Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Candidiasis

a. Definisi candidiasis

Kandidiasis merupakan sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida

albicans ataupun spesies lain dari genus kandida. Organisme ini khususnya

menginfeksi kulit, kuku, membran mukosa, dan traktus gastrointestinal, tetapi

organisme ini juga dapat menyebabkan penyakit sistemik (Janik, et al., 2008).

b. Jenis-jenis candidiasis dan Gambaran Klinis

Kandidiasis dapat dibagi menjadi beberapa jenis : (James, et al., 2006)

1. Kandidiasis Mukosa

1) Kandidiasis Oral/orofaringeal

Kandidiasis orofaringeal atau thrush merupakan kandidiasis yang

berkembang di mulut atau tenggorokan (CDC, 2016). Kandidiasis

ini tampak sebagai bercak putih diskret yang dapat menjadi

konfluen pada mukosa bukal, lidah, palatum, dan gusi (Klenk, et

al.,2003).

Secara umum presentasi klinis dari kandidiasis oral terbagi atas

lima bentuk: kandidiasis pseudomembranosa, kandidiasis atropik,

kandidiasis hiperplastik, kandidiasis eritematosa atau keilitis

angular. Pasien dapat menunjukan satu atau kombinasi dari

beberapa presentasi ini.

1) Kandidiasis pseudomembranosa

Kandidiasis pseudomembranosa secara umum diketahui

sebagai thrush, yang merupakan bentuk yang sering


terdapat pada neonatus. Ini juga dapat terlihat pada pasien

yang menggunakan terapi kortikosteroid atau pada pasien

dengan imunosupresi. Kandidiasis pseudomembran

memiliki presentasi dengan plak putih yang multipel yang

dapat dibersihkan. Plak putih tersebut merupakan

kumpulan dari hifa. Mukosa dapat terlihat eritema. Ketika

gejala-gejala ringan pada jenis kandidiasis ini pasien akan

mengeluhkan adanya sensasi seperti tersengat ringan atau

kegagalan dalam pengecapan.

2) Kandidiasis atropik

Kandidiasis atropik ditandai dengan adanya kemerahan

difus, sering dengan mukosa yang relatif kering. Area

kemerahan biasanya terdapat pada mukosa yang berada

dibawah pemakaian seperti gigi palsu. Hampir 26% pasien

dengan gigi palsu terdapat kandidiasis atropik.

3) Kandidiasis hiperplastik

Kandidiasis hiperplastik dikenal juga dengan leukoplakia

kandida. Kandidiasis hiperplastik ditandai dengan adanya

plak putih yang tidak dapat deibersihkan. Lesi harus

disembuhkan dengan terapi antifungal secara rutin.

4) Kandidiasis eritematosa

Banyak penyebab yang mendasari kandidiasis eritematosa.

Lesi secara klinis lesi timbul eritema. Lesi sering timbul

pada lidah dah palatum. Berlainan dengan bentuk

kandidiasis pseudomembran, penderita kandidiasis


eritematosa tidak ditemui adanya plak-plak putih.

Tampilan klinis yang terlihat pada kandidiasis ini yaitu

daerah yang eritema atau kemerahan dengan adanya sedikit

perdarahan di daerah sekitar dasar lesi. Hal ini sering

dikaitkan terjadinya keluhan mulut kering pada pasien.

Lesi ini dapat terjadi dimana saja dalam rongga mulut,

tetapi daerah yang paling sering terkena adalah lidah,

mukosa bukal, dan palatum. Kandidiasis eritematosa dapat

diklasifikasikan dalam tiga tipe, yaitu :

Tipe 1 : inflamasi sederhana terlokalisir atau pinpoint

hiperemia.

Tipe 2 : eritematosa atau tipe sederhana yang umum

eritema lebih tersebar meliputi sebagian atau seluruh

mukosa yang tertutup gigi tiruan,

Tipe 3 : tipe granular (inflamasi papila hiperplasia)

umumnya meliputi bagian tengah palatum durum dan

alveolar ridge.

5) Keilitis angular

Keilitis angular ditandai dengan pecah-pecah, mengelupas

maupun ulserasi yang mengenai bagian sudut mulut. Gejala

ini biasanya disertai dengan kombinasi dari bentuk infeksi

kandidiasis lainnya, seperti tipe erimatosa.

