Anda di halaman 1dari 18

PROJECT

Perkembangan Emosi Remaja


Dinamika Emosi Remaja Broken Home
DOSEN PENGAMPU : Dr. Aman Simaremare, MS. S.Psi
Perkembangan Peserta Didik

NAMA MAHASISWA : ARNI HANIFAH SANTI 7183342029

ROLASMARIA SIRINGORINGO 718314201

FAULINA TAN ARUAN 7183342025

KELAS : PENDIDIKAN AKUNTANSI B

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

November 2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi. Wabarakatuh.

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya penulisan Project “Perkembangan Peserta Didik” yang membahas mengenai
Perkembangan Remaja. Project ini saya buat berdasarkan sumber buku-buku penunjang yang
saya miliki dan dari situs-situs yang berhubungan dengan mata kuliah ini serta dari berbagai
sumber lainnya.

Saya juga berterima kasih kepada Bapak Dosen yang mengampu mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik khusunya yang tengah membimbing saya pada mata kuliah ini.
Saya berharap Semoga Project singkat ini nantinya bermanfaat bagi kita semua terutama pada
para pembacanya.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan lebih dan kurang saya mohon maaf dan demi
perbaikan hasil Project singkat ini, saya perlukan kritik beserta saran dari para pembaca sekalian,
agar kelak mendapat masukan yang lebih baik untuk kedepannya, akhir kata saya haturkan
terima kasih,

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, November, 2018

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Ringkasan 4

Bab I : Pendahuan 5

1.1 Latar Belakang 5

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan 6

1.4 Manfaat 6

Bab II : Kajian Teori 7

Bab III : Metode Penelitian 11

Bab IV : Hasil Pembahasan dan Evaluasi 13

Bab V : Penutup 16

5.1 Kesimpulan 16

5.2 Saran 17

Daftar Pustaka 18

3
RINGKASAN

Masa remaja di anggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Biehler (1972)
membagi cirri-ciri emosional remaja menjadi dua rentan usia, yaitu 12-15 tahun dan usia 15-18
tahun. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa
takut dan factor-faktor eksternal yang seringkali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang
sedang tumbuh.
Emosi dapat ,mempengaruhi tingkah laku, misalnya rasa marah atau rasa takut dapat
menyebabkan seorang gemetar, dalam ketakutan nya , mulut menjadi kering detak jantung mulai
cepat,system pencernaan berubah selama selama pemunculan emosi ini.

Maka, emosi adalah suatu keadaan yang mempengaruhi dan menyertai penyesuaian di
dalam diri secara umum, keadaan yang merupakan penggerak mental dan fisik bagi individu dan
yang dapat dilihat melalui tingkah laku luar. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perkembangan emosi pada anak SMP dan SMA serta menyelesaikan tugas mata
kuliah dari perkembangan peserta didik. Metode analisa data yang digunakan adalah analisa
deskriptif kualitatif.Berdasarkan hasil analisa data, penulis menemukan bahwa terdapat dampak
dari remaja yang mengalami broken home, salah satunya dalam bentuk masalah sosial,
emosional, pendidikan bahkan keluarga.

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua manusia pada umumnya memiliki dorongan dan minat yang besar untuk mencapai
atau ingin memiliki sesuatu. Adanya perilaku seseorang dan munculnya berbagai kebutuhan
seseorang disebabkan oleh dorongan dan minat yang besar. Jika terpenuhi, itulah dasar dari
pengalaman emosionalnya. Perjalanan hidup seseorang satu dengan yang lainnya itu tidak sama.
Semua memiliki jalan sendiri-sendiri. Semua memiliki pola sendiri-sendiri pula. Jika seseorang
bisa memenuhi apa yang mereka inginkan, maka mereka akan memiliki emosi yang stabil,
dengan demikian bisa menikmati hidupnya dengan sebaik-baiknya. Tetapi sebaliknya, jika
seseorang tidak bisa memenuhi apa yang mereka inginkan, maka mereka cenderung memiliki
emosi yang tidak stabil.

