Anda di halaman 1dari 110

SKRIPSI

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL


AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN
TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA
JAMBANGAN KOTA SURABAYA

PENELITIAN QUASY EXPERIMENT

OLEH :

AHMAD ASYROFUL ANAM


NIM. 131611123031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA KOTA SURABAYA 2017
SKRIPSI

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL


AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN
TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA
JAMBANGAN KOTA SURABAYA

PENELITIAN QUASY EXPERIMENT

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperwatan (S. Kep) Pada


Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga

OLEH :

AHMAD ASYROFUL ANAM


NIM. 131611123031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA KOTA SURABAYA 2017

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum
pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai
jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun

Surabaya, 8 Desember 2017


Yang Menyatakan

Ahmad Asyroful Anam


131611123031

iii
HALAMAN PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga. Saya yang bertanda tangan di


bawah ini:
Nama : Ahmad Asyroful Anam
NIM : 131611123031
Program Studi : P endidikan Ners
Fakultas : Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Non – eksklusif (Non – exclusive
Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul:
“Pengaruh Psychoreligius Care : Mendengarkan Murotal Al-Quran Dengan Irama
Nahawand Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di UPTD Griya
Werdha Jambangan Kota Surabaya”beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Royalti Non – esklusif ini Universitas Airlangga berhak
menyimpan, alihmedia / format, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
dicantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Surabaya, 8 Desember 2017


yang menyatakan

Ahmad Asyroful Anam


NIM. 131611123031

iv
SKRIPSI

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL


AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN
TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA
JAMBANGAN KOTA SURABAYA

Oleh:
Ahmad Asyroful Anam
NIM. 131611123031

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 8 Desember 2017

Oleh
Pembimbing Ketua

Eka Mishbahatul M. Has, S.Kep.Ns., M.Kep


NIP. 198509112012122001

Pembimbing

Candra Panji Asmoro, S.Kep.Ns., M.Kep


NIP. 198706032016113101

Mengetahui
An. Dekan
Wakil Dekan I

Dr.H. Kusnanto, S.Kp., M.Kes


NIP. 196808291989031002

v
SKRIPSI

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN


MUROTAL AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND
TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA
LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN KOTA
SURABAYA
Oleh :

Ahmad Asyroful Anam


NIM. 131611123031
Telah diuji
Pada tanggal, 12 Desember 2017

PANITIA PENGUJI

Ketua : Dr. Hj. Hanik Endang N, S.Kep,Ns,M.Kep ………………….


NIP. 197606162014092006

Anggota :

1. Eka Mishbahatul M. Has, S.Kep.Ns., M.Kep ………………….


NIP. 198509112012122001
2. Candra Panji Asmoro, S.Kep.Ns., M.Kep ………………….
NIP. 197803162008122002

Mengetahui
a.n Dekan
Wakil Dekan 1

Dr. H.Kusnanto, S.Kp.,M.Kes.


NIP.196808291989031002

vi
MOTTO

“Hidup Mulia atau Mati Sahid”


Sehingga Datang Penuh Semangat Pergi Meninggalkan Manfaat

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, hidayah dan limpahan
karunia – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Psychoreligius Care: Mendengarkan Murotal Al-Quran Dengan Irama
Nahawand Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di UPTD Griya
Werdha Jambangan Kota Surabaya”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya penulis ucapkan kepada Ibu Eka Mishbahatul M. Has, S.Kep.Ns.,
M.Kep. selaku pembimbing I dan Bapak Candra Panji Asmoro, S.Kep.Ns., M.Kep.
selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, masukan, arahan serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Nursalam, M. Nurs., (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
2. Dr. H. Kusnanto, S.Kp., M. Kes., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Hj. Hanik Endang N, S.Kep,Ns,M.Kep., selaku penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam menyempurnakan
skripsi ini.
4. Seluruh responden yang telah berpartisipasi selama proses pengambilan data
berlangsung di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
5. Kepala UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya Ibu Septarti Handayani
yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.
6. Seluruh responden yang telah berpartisipasi selama proses pengambilan data
berlangsung di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya.
7. Kedua orang tua (Muhammad Khozzin dan Ulfatin Nadziroh) dan adik
(Liberta Isnanida Alkausari) yang telah memberikan doa sepanjang waktu,

viii
menguatkan, memberi dukungan dan memotivasi dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
8. Traveler Group yang telah memberikan dukungan, bantuan, semangat,
motivasi, dan canda tawa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. Teman seperjuangan kost (Adib Huda, Budi C, Agus S)
10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf pengajar Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas Keperawatan UNAIR yang telah mendidik dan membimbing serta
memberikan ilmu selama masa perkuliahan.
11. Teman – teman seperjuangan Angkatan B19, yang telah memberikan
dukungan, bantuan dan semangat.
12. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, yang telah memberi motivasi dan bantuan hingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan-perbaikan ke depan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi profesi
keperawatan. Aamiin Allaahumma Aamiin

Surabaya, 8 Desember 2017

Ahmad Asyroful Anam


NIM. 131611123031

ix
ABSTRAK

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN


MUROTAL AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND
TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA
LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN KOTA
SURABAYA

Ahmad Asyroful Anam

Penelitian Quasy Experiment


Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
aasyroful@gmail.com

Pendahuluan: Upaya untuk mengatasi kecemasan dapat dilakukan dengan


pendekatan aspek spiritual yaitu psychoreligius care: mendengarkan murotal Al-Quran
dengan irama nahawand untuk meningkatkan koping individu. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh psychoreligius care: mendengarkan murotal Al-Quran
dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD
Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya. Metode: Penelitian ini berdesain quasi-
experimental pretest-posttest with control group. Populasi adalah Lansia yang tinggal
di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya. Sampel adalah 50 lansia diperoleh
dengan teknik purposive sampling. Selanjutnya dibagi dalam 2 kelompok kontrol dan
perlakuan masing-masing 25 orang. Variabel independent pada penelitian ini adalah
Psychoreligius Care: Murottal Al-Quran irama Nahawand dan variabel dependen-nya
yaitu kecemasan. Instrumen pada penelitiasn ini yaitu kuesioner GAI (Geriatric
Anxiety Inventory). Sedangkan Analisis yang digunakan yaitu Wilcoxon Signed Ranks
Test dan Mann-Whitney U Test dengan tingkat signifikan p=0.05. Hasil: Analisis data
dengan uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test pada kelompok perlakuan didapatkan
p value = 0,001 yang artinya terdapat perubahan tingkat kecemasan sebelum dan
sesudah diberikan Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama Nahawand,
sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan p value = 1,000 yang artinya tidak
terjadi perubahan tingkat kecemasan pada lansia. Uji statistik Mann-Whitney U Test
didapatkan hasil p value = 0,022 yaitu terdapat perbedaan signifikan antara posttest
kelompok perlakuan dan kontrol. Diskusi: Psychoreligius care: mendengarkan
murotal Al-Quran dengan irama nahawand mengandung kekuatan spiritual keagamaan
yang mampu memberikan efek relaksasi, ketenangan dan kepasrahan yang mendalam
terhadap Allah SWT sehingga lansia tidak lagi merasa cemas dalam menjalani masa
tua mereka. Perawat dapat menggunakan psychoreligius care: mendengarkan murotal
Al-Quran dengan irama nahawand sebagai alternatif terapi non farmakologis untuk
menurunkan tingkat kecemasan lansia yang tinggal di panti.

Kata Kunci: Psychoreligius Care, Murottal Al-Quran,Kecemasan, Lansia

x
ABSTRACT

THE EFFECT OF PSYCHORELIGIOUS CARE : LISTENING TO


MUROTAL AL-QURAN WITH NAHAWAND RHYTHM ON THE LEVEL
OF ANXIETY ON ELDERLY AT UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN
KOTA SURABAYA

Ahmad Asyroful Anam

Quasy Experiment Research


Faculty of Nursing Universitas Airlangga
aasyroful@gmail.com

Introduction: Elderly in nursing home often had anxiety psychological problem.


Anxiety of elderly in nursing home can caused by afraid to death with symptom of
worried, afraid, and nervous. The efforts to resolve anxiety could be done with
spiritual aspect approach that used murottal Al-Quran psychoreligious therapy to
increase individual coping. The purpose of this research was to know psychoreligious
care : listening to murotal Al-Quran with nahawand rhythm Towards Anxiety level of
Elderly living in UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya. Method: This
research was used quasy-experiment pretest-posttest with control group design. Total
population was 105 elderly and obtained 50 samples of elderly. Instrument used
questionnaire GAI (Geriatric Anxiety Inventory). Independent variables was murottal
Al-Quran with Nahawand rhtym and Dependent variables was anxiety of elderly. Data
were collected by using GAI (Geriatric Anxiety Inventory). Data then analyzed by
using Wilcoxon Signed Ranks Test and Mann-Whitney U Test with significant value
p=0.05. Result: Analysis data with statistical tests of Wilcoxon Signed Ranks Test on
treatment group showed p-value
= 0.001 which means there was change of anxiety level before and after Listening
Murottal psychoreligious therapy, while the control group showed p-value = 1.000
which mean there was not change to anxiety level of elderly. Mann-Whitney U Test
showed the result p-value = 0,022 which means there was significant difference
between posttest of treatment and control groups. Discussion: Murotal
psychoreligious care contain religious spiritual strength gave relaxation effect,
calmness, and deep resignation to Allah SWT, so elderly didn’t feel anxiety in the
future age. Nurses could apply Murottal psychoreligious care as alternative non-
pharmacologic therapy to decrease level of anxiety level on elderly at nursing home.

Keywords: Psychoreligious Care, Murottal Al-Quran ,Anxiety, Elderly

xi
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul....................................................................................................... i
Halaman Judul dan Prasyarat Gelar......................................................................ii
Lembar pernyataan..............................................................................................iii
Halaman pernyataan............................................................................................iv
Lembar Persetujuan.............................................................................................. v
Lembar Penetapan Panitia Penguji......................................................................vi
Motto.................................................................................................................. vii
Ucapan terima kasih.......................................................................................... viii
Abstrak..................................................................................................................x
Abstract................................................................................................................xi
Daftar isi.............................................................................................................xii
Daftar tabel..........................................................................................................xv
Daftar gambar....................................................................................................xvi
Daftar lampiran.................................................................................................xvii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.3.1 Tujuan umum............................................................................................ 5
1.3.2 Tujuan khusus............................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
1.4.1 Teoritis.......................................................................................................5
1.4.2 Praktis........................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
2.1. Konsep Lansia (lanjut usia).......................................................................7
2.1.1 Pengetian lansia.........................................................................................7
2.1.2 Klasifikasi lansia.......................................................................................7
2.1.3 Teori proses penuaan.................................................................................7
2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia.........................................8
2.1.5 Tugas perkembangan lansia.................................................................... 10
2.2. Konsep Kecemasan.................................................................................10
2.2.1. Pengertian kecemasan.............................................................................10
2.2.2. Klasifikasi tingkat kecemasan.................................................................11

xii
2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan.................................................12
2.2.4. Tindakan untuk Mengatasi Kecemasan...................................................14
2.2.5. Gambaran kecemasan pada lansia...........................................................16
2.3. Konsep Psikoreligus................................................................................17
2.3.1. Psikoreligius............................................................................................17
2.3.2. Pengertian murotalAl-Quran...................................................................17
2.3.3. Jenis tilawah murotalAl-Quran............................................................... 20
2.3.4. Irama Nahawand..................................................................................... 20
2.3.5. Murotal Al-Quran sebagai terapi dalam gangguan kecemasan...............21
2.4. Teori Konsekuensi Fungsional Miller 2012............................................22
2.4.1. Pengertian teori konsekuensi fungsional.................................................22
2.4.2. Komponen teori konsekuensi fungsional................................................ 23
2.5. Keaslian penelitian.................................................................................. 26
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN........33
3.1 Kerangka Konseptual.............................................................................. 33
3.2 Hipotesis Penelitian.................................................................................34
BAB 4 METODE PENELITIAN....................................................................... 35
4.1 Desain Penelitian.....................................................................................35
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Sampling...................................... 36
4.2.1 Populasi...................................................................................................36
4.2.2 Sampel.....................................................................................................36
4.2.3 Besar sampel........................................................................................... 37
4.2.4 Sampling..................................................................................................38
4.3 Variabel Penelitian...................................................................................38
4.4 Definisi Operasional................................................................................39
4.5 Instrumen Penelitian................................................................................41
4.5.1. Satuan acara kegiatan (sak).....................................................................41
4.5.2. Pengeras suara.........................................................................................41
4.5.3. Kuesioner................................................................................................ 41
4.6 Waktu Dan Tempat Penelitian.................................................................42
4.7 Pengumpulan Data.................................................................................. 42
4.7.1. Prosedur administrasi.............................................................................. 42
4.7.2. Prosedur teknis pengumpulan data..........................................................43
4.8 Analisis Data........................................................................................... 44
4.9 Kerangka Operasional Penelitian............................................................46

xiii
4.10 Masalah Etik (ethical clearance)............................................................ 47
4.11. Keterbatasan Penelitian...........................................................................49
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................50
5.1. Data Umum............................................................................................. 50
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................................50
5.1.2 Karakteristik Responden.........................................................................52
5.1.3 Karakteristik Tingkat Kecemasan........................................................... 54
5.2. Pembahasan.............................................................................................55
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN....................................................................60
6.1 Simpulan..................................................................................................60
6.2 Saran........................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................62
Lampiran

xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Hal
Tabel 2. 1 Keyword developmet ………………………………………………. 26
Tabel 2. 2 Keaslian Data………………………………………………………. 27
Tabel 4. 1 Desain Penelitian…………………………………………………… 35
Tabel 4. 2 Definisi Operasional………………………………………………... 39
Tabel 5.1 Distribusi responden menurut karakteristik demografi di UPTD Griya
Werdha Jambangan Surabaya ,November 2017…………….………. 52
Tabel 5. 2 Distribusi tingkat kecemasan pada responden kelompok perlakuan dan
kontrol di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
November2017……………………………………………………... 54

xv
DAFTAR GAMBAR
Hal

Gambar 2.1 Teori Konsekuensi Fungsional oleh Carol A. Miller.....................25


Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Psychoreligius Care :
mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD
Griya Werdha Jambangan kota Surabaya Berdasarkan Teori
Konsekuensi Fungsional Miller (2012)........................................33
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Pengaruh Psychoreligius Care
: mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD
Griya Werdha Jambangan kota Surabaya 2017.............................46

xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian Bagi Responden Penelitian………………… 65


Lampiran 2 Informed Consent…………………………………………………. 67
Lampiran 3 Kuesioner…………………………………………………………. 68
Lampiran 4 Satuan Acara Kegiatan…………………………………………71
Lampiran 5 Surat Permohonan Fasilitas Pengambilan Data di UPTD Griya
Werdha Jambangan Kota Surabaya……………………………… 79
Lampiran 6 Analisis Data……………………………………………………… 80
Lampiran 7 Surat Permohonan Fasilitas Pengambilan Data di UPTD Griya Wreda
Jambangan Kota Surabaya………………………………… 89
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian BAKESBANGPOL Kota Surabaya………. 90
Lampiran 9 Surat Selesai Penelitian dari UPTD Griya Wreda Jambangan Kota
Surabaya………………………………………………………….. 91
Lampiran 10 Ethical Approval………………………………………………… 92

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lansia merupakan individu yang berusia di atas 60 tahun yang umumnya

memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis,

sosial, dan ekonomi (Okatiranti, 2015). Perubahan psikologis yang terjadi pada

lansia di antaranya dalam menghadapi masa pensiun, takut akan kesepian, sadar

akan kematian. Serta lansia yang tinggal di panti sering mengalami masalah-

masalah seperti kesepian, stres, depresi, penarikan diri, acuh tak acuh terhadap diri

dan lingkungan serta kecemasan (Manaf 2016).

Kecemasan merupakan kondisi kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar yang berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya

(Stuart, 2009). Kecemasan pada lansia di panti sering disebabkan karena faktor

kurangnya kunjungan keluarga, ketakutan akan datangnya kematian (Heningsih,

2014; Okatiranti, 2015). Kunjungan keluarga sebagain dari dukungan keluarga

yang merupakan harapan lansia di hari tuanya agar anak- anaknya tetap

menghormati, menghargai dan menyayangi lansia tersebut, melalui sikap patuh

anak terhadap orang tua itu merupakan hal yang dapat membahagiakan perasaan

lansia, bila anak bisa membuatnya senang maka lansia tersebut yakin bisa panjang

umur (Syam’ani, 2013).

Apabila kecemasan tersebut tidak ditangani dapat berakibat terhadap

kondisi lansia yang semakin terpuruk, merasa terasingkan, merasa tidak berarti,

depresi bahkan dapat menimbulkan gangguan-gangguan mental lain yang bersifat

1
2

kronis (Laili and Nida, 2014). Upaya dalam mengatasi masalah kecemasan pada

lansia di panti diantaranya teknik distraksi dan relaksasi, terapi tertawa dan terapi

musik. Selain terapi tersebut saat ini telah banyak dikembangkan melalui berbagai

penelitian penangaan masalah kecemasan dengan pendekatan aspek spiritual.