2) Kandidiasis Vulvovaginal
Kandidiasis vulvovaginal, kadang disebut sebagai

infeksi jamur (ragi) vagina, merupakan infeksi yang umum terjadi

ketika terdapat pertumbuhan berlebih dari jamur kandida. Kandida

selalu ada di dalam dan permukaan tubuh dalam jumlah yang

kecil. Akan tetapi, ketika terjadi ketidakseimbangan, seperti

perubahan keasaman vagina atau perubahan hormonal, kandida

dapat bermultiplikasi. Ketika hal tersebut terjadi, gejala

kandidiasis dapat muncul (CDC, 2016). Pasien biasanya memiliki

keluhan sangat gatal atau pedih disertai keluar cairan yang putih

mirip krim susu/keju, kuning tebal, tetapi dapat cair seperti air atau

tebal homogen dan tampak pseudomembran abu-abu putih pada

mukosa vagina. Lesi bervariasi, dari reaksi eksema ringan dengan

eritema minimal sampai proses berat dengan pustul, eksoriasi dan

ulkus, serta dapat meluas mengenai perineum, vulva, dan seluruh

area inguinal. Sering dijumpai pada wanita hamil, dan pada wanita

tidak hamil biasanya keluhan dimulai seminggu sebelum

menstruasi. Gatal sering lebih berat bila tidur atau sesudah mandi

air hangat. Umumnya didapati disuria dan dispareunia superfisial.

Dapat juga terjadi vulvitis tanpa disertai infeksi vagina. Umumnya

vulva eritema dengan fisura yang sering terlokalisata pada tepi

mukosa introitus vagina, tetapi dapat meluas mengenai labia

mayora. Intertrigo perineal dengan lesi vesikular dan pustul dapat

terjadi (Richardson, et al., 2003).

3) Balanitis / Balanopostitis Kandidiasis


Balanitis kandidiasis merupakan kandidiasis yang teri pada glans

penis, sedangkan balanopostitis mengenai glans penis dan

prepusium pada laki-laki yang belum disirkumsisi. Gambaran

klinis tampak erosi merah superfisialis dan pustul berdinding tipis

di atas glans penis, sulkus koronarius (balanitis) dan pada

prepusium penis yang tidak disirkumsisi (balanopostitis) (Hay, et

al., 2010). Papul kecil tampak pada glans penis beberapa jam

sesudah berhubungan seks, kemudian menjadi pustul putih atau

vesikel dan pecah meninggalkan tepi yang mengelupas. Bentuk

ringan ini biasanya sedikit pedih dan iritasi. Pada bentuk lanjut

tampak bercak putih susu di glans penis, sulkus koronanius dan

kadang-kadang di batang penis. Dapat meluas ke skrotum, paha

dan seluruh area inguinalis, terutama pada udara panas. Pada kasus

berat lesi tampak pada epitel uretra (Rippon, 1988).

4) Kandidiasis Kutis

Kandidiasis kutis merupakan penyakit infeksi pada kulit yang

disebabkan oleh jamur genus kandida. Gambaran klinis

kandidiasis kutis berdasarkan tempat yang terkena dibagi menjadi :

kandidiasis kutis intertriginosa, kandidiasis paronikia dan

onikomikosis, kandidiasis kutis generalisata, kandidiasis kutis

granulomatosa, dan diaper rash (Ramali, 2004). a) Kandidiasis

Kutis Intertrigo

Kandidiasis intertrigo merupakan infeksi pada kulit yang

disebabkan oleh Candida albicans, khususnya terletak di antara

lipatan intertriginosa kulit yang berdekatan. Gambaran klinis


tampak sebuah bercak merah yang gatal, diawali dengan

vesikulopustul yang membesar dan pecah, menyebabkan maserasi

dan membentuk fisura pada area intertrigo yang terlibat. Area yang

terlibat memiliki batas bergerigi dengan pinggiran putih yang

terdiri dari epidermis yang mengalami nekrosis, yang mengelilingi

dasar maserasi yang ertitem. Lesi satelit biasanya dijumpai dan

dapat menyatu dan meluas menjadi lesi yang lebar (Scheinfeld,

2016).

5) Kandidiasis Mukokutaneus Kronik

Kandidiasis mukokutaneus kronik adalah infeksi heterogen pada

rambut , kuku , kulit , dan selaput lendir yang terus berlanjut

meskipun dengan terapi, ditandai dengan infeksi kronik dari

kandida, yang terbatas pada permukaan mukosa, kulit, dan kuku.

