ASFIKSIA
Klasifikasi asfiksia:
Tabel penilaian APGAR SCORE
Skor APGAR
Tanda
0 1 2
Frekuensi Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Jantung
Usaha Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat
bernafas
Tanus otot Lumpuh Ekstremitas agak fleksi Gerakan aktif
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, eks Seluruh tubuh
biru kemerahan
1.3 Etiologi
1.3.1 Faktor ibu
1.3.1.1 Preeklampsia dan eklampsia.
1.3.1.2 Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta).
1.3.1.3 Partus lama atau partus macet.
1.3.1.4 Demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis,
TBC, HIV).
1.3.2 Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
1.3.2.1 Faktor Tali Pusat
1.3.2.2 Lilitan tali pusat
1.3.2.3 Tali pusat pendek
1.3.2.4 Simpul tali pusat
1.3.2.5 Prolapsus tali pusat
1.3.3 Faktor Bayi
1.3.3.1 Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan).
1.3.3.2 Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep).
1.3.3.3 Kelainan bawaan (kongenital).
1.3.3.4 Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
1.4 Patofisiologi
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran
gas serta transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02
dan kesulitan pengeluaran C02. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi
sel tubuh dan tergantung dari berat dan lamanya asfiksia fungsi tadi dapat
reversibel atau menetap, sehingga menimbulkan komplikasi, gejala sisa,
atau kematian penderita.
1.6 Komplikasi
1.6.1 Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang
telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran
darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan
menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat
terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan
perdarahan otak.
1.6.2 Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita
asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada
saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada
keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ
seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya hipoksemia padapembuluh darah mesentrium dan
ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
1.6.3 Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan
tak efektif.
1.6.4 Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia
dan perdarahan pada otak.
1.7 Penatalaksanaan
a. Terapi Suportif
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi
bayi baru lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan
hidup bayi dan membatasi gejala sisi yang mungkin muncul.
Tindakan resusiksi bayi baru tahir mengikuti tahap tahapan-tahapan
yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
- Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
- Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea
- Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
- Lakukan rangsangan taktil
- Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
- Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi
dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.
4. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit).
b. Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus:
1. Tindakan Umum
- Pengawasan suhu
- Pembersihan jalan nafas
- Rangsang untuk menimbulkan pernafasa
2. Tindakan Khusus
- Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama
memperbakti ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan tekanan
dan intemitery cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu
diberikan 02 tidak lebih dari 30 mmHg. Asfikasi berat hampir
selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4
mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4
mEq/kgBB Kedua obat ini disuntikan ke dalam intra vena
perlahan melalui vena umbilikatis, reaksi obat ini akan terlihat
jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha
pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif
diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan
perbaikan. Pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase
jantung eksternal dikerjakan dengan & frekuensi 80-I00/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1 : 3
yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali
kompresi dinding torak. Jika tindakan ini tidak berhasil bayi
harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikorekrsi atau
gangguan organik seperti hernia diaftagmatika atau stenosis jalan
nafas.
- Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam
waktu 30-60 detik tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif
harus segera dilakukan. Ventilasi sederhana dengan kateter 02
intranasal dengan filtrat 1-2 x/mnt, bayi diletakkan dalam posisi
dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan gerakan membuka dan
menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan
kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan
gerakan dinding torak dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan
gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan
tersebut, ventilasi dihehtikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2
menit sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dari mulut ke rnulut atau dari ventilasi ke kantong
masker. Pada ventitasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut
penolong diisi dulu dengan 02, ventilasi dilahirkan dengan
frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas
spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhak
jika setelah dilekuknn berberapa saat teqadi penurunan frekuens
jantung atau perbaikan tonus otot intubasi endotrakheal harus
segera dilahirkan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera
diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan
pernapasan teratur meskipun ventilasi telah dilakukan dengan
adekuat.
1.8 Pathway
Ketuban
pecah dini
II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Asfiksia
2.1 Pengkajian
2.3.1 Riwayat keperawatan
- Keluhan utama
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung dan tekanan
darah bayi menurun, sianosis, gerakan ekstremitas fleksi sedikit,
dan gerakan reflexs sedikit.
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung bayi dan
tekanan darah menurun, bayi nampak sianosis dan gerakan
ekstremitas fleksi sedikit dan gerakan reflexs sedikit segera
setelah bayi tersebut dilahirkan.