Menurut Subandi et al. (2013) Bentuk psikoterapi terapi yang dimaksudkan yaitu

psychorelgius care, terapi tersebut menggabungkaan antara pendekatan kesehatan

jiwa modern dan pendekatan aspek keagamaan yang bertujuan untuk

meningkatkan mekanisme koping dan mengatasi masalah kecemasan individu.

Psychorelgius care mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari psikoterapi

lainnya, karena mengandung unsur spiritual yang dapat membangkitkan harapan,

percaya diri dan keimanan seseorang. Jenis psikoreligius yang dimaksud

diantaranya sholat, membaca atau mendengarkan ayat Al-Quran, do’a dan dzikir

(Hawari, 2013). Beberapa terapi psikoreligius pernah dilakukan dan

mendengarkan murottal Al-Quran diyakini sebagai salah satu terapi yang mampu

menumbuhkan rasa aman, tentram dan ketenangan yang mendalam sebagai

anugerah dari Allah. Secara psikologis suara yang bersumber dari firman Sang

Pencipta akan menumbuhkan penghayatan akan kehadiran Allah SWT yang

senantiasa hadir dalam diri manusia dalam kondisi apapun dan saat kesadaran

tersebut muncul maka manusia tidak lagi merasa dalam kesendirian dalam

kehidupannya di dunia. Selain itu mendengarkan murottal Al-Quran selama 15

menit dengan tempo yang lambat serta harmonis dapat menurunkan hormon

stress, mengaktifkan hormon endofrin alami (serotonin) (Lasalo, 2016).

Menurut WHO (2012) di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar

8% atau sekitar 142 juta jiwa. Jumlah lansia di Indonesia sebesar 8,9% di tahun
3

2013 dan akan meningkat menjadi 21,4% pada tahun 2050 (Pusat Data dan

Informasi Kemenkes RI, 2014). Angka kejadian kecemasan pada lansia di negara

berkembang sebanyak 50%, sedangkan angka kejadian gangguan kecemasan di

Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk (WHO, 2012). Hasil

penelitian Manaf et al. (2016) menunjukan bahwa prevalensi terjadinya

kecemasan pada lansia di daerah melayu sebesar 22,6%. Penelitian yang

dilakukan oleh Harahap (2014) menjelaskan bahwa sebagian besar lansia yang

tinggal di panti werdha mengalami kecemasan sebesar 47,25% dibandingkan

lansia yang tinggal bersama keluarga yaitu sebesar 31,59%. Berdasarkan hasil

survey data awal peneliti pada tanggal 19 September 2017 di UPTD Griya Werdha

Jambangan Kota Surabaya terhadap 10 lansia ditemukan dari 10 lansia yang di

wawancara terdapat terdapat 7 orang lansia yang mengalami kecemasan dengan

keluhan khawatir terhadap kematian, 3 lansia merasa khawatir dan sedih dengan

keadaan penyakit yang tidak kunjung sembuh dan 2 lansia yang mengalami

kecemasan merasa khawatir barangnya diambil oleh orang lain.

Murottal merupakan rekaman suara Al-Quran yang dilagukan oleh seorang

Qori’ (pembaca Al-Quran) (Rohmi Handayani et al, 2014). Harmonisasi dalam

murottal yang indah akan menarik telinga dalam bentuk suara menggetarkan

gendang telinga, mengguncangkan cairan di telinga dalam, serta menggetarkan

sel-sel rambut didalam coglea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju

otak dan menciptakan imajinasi keindahan di otak kanan otak kiri yang akan

memberikan dampak berupa kenyamanan dan perubahan perasaan (Nataliza,

2012). Salah satu irama dari 7 tilawah Al-Quran yang bersifat menenangkan,

mendamaikan, dan menentramkan yaitu irama Nahawand (Kristriyono, 2017).


4

Pemberian murrotal Al-Quran irama nahawand akan menimbulkan rasa percaya

diri, rasa optimisme, mendatangkan ketenangan, damai, dan merasakan kehadiran

Allah SWT sehingga mengakibatkan ransangan ke hipotalamus untuk

menurunkan produksi CRF (Cortikotropin Releasing Faktor). CRF akan

merangsang kelenjar pituitary anterior untuk menurunkan produksi ACTH (Adeno

Cortiko Tropin Hormon) dan menstimulasi produksi endorphin yang akan

membuat klien menjadi rileks. Penurunan ACTH dan peningkatan endorphin juga

dapat menurunkan tahanan perifer dan cardiac output sehingga tekanan darah

menurun (Valentino & Bockstaele, 2008)

Berdasarkan latar belakang di atas, mekanisme psychoreligius care :

mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand dapat digunakan sebagai

intervensi keperawatan lain yang dimaksudkan dalam teori konsekuensi fungsional

miller. Menurut Miller (2012) perawat dapat meningkatkan kesejahteraan lansia

melalui tindakan promosi kesehatan dan tindakan keperawatan lain untuk mengatasi

terjadinya konsekuensi fungsional negatif. Psychoreligius care : mendengarkan

murotal Al-Quran dengan irama nahawand sebagai intervensi keperawatan lain belum

terbukti dapat menurunkan kecemasan. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan

penelitian untuk pengaruh psychoreligius care

: mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan

tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-

Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada

lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya ?


5

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menjelaskan pengaruh psychoreligius care : mendengarkan murotal

Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan

pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada lansia yang tinggal di UPTD

Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya sebelum dan sesudah

diberikan psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran

dengan irama nahawand.

2. Menganalisis pengaruh psychoreligius care : mendengarkan murotal

Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota

Surabaya sebelum dan sesudah intervensi.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan alternatif solusi bagi keilmuan

Keperawatan Gerontik khususnya sebagai pendekatan terapeutik untuk

menurunkan kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan

Kota Surabaya.

1.4.2 Praktis

1. Bagi Lansia

Lansia mendapatkan manfaat dalam upaya menurunkan tingkat

kecemasan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.


6

2. Bagi Perawat Panti

Perawat mendapatkan alternatif solusi terapi non farmakologis untuk

menurunkan tingkat kecemasan lansia yang tinggal di panti.

3. Bagi Panti

Psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran irama

nahawand dapat digunakan sebagai program kegiatan rutin di panti

untuk menurunkan tingkat kecemasan lansia yang tinggal di panti.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bagi

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan psychoreligius care

dalam mengatasi masalah-masalah keperawatan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Lansia (lanjut usia)

2.1.1 Pengetian lansia

Lansia (lanjut usia) merupakan suatu proses alamiah yang harus

dilalui setiap individu (Kristyaningsih, 2011). Lansia merupakan tahap

akhir perkembangan dalam kehidupan manusia yang merupakan proses

alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu dimana terjadi

perubahan-perubahan fisiologis maupun psikososisal dan berpotensi

terhadap masalah kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa

(Maryam et al., 2008).

2.1.2 Klasifikasi lansia

Batasan-batasan umur pada lansia menurut Departemen Kesehatan

RI (2003) dalam (Maryam et al., 2008) membagi lansia sebagai berikut:

1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas

2. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium

3. Kelompok usia lanjut (lebih dari 65 tahun) sebagai senium.

2.1.3 Teori proses penuaan

1. Teori genetik dan mutasi

Proses penuaan disebabkan karena mutasi somatik akibat dari pengaruh

lingkungan yang buruk sehingga terjadi kesalahan dalam proses

transkripsi DNA atau RNA dan proses translasi RNA protein atau enzim.

Kesalahan tersebut apabila terjadi secara terus menerus maka

7
8

dapat menurunkan fungsi organ atau perubahan sel kanker (Nugroho,

2012).

2. Teori imunologi

Teori ini menjelaskan dengan bertambahnya usia seseorang maka

kemampuan sistem imun untuk menghancurkan bakteri, virus dan

jamur melemah. Disfungsi sistem imun ini diperkirakan menjadi faktor

dalam perkembangan penyakit kronis, seperti kanker, diabetes, infeksi

dan penyakit kardiovaskuler (Potter and Perry, 2009).

3. Teori radikal bebas

Menurut teori ini penuaan disebabkan karena akumulasi kerusakan

yang bersifat irreversible akibat senyawa oksidator (Potter and Perry,

2009). Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan apabila radikal

bebas tidak stabil dapat mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan

organik sehingga menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

4. Teori rantai silang

Menurut teori ini proses menua disebabkan oleh karbohidrat, protein,

lemak dan asam nukleat. Reaksi kimia ini menyebabkan ikatan yang

kuat pada jaringan kolagen sehingga mengakibatkan kurangnya

elastisitas dan hilangnya fungsi sel (Nugroho, 2012).

2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (Santoso

and Ismail, 2009):


9

1. Perubahan kondisi fisik

Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel

sampai ke seluruh sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan,

pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,

muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen.

Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia diantaranya

lansia mudah jatuh, mudah lelah, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak

nafas pada saat melakukan aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki

bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur,

sering pusing, berat badan menurun, gangguan fungsi penglihatan dan

pendengaran, serta sulit menahan kencing.

2. Perubahan kondisi mental

Lansia pada umumnya mengalami penurunann fungsi kognitif dan

psikomotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan

perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan,

dan situasi lingkungan. Dalam segi mental dan emosional lansia sering

muncul perasaan pesimis, perasaan tidak aman dan cemas, adanya

kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit

atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi.

3. Perubahan psikososial

Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini

sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkuatan.


10

4. Perubahan kognitif

Perubahan fungsi kognitif pada lansia di antaranya adalah kemunduran

pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan memerlukan memori

jangka pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran dan

kemampuan verbal akan menetap apabila tidak diikuti dengan penyakit

penyerta.

5. Perubahan spiritual

Menurut Maslow (1970) menyatakan bahwa agama dan kepercayaan lansia

seiring bertambahnya usia akan semakin terintegrasi dalam kehidupannya.

2.1.5 Tugas perkembangan lansia

Menurut Potter and Perry (2009) tugas perkembangan lansia yaitu sebagai

berikut :

1. Beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik

2. Beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan

3. Beradaptasi terhadap kematian pasangan

4. Menerima diri sebagai individu yang menua

5. Mempertahankan kehidupan yang memuaskan

6. Menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa

7. Menemukan cara mempertahankan kualitas hidup.

2.2. Konsep Kecemasan

2.2.1. Pengertian kecemasan

Kecemasan merupakan kondisi kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar yang berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya

(Stuart, 2009). Sedangkan menurut PPNI (2017) kecemasan adalah kondisi


11

emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas

dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu

melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

2.2.2. Klasifikasi tingkat kecemasan

Stuart (2009) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu:

1. Kecemasan ringan

Tanda dan gejalanya kecemasan tingkat ini yaitu persepsi dan perhatian

meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal,

mampu mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan

belajar. Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur,

hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.

2. Kecemasan sedang

Kecemasan pada tahap ini memungkinkan seseorang berfokus pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga lapang

persepsi seseorang menjadi sempit. Respon fisiologi yang terjadi di

antaranya: sering bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut

kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan respon kognitif yang terjadi yaitu

lapang persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima,

berfokus pada apa yang menjadi perhatiaannya.

3. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi. seseorang cenderung

untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat

berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat ini yaitu


12

persepsi sangat kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian

sangat terbatas, tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah,

serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu

mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi,

takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare.

Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian

terfokus pada dirinya.

4. Kecemasan tingkat panik

Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan rasa ketakutan

dan teror. Individu dengan kecemasan tingkat panik mengalami

kehilangan kendali dan tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan arahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi

yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini

tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat

mengakibatkan kelelahan bahkan sampai kematian.

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

1. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2009) faktor predisposisi merupakan faktor yang

mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat digunakan individu

untuk mengatasi stres.

2. Stresor presipitasi

Stresor presipitasi merupakan semua ketegangan dalam kehidupan yang

dapat menimbulkan kecemasan (Suliswati et al., 2005). Menurut Stuart,


13

(2009) stresor pencetus digambarkan sebagai stimulus yang dipersepsikan

oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan

energi ekstra untuk koping. Stresor pencetus dapat berasal dari sumber

internal maupun eksternal.

Stressor pencetus dapat disebabkan karena adanya ancaman terhadap

integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis atau penurunan kemampuan

untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan adanya ancaman terhadap

sistem diri yang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi

sosial yang terintegrasi pada individu (Stuart, 2009).

Stresor pencetus kecemasan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

1) Biologi

Kecemasan dapat mengancam integritas seseorang baik ancaman secara

eksternal maupun internal. Ancaman eksternal misalnya masuknya

kuman, virus, polusi lingkungan, rumah yang tidak memadai, pakaian,

makanan atau trauma injuri. Sedangkan ancaman internal berupa

kegagalan mekanisme fisiologis tubuh seperti jantung, sistem

kekebalan, pengaturan suhu dan kehamilan (Stuart, 2009).

2) Psikologi

Ancaman terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan

ketidakmampuan psikologis atau penurunan aktivitas sehari-hari

seseorang. Apabila penanganan tersebut menyangkut identitas diri dan

harga diri seseorang maka dapat mengakibatkan ancaman terhadap self

system. Ancaman eksternal yang terkait dengan kondisi psikologis dan

dapat mencetuskan terjadinya kecemasan diantaranya adalah


14

peristiwa kematian, perceraian, dilema etik, pindah kerja, perubahan

dalam status kerja. Sedangkan yang termasuk ancaman internal yaitu

gangguan hubungan interpersonal dirumah, ditempat kerja atau ketika

menerima peran baru (istri, suami, dan sebagainya).

3) Sosial budaya

Menurut Tarwoto & Wartonah (2015) status ekonomi dan pekerjaan

akan mempengaruhi timbulnya stres dan selanjutnya dapat

menimbulkan kecemasan. Orang dengan status ekonomi yang kuat akan

lebih susah mengalami stres dibanding orang yang status ekonominya

lemah. Sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi seseorang

mengalami kecemasan. Setiap budaya memilki norma-norma yang

mengatur cara untuk mengekspresikan dan menghadapi kecemasan

(Videbeck’s, 2012).

2.2.4. Tindakan untuk Mengatasi Kecemasan

1. Mekanisme koping

Menurut Mayne & Bonano (2003) dalam Widianti (2011) menjelaskan

bahwa saat individu mengalami kecemasan, maka mereka menggunakan

berbagai mekanisme koping untuk mengatasinya. Ketidakmampuan

dalam mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab

utama terjadinya perilaku patologis. Koping memiliki dua fungsi umum

(Lazarus, 1999 dalam Safaria & Saputra, 2009) yaitu:

1) Emotion focused coping adalah usaha untuk mengatasi suatu masalah

dengan cara mengontrol respon emosional terhadap situasi yang

menekan. Sarafino (1998) dalam Widianti (2011) menyebutkan bahwa

emotion focused coping pada individu dapat mengatur respon


15

emosionalnya dengan cara mencari dukungan emosi dari sahabat atau

keluarga, melakukan aktivitas yang disukai dan lain-lain.

2) Problem focused coping adalah usaha untuk mengurangi stressor dengan

cara mempelajari keterampilan-keterampilan yang baru yang

digunakan untuk mengubah situasi, keadaan atau pokok pemasalahan.

Menurut Smer (1994) dalam Safaria & Saputra (2009) problem

focused coping ini digunakan apabila individu merasa yakin akan

dapat mengubah situasi.

2. Tindakan Keperawatan

McCloskey & Bulechek (2008) dalam buku Nursing Intervention

Clasification (NIC) menjelaskan tentang tindakan keperawatan yang

dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan yaitu dengan cara

memberikan ketenangan atau mententramkan hati, menyatakan dengan

jelas harapan dari perilaku klien, menjelaskan semua prosedur termasuk

dampak maupun akibat selama perawatan, memahami klien dalam

mencari pandangan hidup terhadap situasi yang menyebabkan stress,

memberikan informasi mengenai hasil diagnosa keperawatan dan

prognosisnya, merawat klien di rumah demi keselamatan dan

mengurangi ketakutan.

3. Psikofarmaka

Terapi obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan yaitu

obat anti ansietas yang terdiri dari ansiolitik, transquilizer minor, sedative,

hipnotik dan anti konfulsan. Mekanisme kerja obat tersebut yaitu dengan

mendepresi susunan saraf pusat (SSP), kecuali buspiron (buspar).


16

Meskipun mekanisme kerja yang tepat tidak diketahui, obat ini mungkin

menimbulkan efek yang di inginkan melalui reaksi dengan serotonin,

dopamine dan reseptor neurotransmitter lainnya. Obat anti ansietas

digunakan dalam penatalaksanaan gangguan kecemasan, gangguan

somatoform, ganggguan disosiatif, gangguan kejang (Videbeck’s, 2012).