Munculnya penyakit biasanya dimulai pada masa bayi atau dalam

dua dekade pertama kehidupan. Kondisi ini mungkin ringan dan

terbatas pada area tertentu dari kulit atau kuku (Edward, 2008).

6) Kandidiasis Paronikia

Kandidiasis paronikia merupakan inflamasi pada lipatan kuku,

yang disebabkan oleh Candida albicans. Tampak daerah lipatan

kuku menjadi eritem, bengkak, dan lunak, dengan discharge

sesekali. Kutikulia menghilang, bersama dengan distrofi kuku

dan onikolisis dengan perubahan warna di sekitar daerah lipatan

kuku bagian lateral. Terdapat warna kehijauan dengan

akumulasi cairan hyponychial yang mungkin terjadi yang

merupakan hasil dari infeksi kandida (Scheinfeld, 2016). Pasien


akan merasakan pembengkakan yang sakit pada sekitar kulit

kuku (Edward, 2008).

7) Kandidiasis Onikomikosis

Gejala yang paling umum dari infeksi jamur kuku adalah kuku

menjadi menebal dan berubah warna menjadi putih, hitam,

kuning atau hijau. Saat infeksi berlangsung kuku bisa menjadi

rapuh. Jika tidak diobati, kulit bisa menjadi meradang dan nyeri

di bawah dan di sekitar kuku. Mungkin juga timbul bercak putih

atau kuning pada kuku atau kulit menjadi bersisik disekitar

kuku dan berbau busuk (NHS, 2015).

8) Kandidiasis Kutaneus Kongenital

Kandidiasis kutaneus kongenital merupakan kondisi kulit pada

bayi baru lahir yang disebabkan oleh ketuban pecah dini yang

bersamaan dengan jalan lahir yang terinfeksi Candida albicans.

Biasanya bermanifestasi sebagai erupsi makulopapular

eritematosa yang mengenai badan dan ekstremitas, akan

sembuh setelah deskuamasi yang luas. Pustula dan vesikula

biasanya dangkal dan menghilang secara spontan atau dengan

pengobatan topikal. Adanya mikroabses putih pada plasenta dan

tali pusat bayi dengan erupsi tersebut harus dicurigai

kandidiasis kutaneus kongenital (Scheinfeld, 2016).

9) Diaper Rash

Diaper rash kandidiasis merupakan sebuah infeksi oleh

Candida albicans pada area diaper pada anak. Infeksi perineum

yang umum pada bayi, pustular dan eritem(Edward, 2008).


Maserasi dari mukosa anal dan kulit perianal sering merupakan

manifestasi klinis pertama. Erupsi khas dimulai dengan papula

bersisik yang bergabung dan membentuk lesi yang jelas.

Kemudian lesi terkikis dengan perbatasan bergerigi (Scheinfeld,

2016).

10) Kandidiasis Kutis Generalisata

Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat

payudara, intergluteal, dan umbilicus. Sering disertai glossitis,

stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan

vesikel-vesikel dan pustul-pustul (Scheinfeld, 2016).

11) Kandidiasis Unspecified

Kondisi dimana Candida albicans, tumbuh diluar kendali di

daerah kulit yang lembab. Biasanya merupakan akibat dari

sistem kekebalan tubuh yang lemah, tetapi dapat pula akibat

dari efek samping kemoterapi atau terapi antibiotik. Dikatakan

kandidiasis unspecified ketika seseorang mengalami kandidiasis

mukokutan kronik, atau kandidiasis kutis, atau kandidiasis oral,

atau monilial vaginitis secara bersamaan (ICD 10, 2016).

1.2. Etiologi

Penyebab kandidiasis oral adalah infeksi oleh genus kandida, yang merupakan

kelompok heterogen dan jumlahnya sekitar 150 spesies jamur (ragi). Banyak dari

spesies kandida merupakan patogen oportunistik pada manusia, walaupun sebagian

besar tidak menginfeksi manusia. Candida albicans adalah jamur dismorfik yang

bertanggung jawab pada 70-80% dari seluruh infeksi kandida,


1.3. Patofisiologi

Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh

candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida albicans umumnya memang

terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan

keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik,

yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan berproliferasi

dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling

sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang

pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal.

Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam

jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun

serta penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency

Sindrome (AIDS). Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme

dalam mulut yang biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak

terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur

candida albicans yang dalam keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada

tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu sendiri

yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.


1.4. WOC

Penggunaan kortikosteroid dan antibiotik


System imun turun
yang tak terkontrol, immunodefisiensi

Gangguan keseimbangan flora


Pertumbuhan jamur normal di mulut (candida
yang tak terkontrol albicans)

Sisa susu pada mulut bayi

Tidak dibersihkan Mulut bayi kotor

Menyerang system imun Timbuk bercak


Proses infeksi
putih di mulut

Kandidiasis oral

Nyeri pada mulut MK: Perubahan


persepsi sensori Menggumpal menutup
pengecapan permukaan lidah
Nafsu makan
turun Candida bermetastase
Menghambat implus
syaraf pengecap
MK : Perubahan Ke faring
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tidak dapat
Nyeri pada faring
mengecap rasa

Proses peradangan
Gejala makin berat

Suhu tubuh Peningkatan hormon


prostatglandin, bradikinin, Bercak kemerahan
histamin dengan eksudat
MK : Hipertermi berwarna putih

MK : Nyeri
Akut
1.5. Manifestasi Klinis

a. Kandidiasis vaginal dan vulvovaginal

Kelainan dapat terjadi pada berbagai golongan usia. Sering kali kronis,

dengan gambaran klinis berupa lekore, erupsi pada vulva dan vagina, rasa

nyeri pada pelvis meluas ke perineum serta keluhan ubjektif gatal. Kelainan

dapat meluas ke perineum, sela paha dengan berbagai factor presdisposisi.

b. Balanitis dan balapostitis

Kelainan umumnya terjadi pada pasien yang tidak disirkumsisi, sehingga

seringkali rekuren dan disertai rasa nyeri. Higiene kurang, preputium yang

tersisa, serta faktor lain seperti diabetes dan imunodefisiensi merupakan

factor penting dalam terjadinya penyakit.

c. Paronikia

Kelainan umumnya ditemukan pada jari tangan, pada semua usia dan pada

pasien diabetes mellitus. Perlu di pikirkan kemungkinan penyebab lain selain

jamur, seperti infeksi bakteri atau trauma.

d. Kandidosis Oral

Kelainan berupa akdidiasis pseudomembrano sisa kutatautrush merupakan

bentuk yang paling sering ditemukan.

e. Kronik mukokutan euskandidiasis

KMKK merupakan penyakit yang jarang ditemukan, dapat dimulai pada usia

muda fan umumnya berat. Lesi dapat ditemukan di wajah, kulit kepala, kulit

dan tangan. Kasus menjadi berat terutama pada pasien dengan limfosit T yang

berubah dan defisiensi globulin makan akan terjadi diseminasi kejaringan

yang lebih dalam.

f. Kandidiasis intertrigo dan generalisata


Kandidiasis kutisintertrigome miliki gambaran klinis khas berupa

plakeritematosa, disertai papul pustule yang berkonfluens, erosive dengan lesi

satelit berupa papuleritskmatosa dan skuamakolaret (itzf). Sedangkan

kandidiasis generalisata di tandai dengan lesi awal nps dan berbentuk vesikel

dan pustule diikuti dengan erupsidifus di region badan, dada dan ekstremitas

yang meluaske area intertrigo, tangan dan kaki disertasi rasa gatalhebat (fitz).

g. Kandidiasis di seminata

Kelainan ini penting untuk diketahui oleh dokter, khususnya mengingat

kegawat daruratan yang diakibatkan.Kelainan ini dapat mengenai berbagai

organ tubuh dengan hasil kultur darah sering kali tidak ditemukan koloni

candida. Tanda awal berupa erupsi papuleritematosa tidak nyeri, hemoragik,

nekrotikdan ada pustule dibagian tengah dengan demam dan myalgia.

