Anda di halaman 1dari 6

5.

Penatalaksanaan
Walaupun tidak ada terapi yang spesifik untuk menghentikan proses inflamasi,
penanganan ARDS difokuskan 3 hal penting yaitu :
a) Mencegah lesi paru iatrogenik
b) Mengurangi cairan didalam paru
c) Mempertahankan oksigenasi jaringan
 Terapi umum
1. Sedapat mungkin hilangkan penyebab dengan cara antara lain drainase pus,
antibiotika, fiksasi bila ada fraktur tulang panjang.
2. Sedasi dengan kombinasi oplat benzodiaepin, oleh karena penderita akan
memerlukan bantuan ventilasi mekanik dalam jangka lama.
3. Memperbaiki hemodinamik untuk meningkatkan oksigenisasi dengan
memberikan cairan , obat-obat vasodilator /konstiktor, inotropik, atau
diuritekum.
 Terapi ventilasi
1. Ventilasi mekanik dengan intubasi endotrakheal merupakan terapi yang
mendasarpada menderita ARDS bila ditemukan laju nafas >30x/min atau
terjadi peningkatan kebutuhan FiO2 > 60% (dengan menggunakan masker
wajah ) untuk mempertahankan PO2 sekitar 70 mmHg atau lebih dalam
beberapa jam.
2. Lebih spesifik lagi dapat diberikan ventilasi dengan rasio I:E terbalik
disertai dengan PEEP untuk membantu mengembalikan cairan yang
membajiri alveolus dan memperbaiki atelektasis sehingga memperbaiki
ventilasi dan perfusi (V/Q)
3. Tergantung tingkat keperahanya, maka penderita dapat di beri non
invasive ventilation seperti CPAP, BIPAP atau positive prsessure
ventilation.
4. Pemberian volume tidal 10-15 ml/kg dapat mengakibatkan kerusakan
bagian paru yang masih normal sehingga terjadi robekan alveolaus, deplesi
surfaktan dan lesi alveolar-capillary interface.
 Terapi lain
1. Untuk memperkecilkan resiko barotrauma dapat dipakai mode pressure
controlle.
2. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah)
3. Restriksi cairan/diuresis yang cukup akan mengurangi cairan paru (Ilung
water)
4. Prone position akan memperbaiki V/Q karena akan mengalihkan cairan
darah sehingga tidak terjadi atelektasis.
5. Inhalasi nitric oxide/prostasiklin akan menyebabkan dilatasi pembuluh
darah di paru sehingga secara nyata memperbaiki hipertensi pulmonum
danoksigenasi arteri.
6. Targeted drug treatment ; terapi ini difokuskan pada regrasi lesi patologi
dan mengurangi jumlah cairan dalam paru.
7. Surfactan sintetik secara aerosol (Exosurf ) ternyata bermanfaat untuk
ARDS pada neonatus,tetapi tidak pada ARDS.
8. Kortikosteroid dosis tinggi dimaksudkan untuk mengurangi reaksi
inflamasi pada jaringan paru, tapi sayangnya hasilnya tidak memuaskan ,
sehingga tidak direkomendasikan pada ARDS terutama pada fasse awal.
9. Oleh karena metabolit oksigen mempunyai peran yang penting pada
patogenesis ARDS melalui aktifasi neutrofil, maka pemberian
antioksidan mungkin akan banyak manfaatnya sebagai terapi yang
spesifik pada ARDS
10. Pemberian N-acetylcysteine banyak memberikan harapan dan masih
terus dilakukan penelitian-penelitian.
11. Ketoconazol diharapkan dapat menghambat pelepasan TNF oleh
makrofag, tetapi masih diperlukan penelitian dalam jumlah sample yang
lebih besar.
12. Diuretikum lebih ditujukan untuk memimalkan atau mencegah kelebihan
cairan, dan hanya diberikan bila eksresi cairan oleh ginjal terganggu, oleh
karena itu cara paling baik untuk mencegah kelebihan cairan adalah
dengan mempertahankan pengeluaran cairan adekuat.
13. Transfusi darah diperlukan untuk menjaga kadar Hb lebih dari 10 gr%..
14. Extracorporeal Oxgenation Extracorporeal membrane oxygenation
(ECMO) adalah suatu sistem prolongeed cardiopulmonary bypass.
ASUHAN KEPERAWATAN ARDS