2.2.5. Gambaran kecemasan pada lansia

Perubahan baik dari aspek fisik maupun psikis yang terjadi pada

lansia akan memicu munculnya kecemasan yang kadang dapat bersifat

kronis. Kondisi kecemasan pada lansia tersebut merupakan sebuah

konsekuensi yang wajar karena pemicu utama gangguan kecemasan

bersumber dari persepsi individu akan keadaan yang diduga dapat

merugikan dan mengancam individu tersebut sehingga ia merasa tidak

berdaya untuk menghadapinya (Nida 2014).

Menurut beberapa hasil survey yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa peluang gangguan kecemasan pada lansia dua kali lipat lebih besar

daripada individu muda serta lansia wanita lebih mungkin untuk mengalami

gangguan cemas. Hal tersebut berkaitan dengan penyakit yang dialami,

perasaan sedih atas meninggalnya pasangan dan penerimaan kehidupan

pernikahan yang sudah berlangsung cukup lama (Byrne, 2002; Putri, 2012).

Menurut Meares (1965) dalam Putri (2012) menjelaskan bahwa

kecemasan pada lansia muncul dikarenakan penurunan homeostatis pada

tubuh sehingga terjadi penurunan fungsi indra manusia. Kecemasan pada

lansia juga muncul karena kurangnya sikap menerima lansia terhadap

keadaan baru yang diciptakan oleh keluarga dengan tujuan untuk

memberikan kenyamanan bagi lansia, tetapi hal tersebut bukan membuat


17

lansia bahagia tetapi membuat lansia dituntut untuk melakukan adaptasi

lagi terhadap lingkungan barunya

2.3. Konsep Psikoreligus

2.3.1. Psikoreligius

Psikoreligius merupakan bentuk psikoterapi yang

menggabungkaan antara pendekatan kesehatan jiwa modern dan

pendekatan aspek keagamaan dengan tujuan untuk meningkatkan

mekanisme koping dan mengatasi masalah individu (Yosep 2010 dalam

Subandi et al. 2013). Menurut Fanada (2012) terapi psikoreligius

merupakan sebuah terapi melalui pendekatan keagamaan yang dianut oleh

klien dan cenderung menyentuh sisi spiritual manusia. Menurut Hawari

(2013) jenis psikoreligius yang dimaksud diantaranya sholat, do’a, dzikir,

membaca atau mendengarkan ayatAl-Quran.

2.3.2. Pengertian murotal Al-Quran

1. Terapi murotal Al-Quran

a. Pengertian Al-Quran

Al-Quran merupakan wahyu dari ilahi dan kitab suci yang

ditujukan untuk bimbingan spiritual manusia. Al-Quran memiliki

saran dan rekomendasi penting untuk kesejahteraan manusia baik

dalam kehidupan duniawi dan akhirat(Mahjoob, 2014). Dalam Q.S.

Yunus (10) ayat 57 disebutkan bahwa “Wahai manusia, sungguh

telah datang kepada kalian nasihat dari Rabb kalian dan

penyembuh untuk apa yang ada di dalam dada serta petunjuk dan

rahmat bagi kaum mukminin”


18

b. Pengertian terapi murotal Al-Quran

Lantunan Ayat-ayat Al-Quran (Murotal) merupakan bagian dari

suara manusia yang merupakan instrumen penyembuhan yang

menakjubkan (Lasalo, 2016). Sama seperti terapi musik, suara melodi

yang bersumber dari Al-Quran memiliki efek terapeutik terhadap

emosioanal, kognitif, dan kebutuhan sosial individu (Tumiran et al.,

2013). Terapi murottal Al-Quran selama 15 menit dengan tempo yang

lambat serta harmonis dapat menurunkan hormon stress, mengaktifkan

hormon endofrin alami (serotonin)(Lasalo, 2016)

Murrotal Al-Qur’an adalah salah satu musik dengan intensitas 50

desibel yang membawah pengaruh positif bagi pendengaran (Wijaya

dalam Hudayana.2014). Intensitas suara yang rendah merupakan

intensitas suara kurang 60 desible sehingga menumbuhkan kenyamanan

dan tidak nyeri. Terapi murrotal Al-Qur’an dapat menstimulasi

gelombang alpha yang akan menyebabkan pendengarnya mendapat

keadaan yang kurang tentram dan damai (Permana sari dalam Wahida,

Nooryanto & Andrami.2015)

Bacaan murrotal Al-Quran mempunyai irama yang konstan, teratur

dan tidak ada perubahan irama yang mendadak. Tempo murrotal Al-Quran

juga berada antara 60 -70 db/menit serta nadanya rendah sehingga

mempunyai efek meningkatkan ketenangan(Rohmi Handayani, Dyah,

Retno, 2014). Manfaat terapi murotal Al-Quran dibuktikan dalam

berbagaipenelitian. Manfaat tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Memberikan ketenangan jiwa


19

BacaanAl-Quran yang diperdengarkan kepada seseorang

menurut Hidayatullah (2012) menimbulkan efek relaksasi hingga

65%, dibandingkan bacaan berbahasa Arab nonAl-Quran hanya

mencapai 33%.

2. Menurunkan kecemasan

Penelitian yang dilakukan oleh Hassan Sotodehas (2015)

menunjukkan bahwa pemberian pengaruh terapi murotal Al Quran

memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien

hemodialisa. Pada penelitian tersebut responden yang diberikan

terapi murotal Al Quran memiliki tingkat kecemasan yang lebih

rendah daripada pasien yang tidak diberikan terapi.

3. Menurunkan perilaku kekerasan

Penelitian yang dilakukan oleh Widhowati (2010)

menunjukkan bahwa penambahan terapi audio dengan murottal

surah Ar Rahman pada kelompok perlakuan lebih efektif dalam

menurunkan perilaku kekerasan dibandingkan dengan kelompok

kontrol yang tidak mendapatkan terapi audio tersebut.

4. Mengurangi tingkat nyeri

Terapi murotal Al Quran terbukti dapat menurunkan tingkat

nyeri. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andarini

et al., (2015) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian

terapi murotal Al Quran terhadap tingkat nyeri. Pada penelitian

tersebut kelompok yang diberikan terapi murotal Al


20

Quran memiliki tingkat nyeri yang lebih rendah dibandingkan

kelompok yang tidak diberikan terapi murotal Al Quran.

5. Efektif dalam perkembangan kognitif anak autis

Penelitian yang dilakkan oleh Hartati (2013) menyebutkan bahwa

terapi musik murotal mempunyai pengaruh yang jauh lebih baik

dariapada terapi musik klasik terhadap perkembangan kognitif

anak autis.

2.3.3. Jenis tilawah murotal Al-Quran

Menurut Muhsin Salim dalam Hasrul (2013) terdapat 7 macam

tilawah Murotal Al-Quran yang sering digunakan dalam membaca Al-

Quran. Irama yang dimaksudkan yaitu : Bayyati, Shoba., Nahawand,

Hijaz, Rost, Sika, Jiharka.

2.3.4. Irama Nahawand

Menurut Muhsin Salim dalam Hasrul (2013) Dalam melagukan Al-

Quran irama Nahawand memiliki 3 tingkatan nada yaitu :

1. Jawab (tinggi)

Pembacaan pada ayat pertama dengan irama nahawand dibaca dengan

nada tinggi

2. Nawab (menengah/ datar)

Tingkatan kedua yaitu datar, setelah diawali dengan irama tinggi

dilanjutkan dengan irama dengan nada menengah/ datar


21

3. Nada rendah

Pada tahapan ini pembacaan ayat ketiga di iramakan dengan nada rendah,

selanjutnya itu ayat ke empat dan seterusnya mengulang dari tiunggi,rendah

dan rendah

Menurut Kristriyono (2017) irama nahawand adalah irama yang dapat

menenangkan, mendamaikan, dan menentramkan yaitu irama Nahawand. Serta

merupakan irama yang digunakan qari internasional Mohammed Rashed Al-Afasy.

2.3.5. Murotal Al-Quran sebagai terapi dalam gangguan kecemasan

Salah satu tehnik distraksi yang digunakan untuk mengatasi kecemasan

adalah berupa murrotal Al-Quran. Murrotal Al-Quran merupakan bagian instrumen

musik yang memiliki proses untuk menurunkan kecemasan. Harmonisasi dalam

musik yang indah akan menarik telinga dalam bentuk suara menggetarkan gendang

telinga, mengguncangkan cairan di telinga dalam, serta menggetarkan sel-sel

rambut didalam coglea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju otak dan

menciptakan imajinasi keindahan di otak kanan otak kiri yang akan memberikan

dampak berupa kenyamanan dan perubahan perasaan (Nataliza, 2012). Menurut

Kristriyono (2017) dari 7 tilawah alquran yang bersifat menenangkan,

mendamaikan, dan menentramkan yaitu irama Nahawand . Terapi murottal selama

15 menit dengan tempo yang lambat serta harmonis dapat menurunkan hormon

stress, mengaktifkan hormon endofrin alami (serotonin) (Lasalo, 2016).


22

2.4. Teori Konsekuensi Fungsional Miller 2012

2.4.1. Pengertian teori konsekuensi fungsional

Teori dan model functional consequences disusun berdasarkan

konsep dan penelitian berdasarkan pengkajian fungsional lansia yang

berfokus pada kemampuan aktivitas sehari-hari lansia sehingga dapat

memberikan pengaruh bagi kelangsungan dan kualitas hidup lansia Teori

keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia yang

menggabungkan peningkatan pemahaman kesehatan berkembang sebagai

aspek integral perawatan.

Menurut Miller (2012) dasar pikiran Teori Konsekuensi Fungsional yaitu

sebagai berikut :

1. Asuhan keperawatan yang holistik menjadikan tubuh, jiwa dan

semangat lansia saling berkaitan satu sama lain serta ruang lingkup

kesejahteraan lansia lebih dari fungsi fisiologis.

2. Meskipun perubahan usia merupakan hal yang tidak bisa terelakkan,

sebagian besar masalah yang terjadi pada lansia disebabkan oleh

adanya faktor risiko.

3. Konsekuensi fungsional positif dan negatif pada lansia dapat terjadi

karena dipengaruhi oleh kombinasi antara perubahan usia dan

adanya faktor risiko tambahan.

4. Penerapan perencanaan tindakan dapat diberikan untuk

menghilangkan atau memodifikasi faktor risiko yang dapat

menimbulkan konsekuensi fungsional negatif.


23

5. Para perawat dapat meningkatkan kesejahteraan lansia melalui

tindakan promosi kesehatan dan tindakan keperawatan lain untuk

mengatasi terjadinya konsekuensi fungsional negatif.

6. Perencanaan tindakan keperawatan yang tepat dapat menghasilkan

konsekuensi fungsional positif yang juga disebut sebagai

kesejahteraan, sehingga setiap lansia mampu mencapai level terbaik

dalam menjalankan setiap fungsinya walaupun efek perubahan usia

dan faktor risikonya dapat memberikan ancaman bagi mereka.

2.4.2. Komponen teori konsekuensi fungsional

Menurut Miller (2012) Teori Konsekuensi Fungsional

mempunyai beberapa komponen, yaitu :

1. Functional Consequence yaitu mengobservasi akibat dari tindakan,

faktor resiko, dan perubahan terkait usia yang mempengaruhi

kualitas hidup atau aktivitas sehari-hari dari lansia. Efek tersebut

berhubungan dengan semua tingkat fungsi, termasuk tubuh,

pikiran, dan semangat Negative Functional Consequences yaitu

semua hal yang dapat mempengaruhi tingkat ketergantungan atau

kualitas hidup lansia.

2. Positive Functional Consequences (Wellness Outcomes) yaitu Hal-

hal yang memfasilitasi tingkat tertinggi fungsi dari lansia secara

baik, sedikit ketergantungan, dan kualitas hidup terbaik.

3. Age Related Changes yaitu perubahan yang progresif dan

irreversible yang terjadi selama proses kehidupan dan kondisi

ekstrinsik yang independen atau patologis.


24

4. Risk Factor yaitu kondisi yang meningkatkan kerentanan lansia

terhadap konsekuensi fungsional negatif. Faktor-faktor risiko

tersebut adalah penyakit, obat-obatan, lingkungan, gaya hidup,

sistem pendukung, keadaan psikososial dan sikap berdasarkan

kurangnya pengetahuan.

5. Person (Older Adults) yaitu kondisi-kondisi yang kemungkinan

terjadi pada orang dewasa lansia yang memiliki efek merugikan

signifikan terhadap kesehatan dan fungsi mereka. Faktor-faktor

resiko umumnya muncul dari kondisi lingkungan, akut dan kronis,

kondisi psikososial, atau efek pengobatan yang buruk.

6. Nursing mempunyai tujuan yaitu meminimalkan dampak negatif

dari perubahan yang berkaitan dengan usia dan faktor risiko, serta

mempromosikan dampak fungsional positif. Hal ini dilakukan

melalui proses keperawatan, dengan menekankan interaksi antara

lansia dan pemberi perawatan pada lansia yang tergantung untuk

menghilangkan faktor risiko atau meminimalkan efek yang terjadi.

7. Health yaitu Kemampuan lansia untuk mengenali fungsi

kesehatannya. Tidak terbatas pada fungsi fisiologis tetapi meliputi

fungsi psikologis dan spiritual. Dengan demikian, kesejahteraan

dan kualitas hidup lansia dapat terpenuhii dengan baik

8. Environment yaitu kondisi eksternal termasuk pemberi asuhan

yang mempengaruhi fungsi lansia. Kondisi ini merupakan faktor

risiko ketika lingkungan mengganggu peningkatan fungsi.


25

Nursing Assessment
1. Age-related changes
2. Risk factors
3. Fungtional consequences

Risk Factors
Negative Functional 1. Pathological conditions
Age Related Changes Consequences 2. Physiologic and
1. ↓ Physiologic function 1. ↑ Vulnerability to risk psychological stressors
2. ↑ Potential for factors 3. Enviromental barriers
psychosocial and 2. ↓ Health and functioning 4. Adverse medication
spirituaal growth 3. ↓ Quality of life effects
5. Ageist attitudes
6. Lack of information

Nursing Interventions
1. Addressing risk factors
2. Teaching abouth health promotion
3. Referring for additional care

Wellness Outcomes
(Positive Functional Consequences)
1. ↑ Safety and functioning
2. ↑ Quality of life and well-being

Gambar 2.1 Teori Konsekuensi Fungsional oleh Carol A. Miller (Miller, 2012)

Teori yang dipopulerkan oleh Carol A. Miller ini menjelaskan bahwa lansia

mengalami konsekuensi fungsional karena perubahan yang berkaitan dengan usia dan

faktor risiko tambahan. Tidak adanya intervensi yang dilakukan dapat mengakibatkan

konsekuensi fungsional menjadi negatif, tetapi apabila dilakukan intervensi

konsekuensi fungsional menjadi positif. Konsekuensi fungsional


26

merupakan efek dari tindakan, faktor risiko, dan perubahan yang mempengaruhi

kualitas kehidupan atau kegiatan sehari-hari lansia berkaitan dengan usia. Faktor

risiko dapat berasal dari lingkungan, pengaruh fisiologis dan psikososial.

Konsekuensi fungsional positif akan terjadi apabila memfasilitasi tingkat kinerja

tertinggi. Sebaliknya, konsekuensi fungsional negatif akan terjadi apabila lansia

mengalami ketergantungan atau penurunan kualitas hidup. Konsekuensi

fungsional negatif biasanya terjadi karena kombinasi dari perubahan yang

berkaitan dengan usia dan faktor risiko (Miller, 2012).

2.5. Keaslian penelitian

Tabel 2. 1 Keyword development


Keyword development
Kecemasan
Anxiety
Ansietas elderly
Psikoreligius Lansia
Murottal Al-Quran
Quran Voice

Pencarian artikel ilmiah dengan menggunakan alternatif kata kunci

pada tabel di atas digunakan tiga database yaitu Scopus, Proquest, dan Google

Scholar untuk mencari sumber ilmiah yang memiliki kemiripan sebagai literatur

pendukung utama dalam penelitian ini. Hasil yang ditemukan kemudian dipilih

berdasarkan judul, abstrak, dan hasil penelitian dengan cara memasukkan kata

kunci, full text, dan publication date time yang diinginkan. Hasil pencarian didapatkan 6

artikel di jurnal internasional dan 8 artikel di jurnal nasional sesuai dengan keinginan peneliti.