(Menaldi & dkk, 2016)

1.6. Faktor risiko

Adapun faktor resiko yang mempengaruhi dari infeksi dari kandidiasis oral yaitu:

1) Faktor Patogen

Jamur kandida mampu melakukan metabolisme glukosa dalam kondisi aerobik

maupun anaerobik. Selain itu jamur kandida mempunyai faktor-faktor yang

mempengaruhi adhesi terhadap dinding sel epitel seperti mannose, reseptor C3d,

mannoprotein dan Saccharin. Sifat hidrofobik dari jamur dan juga kemampuan

adhesi dengan fibronektin host juga berperan penting terhadap inisial dari infeksi

ini.4

2) Faktor Host

a. Faktor lokal
Fungsi kelenjar saliva yang terganggu dapat menjadi predisposisi dari

kandidiasis oral. Sekresi saliva menyebabkan lemahnya dan mengbersihkan

berbagai organisme dari mukosa. Pada saliva terdapat berbagai protein-

protein antimikrobial seperti laktoferin, sialoperoksidase, lisosim, dan

antibodi antikandida yang spesifik. Penggunaan obat-obatan seperti obat

inhalasi steroid menunjukan peningkatan resiko dari infeksi kandidiasis oral.

Hal ini disebabkan tersupresinya imunitas selular dan fagositosis.6

Penggunaan gigi palsu merupakan faktor predisposisi infeksi kandidiasis oral.

Penggunaan ini menyebabkan terbentuknya lingkungan mikro yang

memudahkan berkembangnya jamur kandida dalam keadaan PH rendah,

oksigen rendah, dan lingkungan anaerobik. Penggunaan ini pula

meningkatkan kemampuan adhesi dari jamur ini.

b. Faktor sistemik

Penggunaan obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dapat

mempengaruhi flora lokal oral sehingga menciptakan lingkungan yang sesuai

untuk jamur kandida berproliferasi. Penghentian obat-obatan ini akan

mengurangi dari infeksi jamur kandida. Obat-obatan lain seperti agen

antineoplastik yang bersifat imunosupresi juga mempengaruhi dari

perkembangan jamur kandida.8 Beberapa faktor lain yang menjadi

predisposisi dari infeki kandidiasis oral adalah merokok, diabetes, sindrom

Cushing’s serta infeksi HIV.

1.7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk infeksi candida dapat berupa pemeriksaan:

a. Pemeriksaan mikroskopik langsung

b. Sedian apus
c. Tes Fisiologis

d. Pemeriksaan hispatologi

e. Tes Imunologis (Eanzym-linked immunosorbent assays/ ELISAs) untuk

menilai fungal metabolit

f. D-arbinoldan B3

g. Tes molecular untuk riset dan telaah khusus

(Menaldi & dkk, 2016)

1.8. Penataksanaan

Adapun manajemen terapi yang dilakukan pada kandidiasis oral adalah dengan

pengobatan secara topikal. Setelah dilakukan pengobatan topikal maka dilanjutkan

pengobatan selama dua minggu setelah terjadinya resolusi pada lesi. Ketika terapi

topikal mengalami kegagalan maka dilanjutkannya terapi sistemik karena gagalnya

respon obat adalah merupakan pertanda adanya penyakit sistemik yang mendasari.

Follow up setelah 3 sampai 7 hari pengobatan untuk mengecek efek dari obat-obatan.

Adapun tujuan utama dari pengobatan adalah .

a. Untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor-faktor yang berkontribusi.

b. Untuk mencegah penyebaran sistemik.

c. Untuk mengurangi kekurangnyamanan yang terjadi.

d. Untuk mengurangi perkembangbiakan kandida.

Pengobatan pada kandidiasis terdiri atas lini pertama dan pengobatan lini kedua.

Pengobatan kandidiasis oral lini pertama yaitu:

a. Nistatin

Nistatin merupakan obat lini pertama pada kandidiasis oral yang terdapat

dalam bentuk topikal. Obat nistatin tersedia dalam bentuk krim dan suspensi
oral. Tidak terdapat interaksi obat dan efek samping yang signifikan pada

penggunaan obat nistatis sebagai anti kandidiasis.

b. Ampoterisin B

Obat ini dikenal dengan Lozenge (fungilin 10 mg) dan suspensi oral 100

mg/ml dimana diberikan tiga sampai empat kali dalam sehari. Ampoterisin

B menginhibisi adhesi dari jamur kandida pada sel epitel. Efek samping

pada obat ini adalah efek toksisitas pada ginjal.

c. Klotrimazol

Obat ini mengurangi pertumbuhan jamur dengan menginhibisi ergosterol.