A. Pengkajian
1) Identitas umum ibu.

1. Data riwayat terdahulu


 Kemungkinan ibu menderita penyakit hpertensi sebelum hamil
 Kemungkinan ibu mempunyai riwayat pre-eklampsia pada kehamilan
terdahulu.
 Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
 Ibu mungkin pernah menderita
2. Riwayat kesehatan sekarang
 Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
 Terasa sakit di ulu hati / n yeri epigastriuim
 Gangguan virus : pengliha tan kabur ,skotoma, dan diplopia
 E dema pada ekstremitas.
 Tengkuk terasa berat

a) Aktivitas/istirahat

Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.Ketidakmampuan melakukan


aktivitas sehari – hari karna sulit bernapas.Ketidakmampuan
untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnae pada
saat istirahat/respon terhadap aktivitas/latihan.

Tanda : Keletihan, Gelisah, insomnia.Kelemahan umum/kehilangan


massa otot.

b) Sirkulasi

Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi


jantung/takikardia berat.Distensi vena leher. Edema dependent
Bunyi jantung redup.Warna kulit/membran mukosa:
normal/sianosis Pucat, dapat menunjukkan anemia.

c) Integritas Ego

Gejala : Peningkatan faktor resiko.Perubahan pola hidup

Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

d) Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah.nafsu makan buruk/anoreksia.Ketidakmampuan
untuk makan karna distress pernapasan.Penurunan berat badan
menetap, peningkatan berat badan menunjukan edema
(bronkitis).

Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.Penurunan


berat badan, palpitasi abdominal dapat menayatakan
hepatomegali.

e) Hygiene

Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan


aktivitas. Tanda :Kebersihan buruk, bau badan.

f) Pernafasan

Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama


minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.

Episode batuk hilang timbul.

Tanda : Pernafasan biasa cepat.Penggunaan otot bantu


pernafasan.Bentuk barel chest (dada tong), gerakan diafragma
minimal. Bunyi napas ronchiPerkusi hiperesonan pada area
paru.Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, abu –
abu keseluruhan.

g) Keamanan

Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor


lingkungan.Adanya/berulangnya infeksi.

h) Seksualitas

Gejala : Penurunan libido

i) Interaksi sosial

Gejala : Hubungan ketergantunganKegagalan dukungan/terhadap


pasangan/orang dekat Penyakit lama/ketidakmampuan
membaik.

Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress


pernapasan.Keterbatasan mobilitas fisik.Kelalaian hubungan
dengan anggota keluarga lain..
j) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan.Kesulitan


menghentikan merokok. Penggunaan alkohol secara teratur.
Kegagalan untuk membaik.

3. Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d hilangnya fungsi jalan nafas,
peningkatan sekret pulmonal.
2. Gangguan pertukaran gas b.d alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan
dipermukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan
3. Kelebihan volume cairan b.d edema pulmonal non kardia.

diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi rasional


Dx 1 Tujuan -pastikan kebutuhan
Kriteria hasil oral/tracheal suctioning
1. Mendemonstrasikan - auskultasi suara nafas
batuk efektif dan suara sebelum dan sesudah
nafas yang bersih,tidak suctioning.
ada sianosis dan - minta klien nafas dalam
dyspneu(mampu sebelum suctions dilakukan.
mengeluarkan sputum, - monitor status oksigen
mampu bernafas pasien.
dengan mudah tidak -berikan O2 dengan
ada pursed lips) menggunakan nasal untuk
2. Menunjukkan jalan menfasilitas sukion
nafas yang paten (klien nasotrakeal.
tidak merasa tercekik, -keluarkan sekret dengan batuk
irama nafas, frekuensi atau saktion
pernafasan dalam -monitor respirasi dan status
rentang normal , tidak O2
ada suara nafas
abnormal
3. Mampu
mengidentifikasi dan
mencegah factor yang
dapatnmenghambat
jalan nafas.
Dx 2 Tujuan -monitor rata-rata kedalaman,
Kriteria hasil irama dan usaha respirsi
1. Mendemonstarsikan -monitor suara nafas , seperti
peningkatan ventilasi dengkur.
dan oksigenasi yang -monitor pola nafas
adekuat. -posisikan pasien untuk
2. Memelihara kebersihan memaksimalkan ventillasi.
paru-paru dan bebas - pasang mayo jika perlu
dari tanda tanda -atur intake untuk cairan
distress pernafasan. mengoptimalkan
3. Tanda-tanda vital keseimbangan.
dalam rentang normal. - tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskulyasikan
crakes dan ronkhi pada jalan
napas utama.
-auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya.

Dx3

Anda mungkin juga menyukai