Anda di halaman 1dari 25

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

NOMOR : 064/PER/DIR/V/2012

TENTANG

PANDUAN HEMODIALISA

RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL ROYAL PROGRESS

Menimbang :

a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit diperlukan adanya
buku panduan Hemodialisa di Rumah Sakit Royal Progress;
b. bahwa sesuai butir a dan b tersebut diatas perlu ditetapkan dengan peraturan Direktur
Rumah Sakit Royal Progress.
Mengingat :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
3. Keputusan Mentri Kesehatan RI No.HK.07.06/III/4437/09 Tentang pemberian ijin
penyelenggaraan perpanjang (1) kepada yayasan sejahtera progress untuk
Menyelenggarakan Rumah Sakit Royal Progress;
4. Keputusan Ketua Badan pengurus Yayasan Sejahtera Progress Nomor
11/YSP/KHU/VIII/2010 tentang struktur Organisasi Rumah sakit Royal Progress;
5. Keputusan Ketua badan pengurus yayasan sejahtera progress Nomor
021/YSP/X/07 tahun 2007 tentang pengangkatan Direktur.

MEMUTUSKAN :

Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL


PROGREES TENTANG PANDUAN HEMODIALISA RUMAH
SAKIT ROYAL PROGRESS.
Kedua : Panduan Hemodialisa Rumah sakit royal progress di maksud
dalam dictum kesatu sebagaimana tercantum dalam lampiran
peraturan ini.
Ketiga : Panduan Hemodialisa rumah sakit royal progress sebagaimana
dimaksud dalam dictum kedua harus dijadikan acuan dalam
memberikan pelayanan di rumah sakit royal progress.
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan
apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam
menetapkan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang mah akuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepad apenyusun ,sehigga BUKU PANDUAN HOMODIALISA
RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS ini dapat selesai disusun.

Buku paduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam
memberikan pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit Royal Progres.

Dalam pandian ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana hemodialisa di rumah
sakit ini.

Tidak lupa peyusun megucapkan terimakasih yang sedalam dalamny aatas batuan semua
pihak yang telah membantu dalam meyelesaikan paduan Hemodialisis Rumah Sakit Royal
Progress.

Jakarta, Maret 2012

Peyusun
DAFTAR ISI

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS …………… iii


Kata pengantar …………………………………………………………………………. v
Daftar isi ……………………………………………………………………………….. vi
Latar Belakang ………………………………………………………………………… 1
Landasan Dasar Pelayanan Hemosidalisa ………….…………………………………. 1
Landasan Hukum ……………………………………………………………………… 2
Perijinan……… ………………………………………………………………………. 2
Pengertian Pelayanan Hemodialisa …………………………………………………… 4
Pengorganisasian ……………………………………………………………..………. 6
Pelayanan Hemodialisa …………………………….…………………………………. 9
Sistem Rujukan ………………..……………………………………………………… 15
Pembinaan dan Pengawasan Unit Homodialisa ……………………………………… 16
Lampiran
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan pembangunan kesehatan di Indonesia seharusnya diikuti secara seimbang
oleh perbaikan mutu pelayanan kesehatan baik di sarana pelayanan kesehatan maupun
pratktek perorangan. Adanya Globalisasi serta industrialisasi yang cepat di sector
kesehatan berdampak pada cara melakukan tindakan, baik berupa terapi, pemakaian alat,
pemberian resep dan sebagainya sehingga tindakan tersebut sesuai indikasi yang tepat.
Disamping itu dengan adanya UU Perlindungan Konsumen serta terkaitnya praktek
kedokteran tersebut aspek medis, legal, etis, psikologis, social budaya serta financial
maka perlu dibuat suatu pedoman pelayanan kesehatan yang bertujuan memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dan memberikan rasa aman bagi
dokter/tenaga medis dalam melakukan praktek kedokteran. Hal ini juga berlaku pada
pelayanan dialisis dimana umumnya pasien dengan penyakit ginjal kronik membutuhkan
pengobatan yang berulang dan melibatkan peralatan/mesin dengan teknologi tinggi serta
kompetensi tenaga kesehatan yang memadai.