Klotrimazol dikontraindikasikan pada infeksi sistemik. Obat ini tersedia

dalam bentuk krim dan tablet 10 mg. Efek utama pada obat ini adalah rasa

sensasi tidak nyaman pada mulut, peningkatan level enzim hati, mual dan

muntah.

Adapun pengobatan kandidiasis lini kedua yaitu:

a. Ketokonazol

Ketokonazol memblok sintesis ergosterol pada membran sel fungal dan

diserap dari gastrointestinal dan dimetabolisme di hepar. Dosis yang

dianjurkan adalah 200-400 mg tablet yang diberikan sakali atau dua kali

dalam sehari selama dua minggu. Efek samping adalah mual, muntah,

kerusakan hepar dan juga interaksinya dengan antikoagulan.

b. Flukonazol

Obat ini menginhibisi sitokrom p450 fungal. Obat ini digunakan pada

kandidiasis orofaringeal dengan dosis 50-100mg kapsul sekali dalam sehari

dalam dua sampai tiga minggu. Efek samping utama pada pengobatan

dengan menggunakan flukonazol adalah mual, muntah dan nyeri kepala.


c. Itrakonazol

Itrakonazol merupakan salah satu antifungal spektrum luas dan

dikontraindikasikan pada kehamilan dan penyakit hati. Dosis obat adalah

100 mg dalam bentuk kapsul sehari sekali selama dua minggu. Efek

samping utama adalah mual, neuropati dan alergi.

1.9. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Riwayat kesehatan dan obserrvasi langsung memberikan informasi

mengenai presepsi klien terhadap penyakitnya, bagaiamana kelainan kulit

dimulai? Apa pemicu? Apa yang meredakan dan mengurangi gejala?

Ermasuk masalah fisik/ emosional yang dijalani klien? pengkajian fisik

harus dilakukan secara lengkap

Data Objective

Lesi didaerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergruteal, lipat payudara

antara jari tangan dan kaki, glan penis, dan umbilicus, berupa bercak

berbatas egas, bersisik, basah dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi

berupa vesikel vesikel dan pustul-pustul atau bula yang apabila pecah

meninggalkan bercak yang erirosiv.

Data Subjective

Mengeluh gatal-gatal

b. Diagnosa keperawatan

1) Kerusakan membran mukosa Oral b.d infeksi/ imunosupresi/

imunikompromise

2) Nyeri akut b.d agen injury biologis

c. Intervensi
1) Kerusakan membran mukosa Oral b.d infeksi/ imunosupresi/

imunikompromise

Tujuan : setelah dilakukan tindakan...x 24 jam diharapkan

kerusakan membran mukosa berkurang

Kriteria hasil: menunjukan membran mukosa utuh, berwarna merah

jambu
DAFTAR PUSTAKA

Lewis MAO, Lamey P-J. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut/Clinical Oral Medicine. Alih

bahasa. Wiriawan E. Widya Medica, Jakarta. 1994.

2. Gravina, HG, de Morán, EG, Zambrano, O, Chourio, ML, de Valero, SR, Robertis, S,

Mesa L. Oral Candidiasis in children and adolescents with cancer. Identification of

Candida.spp Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2007; 12: E419-23.

3. Cutler, JE. Putative virulence factors of Candida albicans. Annual Rev. Microbiol. 1991;

45:187–218.

4. Lehmann PF. Fungal structure and morphology. Medical Mycology . 1998;4:57–8.

5. Peterson DE. Oral candidiasis. Clin Geriatr Med. 1992; 8:513–27.

6. Garber GE. Treatment of oral candida mucositis infections. Drugs. 1994;47:734–40.

7. Epstein JB. Antifungal therapy in oropharyngeal mycotic infections. Oral Surg Oral Med

Oral Pathol 1990;69:32–41.

8. Epstein JB, Truelove EL, Izutzu KL. Oral candidiasis: pathogenesis and host defense. Rev

Infect Dis 1984;6:96–106

Menaldi, S. L. L., & dkk. (2016). Skin Infection: It’s A Must Know Disease. Malang:
Universitas Brawijaya Press. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=kYNKDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v
=onepage&q&f=false

Langlais, Robert P, Miller, Craig S, Nield gehrig, Jill S, 2015. Atlas Berwarna Lesi Mulut
Yang Sering Ditemukan. Jakarta: Penerbit EGC. P108-146

Anda mungkin juga menyukai