Berdasarkan hasil pencarian tersebut didapatkan keaslian penelitian pada tabel di bawah ini :
27

Tabel 2. 2 Keaslian Data

No. Judul Metode Hasil penelitian


Artikel; (Desain, Sampel, Variabel,
Penulis; Instrumen, Analisis)
Tahun
1 The Effect of Desain : Quasi-eksperimental Kelompok pembacaan
Holy Qur’an Sample : Besar Sampel Sebesar Alquran mengalami
Recitation on 60 Responden. penurunan skor
Anxiety in Variabel : Kecemasan pada pasien kecemasan
Hemodialysis Hemodialisa. keseluruhan sebesar
Patients: A Instrumen: State-Trait Anxiety 46,4 poin,
Randomized Inventory (STAI) dibandingkan dengan
Clinical Trial; Analisis : The data were analyzed kenaikan 1,8 poin pada
Hassan 2015 using Student’s t test kelompok kontrol
and general linear (Gambar 1). Perbedaan
models antara subjek ada pada
tindak lanjut, tidak
tergantung pada skor
kecemasan awal, jenis
kelamin, usia, dan
kehadiran anak-anak di
rumah (Tabel 3).
Untuk titik akhir
primer, kelompok
pembacaan Alquran
mengalami penurunan
skor kecemasan yang
signifikan pada STAI
dibandingkan dengan
kontrol (F = 15,5, p =
0,0002, Cohen's d =
1,03)
2 The Effect of Desain : Penelitian Experimental Hasil penelitian
Holy Quran Sample : 81 responden. menunjukkan
Voice on Variabel : human with mental perbedaan yang
Mental Health; health and stress signifikan antara
Mahjoob 2014 Instrumen: standard mental health kelompok uji dan
questionnaire kelompok kontrol
Analisis : Wilcoxon and Mann– dengan skor kesehatan
Whitney tests mental rata-rata setelah
mendengarkan Quran
(P = 0,037). Tidak ada
perbedaan jenis
kelamin yang
signifikan pada
kelompok uji sebelum
dan sesudah intervensi
28

No. Judul Metode Hasil penelitian


Artikel; (Desain, Sampel, Variabel,
Penulis; Instrumen, Analisis)
Tahun
ditemukan (P = 0,806).
Hasil ini menunjukkan
bahwa mendengarkan
Quran dapat
direkomendasikan oleh
psikolog untuk
memperbaiki
kesehatan mental dan
mencapai ketenangan
yang lebih besar
3 The effects of Desain: Penelitian Mendengarkan musik
music and Holy Quasy dan Alquran juga
Quran on Experiment menurunkan denyut
patient’s anxiety (experiment jantung pasien (p <0,02)
dan tekanan darah secara
and vital signs design)
signifikan (p <0,004).
before Sample : 51 lansia
abdominal Variabel : anxiety, vital
surgery; sign
Ajorpaz, Instrumen: HARS
Mirbagher 2011 Analisis : Chi square,
Fisher exact
test and
ANOVA

4 The Effect of Desain : Penelitian Skor rata-rata


Need-Based quasi- kecemasan S pada
Spiritual / experimental kelompok kontrol
Religious study with pre- menunjukkan tidak ada
Intervention on and posttest perubahan yang
Spiritual Well- control group signifikan secara
Being and design statistik, sementara
Anxiety of Sample : 66 lansia pada kelompok
Elderly People ; Variabel : Kecemasan intervensi menurun
Elham 2015 Lansia; secara signifikan
Religius setelah intervensi (P
Intervention <.001).
Instrumen: State-Trait
Anxiety
Inventory
(STAI), the
SWB Scale
(SWBS)
Analisis : Uji statistik chi-
square test
29

No. Judul Metode Hasil penelitian


Artikel; (Desain, Sampel, Variabel,
Penulis; Instrumen, Analisis)
Tahun
5 Stress Desain : Quantitative Hasil dari Penilitian
Assessment Sample : 97 responden pertama, kedua dan
While Variabel : Stress ketiga menunjukkan
Mendengarkan Instrumen: 7 questions Peningkatan pada alpha
Quran were allocated band sementara subjek
Recitation; for this section sedang mendengarkan
Alhouseini, which includes Yasin. Hal ini
Amjad M R educational menunjukkan bahwa
Alzeer level, ethnicity, peserta lebih santai dan
Al-shaikhli, mother-tongue, tenang saat mereka
Imad Fakhri number of mendengarkan Yasin
Wahab, Abdul experience
Alarabi, Khamis years, number
2015 of lecturers,
department and
current
position
Analisis : Uji statistik chi-
square test

6 The Effect of Desain : Quantitative Suara Quran, dengan


Holly Quran Sample : 168 responden dan tanpa terjemahan,
Voice With and Variabel : Kecemasan, efektif dalam
Without depresi, stress mengurangi stres,
Translation on Instrumen: EPDS kecemasan dan depresi
Stress , Anxiety (Edinburgh selama kehamilan dan
and Depression Postnatal berkaitan dengan
During; Depression kepercayaan agama
Randomized, Scale), PSS mayoritas masyarakat;
Pregnancy A (Perceived Ini bisa digunakan
Trial, Controlled Stress Scale) untuk merawat wanita
Jabbari, Batoul and STAI hamil
Mirghafourvand, (State-Trait
Mojgan Anxiety
Sehhatie, Inventory).
Fahimeh 2017 Analisis : Uji statistik chi-
square test

7 Efektivitas Desain : Penelitian Terapi psikoreligius


Terapi Quasy efektif terhadap
Psikoreligius Experiment penurunan depresi.
terhadap (experiment
Penurunan design)
Tingkat Depresi Sample : 34 lansia
30

No. Judul Metode Hasil penelitian


Artikel; (Desain, Sampel, Variabel,
Penulis; Instrumen, Analisis)
Tahun
Lansia di Panti Variabel : Terapi
Sosial Tresna psikoreligius,
Werdha Abiyoso tingkat depresi
Sleman lansia
Yogyakarta; Instrumen: Geriatric
Saseno; Siti Depression
Arifah; 2014 Scale (GDS).
Analisis : Uji statistik t-
test, Wilcoxon

8 Pengaruh Desain : quasi experiment, using Terapi psikoreligius:


Terapi Non Equivalent Control sholat dan dzikr untuk
Psikoreligius : Group Design menurunkan tingkat
Doa Dan Sample : Besar Sampel Sebesar depresi pada pasien
Dzikir 65 Responden. dengan gagal ginjal
Terhadap Variabel : Depresi GGK kronis yang menjalani
Penurunan Instrumen: Penn State Worry perawatan hemodialisis
Tingkat Questionnaire (PSWQ), pada hemodialisis
Depresi Pada State-Trait Anxiety ruang. ruang rumah
Penderita Inventory sakit semarang pada
Gagal Ginjal Analisis : Analysis used t test. The tahun 2014
Kronik Yang
Menjalani
Hemodialisa
Di Ruang
Hemodialisa
Rumah Sakit
Kota
Semarang
2014; Jauhari,
Januardi
9 Pengaruh Desain : Quasy experiment Hasil penelitian ini
terapi dengan model rancangan adalah elevasi
psikoreligius non equivalent control ekstremitas bawah
terhadap group design lebih efektif terhadap
penurunan Sample : Besar Sampel Sebesar peningkatan
tingkat depresi 25 Responden. penyembuhan Ulkus
pada lansia; Variabel : Depresi Lansia Diabetik.
Suryanti, Dwi Instrumen: Geriatric Depresion
Ariani S Scale (GDS
Analisis : Uji Chi-Square
10 Pengaruh Desain : Quasi-experiment Ada pengaruh terapi
terapi musik dengan desain penelitian musik klasik dan
klasik dan murottal terhadap
31

No. Judul Metode Hasil penelitian


Artikel; (Desain, Sampel, Variabel,
Penulis; Instrumen, Analisis)
Tahun
murotal Al- pre and post test with penurunan tingkat
Quran control group design depresi pada lansia
terhadap Sample : Besar Sampel Sebesar denga nilai p = 0,042
penurunan 10 Responden. (< 0,05). Sedangkan
tingkat depresi Variabel : Depresi Lansia untuk uji beda
pada lansia; Instrumen: Geriatric Depression pengaruh didapatkan
Ike Rossyam Scale (GDS) nilai p = 0,035 (< 0,05)
Wardani. 2015 Analisis : Uji statistik
menggunakan wilcoxon
test
11 Gambaran Desain : Penelitian Berdasarkan hasil
Tingkat Deskriptif Analitik penelitian didapatkan
Ansietas pada dengan metode bahwa sebagian besar
Lansia di Panti observasional lansia mengalami
Wredha Sample : Besar sampel ansietas sedang
Darma Bakti sebesar 52 sebesar 42,3%.
Kasih responden.
Surakarta; Variabel : Tingkat ansietas
Heningsih; lansia
2014 Instrumen: Kuesioner
Hamilton Anxiety
Rating Scale
(HARS)

12 Efektivitas Desain : Penelitian Quasy Terapi psikoreligius


Terapi Experiment efektif terhadap
Psikoreligius (experiment design) penurunan depresi.
terhadap Sample : 34 lansia
Penurunan Variabel : Terapi
Tingkat psikoreligius,
Depresi Lansia tingkat depresi
di Panti Sosial lansia
Tresna Instrumen: Geriatric
Werdha Depression Scale
Abiyoso (GDS).
Sleman Analisis : Uji statistik t-test,
Yogyakarta; Wilcoxon
Saseno; Siti

13 Pengaruh Desain : Penelitian Quasy Mendengarkan bacaan


mendengarkan Experiment Al-Qur’an sambil
bacaan al-qur’an (experiment design) membaca terjemahnya
sambil membaca Sample : 70 sampel tidak terbukti memiliki
terjemahnya pengaruh terhadap skor
32

No. Judul Metode Hasil penelitian


Artikel; (Desain, Sampel, Variabel,
Penulis; Instrumen, Analisis)
Tahun
terhadap skor Variabel : Pengaruh cemas perpisahan pada
cemas perpisahan Mendengarkan anak kelas 1 MTs
dengan orang Bacaan Al-Qur’an Mu’allimaa Kata
;tua pada siswi Sambil Membaca
kelas 1 mts Terjemahnya ,Skor
mu’allimaat; Cemas Perpisahan
Talitha Inas Dengan Orang
Lailina 2016 Instrumen: TMAS (Taylor
Manifest Anxiety
Scale)
Analisis : uji Paired Sample t-
Test dan Independent
t-Test

14 Pengaruh Terapi Desain : Penelitian Quasy Terapi Murottal Al-


Murottal Al- Experiment Qur’an surah Ar-
Qur’an Surah Ar- (experiment design) Rahman memiliki
Rahman Terhadap Sample : 34 sampel pengaruh
Skala Nyeri Post Variabel : Pengaruh
Sectio Caesarea Di Mendengarkan
Rsud Panembahan Bacaan Al-Qur’an ,
Senopati Bantul nyeri
Yogyakarta; Instrumen: -
Narmin Lasalo Analisis : uji Paired Sample t-
2016 Test dan Independent
t-Test
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual


Pengkajian Keperawatan
1. Age-related changes
2. Risk factors
3. Fungtional consequences

Risk Factors
Age Related Changes Negative Functional
1. Bertambahnya usia Consequences 1. Penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes
2. Perubahan fisik akibat mellitus, stroke dan penyakit kardiovaskuler)
proses penuaan Kecemasan lansia yang 2. Perasaan takut akan datangnya kematian
3. Tinggal di panti
3. Penurunan fungsi fisiologis tinggal di panti
4. Masa pensiun

Ketidakmampuan dalam melakukan penyerahan batiniah kepada Allah

Kekhawatiran dan ketakutan

Nursing Interventions
Psychoreligius Care : mendengarkan
Fisiologis murottal Al-quran irama nahawand Psikologis
selama 15 menit
Gendang telinga bergetar, melaui
saraf koklearis Merangsang otak Penghayatan akan kehadiran Allah
untuk bekerja

Otak memproduksi endorfin Tidak merasa dalam kesendirian dan ringan dalam
setiap langkahnya

Wellness Outcomes (Positive Functional Consequences)


1. Hati dan pikiran menjadi tenang
2. Menciptakan keyakinan, kekuatan dan sikap optimisme bagi lansia

Tingkat kecemasan menurun

Keterangan :
: diteliti : tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Psychoreligius Care : mendengarkan


murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada lansia di panti griya werdha Jambangan kota
Surabaya Berdasarkan Teori Konsekuensi Fungsional Miller (2012)

33
34

Berdasarkan gambar 3.1 dapat dijelaskan pengaruh Psychoreligius Care :

Mendengarkan Murottal irama nahawand terhadap tingkat kecemasan lansia yang

tinggal di panti. Menurut Teori Konsekuensi Fungsional Miller, lansia yang

tinggal di panti mengalami kondisi negative functional consequence yaitu

kecemasan disebabkan karena adanya age related changes dan risk factors. Risk

factors yang dimaksudkan dalam tabel diatas yaitu kecemasan pada lansia yang

tinggal di panti disebabkan penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes, stroke, dan

penyakit kardiovaskuler), perasaan takut akan datangnya kematian, tinggal di

panti dan memasuki masa pensiun. Sedangkan Age related changes yang

dimaksudkan yaitu perubahan yang progresif dan bersifat irreversible seperti

semakin bertambahnya usia, perubahan kondisi fisik akibat proses penuaan dan

penurunan fungsi fisiologis pada lansia.

Penanganan masalah kecemasan pada lansia yang tinggal di panti dapat

dilakukan dengan menggunakan pendekatan aspek spiritual yaitu Psychoreligius

Care mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand. Psychoreligius

Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand selama 15 menit dengan tempo

yang lambat serta harmonis dapat menurunkan hormon stress, mengaktifkan

hormon endofrin alami (serotonin). Aktifnya hormon endorfin akan memberikan

respom emosi yang positif yang nantinya akan membuat pendengar menjadi lebih

tenang.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Ada pengaruh Psychoreligius Care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan

irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia.


BAB 4
METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan tentang: 1) Desain penelitian; 2) Populasi,

Sampel, Besar Sampel, dan Sampling; 3) Variabel penelitian 4) Definisi

operasional; 5) Instrumen penelitian; 6) Waktu dan tempat penelitian; 7)

Pengumpulan data; 8) Kerangka operasional; 9) Analisis data; 10) Masalah etik.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu hal yang penting untuk mencapai

tujuan penelitian yang telah diterapkan dan berperan sebagai pedoman atau

penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam., 2016). Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experiment dengan rancangan pre-

post test control group design. Pada penelitian ini terlebih dahulu dilakukan

pretest sebelum memberikan perlakuan dan melakukan posttest setelah

memberikan perlakuan. Tabel 4. 1 Desain Penelitian

Subjek Pre-test Perlakuan Post-test


K-A O-A I O1-A
K-B O-B - O1-B
Time 1 Time 2 Time 3
Sumber : Pollit (2005)

Keterangan :
K-A : Subjek (lansia cemas yang tinggal di panti) perlakuan
K-B : Subjek (lansia cemas yang tinggal di panti) kontrol
O-A : Pengisian kuesioner oleh kelompok perlakuan sebelum Psychoreligius
Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand pada kelompok
perlakuan
O-B : Pengisian kuesioner oleh kelompok kontrol sebelum diberikan
Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand pada
kelompok perlakuan

35
36

I : Dilakukan perlakuan Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal


irama nahawand
- : Tidak dilakukan perlakuan
O1-A : Pengisian kuesioner oleh kelompok perlakuan setelah
Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand pada
kelompok perlakuan
O1-B : Pengisian kuesioner oleh kelompok kontrol setelah diberikan
Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand pada
kelompok perlakuan

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi penelitian adalah semua objek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan(Nursalam., 2016). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia

yang tinggal di panti dengan jumlah total 100 orang lansia yang tinggal di panti

Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih sehingga

diharapkan dapat mewakili populasinya. Sampel yang digunakan harus

memenuhi kriteria sampel. Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti

untuk mengurangi bias hasil penelitian. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi

dua bagian, yaitu inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum

subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan diteliti. Kriteria

eksklusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria

inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam., 2016)

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Beragama Islam

2) Memiliki gangguan tingkat kecemasan ringan, sedang,


37

3) Memiliki tingkat kemandirian dengan nilai A,B,C,D menurut

indeks Katz

2. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah:

1) Lansia yang mengalami gangguan pendengaran dan pembicaraan

3. Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah:

1) Lansia yang mengundurkan diri ditengah penelitian

2) Lansia yang bergabung dalam penelitian orang lain.

3) Lansia yang meninggal dunia ditengah penelitian

4.2.3 Besar sampel

Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus sebagai beikut

(Lemeshow, S.et. al., 1997) :


2
n= N.z .p.q
2 2
d (N-1) + z .p.q

2
n= 100.(1,96) . 0,5 . 0.5
(0,05)(100-1) + (1,96)2. 0,5 . 0,5

n= 96
3.9896
n= 24.06
n= 25 responden

Jadi jumlah sampel 25 orang menjadi kelompok intervensi, 25 orang

menjadi kelompok kontrol. Jadi total sampel adalah 50 orang

Keterangan:

n = perkiraan jumlah sample


N = Perkiraan jumlah populasi
Z = Nilai standar normal untuk alfa = 0,05 ( 1,96 )
P = Perkiraan proporsi jika tidak diketahui dianggap 50%
38

q = 1-p ( 100 % - p )
d = Tingkat kesalahan yang dipilih ( d = 0,05 )

4.2.4 Sampling

Teknik sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi (Nursalam., 2016). Teknik sampling dalam

penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan tipe

purposive sampling. Purposive sampling merupakan tipe pengambilan

sampel berdasarkan seleksi populasi sesuai yang dikehendaki peneliti (sesuai

dengan tujuan atau masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut

dapat mewakili karakteristik populasi yang telah ditentukan sebelumnya.