B. Landasan Dasar Pelayanan Hemodialisa ( HD )


1. Jumlah pasien penyakit Ginjal Kronik makin meningkat
Seperti di Negara lain, prevalensi PGK meningkat dari tahun ketahun. Penyakit ini
bisa disebabkan oleh beberapa keadaan seperti hipertensi, diabetes mellitus,
glomerulonefritis kronik, penyakit obtruksi-infeksi terutama oleh karena batu, dll.
Data pola 50 penyakit utama di rawat jalan RS se-indonesia tahun 2004 menempatkan
Hipertensi pada peringkat ke 3 dengan 411.355 kunjungan dan diabetes mellitus pada
peringkat ke 7 dengan 326.462 kunjungan.
Penyakit ginjal kronik merupakan masalah besar di Indonesia. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah tindakan hemodialisa yang dilakukan di RS milik Depkes dan Pemda
sepanjang tahun 2005 sebanyak 125.441.
Saat ini unit hemodialisa di Indonesia yang terdata di PERNEFRI sebanyak 400
unit, Semetara Indonesia membutuhkan sekitar 6000 unit mesin hemodialisis
2. Faktor factor yang mendukung disediaknnya pedoman pelayanan hemodialisis.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khusunya bagi pasien
penyakit ginjal dan hipertensi, telah tersedia beberapa factor yang mendukung upaya
tersebut antara lain :
a. Komitmen profesi ( PERNEFRI ) untuk melkukan pengembangan SDM (
dokter, perawat, teknis ) baik secara kualitas maupun kuantitas.
b. Konsesnsus Dialisis PERNEFRI
c. Konsesnsus Anemia PERNEFRI
d. Pedoman pengendalian infeksi virus hepatitis B, Hepatitis C dan HIV oleh
PERNEFRI
e. Pembiayaan oleh asuransi

C. Landasan Hukum
a. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
b. UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah
c. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran
d. PP RI No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
e. Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 749/Menkes/SK/Per/XII/1989 Tentang Rekam
Medis
f. Keputusan Mentri kesehatan RI No. 436 tahun 1993 tentang berlakunya Standar
Pelayanan Medis Indonesia
D. Perijinan
Perijinan pendiri Unit Dialisis :
1. Ijin dari dinas kesehatan
2. Ijin pendirian Unit Dialisis diajukan ke DinKes disertai verifikasi dari PERNEFRI
setelah unit tersebut memenuhi persyaratan yang diperlukan.
3. Ijin berlaku selama 5 tahun dan diperbaharui setelah memenuhi akreditasi yang
dilakukan oleh tim dan diperbaharui setelah memenuhi akreditasi yang dilakukan oleh
tim dari Dinas Kesehatan bersama dengan Organisasi profesi (PERNEFRI).
E. Tujuan
Umum :
Meningkatkan kualitas pelayanan pasien gagal ginjal melalui pedoman pelayanan
hemodialisi yang berorientasi pada keselamatan dan keamanan pasien
Khusus :
- Memberi acuan regulasi pelayanan hemodialisis
- Memberikan acuan tugas pokok dan fungsi serta kompetensi masing – masing tenaga
yang terlibat dalam pelayanan hemodialisi
- Memberikan acuan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan
hemodialisis
- Memberi acuan system/pola pembiayaan yang berkaitan dengan pelayanan
hemodialisis
PENGERTIAN PELAYANAN HEMODIALISIS
A. Definisi
1. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah :
a. Suatu kondisi kerusakan ginjal yang tadi selama 3 bulan atau lebih, yang
didefinisikan sebagai abnormalitas strukturl atau fungsional ginjal, dengan
atau tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang bermanifestasi
sebagai kelainan patologis atau kerusakan ginjal, termasuk ketidak
seimbangan komposisi zat di dalam darah atau urin serta ada atau tidaknya
gangguan hasil pemeriksaan pencitraan.
b. LFG yang kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 lebih dari 3 bulan dengan atau
tanpa kerusakan ginjal.
Keterangan : disebut PGK apabila terdapat salah satu dari criteria diatas.
2. Hemodialisi (HD) adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang
menggunakan alat khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat
laju filtrasi glomelurus yang rendah sehingga diharapkan dapat
memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Unit Hemodialisis adalah tempat pelayanan hemodialisis yang terdiri dari
minimal 4 mesin dialisi, didukung dengan unit pemurnian air (water
treatment) dan peralatan pendukung serta mempunyai tenaga nedis, minimal
terdiri dari 2 perawat mahir HD, 1 dokter bersertifikat HD, yang diawasi oleh
1 orang dokter internis bersertifikat HD dan disupervisi oleh 1 orang
internis_konsultan Ginjal Hipertensi (KGH)
4. UPHDIRRS adalah upaya pelayanan hemodialisis didalam institusi rumah
sakit berada dibawah instalasi penyakit dalam.
B. Falsafah
 Pada keadaan gagal ginjal, pasien membutuhkan terapi pengganti
fungsiginjal untuk memperpanjang dan mempertahankan kualitas hidup
yang optimal. Terapi gagal ginjal yang ideal adalah transplantasi ginjal.
Akan tetapi karena masih terdapat kendala factor biaya dan keterbatasan
donor maka di Indonesia dialisi masih merupakan terapi pengganti ginjal
(TGA) yang utama. Terapi pengganti ginjal ini merupakan sebagian dari
pengobatan pasien gagal ginjal. Selain TPG masih dibutuhkan pengobatan
lain seperti Vitamin D, eritropoetin, obat pengikat fosfor, dll.
 Pengobatan hemodialisi mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya
komplikasi kardiovaskuler. Oleh karena itu penanganannya harus
dilakukan oleh seorang dokter yang memiliki kualitas subspesialis (KGH)
atau dokter internis yang memiliki kompetensi dibidang hemodialisis.
 Tindakan dialisi (hemodialisi dan CAPD) merupakan prosedur
kedokteran yang memerlukan teknologi tinggi dan biaya tinggi sehingga
menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Dialysis
potensial menimbulkan risiko. Oleh karena itu keselamatan pasien serta
kualitas pelayanan harus selalu diperhatikan.
PENGORGANISASIAN
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang optimal dari program pelayanan hemodialisi
perlu ditata pengorganisasian pelyanan dengan tugas dan wewenang yang jelas dan
terinci secara ad,imistrasi maupun teknis.

