Anda di halaman 1dari 17

Nama Kelompok

ARDS Nur intan


Melinia fitri
Definisi
Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
merupakan perlukaan inflamasi paru yang
bersifat akut dan difus, yang mengakibatkan
peningkatan permeabilitas vaskular paru,
peningkatan tahanan paru, dan hilangnya
jaringan paru yang berisi udara, dengan
hipoksemia dan opasitas bilateral pada
pencitraan, yang dihubungkan dengan
peningkatan shunting, peningkatan dead space
fisiologis, dan berkurangnya compliance paru.
Etiologi

• Sepsis
• Hipotensi
• Transfusi darah,terutama bila masif
• Sindrom respons peradangan iskemik (sytemic
inflammanotory response sysndrome).SIRSI
• Koagulasi intravaskular diseminata
• Penyebab obstertik
• Efek samping obat
• Gangguan kimiawi pada paru
• Gangguan paru yang berhubungan dengan ketinggian
Tanda dan Gejala

• Manifestasi ARDS bervariasi tergantung pada penyakit


predisposisi, derajat injuri paru, dan ada tidaknya
disfungi organ lain selain paru. Gejala yang dikeluhkan
berupa sesak napas, membutuhkan usaha lebih untuk
menarik napas, dan hipoksemia. Infiltrat bilateral pada
foto polos toraks menggambarkan edema pulmonal.
Multiple organ dysfunction syndrome (MODS) dapat
terjadi karena abnormalitas biokimia sistemik.
• Adult respiratory distress syndrome terjadi dalam
hitungan jam-hari setelah onset kondisi predisposisi.
Batasan waktu ARDS ini adalah satu minggu dari
munculnya onset baru atau dari memburuknya suatu
gejala pernafasan.
Patofisiologi
• Kerusakan karena inflamasi terjadi di alveoli dan endotel
kapiler paru karena produksi mediator proinflamasi lokal
atau yang terdistribusi melalui arteri pulmonal. Hal ini
menyebabkan hilangnya integritas barier alveolar-kapiler
sehingga terjadi transudasi cairan edema yang kaya
protein.
• Sel tipe I (menyusun 90% epitel alveolar) merupakan
jenis sel yang paling mudah rusak, menyebabkan
masuknya cairan ke dalam alveoli dan penurunan
pembersihan cairan dari rongga alveolus. Sedangkan sel
tipe II tidak mudah rusak namun memiliki peran multipel
seperti produksi surfaktan, transpor ion, dan proliferasi
dan diferensiasi menjadi sel tipe I setelah trauma.
Kerusakan pada kedua sel ini menyebabkan penurunan
produksi surfaktan dan penurunan komplians.
• Disfungsi selular dan kerusakan yang terjadi berdampak
pada terjadi Perburukan V/Q matching dengan shunting
yang dapat dilihat dari hipoksia arterial dan gradien A-a
yang sangat besar, hipertensi pulmonal, penurunan
komplians paru (stiff lungs) dan hiperinflasi alveoli yang
tersisa, serta gangguan pada proses normal perbaikan
paru yang berkembang menjadi fibrosis paru pada
Klasifikasi

• Kriteria Berlin mengklasifikasikan ARDS menjadi


tiga kelompok berdasarkan nilai PaO2/FiO2.
Tidak penggunaan kortikosteroid dan nitric oxide
direkomendasikan pada ARDS.terapi non
kovensional seperti memposisikan pasien dalam
posisi tengkurap (prone postition), memberikan
efek dalam meningkatkan oksigenasi dan
berhubungan dengan dalam meningkatkan
oksigenasi dan berhubungan dengan
menurunkan mortalitas.
Penatalaksanaan
 Terapi umum
• Mencegah lesi paru
iatrogenik – Sedapat mungkin hilangkan
penyebab dengan cara antara
• Mengurangi cairan
lain drainase pus, antibiotika,
didalam paru
fiksasi bila ada fraktur tulang
• Mempertahankan panjang.
oksigenasi jaringan
– Sedasi dengan kombinasi
oplat benzodiaepin, oleh
karena penderita akan
memerlukan bantuan ventilasi
mekanik dalam jangka lama.
– Memperbaiki hemodinamik
untuk meningkatkan
oksigenisasi dengan
memberikan cairan , obat-obat
vasodilator /konstiktor,
inotropik, atau diuritekum.
• Terapi ventilasi
 Ventilasi mekanik dengan intubasi endotrakheal
merupakan terapi yang mendasarpada menderita ARDS
bila ditemukan laju nafas >30x/min atau terjadi
peningkatan kebutuhan FiO2 > 60% (dengan
menggunakan masker wajah ) untuk mempertahankan
PO2 sekitar 70 mmHg atau lebih dalam beberapa jam.
 Lebih spesifik lagi dapat diberikan ventilasi dengan rasio
I:E terbalik disertai dengan PEEP untuk membantu
mengembalikan cairan yang membajiri alveolus dan
memperbaiki atelektasis sehingga memperbaiki ventilasi
dan perfusi (V/Q)
 Tergantung tingkat keperahanya, maka penderita dapat
di beri non invasive ventilation seperti CPAP, BIPAP atau
positive prsessure ventilation.
 Pemberian volume tidal 10-15 ml/kg dapat
mengakibatkan kerusakan bagian paru yang masih
normal sehingga terjadi robekan alveolaus, deplesi
Asuhan keperawatan ARDS