4.3 Variabel Penelitian

Variable independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain (Nursalam., 2016). Dalam penelitian ini

variabel independen adalah Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal

irama nahawand. Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi

nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan lansia.


39

4.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti atau

makna pada masing-masing variabel untuk kepentingan akurasi,

komunikasi dan replikasi agar memberikan pemahaman yang sama kepada

setiap orang mengenai variabel-variabel yang mungkin dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2016)

Tabel 4. 2 Definisi Operasional

Definisi Instrume Ska


Variabel Parameter Skor
Operasional n la
Independ Bentuk Psychoreligius - Penge - -
en : terapi musik Care : ras
yang Mendengarkan Suara
Psychoreli berisikan Murottal irama
gius Care suara nahawand
:Mendeng manusia
arkan yang 1 Sebelum
Murottal bersumber diperdengarkan
irama dari ayat- murottal
nahawand ayat al diberikan
Quran bimbingan
keagamaan
tentang faedah
surat-surat
dalam
alqur’an.
2 Setelah
diberikan
bimbingan
keagamaan,
lalu dilakukan
Psychoreligius
Care :
Listening to
Murottal
selama 15
menit.
Dilakukan 1 hari
sekali selama 6
hari berturut-turut
setiap sore hari
yaitu setelah
40

Definisi Instrume Ska


Variabel Parameter Skor
Operasional n la
sholat ashar
berjamaah / pukul
16.00 WIB di
tempat tidur
masing-masing

Dependen Perasaan Tanda dan gejala Kuesione Hasil pengukuran


:Tingkat khawatir kecemasan yang r dinyatakan dengan
atau takut terjadi yaitu Geriatric Ord skor 0-20
Kecemasa
terhadap kecemasan Anxiety inal
n
sesuatu yang kognitif, Inventory 1) 0 = tidak ada
kecemasan
mungkin kecemasan (GAI)
2) 1-5 = kecemasan
terjadi motorik,
ringan
kecemasan
3) 6-10 = kecemasan
somatik dan
sedang
kecemasan afektif
4) 11-15 =
yang terdapat
kecemasan berat
dalam 20
5) 16-20 =
pertanyaan.
kecemasan berat
sekali atau panik
4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

mudah (Arikunto, 2013). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Satuan Acara Kegiatan (SAK), Pengeras Suara dan kuesioner.

4.5.1. Satuan acara kegiatan (sak)

Satuan Acara Kegiatan (SAK) digunakan sebagai acuan dalam

melakukan psychoreligius care : mendengarkan Murotal Al – quran

dengan irama nahawand pada lansia yang mengalami kecemasan di panti.

Satuan Acara Kegiatan (SAK) ini berisi tentang topik, sasaran, tempat,

waktu, tujuan, materi, metode, media, pelaksanaan dan evaluasi

psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran irama nahawand.

4.5.2. Pengeras suara

Satuan Pengeras suara (Loudspeaker) adalah transduser yang

mengubah sinyal elektrik ke suara dengan cara menggetarkan komponennya

yang berbentuk membran untuk menggetarkan udara sehingga terjadilah

gelombang suara sampai di kendang telinga kita dan dapat kita dengar

sebagai suara.

4.5.3. Kuesioner

Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal

yang dia ketahui (Arikunto, 2013). Instrumen untuk mengukur variabel

dependen yaitu tingkat kecemasan pada lansia yang tinggal di panti, peneliti

menggunakan lembar kuesioner Geriatric Anxiety Inventory (GAI).


Kuisoner Geriatric Anxiety Inventory (GAI) terdiri dari 20 pertanyaan

yang berisi gejala-gejala kecemasan pada lansia yang masing-masing diberi

penilaian antara 0 atau 1, yang artinya adalah nilai 0: “Tidak Setuju” dan nilai

1: “Setuju”. Masing-masing nilai angka dari ke 20 pertanyaan tersebut

dijumlahkan dan hasil dari penjumlahan tersebut dapat diketahui tingkat

kecemasan lansia yaitu: tidak ada kecemasan (0), kecemasan ringan (1-5),

kecemasan sedang (6-10), kecemasan berat (11-15) dan kecemasan berat

sekali / panik (16-20). Alat ukur ini terdiri atas 4 kelompok gejala yaitu

kognitif, motorik, somatik dan afektif. Gejala kognitif terdapat pada

pertanyaan nomor: 1, 2, 4, 5, 8, 9, 11, 14, 16 dan 17. Gejala motorik

terdapat pada pertanyaan nomor: 3 dan 15. Gejala somatik terdapat pada

pertanyaan nomor: 7, 12 dan 18. Sedangkan gejala afektif terdapat pada

pertanyaan nomor: 6, 10, 13, 19 dan 20.

4.6 Waktu Dan Tempat Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di UPTD Griya Werdha Jambangan

Kota Surabaya, pada 29 Oktober - 9 November 2017

4.7 Pengumpulan Data

4.7.1. Prosedur administrasi

Langkah awal dalam penelitian ini yaitu permohonan perizinan dari

akademik Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang ditujukan kepada

kepala Bakesbangpol dan linmas Kota Surabaya, kemudian ditujukan ke Kepala

UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya. Peneliti kemudian melakukan

penelitian di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya. Setelah selesai

melakukan penelitian, peneliti mendapatkan surat


keterangan bahwa telah melakukan penelitian dari UPTD Griya Werdha

Jambangan Kota Surabaya.

4.7.2. Prosedur teknis pengumpulan data

Peneliti sebelum mengambil responden terlebih dahulu mengikuti uji

etik yang dilaksanakan di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dan

dinyatakan lulus kaji etik, peneliti memulai untuk melakukan pengambilan

data. Teknik pengambilan data yaitu sebagai berikut: peneliti melakukan

pemilihan dan perekrutan responden yang dilakukan secara purposive

sampling, dimana lansia dengan kecemasan yang memenuhi kriteria inklusi

dan ekslusi serta bersedia menjadi responden akan diambil sebagai sampel

penelitian.

Tahap selanjutnya, peneliti membagi responden menjadi 2 kelompok

yaitu lansia sebagai kelompok perlakuan dan lansia kelompok kontrol.

Responden yang tinggal di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya

bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent

serta mengisi data demografi responden. Peneliti menjelaskan tujuan

penelitian kepada responden sekaligus melakukan pretest untuk menilai

tingkat kecemasan lansia dengan mengisi kuesioner GAI (Geriatric Anxiety

Inventory) yang dibantu dan dibimbing oleh peneliti dan tim. Selama proses

penelitian berlangsung, peneliti dibantu oleh tim peneliti yang terdiri dari 6

orang yang juga menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Ners

Universitas Airlangga yang sebelumnya diberikan penjelasan tentang

penelitian ini agar tidak terjadi kesalahpahaman antara peneliti, tim peneliti

dan responden.
Kelompok perlakuan terdiri dari 25 responden. Kelompok perlakuan

diberikan Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal irama nahawand

selama 15 menit dalam 6 hari pukul 16.00 WIB. Intervensi pertama pada

kelompok perlakuan diberikan setelah sholat ashar berjamaah.

Kelompok kontrol terdiri dari 25 responden. Kelompok ini tidak

mendapatkan intervensi Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal Al-

Quran irama nahawand dan hanya mengikuti kegiatan yang ada di panti.

Kegiatan posttest pada kelompok kontrol dilakukan di hari ke-6 setelah

pengambilan data pretest. Pengambilan data posttest menggunakan

instrumen yang sama dengan pengumpulan data pretest yaitu dengan

menggunakan kuesioner GAI (Geriatric Anxiety Inventory). Setelah

penelitian selesai dilakukan kelompok kontrol mendapatkan Loudspeaker

dan intervensi Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal Al-Quran

irama nahawand. Tindakan ini dilakukan agar tidak menimbulkan kesan

ketidakadilan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

4.8 Analisis Data

Pada penelitian ini, data yang telah terkumpul dianalisis Peneliti

menggunakan analisis univariat dan bivariat :

1. Analisis deskriptif

Analisis univariat adalah analisis secara deskriptif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti yaitu usia, jenis

kelamin, status perkawinan, lama menghuni panti dan pendidikan terakhir.


2. Analisis bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara kedua

variabel (variabel independen dan variabel dependen). Data yang

terkumpul kemudian ditabulasi dengan cara penelitian menggunakan

perangkat lunak dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui

perubahan pretest dan posttest pada kelompok perlakuan dan kelompok

Kontrol, Jika hasil analisis penelitian didapatkan p ≤ 0,05 berarti terdapat

perbedaan tingkat kecemasan lansia dengan kecemasan antara sebelum dan

sesudah diberikan intervensi. Sedangkan uji Mann-Whitney U Test untuk

mengetahui perbedaan posttest tingkat kecemasan lansia setelah diberikan

Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal Al-Quran irama nahawand

pada kelompok perlakuan dan kontrol dengan derajat kemaknaan p ≤ 0,05.


4.9 Kerangka Operasional Penelitian

Populasi:
Lansia yang tinggal di panti di panti Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya
(100 responden)

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi

25 Responden 25 Responden

Pretest: kelompok perlakuan dengan Pretest: kelompok kontrol dengan


kuesioner Geriatric Anxiety Inventory kuesioner Geriatric Anxiety
(GAI) Inventory (GAI)

Intervensi Psychoreligius Care :


mendengarkan murottal Al-quran surat
arrahman irama nahawand 15 menit

Posttest: kelompok perlakuan Posttest: kelompok kontrol


dengan kuesioner Geriatric dengan kuesioner Geriatric
Anxiety Inventory (GAI) Anxiety Inventory (GAI)

Analisis data univariat (numerik dan kategorik) dan


bivariat (uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann-
Whitney U Testd) dengan derajat kemaknaan p ≤0,05

Hasil penelitian

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Pengaruh Psychoreligius Care : mendengarkan


murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada lansia di Panti Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya 2017
4.10 Masalah Etik (ethical clearance)

Penelitian ini telah lulus etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakuktas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya dengan nomor surat 535-

KEPK.

1. Penjelasan sebelum penelitian/Informed Consenttian

Peneliti tidak akan memberikan paksaan terhadap para calon responden untuk

ikut serta dalam penelitian, juga dijelaskan bahwa sudah terdapat tindakan

antisipasi terhadap bahaya yang sudah disiapkan peneliti.

2. Nilai Klinik

Psychoreligius care : mendengarkan murottal Al-Quran dengan irama

nahawand belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya karena murottal Al-

Quran dengan irama nahawand dipercaya dapat membuat sesorang menjadi

lebih tenang, murottal Al-Quran dengan irama nahawand merupakan salah

satu jenis seni tilawah yang bersifat menenangkan. Sehingga dapat digunakan

dalam mengatasi kecemasan pada lansia di panti dan dapat digunakan sebagai

alternatif tindakan keperawatan dalam menurunkan tingkat kecemasan.

3. Nilai ilmiah

Tindakan yang diberikan kepada responden merupakan suatu tindakan

komplomenter keperawatan terhadap kecemasan pada lansia. Mendengarkan Al-

Quran irama Nahawand akan menimbulkan rasa percaya diri, rasa optimis,

mendatangkan ketenangan, damai, dan merasakan kehadiran Allah SWT sehingga

mengakibatkan ransangan ke hipotalamus untuk menurunkan produksi CRF

(cortikotropin Releasing Faktor). CRF akan merangsang kelenjar pituitary

anterior untuk menurunkan produksi ACTH (Adeno Cortiko Tropin


Hormon) dan menstimulasi produksi endhorphin yang akan membuat klien

menjadi rileks. Penurunan ACTH dan peningkatan endorphin juga dapat

menurunkan tahanan perifer dan cardiac output sehingga tekanan darah

menurun.

4. Privacy/kerahasiaan

Peneliti tidak berhak menceritakan mengenai hal apapun dari responden yang

tidak berkaitan dengan penelitian, juga menuliskan nama inisial pada data

demografi responden. Peneliti menghargai data yang diberikan dengan tidak

memaksa responden memberikan informasi sesuai keinginan peneliti dan

menjadi informasi hanya digunakan dalam konteks penelitian.

5. Manfaat dan resiko

Prinsip ini bertumpu pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian yang

dilakukan dapat memberikan manfaat pada subyek (manusia). Prinsip ini

dapat diterapkan dengan tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada

manusia dan menjadikan manusia sebagai objek eksploitasi. Pada penelitian

ini subyek penelitian mendapatkan manfaat dalam upaya menurunkan tingkat

kecemasan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

6. Pemerataan beban

Subyek harus diperlakukan secara adil tanpa adanya diskriminasi baik

sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dan tidak membedakan antara

kelompok perlakuan dan kontrol, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan di

antara klien.
7. Bujukan/Indocement

Tidak ada bujukan berupa pemberian uang atau barang yang akan disampaikan

di awal, sehingga untuk mengikuti penelitian adalah murni karena

keinginannya atau tertarik pada manfaat penelitian.

4.11.Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan sebagai berikut:

1. Latar belakang pendidikan setiap responden kebanyakan tidak sekolah jadi

dalam mengisi kuesioner dan informed consent harus dengan metode

wawancara dan bantuan dari anggota peneliti

2. Peneliti kurang bisa mengendalikan situasi saat terjadi kejadian yang tidak

diinginkan selama proses pemberian intervensi mendnegarkan murottal Al-

Quran irama nahawand.


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh psychoreligius care:

mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya yang

dilakukan pada 29 Oktober – 5 November 2017. Penyajian data meliputi gambaran

umum lokasi penelitian, karakteristik responden, kategori tingkat kecemasan

responden dan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui perubahan

pretest dan posttest pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol serta hasil uji

Mann-Whitney U Test untuk mengetahui perbedaan posttest tingkat kecemasan lansia

setelah diberikan Psychoreligius Care : Mendengarkan Murottal Al-Quran irama

nahawand pada kelompok perlakuan dan kontrol. Selanjutnya akan diuraikan

pembahasan tentang pengaruh psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran

dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia pada

kelompok perlakuan dan kontrol.

5.1. Data Umum

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya

yang berlokasi di Jalan Jambangan baru Tol 15A, Jambangan-Surabaya 60232.

UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya merupakan panti di bawah naungan

Dinas Sosial Kota Surabaya dan Ibu Tri Rismaharini selaku Walikota Surabaya

meresmikannya pada tanggal 16 Juli 2013. UPTD

50
51

Griya Werdha Jambangan Surabaya sebelumnya Jalan Medokan Asri Barat

X Blok N-19, Rungkut, Surabaya kemudian dipindah pada bulan Januari

2017 di Jambangan sampai saat in Operasional UPTD Griya Werdha

Jambangan Surabaya dipimpin oleh seorang kepala UPTD dengan jumlah

tenaga yang ada yaitu 29 orang terdiri dari 4 orang tenaga PNS (PLT UPTD,

kepala tata usaha dan 2 staf) dan 25 orang tenaga honorer (10 orang

perawat, 2 tenaga administrasi, 5 tenaga kebersihan, 5 tenaga keamanan, 2

tenaga juru masak dan 1 ustadz). UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya

mempunyai 4 gedung yang terdiri dari 2 kamar untuk lansia laki-laki

(Ruang Wijaya Kusuma dan Ruang Tulip), 4 kamar untuk lansia perempuan

(Ruang Melati, Ruang Anggrek, Ruang Mawar dan Ruang Lavender), 1

kamar untuk lansia dengan perawatan intensif (Ruang Kamboja). Sarana

prasarana yang ada di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya terdiri dari

aula, ruang makan, dapur, ruang perawatan, taman, dan kantor Jumlah lansia

yang ada di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya yaitu sebesar 105

lansia yang terdiri dari 32 lansia laki-laki dan 72 lansia perempuan.

Kegiatan harian lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya

sudah terjadwal dengan baik diantaranya olah raga, pemeriksaan tekanan

darah, senam pagi, pemenuhan ADL (Activity Daily Living) makan dan

mandi, jalan sehat, senam dan menonton televisi serta fisioterapi bagi lansia

total care. Selain itu, di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya juga

diadakan kegiatan keagamaan seperti sholat berjamaah, pengajian rutin

setelah sholat magrib dan istigosah yang dilaksanakan setiap malam jumat.
52

Penanganan masalah kecemasan yang sudah terapkan di sana diantaranya

teknik distraksi dan relaksasi, terapi tertawa dan terapi musik.