A. Struktur Organisasi
Struktur organisasi unit layanan hemodialisis di dalam rumah sakit
Adanya klasifikasi rumah sakit berdasarkan kemampuan layanan dilihat dari
aspek kompetensi, SDM, Fasilitas sarana serta kepemilikan menyebabkan
bervariasinya pengelolaan layanan mulai dari organisasi sampai dengan
pembiayaan dirumah sakit.

Struktur, unit HD di Rumah Sakit Royal Progress :

Direktur Utama

Direktur Keuangan Direktur Marketing


Direktur Pelayanan

Manajer Pelayanan

Ka.Unit/Istalasi HD

Dokter penanggung
Teknis
jawab / pelaksanaan

Perawat
B. Ketenagaan
Ketenagaan pelayanan hemodialisis terdiri dari :
1. Tenaga Medis (supervisor, dokter SpPD bersertifikat HD, dokter bersertifikat
HD )
2. Perawata (perawat mahir dan perawat biasa)
3. Teknis
4. Tenaga Administrasi
5. Dan tenaga lainnya yang mendukung program
C. Kompetensi
1. Supervisor hemodialisis adalah dokter SpPD-KGH
2. Dokter penanggung jawab hemodialisis adalah dokter SpPD_KGH dan atau
dokter SpPD yang telah mempunyai sertifikat pelatihan hemodialisis di pusat
pendidikan yang diakreditasi dan disahkan oleh PBPERNEFRI
3. Dokter pelaksana hemodialisis adalah dokter bersertifikat HD yang telah
dilatih dipusat pendidikan yang diakresitasi dan disahkan oleh PBPERNEFRI
4. Perawat mahir hemodialisis adalah perawat yang bersertifikat pelatihan
pelatihan HD dipusat pendidikan yang diakreditasi dan disahkan oleh
PBPERNEFRI
5. Perawat adalah lulusan akademik keperawatan.
D. Klasifikasi dan uraian tugas
1. Supervisor
Seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi yang
diakui oleh pernefri, dan bertugas sebagai pengawas supervisor. Disamping
itu dapat juga bertugas sebagai penanggung jawab unit dialisis dan/atau dokter
pelaksana unit hemodialisis.
2. Peanggung jawab
Seorang dokter spesialis penyakit dalam yang telah mendapat peltahian
dialysis di pusat pelatihan dialysis yang diakui/diakreditasi oleh pernefri dan
bertugas sebagai penanggung jawab unit dialisis. Disamping itu dapat juga
bertugas sebagai dokter pelaksana unit hemodialisis.
3. Dokter pelaksana
Seorang dokter yang telah mendapat pelatihan dialysis dipusat pelatihan
dialysis yang diakreditasikan oleh PERNEFRI dan bertugas sebagai dokter
pelaksanaan unit hemodialisis
4. Perawat Mahir
Perawat yang telah menempuh pendidikan khusus dialysis dan perawat ginjal
intensif di pusat pelatihan dialysis yang diakui PERNEFRI
5. Perawat
Seorang lulusan akademi keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan
dan membantu tugas perawat mahir HD.
6. Teknis
Minimal SMU/STM atau perawat dengan pelatihan khusus mesin dialysis &
perlengkapannya. Bertugas : menyiapkan mesin & perlengkapannya,
menjalankan & merawat mesin dialysis dan pengolah air, bekerjasama dengan
teknis pabrik pembuatannya (produsen/agen)
PELAYANAN HEMODIALISIS
A. Konsep Pelayanan Hemodialisis :
1. Dilakukan secara komprehensif
2. Pelayanan dilakukan sesuai standar
3. Peraturan yang tersedia harus memenuhi ketentuan
4. Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik
5. Harus ada system monitor dan evaluasi.

B. Prosedur pelayanan Hemodialisis :


a. Tindakan inisial Hemodialisis HD pertama) dilakukan melalui pemeriksaan/konsultasi
dengan konsultan atau dokter spesialis penyakit dalam yang telah bersertifikat HD
b. Setiap tindakan Hemodialisis terdiri dari :
Persiapan pelaksanaan Hemodialisis : 30 menit
Pelaksanaan Hemodialisis : 5 jam
Evaluasi pasca Hemodialisis : 30 menit
Sehingga untuk setiap pelaksanaan Hemodialisis diperlukan waktu dari persiapan
sampai dengan waktu pasca Hemodialisis minimal 6 jam.
c. Harus memberikan pelayanan sesuai standar profesi dan memperhatikan hak pasien
termasuk membuat informed consent

C. Alur pasien dalam pelayanan Hemodialisis


Pasien Hemodialisis RS dapat berasal dari :
1. Instalasi rawat jalan
2. Instalasi rawat inap ( termasuk ruang rawat intensif)
3. Instalasi gawat darurat
4. Rujukan dari rumah sakit/institusi kesehatan lainnya.

Kegiatan selanjutnya adalah ;


1. Pemeriksaan / penilaian / assessmen tim
2. Hemodialisis
3. Bisa dikembalikan ke tempat semula/dokter pengirim
D. Pesyaratan minimal obat dan alat kesehatan habis pakai

OBAT
No. Nama Obat Satuan Kekuatan

Adrenalin HCL ampul 1 mg


1..
Dexametason falcon 10 mg
2.
Dopamine Ampul 50 mg dan
3. 200 mg
KCL I mEq/ml Flacon 25 ml
4.
Heparin 5.000 IU Flacon 5000 unit/ml
5.
Protamin sulfat Ampul 50 mg/ml
6.
Bicarbonate Natrikus flacon 25 ml dan
7. 8,4 % 100 ml
Anti histamine ampul
8.
Clonidin Ampul 0,15 mg
9.
Dextrose 40 % Flacon 25 ml
10.
Diazepam Ampul 10 mg
11.
Lidocai HCL 2 % Ampul 20 mg/ml
12.
NaCL 0,9 % Kolf 500 ml
13.
Dextrose 5 % dan 10 % Kolf 500 ml
14.
Nifidipin Tablet 5 mg
15.
Captopril Tablet 12,5 mg
16.
Isosorbit dinitrate Tablet 5 mg
17.
Paracetamol Tablet 500 mg
18.
H2O2 Larutan 3%
19.
Iodine povidone Larutan 10 %
20.
Antiseptic (savlon, Larutan
21. hibiscrub, dll)
Alcohol 70 % Larutan
22.