Seseorang manusia dalam menanggapi sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran
dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Tetapi pada saat tertentu, dorongan emosional banyak
campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Oleh sebab itu,
untuk memahami emosional peserta didik, guru memang perlu mengetahui apa yang dia pikirkan
dan dia lakukan. Yang lebih penting lagi adalah mengetahui apa yang mereka rasakan. Gejala-
gejala emosional seperti marah, takut, malu, cinta, benci, dan lainnya perlu dicermati dan
dipahami dengan baik. Selanjutnya marilah kita tinjau secara rinci tentang perkembangan emosi
pada peserta didik.

Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh
gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di
Chicago oleh Mihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan
hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara
orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan emosi ini erat
kaitannya dengan kemasakan hormon yang terjadi pada remaja. Stres emosional yang timbul
berasal dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Lalu bagaimana
proses perkembangan emosi pada anak tanpa orang tua yang utuh?

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak Perkembangan Emosi Remaja ketika orang tua mereka telah bercerai?

1.3 Tujuan penulisan

1.untuk menyelesaikan tugas mahasiswa dalam mata kuliah Perkembangan peserta didik
2. untuk mengembangkan dan membentuk kreativitas dalam proses perkuliahan.
3.Memberikan solusi atau ide mengenai permasalah Perkembangan Emosi Remaja.
4.Untuk mengetahui perkembangan emosi remaja

1.4 Manfaat

1. Menambah pengetahuan wawasan penulis dan pembaca terhadap materi yang dibahas.
2. Memberi pemahaman kepada penulis sebagai calon pendidik mengenai betapa pentingnya
perkembangan emosi remaja
3. Menjadikan penulis untuk lebih kreatif, aktif dan produktif dalam mencapai tujuan dari
kependidikan.

6
. BAB II
KAJIAN TEORI

 Emosi Remaja

Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. (Crow
& Crow ,1958). Emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena
emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995). Secara umum Emosi adalah suatu
perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap
stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Istilah emosi tidak dapat
dipergunakan untuk mengganti isitilah-istilah lain seperti perasaan, motif, dorongan, nafsu, dan
kehendak. Emosi meliputi keadan yang merupakan sumber penggerak atau pembangkit semangat
manusia berbuat.
Hal itu meliputi gangguan-nggangguan alat-alat dalam tubuh secara luas dan termasuk
berbagai ragam penyesuaian perasaan, berbagai tingkat kepuasan atau kekacauan-kekacauan
pikiran. Perasan hanyalah suatu tingkat pengalaman emosi yang sederhana. Perbedaan besar di
antara keduanya terletak dalam hal bahwa perasaan adalah lebih terbatas. Perasaan selalu
menyesuaikan dengan semua pengalaman-pengalaman manusia, sedangkan emosi lebih dalam
dan merupakan tanda reaksi alat-alat dalam yang lebih keras.
Dengan demikian emosi adalah suatu keadaan yang mempengaruhi dan menyertai
penyesuaian di dalam diri secara umum, keadaan yang merupakan penggerak mental dan fisik
bagi individu dan yang dapat dilihat melalui tingkah laku luar. Sesuai dengan definisi ini, maka
emosi adalah dinamika terhadap penyesuaian di dalam diri individu yang bekerja untuk
mendatangkan rasa puas, perlindungan dan kesejahteraan orang seseorang.

 Perkembangan Emosi
Uraian berikutnya mengenai enam tahapan perkembangan emosi yang harus dilalui seorang
anak. Pengalaman emosional yang sesuai pada tiap tahap merupakan dasar perkembangan
kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan konsep dirinya di kemudian

7
hari. Tahapan tersebut saling berkesinambungan, tahapan yang lebih awal akan mempersiapkan
tahapan selanjutnya.

1. regular diri dan minat lingkungan


Kemampuan anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila
anak masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari
rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak
nyaman.
2. keakraban
Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan
dan penuh cinta.
3. Komunikasi dua arah
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi
(aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan
intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la
mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai
muncul keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif
4. Komunikasi Kompleks
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks dengan mengekspresikan
keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai menyertakan
keinginannya dalam bermain,
5. Ide emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang
melibatkan emosi. Kemampuan menciptakan ide awalnya berkembang melalui permainan pura-
pura yang memberikan kesempatan bereksperimen dengan perasaan, keinginan dan harapan.
Kemudian ia mulai memberi nama pada benda-benda sekeliling yang berarti, disini ia mulai
mengerti penggunaan simbol benda konkrit. Kemudian simbol menjadi semakin meluas pada
aktifitas dan emosi dan ia belajar kemampuan memanipulasi ide untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya

6. Berfikir emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir

8
secara logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain,
memprediksi perasaan dan akiba' dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa
memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai
kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.