5.1.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya

Surabaya adalah sebagai berikut:

Tabel 5. 1 Distribusi responden menurut karakteristik demografi di


UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya, November 2017
Kelompok
Kelompok Kontro
Karakteristik Perlakuan

Ʃ % Ʃ %
Usia
1. 60-69 10 40 3 12
2. 70-79 9 36 11 44
3. >=80 6 24 11 44
Total 25 100 25 100
Jenis Kelamin
1. Perempuan 13 52 16 64
2. Laki-laki 12 48 9 36
Total 25 100 25 100
StatusPerkawinan
1. Tidak menikah 8 32 14 56
2. Menikah 5 20 2 8
3. Janda/duda 12 48 9 36
Total 25 100 25 100
Pendidikan
1. Tidak Sekolah 12 48 14 56
2. SD 5 20 7 28
3. SMP 6 24 3 12
4. SMA 2 8 1 4
Total 25 100 25 100
Pekerjaan
1. Tidak Bekerja 7 28 17 68
2. Petani 3 12
3. Wiraswasta 8 32 4 16
4. Lain-lain (Pengamen,Pengemis,
7 28 4 16
Pemulung)
Total 25 100 25 100
53

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi usia responden paling banyak berusia 60-69

tahun dengan jumlah 10 (40%) orang. Sementara itu, distribusi usia pada

kelompok kontrol paling banyak adalah ≥ 80 tahun sebanyak 11 (44%) orang.

Sebagian besar jenis kelamin responden berdasarkan data distribusi menunjukkan

bahwa pada kelompok perlakuan dan kontrol responden adalah perempuan dengan

prevalensi kelompok perlakuan 13 (52%) orang dan pada kelompok kontrol

sebanyak 16 (64%) orang. Distribusi status perkawinan responden pada kelompok

perlakuan merupakan Lansia janda atau duda dengan jumlah kelompok perlakuan

12 (48%) orang sedangkan pada kelompok kontrol adalah tidak menikah sebanyak

14 (56%) orang.

Distribusi pendidikan terakhir responden kelompok perlakuan dan kontrol

paling banyak adalah tidak sekolah dengan prevalensi kelompok perlakuan

sebanyak 12 (48%) orang dan kelompok kontrol dengan prevalensi 14 (56%)

orang. Sedangkann distribusi pekerjaan responden sebelum menghuni panti pada

kelompok perlakuan dan kontrol adalah tidak bekerja sebanyak 7 (28%) orang

pada kelompok perlakuan sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar tidak

bekerja dengan prevalensi 17 (68%) orang.


54

5.1.3 Karakteristik Tingkat Kecemasan

Distribusi tingkat kecemasan responden pada kelompok perlakuan dan

kontrol adalah sebagai berikut:

Tabel 5. 2 Distribusi tingkat kecemasan pada responden kelompok


perlakuan dan kontrol di UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya, November 2017
Perlakuan Kontrol
Kategori Tingkat Kecemasan Pretest Posttest Pretest Posttest
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
1. Tidak Ada Kecemasan 0 0 2 8 0 0 0 0
2. Kecemasan Ringan 6 24 12 48 7 28 7 28
3. Kecemasan Sedang 16 64 10 40 14 56 14 56
4. Kecemasan Berat 3 12 1 4 4 16 4 16
5. Panik 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 25 100 25 100 25 100 25 100
Wilcoxon Signed Ranks Test p = 0,001 p = 1,000
Mann-Whitney U Test p = 0,022

Tabel 5.2 menjelaskan tentang distribusi tingkat kecemasan responden pada

kelompok perlakuan dan kontrol. Pada kelompok perlakuan, sebagian besar

tingkat kecemasan responden pada pretest adalah kecemasan pada tingkat sedang

sebanyak 16 (64%) orang dan masih terdapat responden dengan tingkat

kecemasan berat sebanyak 3 (12%) orang. Data distribusi posttest pada kelompok

perlakuan menunjukkan bahwa terdapat penurunan tingkat kecemasan responden.

Sedangkan tingkat kecemasan responden pada posttest kelompok perlakuan

adalah tingkat kecemasan ringan sebanyak12 (48%) orang. Pretest dan posttest

pada kelompok kontrol menujukkan bahwa mayoritas tingkat kecemasan pada

responden adalah tingkat kecemasan sedang sebanyak 14 (56%) orang.

Hasil uji statistik dengan Wilcoxon Signed Ranks Test pada tingkat

kecemasan pada kelompok perlakuan menunjukkan p = 0,001 (p< 0,05) yang

berarti bahwa pretest dan posttest pada kelompok perlakuan terdapat perbedaan
55

tingkat kecemasan yang signifikan. Sementara itu, pada pretest dan postest pada

kelompok kontrol didapatkan p= 1,000 (p > 0,005) yang berarti bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kecemasan.

Hasil uji statistik dengan Mann – Whitney U Test pada kelompok perlakuan

dan kontrol menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil pada kedua kelompok.

Tabel distribusi menunjukkan perbedaan hasil data posttest tingkat kecemasan

pada kelompok perlakuan dan kontrol sebesar p = 0,022 (p < 0,05).

Kesimpulannya terdapat perbedaan yang signifikan hasil data posttest pada kedua

kelompok (kelompok perlakuan dan kontrol).

5.2. Pembahasan

Kecemasan yaitu gangguan yang terjadi pada alam perasaan yang ditandai

dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan

(Hawari 2013). Kecemasan yang paling banyak terjadi pada kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol sebelum diberikan psychoreligius care: mendengarkan

murotal Al-Quran dengan irama nahawand yaitu kecemasan sedang.

Kecemasan yang terjadi pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan

Kota Surabaya sebagian besar ditandai respon kognitif. Respon kognitif yang di

alami lansia yaitu lansia sulit untuk mengambil keputusan serta memikirkan

sesuatu yang dapat membuat khawatir. Sedangkan respon afektif yang muncul

berupa Lansia mengalami perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang berlebihan.

Selain kedua respon ditas ada beberapa lansia yang menunjukkan respon motorik

dan somatik ditandai dengan lansia merasa gemetar dan merasa sakit perut.

Kecemasan pada responden dengan latar belakang pekerjaan Pemulung,

Pengemis, Gelandangan, Pengamen, paling banyak mengalami kecemasan ringan


56

pada data pretest. Kemudian pada data posttest beberapa tidak mengalami

perubahan kecemasan. Kecemasan ringan yang terjadi pada pretest diduga

disebabkan karena Lansia dengan latar belakang tersebut memiliki pola pemikiran

kehidupan yang bebas, lepas dan tanpa beban. Sehingga dalam menjalankan

kehidupannya tidak memiliki beban yang terlalu tinggi. Sedangkan tidak adanya

perubahan pada hasil posttest di duga disebabkan karena latar belakang

pendidikan yang masih rendah. Menurut Sunaryo (2004) pendidikan dapat

mempengaruhi proses belajar seseorang, dengan tingginya pendidikan seseorang

maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Jadi, semakin

banyak informasi yang masuk maka semakin banyak pula pengetahuan yang

didapat tentang koping yang adaptif dalam mengatasi kecemasan. Namun, apabila

pendidikan seseorang rendah maka informasi yang masuk juga sedikit sehingga

pengetahuan tentang koping individu dalam mengatasi kecemasan kurang dan

beresiko mengalami kecemasan.

Selain faktor pendidikan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

penurunan kecemasan salah satunya yaitu motivasi. Menurut Tamher &

Noorkasani (2009) mendefinisikan motivasi sebagai suatu penggerak dari dalam

hati seseorang untuk mencapai tujuan dan perilaku tertentu. Motivasi yang

dimaksud dalam hal ini adalah keinginan untuk mengikuti Psychoreligius Care :

Murottal Al-Quran Irama Nahawand serta harapan lansia untuk sembuh dari

gangguan kecemasan yang dialami.

Responden yang tidak mengalami perubahan kecemasan pada kelompok

perlakuan dan kontrol yang adalah berjenis kelamin perempuan. Menurut Wiyono

& Widodo (2010) menjelaskan bahwa laki-laki lebih bersifat aktif dan eksploratif
57

sedangkan perempuan lebih sensitif dibandingkan laki-laki sehingga seseorang

perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Kuraesin (2009) menyebutkan kembali bahwa pada umumnya seorang laki-laki

memiliki mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi

dirinya dibandingkan perempuan. Oleh karena itu, pada perempuan lebih banyak

ditemukan kecemasan daripada laki-laki, hal tersebut disebabkan karena dari segi

psikis perempuan memiliki kepribadian yang emosional, sulit mengambil

keputusan dan sensitif terhadap sesuatu sehingga rentan mengalami kecemasan.

Sedangkan tidak adanya perubahan kecemasan pada kelompok kontrol

disebabkan karena tidak adanya perlakuan seperti yang dilakukan pada kelompok

perlakuan dan responden kelompok kontrol hanya melakukan kegiatan rutin yang

diadakan di panti. Pemberian Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama

Nahawand pada kelompok perlakuan sebagian besar kecemasannya menjadi

ringan. Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama Nahawand ini merupakan

intervensi yang diberikan untuk merubah konsekuensi fungsional dari negatif

menjadi positif. Hal ini karena mendengarkan Murottal Alquran irama Nahawand

dapat menenangkan, mendamaikan, dan menentramkan yaitu irama Nahawand

(Kristriyono 2017).

Secara fisiologis Harmonisasi dalam murottal Al-Quran yang indah akan

menarik telinga dalam bentuk suara menggetarkan gendang telinga, mengguncangkan

cairan di telinga dalam, serta menggetarkan sel-sel rambut didalam coglea untuk

selanjutnya melalui saraf koklearis menuju otak dan menciptakan imajinasi keindahan

di otak kanan otak kiri yang akan memberikan dampak berupa kenyamanan dan

perubahan perasaan (Nataliza, 2012). Selanjutnya


58

mengakibatkan ransangan kehipotalamus untuk menurunkan produksi CRF

(Cortikotropin Releasing Factor). CRF akan merangsang kelenjar pituitary anterior

untuk menurunkan produksi ACTH (Adeno Cortico Tropin Hormon) dan

menstimulasi produksi endorphin yang akan membuat klien menjadi rileks.

Penurunan ACTH dan peningkatan endorphin juga dapat menurunkan tahanan perifer

dan cardiac output sehingga tekanan darah menurun (Valentino & Bockstaele, 2008).

Secara psikologis Pemberian murrotal Al-Quran irama nahawand akan menimbulkan

rasa percaya diri, rasa optimisme, mendatangkan ketenangan, damai, dan merasakan

kehadiran Allah (Rohmi Handayani et al, 2014).

Hawari (2013) meyakini Mendengarkan Murottal Al-Quran sebagai salah satu

terapi yang mampu menumbuhkan rasa aman, tentram dan ketenangan yang

mendalam sebagai anugerah dari Allah. Adanya God Spot dalam susunan saraf pusat

(otak) membuat seseorang menjadi tenang, merasakan kekhusukan, kedamaian, dan

rasa dekat dengan Allah SWT. Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama

Nahawand merupakan bentuk intervensi keperawatan yang diberikan pada lansia

dengan kecemasan agar tercapai konsekuensi fungsional yang positif. Menurut Miller

(2012) konsekuensi fungsional positif merupakan segala hal yang dapat meningkatkan

kualitas hidup lansia atau menurunkan tingkat ketergantungan lansia. Konsekuensi

fungsional positif akan terjadi apabila memfasilitasi tingkat kinerja tertinggi.

Konsekuensi positif (Wellness Outcomes) pada lansia dengan kecemasan diantaranya

hati dan pikiran menjadi tenang serta terciptanya keyakinan kekuatan dan sikap

optimisme bagi lansia sehingga dapan menurunkan kecemasan pada lansia. Oleh

karena itu, Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama Nahawand dipilih sebagai

terapi alternatif non farmakologis untuk mengatasi


59

kecemasan lansia yang tinggal di panti karena mengandung unsur spiritual yang

dapat membangkitkan harapan, percaya diri dan keimanan sehingga lansia akan

merasa tenang dan senantiasa dekat dengan Allah SWT serta menjalani

kehidupannya dalam kondisi sehat dan bahagia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

pada tingkat kecemasan responden antara data posttest pada kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol yang dibuktikan dari hasil statistik uji Mann Whitney pada

postest kelompok perlakuan dan kontrol menunjukkan (0,022 < p). Hal tersebut

karena intervensi yang telah diberikan oleh peneliti kepada responden berupa

Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama Nahawand kepada lansia di panti

yang mengalami kecemasan. Menurut Notoatmodjo (2010) dalam proses

pemberian suatu intervensi atau stimulus akan terjadi proses timbal balik antara

berbagai faktor, antara lain: subjek belajar, pengajar, metode dan teknik belajar,

alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.

Pemberian Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama Nahawand

merupakan bentuk terapi modalitas yang dapat dilakukan sebagai terapi

komplementer. Aspek religiusitas berupa unsur meditasi dan relaksasi dalam

Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama Nahawand dapat digunakan

sebagai mekanisme koping yang dapat membangkitkan ketahanan tubuh secara

alami. Selain itu, tingkat religiusitas yang tinggi dapat juga meningkatkan mood

lansia dan menyehatkan diri seseorang.


BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan mengemukakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

tentang Pengaruh Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama Nahawand

terhadap Tingkat Kecemasan pada Lansia yang Tinggal di Panti di Surabaya.

6.1 Simpulan

1. Kecemasan pada lansia yang terjadi di UPTD Griya Werdha Jambangan

Kota Surabaya disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu kurangnya

kunjungan keluarga, ketakutan akan datangnya kematian, takut barangnya

daiambil lansia lain. Kecemasn tersebut paling banyak ditandai dengan

respon kognitif dan afektif. Respon kognotifnya yaitu lansia sulit untuk

mengambil keputusan serta memikirkan sesuatu yang dapat membuat

khawatir. Sedangkan respon afektif yang muncul berupa lansia mengalami

perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang berlebihan.

2. Pemberian Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama Nahawand pada

lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya dapat

menurunkan kecemasan pada lansia di panti. karena dalam intervensi ini

mengandung kekuatan spiritual kerohanian yang mampu memberikan efek

relaksasi, ketenangan dan kepasrahan yang mendalam terhadap Allah SWT

sehingga lansia tidak lagi merasa cemas dalam menjalani masa tuanya.

6.2 Saran

1. Bagi Lansia

60
Lansia dapat menerapkan psychoreligius care : mendengarkan muroottal

Al-Quran irama Nahawand untuk menurunkan kecemasan yang dialami.

2. Bagi Perawat Panti

Perawat panti dapat menambahkan intervensi Psychoreligius care :

mendengarkan murotal Al-Quran irama nahawand sebagai alternatif solusi

terapi non farmakologis untuk menurunkan tingkat kecemasan lansia yang

tinggal di panti.

3. Bagi Panti

Bagi Panti dapat menggunakan Psychoreligius care : mendengarkan

murotal Al-Quran irama nahawand sebagai program kegiatan panti untuk

menurunkan tingkat kecemasan lansia yang tinggal di panti.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang Psychoreligius

Care dalam mengatasi masalah-masalah keperawatan di komunitas.