• Pengkajian
Identitas umum ibu.
• Data riwayat terdahulu
– Kemungkinan ibu menderita penyakit hpertensi sebelum
hamil
– Kemungkinan ibu mempunyai riwayat pre-eklampsia pada
kehamilan terdahulu.
– Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
– Ibu mungkin pernah menderita
• Riwayat kesehatan sekarang
– Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
– Terasa sakit di ulu hati / n yeri epigastriuim
– Gangguan virus : pengliha tan kabur ,skotoma, dan
diplopia
– Edema pada ekstremitas.
– Tengkuk terasa berat
• Aktivitas/istirahat
 Gejala : Keletihan, kelelahan,
malaise.Ketidakmampuan melakukan
aktivitas sehari – hari karna sulit
bernapas.Ketidakmampuan untuk
tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnae
pada saat istirahat/respon terhadap
aktivitas/latihan.

 Tanda : Keletihan, Gelisah, insomnia.Kelemahan


umum/kehilangan massa otot.
• Sirkulasi
 Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
 Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan
frekuensi jantung/takikardia
berat.Distensi vena leher. Edema
dependent Bunyi jantung redup.Warna
kulit/membran mukosa:
• Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko.Perubahan pola
hidup
 Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

• Makanan/cairan
 Gejala : Mual/muntah.nafsu makan
buruk/anoreksia.Ketidakmampuan
untuk makan karna distress
pernapasan.Penurunan berat badan menetap,
peningkatan berat badan menunjukan
edema (bronkitis).
 Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen,
berkeringat.Penurunan berat badan,
palpitasi abdominal dapat menayatakan
hepatomegali.
• Hygiene
 Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan
kebutuhan melakukan aktivitas. Tanda
• Pernafasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari
selama minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun
sedikitnya 2 tahun.
Episode batuk hilang timbul.
Tanda : Pernafasan biasa cepat.Penggunaan otot bantu
pernafasan.Bentuk barel chest (dada tong), gerakan
diafragma minimal. Bunyi napas ronchiPerkusi hiperesonan pada
area paru.Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar
kuku, abu – abu keseluruhan.
• Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor
lingkungan.Adanya/berulangnya infeksi.
• Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
• Interaksi sosial
Gejala : Hubungan ketergantunganKegagalan
dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena
distress pernapasan.Keterbatasan mobilitas
fisik.Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
• Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat
Diangnosa
• Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d hilangnya
fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal.
• Gangguan pertukaran gas b.d alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan dipermukaan alveoli, hilangnya
surfaktan pada permukaan
• Kelebihan volume cairan b.d edema pulmonal non
kardia.
Intervensi
• Diagnosa
• Gangguan pertukaran gas b.d alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan dipermukaan alveoli, hilangnya surfaktan
pada permukaan
• Tujuan dan kriteria hasil
• Mendemonstarsikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat.
• Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda
tanda distress pernafasan.
• Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
• Intervensi
• Pantau intake /output hitung keseimbangan cairan ,catat
kehilangan kasat mata.
• Pantau tanda vital.
• Anjurkan pasien untuk minum dan makan dengan perlahan
sesuai indikasi .
• Berikan cairan iv melalui alat control.
• Evaluasi turgor kulit , kelembaban membran mukosa
• Kaji ulang kebutuhan cairan
• Diagnosa
– Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d hilangnya fungsi jalan
nafas, peningkatan sekret pulmonal
• Tujuan dan kriteria hasil
• Kriteria hasil
• Mendemonstarsikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat.
• Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda
tanda distress pernafasan.
• Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
• Intervensi
• Catat perubahan upaya dan pola bernapas
• Catat karakteristik bunyi nafas.
• Catat karakteristik batuk (missal, menetap, efektif/tak efektif)
juga produksi dan karakteristik sputum.
• Pertahankan posisi tubuh/kepala tepat dan gunakan alat
jalan napas sesuai kebutuhan
• Bantu dengan batuk/napas dalam, ubah posisi dan
penghisapan sesuai indikasi.
• Diagnosa
– Kelebihan volume cairan b.d edema pulmonal non kardia.
• Tujuan dan kriteria hasil
– Mendemonstarsikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat.
– Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda
tanda distress pernafasan.
– Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
• Intervensi
• Pantau intake /output hitung keseimbangan cairan
,catat kehilangan kasat mata.
• Pantau tanda vital.
• Anjurkan pasien untuk minum dan makan dengan
perlahan sesuai indikasi .
• Berikan cairan iv melalui alat control.
• Evaluasi turgor kulit , kelembaban membran mukosa
• Kaji ulang kebutuhan cairan

Anda mungkin juga menyukai