- Prenatal care
a. Pemeriksaan kehamilan : 3 kali
b. Keluhan selamahamil : sering pusing, cepat lelah, mata
berkunang-kunang, dan malaise.
c. Kenaikan BB selama hamil: 5 Kg
- Natal
a. Tempat melahirkan : Rumah Sakit Umum Provinsi
b. Jenis persalinan : Normal
c. Penolong persalinan : Bidan
d. Kesulitan lahir normal : Ibu kesulitan mengedan karena
ibu cepat lelah
- Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir 2.400 gram, PB: 40 cm
b. Bayi mengalami nafas lambat, denyut jantung bayi menurun
c. Bayi tidak mengalami kemerahan dan nampak pucat.
d. Gerakan reflex sedikit dan tonus otot bayi menurun
Diagnosa II: gangguan pertukaran gas b.d ekspansi yang kurang adekuat
(NANDA, hal 323)
2.3.4 Definisi
Keenihan atau kekurangan oksigenasi atau eleminasi karbon
dioksida membran kapiler-alviolar.
2.3.5 Batasan karakteristik
- Subjektif
Dispnea
Sakit kepala pada saat bangun tidur
Gangguan penglihtan
- Objektif
Gas darah arteri yang tidak normal
pH arteri tidak normal
ketidak normanlan frekuensi, irama, dan kedalaman napas
warna kulit tidak normal
kunfusi
sianosis
karbon dioksida menurun
diaforesis
hiperkapnia
hiperkarbia
hipoksia
hioksia
hipoksemia
iritabilitas
napas cuping hidung
gelisah
somnolen
takikardia
2.3.6 Faktor yang berhubungan
Perubahan membran kapiler-alveolar
Katidak seimbangan perfusi-ventilasi
2.3 Perencanaaan
Diagnosa I: ketidakefektifan pola napas
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil berdasarkan NOC
- Menunjukan pernapasan ptimal pada saatterpasang ventilator
mekanis
- Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
- Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
- Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan
- Mampu menggambarkan perencanaan perawatan dirumah
- Mengidentifikasi faktor lain.
2.3.2 Intervensi berdasarkan NIC
- Kaji frekuensi kedalaman napas dan ekspansi dada
R: kecepatan biasanya meningkat apabila terjadi kecepatan napas
- Catat upaya pernapasan termasuk dengan menggunakan otot
prnapasan
R: penggunaan otot napas sebagai akibat dari gangguan pola
napas
- Memfasilitasi kepatenan jalan napas
R: agar dapat bernapas secara optimal
- Mengeluarkan secret jalan napas
R: agar sumbatan jalan napas dapat dihilangkan
- Jika diperlukan gunakan alat bantu untuk membantu klien
bernapas
R: agar oksigen dalam tubuh tercukupi
Diagnosa II: gangguan pertukaran gas
2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil berdasarkan NOC
- Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
- Memiliki ekspansi paru yang simetris
- Menjelaskan rencana perawatan dirumah
- Tidak menggunakan pernapasan bibir mencucu
- Tidak mengalami napas dangkal
- Tidak menggunkan otot aksesorius untuk bernapas
2.3.4 Intervensi berdasarkan NIC
- Kaji status pernafasan,perhatikan tanda-tanda distres
pernafasan(misalnya, takipnea, pernafsan cuping hdung,
mengorok, retraksi,ronki, atau krekels).
R: Takipnea menandakan distress pernafasan,khususnya bila
pernfasan lebih dari 60 x/i setelah 5 jam pertama kehidupan.
- Gunakan pemantauan oksigen transkutan atau oksimeter nadi.
Catat kadar setiap jam. Ubah sisi alat setiap 3-4 jam.
R: Memberikan pemantauan noninvasif konstan terhadap kadar
oksigen
- Pertahankan kenetralan suhu tubuh
R: Stres dingin meningkatkan konsumsi oksigen bayi,dapat
meningkatkan asidosis, dan selanjutnya kerusakan produksi
surfaktan.
III. Daftar Pustaka
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika.
http://bluesteam47.blogspot.com/2010/05/asuhan-keperawatan-asfiksia-
neonatorum.html.
http://www.scribd.com/doc/31144164/ASKEP-ASFIKSIA-NEONATORUM.
http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/07/asfiksia-neonatarum/