61
DAFTAR PUSTAKA

Andarini, S. et al. (2015) ‘Terapi Murotal Al-Quran Surat Arrahman


Meningkatkan Kadar β -Endorphin dan Menurunkan Intensitas Nyeri pada
Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif’, 28(3), pp. 213–216.
Arikunto, S. (2013) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bastaman, H. D. (1995) Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Byrne, G. J. A. (2002) ‘What Happens to Anxiety Disorder in Later Life? : Que
Ocorre com os Transtornos da Ansiedade na terceire ideda?’, 24, pp. 74–80.
Fanada, M. (2012) Perawat dalam Penerapan Therapi Psikoreligius untuk
Menurunkan Tingkat Stres pada Pasien Halusinasi Pendengaran di Rawat
Inap Bangau Rumah Sakit Ernaldi Bahan Palembang,
www.banyuasinkab.go.id.
Harahap, R. A. (2014) Perbandingan Tingkat Kecemasan Pada Lanjut Usia Yang
Tinggal Di Panti Werdha UPTD Rumoh Seujahtera Geunasah Sayang
Dengan Yang Tinggal Bersama Keluarga Di Desa Lamglumpang Banda
Aceh. Universitas Syiah Kuala.
Hartati, E. D. M. dan E. (2013) ‘Intervensi Terapi Audio Dengan Murottal Surah
Ar-Rahman Terhadap Perilaku Anak Autisi’, Jurnal Keperawatan
Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), 8(2), pp. 69–76.
Hasrul (2013) 7 MAQAM TILAWAH. Jakarta.
Hassan Sotodehasl (2015) ‘The Effect of Holy Qur ’ an Recitation on Anxiety in
Hemodialysis Patients : A Randomized Clinical Trial’. doi:
10.1007/s10943-014-9997-x.
Hawari, D. (2013) Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru.
Heningsih (2014) Gambaran Tingkat Ansietas Pada Lansia Di Panti Wredha
Dharma Bhakti Kasih Surakarta. Surakarta.
Hidayatullah, A. insani (2012) Riset fisiologi, psikologi : Keajaiban Pengaruh AL
QUR’AN terhadap Organ Tubuh. Available at:
http://terapi.dzikrullah.org/2012/08/riset-fisiologi-psikologi-keajaiban.html
(Accessed: 9 September 2017).
Kristriyono (2017) Belajar Langgam Alquran, Rumah PLQM. Available at:
http://www.ustadzkris.com/index.php/category/murottal/ (Accessed: 25
September 2017).
Kristyaningsih (2011) ‘Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Depresi Pada Lansia’, Jurnal Keperawatan, 1, p. 1.
Laili, F. and Nida, K. (2014) ‘Zikir sebagai Psikoterapi dalam Gangguan

62
Kecemasan bagi Lansia’, Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 5(1), pp.
133– 150.
Lasalo,N. (2016) ‘Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Surah Ar-Rahman
Terhadap Skala Nyeri Post Sectio Caesarea Di Rsud Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta Skripsi’.
Mahjoob, M. (2014) ‘The Effect of Holy Quran Voice on Mental Health’, Journal
of Religion and Health. Springer US, pp. 38–42. doi: 10.1007/s10943-014-
9821-7.
Manaf, M. R. A. et al. (2016) ‘Factors Influencing the Prevalence of Mental
Health Problems among Malay Elderly Residing in a Rural Community : A
Cross-Sectional Study’, pp. 1–13. doi: 10.1371/journal.pone.0156937.
Maryam, R. S. et al. (2008) Mengenai Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Maslow, A. H. (1970) Motivation and Personality. Jakarta: PT Pustaka Binaman
Pressindo.
McCloskey, J. C. and Bulechek, G. M. (2008) Nursing Intervention Clasification
(NIC). 5th edn. St. Louis Mosby.
Miller, C. A. (2012) Nursing for Wellness in Older Adults. 6th edn. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins Inc.
Nataliza (2012) ‘Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spiritual Rawat RSI Siti
Rahmah Padang’.
Nugroho (2012) Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 3rd edn. Edited by M. Ester
& E. Tiar. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2016) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.
3rd edn. Jakarta: Salemba Medika.
Okatiranti, E. D. D. (2015) ‘Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Lansia
Di Posbindu Anyelir Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat’,
III(2), pp. 87–104.
Potter, P. A. and Perry, A. G. (2009) Fundamental Keperawatan. 7th edn. Jakarta:
Salemba Medika.
PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2014) Situasi dan Analisis Lanjut Usia.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.
Putri, M. D. D. (2012) Penggunaan Intervensi Kelompok Cognitive Behavioral
Therapy (CBT) untuk Menurunkan Kecemasan pada Lansia. Universitas
Indonesia.
Rohmi Handayani, Dyah, Retno, D. (2014) ‘Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an
Untuk Penurunan Nyeri Persalinan Dan Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala

63
I Fase Aktif Rohmi’, Jurnal Ilmiah Kebidanan, 5, pp. 1–15.
Safaria, T. and Saputra, N. E. (2009) ManajemenEmosi : Sebuah Panduan Cerdas
Bagaimana Mengelola EmosiPositif dalam Hidup Anda. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Santoso, H. and Ismail, A. (2009) Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung
Mulia.
Stuart (2009) Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 9th edn. St. Louis:
Mosby.
Subandi, Lestari, R. and Suprianto, T. (2013) ‘Pengaruh Terapi Psikoreligius
Terhadap Penurunan Tingkat Ansietas Pada Lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Sejahtera Pandaan Pasuruan’, BIMIKI, Volume 2, pp.
22–33.
Suliswati et al. (2005) Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edited by M.
Ester. Jakarta: EGC.
Syam’ani (2013) ‘Studi Fenomenologi Tentang Pengalaman Dalam Menghadapi
Perubahan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Pada Lansia Di Kecamatan
Jekan Raya Kota Palangka Raya’, Jurnal Keperawatan jiwa, 1(30), pp.
60– 69.
Tarwoto and Wartonah (2015) Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. 5th edn. Jakarta: Salemba Medika.
Tumiran, M. A. et al. (2013) ‘Addressing sleep disorder of autistic children with
Qur ’ anic sound therapy’, 5(8), pp. 73–79. doi:
10.4236/health.2013.58A2011.
Valentino, R. J. and Bockstaele, E. Van (2008) ‘Convergent regulation of locus
coeruleus activity as an adaptive response to stress’, 583, pp. 194–203. doi:
10.1016/j.ejphar.2007.11.062.
Videbeck’s (2012) Mental Health Nursing. Australia: wolters Kluwer health.
WHO (2012) Global Health and Aging. USA: U.S Departement of Health and
Human Services.
Widhowati, S. S. (2010) ‘Efektifitas Terapi Audio dengan Murattal Surah Ar
Rahman Menurunkan Perilaku Kekerasan di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang’, 23.
Widianti, E. (2011) Pengaruh Terapi Logo dan Terapi Suportif Kelompok
terhadap Ansietas Remaja di Rumah Tahanan dan Lembaga
Pemasyarakatan Wilayah Provinsi Jawa Barat. Universitas Indonesia.

64
Lampiran 1 Penjelasan Penelitian Bagi Responden Penelitian

PENJELASAN PENELITIAN
BAGI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ahmad Asyroful Anam
Alamat: : Jalan Mulyorejo Barat Gang 1 No. 23, Kecamatan
Mulyorejo, Surabaya
Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Nomor Kontak : 081249873797
e-mail : aasyroful@gmail.com

Judul Penelitian : Pengaruh Psychoreligius Care : Mendengarkan Murotal


Al-Quran Dengan Irama Nahawand Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
Pada Lansia Di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menjelaskan pengaruh psychoreligius care : Mendengarkan Murotal Al-
Quran dengan Irama Nahawand Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
Pada Lansia Di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Werdha
Jambangan Kota Surabaya sebelum dan sesudah diberikan psychoreligius
care : mendengarkan murotal Al-Quran irama nahawand.
2. Menganalisis pengaruh psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-
Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan kota Surabaya.

Perlakuan yang diterapkan pada subjek


Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen, dalam penelitian ini
responden akan dilakukan:
1. Jika lansia menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian ini, peneliti akan
membagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan.
2. Pada tahap awal, kelompok kontrol maupun kelompok intervensi diminta
untuk mengisi kuesioner tentang kecemasan.
3. Lansia kelompok intervensi akan mendapat Loud Speaker untuk
mendengarkan murottal Al-Quran selama 6 hari. Pada hari ke 7 akan
diberikan kuesioner tentang kecemasan dan mengisi kuesioner tersebut.
4. Lansia kelompok kontrol pada hari ke 7 akan diberikan kuesioner tentang
kecemasan dan mengisi kuesioner tersebut. Setelah mengisi kuesioner,

65
lansia kelompok kontrol juga mendapatkan Loud Speaker untuk
mendengarkan murottal Al-Quran.

Manfaat Penelitian Bagi Subjek Penelitian


Rangkaian kegiatan Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama
Nahawand dapat digunakan sebagai upaya menurunkan tingkat kecemasan pada
lansia yang tinggal di panti untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Hak untuk Undur Diri
Keiikutsertaan lansia dalam penelitian ini bersifat sukarela dan lansia-
lansia berhak untuk mengundurkan diri kapan pun, tanpa menimbulkan
konsekuensi yang bersifat merugikan lansia dan apabila dalam penelitian ini tidak
bersedia dijadikan responden, maka peneliti akan mencari responden yang lain.
Jaminan Kerahasiaan Data
Semua data dan informasi identitas lansia akan dijaga kerahasiaannya,
yaitu dengan tidak mencantumkan identitas lansia secara jelas dan pada laporan
penelitian nama lansia diibuat kode.
Adanya Insentif untuk Subyek Penelitian
Seluruh subjek penelitian tidak mendapat insentif berupa uang atau biaya
trasportasi tetapi akan memperoleh Loud Speaker dan Flash disk berisi murottal
Al-Quran
Informasi Tambahan
Penelitian ini akan menyampaikan hasil penelitian kepada lansia. Jika
lansia mengijinkan, hasil penelitian ini juga akan diberikan kepada institusi
pendidikan dimana peneliti sedang belajar serta pada panti werdha setempat.
Pernyataan Kesediaan
Apabila lansia telah memahami penjelasan dan setuju sebagai responden
dalam penelitian ini, mohon menandatangani surat pernyataan bersedia
berpartisipasi sebagai responden penelitian.

Surabaya, Oktober 2017


Hormat saya,

Ahmad Asyroful Anam

66
Lampiran 2 Informed Consent

SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan BERSEDIA / TIDAK


BERSEDIA *) menjadi peserta / responden penelitian yang akan dilakukan oleh
Ahmad Asyroful Anam, mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya, yang berjudul:
“Pengaruh Psychoreligius Care : Mendengarkan Murotal Al-Quran Dengan Irama
Nahawand Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di UPTD Griya
Werdha Jambangan Kota Surabaya”.

Nama : ……………………………………………………………………..
Umur : ………… tahun
Alamat : ……………………………………………………………………..
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
……………………No.Telepon/Hp: . ……………….

Kode **) :

Sebagai responden dari penelitian tersebut. Persetujuan ini saya buat dengan sadar
dan tanpa paksaan dari siapa pun. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

*) coret yang tidak perlu


**) diisi oleh peneliti

Surabaya, Oktober 2017


Peneliti Responden

(Ahmad Asyroful Anam) (……………………….)

67
Lampiran 3 Kuesioner

KUESIONER
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Petunjuk pengisian:
1. Diisi oleh responden
2. Beri tanda (X) pada jawaban yang benar Kode Responden
3. Kotak “kode responden” hanya diisi oleh peneliti

Pertanyaan
1 Usia responden
1. 60 – 69 tahun
2. 70 – 79 tahun
3. ≥ 80 tahun
2 Jenis kelamin responden
1. Laki-laki
2. Perempuan
3 Status perkawinan
1. Tidak menikah
2. Menikah
3. Janda atau duda
4 Pendidikan terakhir responden
1. Tidak sekolah
2. SD (Sekolah Dasar)
3. SMP (Sekolah Menengah Pertama)
4. SMA (Sekolah Menengah Atas)
5. Sarjana
5 Pekerjaan sebelum menghuni panti
1. Tidak bekerja
2. Petani
3. Guru
4. Wiraswasta
5. Lain-lain

68
KUESIONER KECEMASAN LANSIA
GERIATRIC ANXIETY INVENTORY (GAI)

Petunjuk pengisian:
1. Jenis Kelamin :
2. Usia : Kode Responden

Geriatric Anxiety Inventory (GAI)


Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan apa yang Anda rasakan selama
satu minggu terakhir.
Berilah tanda (√) pada kolom Setuju apabila pernyataan tersebut sesuai dengan
keadaan anda.
Berilah tanda (√) pada kolom Tidak Setuju apabila pernyataan tersebut tidak
sesuai dengan keadaan anda.
Nilai jawaban “Setuju” yaitu 1 dan “Tidak Setuju” yaitu 0.

Setuju Tidak
Penyataan
Setuju

1 Saya merasa khawatir setiap waktu

2 Saya merasa sulit untuk mengambil keputusan

3 Saya sering merasa gugup

4 Saya merasa sulit untuk bersantai

5 Saya sering tidak dapat menikmati sesuatu karena


khawatir

6 Hal-hal kecil sangat mengganggu saya

7 Saya sering merasa tegang

8 Saya berpikir bahwa saya adalah seorang yang mudah


khawatir

9 Saya tidak dapat menahan kekhawatiran, bahkan pada


hal-hal sepele

10 Saya sering merasa gelisah

69
11 Pikiran saya sering membuat saya khawatir

12 Saya merasa sakit perut karena kekhawatiran saya

13 Saya berpikir bahwa saya adalah seorang yang mudah


gelisah

14 Saya selalu merasa hal yang paling buruk akan terjadi

15 Saya sering merasa gemetar

16 Saya berpikir bahwa kekhawatirn mengganggu hidup


saya

17 Kekhawatiran sering menghampiri saya

18 Saya terkadang merasa ada sesuatu yang mengganjal di


perut saya

19 Saya melewatkan suatu hal karena saya terlalu khawatir

20 Saya sering merasa kesal

70
Lampiran 4 Satuan Acara Kegiatan

SATUAN ACARA KEGIATAN (SAK) PSYCHORELIGIUS


CARE MENDENGARKAN MUROTTAL AL-QURAN IRAMA
NAHAWAND

Pokok bahasan : Psychoreligius Care Mendengarkan Murottal Al-Quran


irama nahawand
Hari, tanggal : 12-19 Oktober 2017
Waktu Pertemuan : 20 menit
Tempat : UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya
Sasaran : Lansia yang Tinggal di UPTD Werdha dengan Tingkat
Kecemasan Ringan Sampai Panik

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan Psychoreligius Care mendengarkan murotal Al-Quran
dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di
panti Griya Werdha Jambangan kota Surabaya dapat mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari untuk menurunkan tingkat kecemasan.

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah dilaksanakan kegiatan lansia mampu:
1. Memahami pengertian Murottal Al-Quran
2. Mengatahui manfaat Murottal Al-Quran
3. Klien dapat menumbuhkan rasa syukur atas nikmat Tuhan yang sudah
diberikan
4. Klien memahami bahwa semua hidup kita hanya milik Allah dan akan
kembali kepadanya.
III. Materi Pembelajaran
Pokok Bahasan: Psychoreligius Care Mendengarkan Murottal Al-Quran irama
nahawand,
Sub Pokok Bahasan:
1. Pengertian Murottal Al-Quran irama nahawand
2. Manfaat Murottal Al-Quran irama nahawand
3. Menjelaskan bagaimana cara berserah diri (tawakkal) dan hal- hal yang
bisa merusak tawakkal
IV. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Mendengarkan murrotal Ar-Rahman

71
V. Media
1. Speaker

VI. Kegiatan
No Waktu Kegiatan

1. 3 menit Pembukaan:
- Mengucapkan salam
- Menanyakan kabar
- Melakukan kontrak waktu
- Menyampaikan manfaat dan tujuan pembelajaran dari
materi yang akan disampaiakan
2. 10 menit Pelaksanaan:
- Mendengarkan murrotal Ar- Rahman
- Menjelaskan makna dari surat Ar- Rahman 1-78
- Mengajari cara mensukuri nikmat Allah.
3. 5 menit Evaluasi:
- Memberi kesempatan bertanya
- Perawat menanyakan perasaan klien setelah
menjalani intervensi
- Meminta klien untuk menyampaikan hal yang
sudah dijelaskan
- Mengucapkan terimakasih atas pertisipasinya dalam
kegiatan ini
- Mengucapkan salam

VII. Pengorganisasian
Pelaksana : Ahmad Asyroful Anam

VIII. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
- Lansia memperhatikan kegiatan dengan baik
- Penyelenggaraan kegiatan dilakukan oleh mahasiswa keperawatan
- Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Evaluasi Proses
- Lansia antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
- Lansia tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung.
- Lansia terlibat aktif dalam kegiatan.
c. Evaluasi Hasil

72
- Lansia memahami materi yang telah disampaikan.
- Lansia dapat mempraktekkan Psychoreligius Care mendengarkan
murotal Al-Quran dengan irama nahawand dengan baik.

XI. Lampiran Materi


Pengertian Murotal Al-Quran
1. Terapi Murotal Al Quran

a. Pengertian Al Quran

Al Quran adalah buku ilahi dan kitab suci yang ditujukan untuk

bimbingan spiritual manusia. Al Quran memiliki saran dan rekomendasi

penting untuk kesejahteraan manusia baik dalam kehidupan duniawi dan

akhirat(Mahjoob, 2014). Dalam Q.S. Yunus (10) ayat 57 disebutkan bahwa

“Wahai manusia, sungguh telah datang kepada kalian nasihat dari Rabb kalian

dan penyembuh untuk apa yang ada di dalam dada serta petunjuk dan rahmat

bagi kaum mukminin”

b. Pengertian Terapi Murotal Al Quran

Lantunan Ayat-ayat Al-Quran (Murotal) merupakan bagian dari suara

manusia yang merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan

(Lasalo, 2016). Sama seperti terapi musik, suara melodi yang bersumber dari

Al-Quran memiliki efek terapeutik terhadap emosioanal, kognitif, dan

kebutuhan sosial individu (Tumiran et al., 2013). Terapi murottal Al-Quran

selama 15 menit dengan tempo yang lambat serta harmonis dapat menurunkan

hormon stress, mengaktifkan hormon endofrin alami (serotonin)(Lasalo, 2016)

Murrotal Al – Qur’an adalah salah satu musik dengan intensitas 50

desibel yang membawah pengaruh positif bagi pendengaran (Wijaya dalam

Hudayana.2014). Intensitas suara yang rendah merupakan intensitas suara kurang

60 desible sehingga menumbuhkan kenyamanan dan tidak nyeri. Terapi

73
murrotal Al – Qur’an dapat menstimulasi gelombang alpha yang akan

menyebabkan pendengarnya mendapat keadaan yang kurang tentram dan

damai (Permana sari dalam Wahida, Nooryanto & Andrami.2015)

Bacaan murrotal Al – Quran mempunyai irama yang konstan, teratur

dan tidak ada perubahan irama yang mendadak. Tempo murrotal al – Qura’an

juga berada antara 60 -70 db/menit serta nadanya rendah sehingga mempunyai

efek meningkatkan ketenangan (Rohmi Handayani, Dyah, Retno, 2014).