 Karakteristik perkembangan emosi

Karakteristik perkembangan remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri,yaitu
sebagai berikut:
a. Perubahan fisik tahap awal pada periode pra-remaja disertai sikap kepekaan terhadap
rangsang-rangsang dari luar menyebabkan responnya biasanya berlebihan sehingga mereka
mudah tersinggung dan cengeng,tetapi juga cepat merasa senang bahkan meledak-ledak.
b. Perubahan fisik yang semakin tampak jelas pada periode remaja awal menyebabkan
mereka cendrung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing,kurang perhatian dari
orang lain,atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya.
c. Periode remaja tengah sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat
dipegang teguh sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di masyarakat yang menunjukkan
adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui menyebabkan remaja sering
kali secara emosional ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap
benar,baik dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang
tua atau orang dewasa disekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya.
d. Periode remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai
menunjukkan pemikiran,sikap,perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu,orang tua dan
masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan
orang tua juga semakin lebih bagus dan lancar karena mereka sudah semakin bebas penus serta
emosinya pun mulai stabil.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja

Ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja,yaitu:

9
a. Perubahan Jasmani
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua
c. Perubahan interaksi dengan teman sebaya
d. Perubahan pandangan luar
e. Perubahan interaksi dengan lingkungan sekolah

Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka
bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar(Hurlock, 1960:266). Kematangan dan
belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Anak
memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa
kanak-kanak kemasa remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya
sendiri yang bersifat individual ini dan memperhalus perasaan merupakan bukti/petunjuk adanya
pengaruh yang bertahap dan latihan serta pengendalian terhadap perilaku emosional. Dengan
bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional.
Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media massa/keseluruhan latar belakang
Pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.

10
III
METODE PENELITIAN
 Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah orang - orang yang bersangkutan dalam memberikan
informasi serta menjadi sumber informasi di dalam proses perkembangan emosi remaja.
Dengan demikian, dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswi SMP atau
SMA yang menjadi korban ketidakutuhan rumah tangga. Penentuan Narasumber Untuk
pennetuan narasumber penulis menggunakan teknik wawancara dan observasi lapangan.

 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang merupakan
data yang bukan berupa angka -angka,namun berupa sebuah fakta dengan uraian - uraian atau
kalimat - kalimat serta memaparkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta - fakta aktual
sesuai kenyataan sehingga menuntut penafsiran peneliti secara mendalam terhadap makna yang
terkandung di dalamnya (Moleong, 2005).

 Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Data primer sebagai data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau
perseorangan seperti hasil dari proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti
akan memperoleh data primer dengan mencatat melalui catatan tertulis dan melalui
perekaman audio tapes dari proses wawancara secara langsung kepada siswi narasumber.
2. Data sekunder merupakan data yang didapat bukan dari sumber pertama.Peneliti akan
mendapatkan dari observasi lapangan.

 Metode Pengumpulan Data


Dalam mendapatkan data guna membantu dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode pengumpulan data berupa wawancara semi terstruktur yaitu interview membuat garis
besar pokok-pokok pembicaraan, namun dalam pelaksanaannya interviewer mengajukan
pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu dipertanyakan
secara berututan dan pemilihan kata -katanya tidak baku (Satori dan Komaariah, 2009).

11
 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan oleh peneliti akan dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis data kualitatif. Informasi yang diperoleh dari para informan akan
diolah dengan cara: (a) Menelaah seluruh data dari berbagai sumber, (b) Reduksi data,
(c)Kategorisasi, (d) Penafsiran data (Moleong, 2005)
 Tujuan Penelitian

1. Melihat apakah pengajar sudah memenuhi standar pengajar yang telah ditentukan.
2. Melihat keprofesionalan guru mengajar dalam kelas.
3. Melihat apakah pengajaran yang diberikan sudah efektif.

