoatmodjo, 2010).
tahun 1999 menyatakan bahwa konsumen memiliki hak. Salah satu hak
dari konsumen tersebut dinyatakan dalam pasal 4 huruf a yitu hak atas
59
barang dan atau jasa. pelanggaran terhadap kesehatan konsumen dapat
milyar.
60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
hari.
B. Saran
61
diikuti oleh pedagang lainnya, agar pengetahuan pedagang
meningkat.
yang berasal dari industri rumah tangga agar tidak ada lagi
62
DAFTAR PUSTAKA
63
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar
Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Marwanti.(2010).Keamanan Pangan Dan Penyelenggaraan Makanan.
Jurusan PTBB FT UNY
Nevrianto, R., (1991), Ancaman Boraks Lewat Bakso. P.T. Grafiti Pers;
Jakarta.
Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2003). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012
Tentang Bahan Tambahan yang dilarang dalam pangan.
Rohman, Abdul. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Roth, H.J dan G. Blaschke, (1988). Analisis Farmasi. Diterjemahkan oleh :
Sarjono Kieman dan Slamet Ibrahim. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Saparinto, C. Hidayati, D. (2006). Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta:
Kanisius
Simpus. (2005). Bahaya Boraks. Pengantar Teknologi Pangan. Intisari
Pustaka Utama; Jakarta
Suklan H., Apa dan Mengapa Boraks Dalam Makanan. Penyehatan Air
dan Sanitasi (PAS). 2002; Vol . IV Nomor 7
Sultan,P dkk. (2013). Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks Pada
Jajanan Bakso Di Sdn Kompleks Mangkura Kota Makassar .
Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar. Universitas
Hasanuddin Makassar
Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Sugiyatmi, S. 2006. Analisis Faktor-Faktor Resiko Pencemaran Bahan
Kota
Lingkungan.
64
Wibowo, S. (2000). Industry Pemindangan Ikan. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Widyaningsih, T.D. dan Murtini, ES. 2006. Alternatif Pengganti Formalin
Pada Produk Pangan. Jakarta: Trubus Agrisarana
Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta :Gramedia Pustaka
Utama.
Yuliarti, N. (2007). Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta:
Andi.
65
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PEDAGANG BAKSO
TENTANG BORAKS DI KECAMATAN PONTIANAK TIMUR
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. responden :
2. Nama Responden :
3. Umur :
1. Remaja (17-25 )
2. Dewasa ( 26-45)
3. Lansia ( 46-65)
4. Pendidikan :
1.Rendah (SD,SMP)
2.Tinggi (SMA,PT)
2.≥ 500.000,00
66
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Pernahkah bapak/ibu
mendengar
boraks/pijer/bleng?
2. Tahukah bapak/ibu tentang
kegunaan
boraks/pijer/bleng?
3. Apakah bapak/ibu
menambahkan obat dalam
membuat bakso?
4. Menurut bapak/ibu apakah
dalam pembuatan bakso
boraks perlu ditambahkan ?
5. Apakah bapak/ibu tahu
bahaya dari penggunaan
boraks yang melebihi dosis ?
6. Menurut bapak/ibu apakah
dengan menambahkan
boraks yang melebihi dosis
ke dalam bakso dapat
mengalami gangguan
kesehatan?
7. Menurut bapak/ibu apakah
mengkonsumsi bakso yang
mengandung
boraks/pijer/bleng yang
melebihi dosis akan
mengalami keracunan?
8. Jika sudah mengetahui
bahaya boraks jika
ditambahkan dengan dosis
yang melebihi standar
ketentuan apakahmasih
menggunakannya dalam
dagangan dengan dosis
yang tidak sesuai?
9. Apakah pernah mendengar
bahwa boraks diizinkan
digunakan dalam makanan
dengan dosis 1gr/kg bahan
makanan ?
10. Apakah bapak/ibu pernah
mendapatkan penyuluhan
mengenai standar
penggunaan
boraks/pijer/bleng untuk
makanan dari BPOM/
instansi lainnya?
67
LAMPIRAN 2
Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bahwa :
Pontianak Timur “.
ilmiah.
Responden
(..…………….)
68
LAMPIRAN 3
69
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI
Uji Kualitatif
70
71
LAMPIRAN 5
HASIL SPSS
Kelompok_umur pedagang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
TKT_PDDK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
72
Pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
tkt_pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
nilai
N Valid 17
Missing 0
Mean 67.6471
Mode 80.00
Minimum 30.00
Maximum 80.00
Sum 1150.00
Percentiles 25 65.0000
50 80.0000
75 80.0000
73
nilai
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Count
Hasil_lab
tkt_pengetahuan kurang 3 0 1 4
baik 12 1 0 13
Total 15 1 1 17
74