Manfaat terapi murotal Al Quran dibuktikan dalam berbagai penelitian.

Manfaat tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Memberikan ketenangan jiwa

Bacaan Al-Quran yang diperdengarkan kepada seseorang menurut

Hidayatullah (2012) menimbulkan efek relaksasi hingga 65%, dibandingkan

bacaan berbahasa Arab non Al-Quran hanya mencapai 33%.

2. Menurunkan kecemasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hassan Sotodehasl (2015)

menunjukkan bahwa pemberian pengaruh terapi murotal Al Quran memiliki

pengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa. Pada penelitian

tersebut responden yang diberikan terapi murotal Al Quran memiliki tingkat

kecemasan yang lebih rendah daripada pasien yang tidak diberikan terapi.

3. Menurunkan perilaku kekerasan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Widhowati (2010) ini

menunjukkan bahwa penambahan terapi audio dengan murottal surah Ar

Rahman pada kelompok perlakuan lebih efektif dalam

74
menurunkan perilaku kekerasan dibandingkan dengan kelompok kontrol

yang tidak mendapatkan terapi audio tersebut.

4. Mengurangi tingkat nyeri

Terapi murotal Al Quran terbukti dapat menurunkan tingkat nyeri.

Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Andarini et al., 2015)

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi murotal Al Quran

terhadap tingkat nyeri. Pada penelitian tersebut kelompok yang diberikan

terapi murotal Al Quran memiliki tingkat nyeri yang lebih rendah

dibandingkan kelompok yang tidak diberikan terapi murotal Al Quran.

5. Efektif dalam perkembangan kognitif anak autis

Penelitian yang dilakkan oleh Hartati (2013) menyebutkan bahwa terapi

music murotal mempunyai pengaruh yang jauh lebih baik dariapada terapi

musik klasik terhadap perkembangan kognitif anak autis.

Jenis Tilawah Murotal Al-Quran

Menurut Muhsin Salim dalam Hasrul (2013) terdapat 7 macamt tilawah

Murotal Alquran yaitu :

1. Bayyati

Dalam tradisi melagukan Al-Quran menempatkan maqom bayyati

sebagai lagu pertama. Adapun lagu makom bayyati memiliki 4 tingkat

nada :

1) Qoror (dasar)

2) Nawab (menengah).

3) Jawab( tinggi)

75
4) Jawabul Jawab (tertinggi)

2. Shoba.

Memiliki 4 tingkatan / variasi nada

1) Awal Makom Shoba

2) Asyiron (nawa)

3) Ajami (jawab)

4) Quslah Bustanjar

3. Nahawand

Memiliki 4 tingkatan variasi

1) Awal Makom Nahawand

2) Nawa

3) Jawab

4) Quflah Mahur

4. Hijaz

Tingkatan/ variasi nada hijaz

1) Awal Makom

2) Hijaz Karkur

3) Alwan Hijaz

5. Rost

Tingkatan/ variasi nada pada Rost

1) Awal Makom Rost

2) Nawa

3) Jawab

4) Kuflah / Zinjiron

76
5) Syabir Alarrost

6) Alwan Rost

6. Sika

Tingkatan / Variasi nada pada Sika

1) Awal makom

2) Iraqi (nawa)

3) Turki (jawab)

4) Variasi Rami

7. Jiharka

Tingkatan / variasi nada pada Jiharka

1) Awal Makom

2) Nawa

3) Jawab

Murotal Al-Quran sebagai Terapi dalam Gangguan Kecemasan

Salah satu tehnik distraksi yang digunakan untuk mengatasi kecemasan

adalah berupa murrotal Al-Quran. Murrotal. Al-Quran merupakan bagian instrumen

musik yang memiliki proses untuk menurunkan kecemasan. Harmonisasi dalam

musik yang indah akan menarik telinga dalam bentuk suara menggetarkan gendang

telinga, mengguncangkan cairan di telinga dalam, serta menggetarkan sel-sel

rambut didalam coglea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju otak dan

menciptakan imajinasi keindahan di otak kanan otak kiri yang akan memberikan

dampak berupa kenyamanan dan perubahan perasaan (Nataliza, 2012). Terapi

murottal Al-Quran selama 15 menit dengan tempo yang

77
lambat serta harmonis dapat menurunkan hormon stress, mengaktifkan hormon

endofrin alami (serotonin) (Lasalo, 2016).

78
Lampiran 5 Surat Permohonan Fasilitas Pengambilan Data di UPTD Griya
Werdha Jambangan Kota Surabaya

79
Lampiran 6 Analisis Data

1. Data Demografi Kelompok Perlakuan

Usia
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid 60-69 10 40.0 40.0 40.0
70-79 9 36.0 36.0 76.0
>=80 6 24.0 24.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Perempuan 13 52.0 52.0 52.0
Laki-laki 12 48.0 48.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Status Perkawinan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Tidak 8 32.0 32.0 32.0
menikah
Menikah 5 20.0 20.0 52.0
Janda/duda 12 48.0 48.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Tidak 12 48.0 48.0 48.0
Sekolah
SD 5 20.0 20.0 68.0
SMP 6 24.0 24.0 92.0
SMA 2 8.0 8.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Tidak 7 28.0 28.0 28.0
Bekerja
Petani 3 12.0 12.0 40.0
Wiraswasta 8 32.0 32.0 72.0
Lain-lain 7 28.0 28.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

80
2. Data Demografi Kelompok Kontrol

Usia
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid 60-69 3 12.0 12.0 12.0
70-79 11 44.0 44.0 56.0
>=80 11 44.0 44.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Perempuan 16 64.0 64.0 64.0
Laki-laki 9 36.0 36.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Status Perkawinan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Tidak 14 56.0 56.0 56.0
menikah
Menikah 2 8.0 8.0 64.0
Janda/duda 9 36.0 36.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Tidak 14 56.0 56.0 56.0
Sekolah
SD 7 28.0 28.0 84.0
SMP 3 12.0 12.0 96.0
SMA 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Tidak 17 68.0 68.0 68.0
Bekerja
Wiraswasta 4 16.0 16.0 84.0
Lain-lain 4 16.0 16.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

81
3. Kategori Jumlah Pretest-Posttest Kelompok Perlakuan

Kategori Pre Test Perlakuan


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Kecemasan 6 24.0 24.0 24.0
Ringan
Kecemasan 16 64.0 64.0 88.0
Sedang
Kecemasan Berat 3 12.0 12.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Kategori Post Test Perlakuan


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Tidak Ada 2 8.0 8.0 8.0
Kecemasan
Kecemasan Ringan 12 48.0 48.0 56.0
Kecemasan Sedang 10 40.0 40.0 96.0
Kecemasan Berat 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

4. Kategori Jumlah Pretest-Posttest Kelompok Kontrol

Kategori Pre Test Kontrol


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Kecemasan 7 28.0 28.0 28.0
Ringan
Kecemasan 14 56.0 56.0 84.0
Sedang
Kecemasan Berat 4 16.0 16.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Kategori Post Test Kontrol


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Kecemasan Ringan 7 28.0 28.0 28.0
Kecemasan Sedang 14 56.0 56.0 84.0
Kecemasan Berat 4 16.0 16.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

82
5. Wilcoxon Pretest-Posttest Kelompok Perlakuan

Ranks
n Mean Sum of
Rank Ranks
Kategori_Post_Test Negative Ranks 12a 6.50 78.00
_Perlakuan - Positive Ranks 0b .00 .00
Kategori_Pre_Test_ Ties 13c
Perlakuan Total 25
a. Kategori_Post_Test_Perlakuan < Kategori_Pre_Test_Perlakuan
b. Kategori_Post_Test_Perlakuan > Kategori_Pre_Test_Perlakuan
c. Kategori_Post_Test_Perlakuan = Kategori_Pre_Test_Perlakuan

Test Statisticsa
Kategori_Post_Test_Perlakuan -
Kategori_Pre_Test_Perlakuan
Z -3.464b
Asymp. Sig. (2- .001
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

6. Wilcoxon Pretest-Posttest Kelompok Kontrol


Ranks
n Mean Sum of
Rank Ranks
Kategori_Post_Test_ko Negative Ranks 0a .00 .00
ntrol - Positive Ranks 0b .00 .00
Kategori_Pre_Test_Ko Ties 25c
ntrol Total 25
a. Kategori_Post_Test_kontrol < Kategori_Pre_Test_Kontrol
b. Kategori_Post_Test_kontrol > Kategori_Pre_Test_Kontrol
c. Kategori_Post_Test_kontrol = Kategori_Pre_Test_Kontrol
Test Statistics
a
Kategori_Post_Test_kontrol
-
Kategori_Pre_Test_Kontrol
Z .000b
Asymp. Sig. (2- 1.000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. The sum of negative ranks equals the sum of
positive ranks.

83
Nilai
205.000
530.000
-2.284
.022

7. Mann Whitney Posttest Kelompok Perlakuan-Kontrol


Ranks
Metode n Mean Sum of
Rank Ranks
Nilai 1 25 21.20 530.00
2 25 29.80 745.00
Total 50

Test Statisticsa

Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig.
(2-tailed)
a. Grouping Variable: Metode
84
8. Data Demografi Kelompok Perlakuan

Data Demografi GAI Total Scroe Data Kecemasan


No GAI
Jenis Status Tingkat GAI Pre
Responden Usia Pekerjaan Post Kategori Pretest Kategori Post Test
Kelamin Perkawinan Pendidikan Test
Tes
1 60-69 Perempuan Tidak menikah SMA Gelandangan 9 3 Kecemasan Sedang Kecemasan Ringan
2 70-79 Perempuan Menikah SMP Tidak Bekerja 3 0 Kecemasan Ringan Tidak Ada Kecemasan
3 70-79 Perempuan Tidak menikah SD Tidak Bekerja 9 6 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
4 >=80 Perempuan Tidak menikah Tidak Sekolah Tidak Bekerja 14 11 Kecemasan Berat Kecemasan Berat
5 70-79 Perempuan Tidak menikah Tidak Sekolah Tidak Bekerja 8 4 Kecemasan Sedang Kecemasan Ringan
6 60-69 Perempuan Menikah Tidak Sekolah Pengemis 4 1 Kecemasan Ringan Kecemasan Ringan
7 60-69 Perempuan Janda/duda Tidak Sekolah Wiraswasta 8 6 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
8 60-69 Perempuan Janda/duda SD Tidak Bekerja 6 3 Kecemasan Sedang Kecemasan Ringan
9 60-69 Perempuan Menikah SMP Wiraswasta 7 6 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
10 >=80 Perempuan Tidak menikah SMP Petani 4 0 Kecemasan Ringan Tidak Ada Kecemasan
11 >=80 Laki-laki Janda/duda Tidak Sekolah Gelandangan 9 4 Kecemasan Sedang Kecemasan Ringan
12 70-79 Laki-laki Janda/duda SMA Wiraswasta 10 8 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
13 60-69 Laki-laki Janda/duda SMP Wiraswasta 5 2 Kecemasan Ringan Kecemasan Ringan
14 70-79 Laki-laki Janda/duda SD Wiraswasta 8 3 Kecemasan Sedang Kecemasan Ringan
15 60-69 Laki-laki Janda/duda SD Wiraswasta 7 3 Kecemasan Sedang Kecemasan Ringan

85
16 70-79 Laki-laki Janda/duda SMP Tidak Bekerja 11 8 Kecemasan Berat Kecemasan Sedang
17 70-79 Laki-laki Menikah Tidak Sekolah Wiraswasta 8 6 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
18 >=80 Laki-laki Tidak menikah Tidak Sekolah Pengemis 5 2 Kecemasan Ringan Kecemasan Ringan
19 60-69 Laki-laki Janda/duda Tidak Sekolah Pemulung 7 4 Kecemasan Sedang Kecemasan Ringan
20 60-69 Laki-laki Janda/duda SD Wiraswasta 9 8 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
21 70-79 Laki-laki Menikah Tidak Sekolah Pemulung 7 5 Kecemasan Sedang Kecemasan Ringan
22 >=80 Laki-laki Janda/duda Tidak Sekolah Pengamen 5 3 Kecemasan Ringan Kecemasan Ringan
23 >=80 Perempuan Janda/duda SMP Petani 8 6 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
24 60-69 Perempuan Tidak menikah Tidak Sekolah Petani 9 6 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
25 70-79 Perempuan Tidak menikah Tidak Sekolah Tidak Bekerja 11 7 Kecemasan Berat Kecemasan Sedang

86
8. Data Demografi Kelompok Kontrol

GAI Total
Data Demografi Data Kecemasan
Scroe
No
GAI GAI
Responden Jenis Status Tingkat
Usia Pekerjaan Pre Post Kategori Pre Test Kategori Post Test
Kelamin Perkawinan Pendidikan
Test Tes
1 70-79 Perempuan Tidak menikah Tidak Sekolah 9 9 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
Tidak Bekerja
2 >=80 Perempuan Tidak menikah Tidak Sekolah Wiraswasta 7 7 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
3 >=80 Perempuan Tidak menikah Tidak Sekolah Tidak Bekerja 14 14 Kecemasan Berat Kecemasan Berat
4 70-79 Perempuan Tidak menikah SMA Tidak Bekerja 3 3 Kecemasan Ringan Kecemasan Ringan
5 70-79 Perempuan Tidak menikah Tidak Sekolah Tidak Bekerja 7 7 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
6 70-79 Perempuan Tidak menikah Tidak Sekolah Gelandangan 7 7 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
7 >=80 Perempuan Janda/duda Tidak Sekolah Tidak Bekerja 6 6 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
8 >=80 Perempuan Tidak menikah SD Tidak Bekerja 11 11 Kecemasan Berat Kecemasan Berat
9 >=80 Perempuan Janda/duda Tidak Sekolah Wiraswasta 6 6 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
10 70-79 Perempuan Tidak menikah SMP Tidak Bekerja 4 4 Kecemasan Ringan Kecemasan Ringan
11 70-79 Perempuan Janda/duda Tidak Sekolah Tidak Bekerja 9 8 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
12 >=80 Perempuan Tidak menikah Tidak Sekolah Pengemis 5 5 Kecemasan Ringan Kecemasan Ringan
13 70-79 Perempuan Menikah SD Gelandangan 5 5 Kecemasan Ringan Kecemasan Ringan
14 60-69 Perempuan Tidak menikah Tidak Sekolah Tidak Bekerja 3 3 Kecemasan Ringan Kecemasan Ringan

87
15 70-79 Perempuan Tidak menikah SMP Tidak Bekerja 8 8 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
16 >=80 Perempuan Janda/duda SD Tidak Bekerja 12 11 Kecemasan Berat Kecemasan Berat
17 60-69 Laki-laki Janda/duda Tidak Sekolah Wiraswasta 5 5 Kecemasan Ringan Kecemasan Ringan
18 60-69 Laki-laki Tidak menikah Tidak Sekolah Tidak Bekerja 4 4 Kecemasan Ringan Kecemasan Ringan
19 70-79 Laki-laki Janda/duda SD Tidak Bekerja 7 7 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
20 >=80 Laki-laki Janda/duda SD Tidak Bekerja 9 9 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
21 >=80 Laki-laki Menikah Tidak Sekolah Tidak Bekerja 7 7 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
22 >=80 Laki-laki Tidak menikah Tidak Sekolah Wiraswasta 8 8 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
23 >=80 Laki-laki Janda/duda SMP Tidak Bekerja 7 7 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
24 70-79 Laki-laki Tidak menikah SD Pemulung 9 8 Kecemasan Sedang Kecemasan Sedang
25 70-79 Laki-laki Janda/duda SD Tidak Bekerja 11 11 Kecemasan Berat Kecemasan Berat

88
Lampiran 7 Surat Permohonan Fasilitas Pengambilan Data di UPTD Griya Wreda
Jambangan Kota Surabaya

89
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian BAKESBANGPOL Kota Surabaya

90
Lampiran 9 Surat Selesai Penelitian dari UPTD Griya Wreda Jambangan Kota
Surabaya

91
Lampiran 10 Ethical Approval

92

Anda mungkin juga menyukai