 Alat dan Bahan

- Buku dan alat tulis


- Laptop
- Kamera hp
- Reward ( berupa snack )

12
IV
HASIL PEMBAHASAN DAN EVALUASI

 EVALUASI JADWAL PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

No. Kegiatan Tanggal Tanggal Tempat


Rencana Awal Pelaksanaan
1. Diskusi pemilihan topik dan 10 November 10 November Fakultas
penentuan judul 2018 2018 Ekonomi
Unimed
2. Diskusi perencanaan 10 November 10 November Fakultas
kegiatan, penentuan metode 2018 2018 Ekonomi
yang digunakan, dan Unimed
perencanaan pelaksanaan
observasi
3. Diskusi pembuatan 10 November 10 November Fakultas
pendahuluan dan landasan 2018 2018 Ekonomi
teori Unimed
4. Survey lokasi 11 November 11 November Disekitar SMP
2018 2018 N 35 Medan
6. Pembelian reward 11 November 11 November Indomaret
2018 2018
7. Pelaksanaan observasi 12 November 12 November Di sekitar SMP
2018 2018 N 35 Medan
8. Menyusun hasil akhir 15 November 15 November Fakultas
observasi 2018 2018 Ekonomi
Unimed
9. Evaluasi 17 November 17 November Fakultas
2018 2018 Ekonomi
Unimed

13
 Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan temuan di lapangan penulis coba merangkum dampak yang dirasakan anak
secara psikologis karena orang tuanya bercerai, antara lain sebagai berikut :

Masalah emosional

Setelah bercerai, anak-anak dari pra-sekolah hingga akhir masa remaja dapat mengalami defisit
dalam perkembangan emosional. Anak-anak dari segala usia mungkin merasakan kesedihan dan
depresi, yang merupakan keadaan emosional jangka panjang (dapat bertahan hingga beberapa
tahun setelah perceraian orangtua), jelas psikolog Lori Rappaport.

Selain itu, beberapa anak yang lebih tua mungkin menunjukkan reaksi emosional yang sangat
sedikit terhadap perpisahan orangtua mereka. Rappaport menjelaskan bahwa hal ini bukanlah
tahapan perkembangan yang baik untuk anak. Beberapa anak yang menunjukkan sedikit respon
emosional sebenarnya memendam perasaan negatif mereka. Penekanan emosional ini justru
dapat membuat orangtua, guru, dan terapis kesulitan untuk membantu anak memproses
perasaannya dengan cara yang tepat.

Lalu, sebuah studi menunjukkan bahwa tingkat bunuh diri pada anak lebih tinggi untuk anak
broken home dibandingkan dengan anak di keluarga normal. Tidak ada korelasi yang ditemukan
antara kematian orangtua dan bunuh diri dari seorang anak. Namun, bunuh diri tampaknya dipicu
oleh penolakan anak oleh orangtua.

Masalah pendidikan

Perkembangan akademik yang melambat adalah masalah lain pada anak broken home yang
umum dipengaruhi oleh perceraian orangtua. Stres secara emosional saja sudah dapat
menghambat kemajuan akademis anak, tetapi perubahan gaya hidup dan ketidakstabilan keluarga
yang hancur dapat berkontribusi pada hasil pendidikan yang buruk. Kemajuan akademik yang
buruk ini dapat berasal dari sejumlah faktor, termasuk ketidakstabilan di lingkungan rumah,
sumber daya keuangan yang tidak memadai, dan rutinitas yang tidak konsisten.

14
Masalah sosial

Perceraian mempengaruhi hubungan sosial anak untuk beberapa hal. Akibat perceraian, beberapa
anak melepaskan kegelisahan mereka dengan bertindak agresif dan terlibat dalam perilaku
bullying (penindasan), yang keduanya merupakan hal negatif dan dapat mempengaruhi hubungan
teman sebaya mereka.

Anak-anak lain mungkin mengalami kecemasan, yang dapat membuat mereka sulit untuk
mencari interaksi sosial yang positif dan terlibat dalam kegiatan perkembangan yang bermanfaat
seperti olahraga. Remaja broken home mungkin mengembangkan sikap sinis dan
ketidakpercayaan terhadap hubungan, baik terhadap orangtua dan pasangan potensial mereka.

Masalah dinamika keluarga

Menuru hakikatnya, perceraian tidak hanya mengubah struktur keluarga, namun juga
dinamikanya. Bahkan jika pasangan memiliki perceraian secara damai, hal itu hanya
menciptakan dua rumah tangga baru yang secara permanen mengubah interaksi dan peran
keluarga. Berdasarkan pengaturan kehidupan yang baru, anak-anak mungkin perlu melakukan
beberapa tugas rumah tangga dan mengambil peran tambahan dalam fungsi dasar rumah tangga
baru.

Selain itu, pada beberapa keluarga yang bercerai, anak sulung akan mengambil peran orangtua
bagi adik-adiknya, karena jadwal kerja orangtua mereka atau ketidakmampuan orangtua untuk
selalu hadir di sisi mereka seperti sebelum terjadinya perceraian.

Terlebih, anak broken home di usia 18-22 tahun kemungkinan dua kali lebih besar untuk
memiliki hubungan yang buruk dengan orangtua mereka. Kebanyakan dari mereka akan
menampilkan tekanan emosional yang tinggi dan masalah perilaku, sehingga banyak dari mereka
mendapatkan bantuan psikologis..

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Keluarga sangatlah penting bagi perkembangan anak pada masa-masa yang mendatang,
baik secara psikologis maupun secara fisik. Selain itu keluarga juga sebagai tempat untuk
berlindung, dan memperoleh kasih sayang. Namun, bagaimana jika peran keluarga sebagai
pelindung, dan tempat memperoleh kasih sayang itu tidak berfungsi dengan sebagaimana
mestinya? Tanpa keluarga anak akan merasa sendiri, dan tidak ada tempat untuk berlindung.
Kemana mereka harus pergi jika tempat perlindungan saja mereka tidak punya? Apa mereka
harus mencari perlindungan dijalan? Tidak! Anak adalah generasi penerus yang seharusnya di
jaga dengan baik, oleh karena itu orang tua harus menjaga anak-anak mereka sebagaimana
mestinya peran orangtua. Dan perceraian bukanlah jalan untuk menyelesaikan masalah.
Perceraian adalah penerus masalah selanjutnya. Orangtua harus memilih antara ego mereka
masing-masing atau masa depan anak mereka.
Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan
memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya
sebagai suami istri. Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian diantaranya adalah kurangnya
berkomunikasi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perzinahan, masalah ekonomi, krisis
moral dan akhlak.
Sedangkan dampak perceraian bagi anak adalah sedih, marah, kehilangan, merasa tidak
aman, timbul rasa malu, merasa bersalah dan menyalahkan diri. Adapun upaya mengatasi
masalah pada anak korban perceraian :

5.2 Saran
Solusi dari kasus perceraian yang berpengaruh besar terhadap psikologi anak, seharusnya
pihak orang tua dapat mempertimbangkan kembali untuk mengambil keputusan untuk
melakukan perceraian, mereka harus memilih antara mengikuti ego mereka untuk bercerai atau
menjaga psikologi anak yang akan ditimbulkan akibat perceraian tersebut, apabila perceraian
memang jalan yang seharusnya diambil, maka diperlukan peran orang tua yang harus bisa
menyikapi atau mengambil alih serta mengawasi anak, agar terhindar dari segala kegiatan yang

16
bisa merusak masa depan anak, dan perbanyaklah kegiatan yang positif agar dapat
mengembangkan potensi anak dan berikan pengarahan ketika anak dewasa, jangan sampai
perceraian itu terjadi di kehidupannya kelak, dan berikan pengalaman.

17
DAFTAR PUSTAKA

Rahmulyani,2013 Perkembangan Peserta Didik, Medan : Unimed Press


Hiryanto, 2007 Perkembangan Peserta Didik, Yogyakarta ; Yogyakarta Press
Sit, Masganti, 2012 Perkembangan Peserta Didik,Medan : Perdana Publishing
http://dunia-konseling.blogspot.com/2014/05/bab-i-pendahuluan-a_9.html

18

Anda mungkin juga menyukai