ALAT KESEHATAN
No. Nama Alat Kesehatan
Hollow fiber berbagai ukuran
1.
Blood line
2.
AV fistula
3.
Disposable syring
4.
Kassa steril
5.
Blood set
6.
Masker disposable
7.
Sarung tangan steril
8.
Plester
9.
Oksigen tabung
10
Havox/sunclin ( untuk desenfektan mesin sesuai dengan
11. petunjuk pabrik )
Campuran parasitic acid % H2O2 ( untuk dialiser proses
12. ulang )

E. Persyaratan minimal bangunan dan prasarana


1. Unit hemodialisis mempunya bangunan dan prasaran yang sekurang-kurangnya terdiri
dari :
a. Ruang hemodialisis
Sekurang kurangnya mempunyai kapasitas untuk 4 mesin hemodialisis.
Rasio mesin hemodialisis dengan lulus ruangan sekurang kurangnya sebesar 1 : 8
m2.
Setiap ruangan mempunyai wastafel untuk cuci tangan.
b. Ruangan pemeriksaan / konsultasi
c. Ruangana dokter
d. Ruangan perawat (nurse station)
e. Ruangan reuse
f. Ruangan pengolahan air (water treatment)
g. Ruangan sterilisasi alat
h. Ruangan penyimpanan obat
i. Ruangan pimpinan
j. Ruangan administrasi
k. Ruangan pendaftaran/penerimaan pasien dan rekam medis
l. Ruangan penunjang non medic yang sekurang-kurangnya terdiri dari pantry, gudang
peralatan, tempat cuci
m. Ruang tungu pasien
n. Toilet yang masing masing terdiri dari toilet untuk petugas, toilet untuk pasien dan
toilet penunggu pasien
o. Spoelhok
2. Seluruh ruangan harus memenuhi persyaratan minimal utnuk kebersihan, ventilasi,
penerangan dan mempunyai system keselamatan kerja dan kebakaran
3. Mesin hemodialisis yang dipergunakan untuk memberikan pelayanan harus secara
berkala dikalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
4. Mempunyai fasilitas listrik dan penyediaan air bersih (water treatment ) yang
mempunyai persyaratan kesehatan
5. Mempunyai sarana untuk mengolah limbah dan pembuangan sampah sesuai peraturan
yang berlaku ( sepic tank besar/rujukan limbah padat infeksius)
6. Tiap unit hemodialisis sangat dianjurkan memiliki fasilitas akses internet, untuk dapat
mengirim laporan berkala ke supervisor dan PERNEFRI pusat ( registrasi PERNEFRI )
F. Persyaratan minimal peralatan
Satu unit hemodialisis. Mempunyai peralatan meliputi :
1. Sekurang kurangnya 4 mesin hemodialisis yang siap pakai dan jenis mesih
hemodialisis tersebut harus terdaftar di departemen kesehatan.
2. Tempat tidur/korsi untuk tempat pasien yang sedang menjalani hemodialisis
3. Peralatan medic standar seperti stetoskop, tensimeter, timbangan badan dan
sebagainya, dengan jumlah sesuai kebutuhan.
4. Sebaiknya mempunyai peralatan yang diperlukan untuk resusitasi
kardiopulmoner yang sekurang kurangnya terdiri dari ambu viva
5. Peralatan reuse dialiser manual atau otomatik
6. Nurse call system
7. Peralatan pengolahan air sehingga air untuk dialysis memenuhi standar AAMI (
association for the advancesment of medical instrumentation)
8. Peralatan sterilisasi alat medis
9. Generator listrik berkapasitas sekurang kurangnya sebesar kebutuhan untuk
menjalankan mesin hemodialisis yang ada
10. Peralatan pemadan kebakaran
11. Peralatan kominikasi eksternal ( telephon dan faks )
12. Peralatan untuk kegiatan perkantoran
13. Peraltan untuk mengelolah limbah dan sampah
14. Perlengkapan dan peraltan lain sesuai kebutuhan

G. Sistem pembiayaan
1. Sumber :
a. Biaya sendiri
b. Asuransi
c. Perusahaan
d. Pemerintah : GAKIN/SKTM
e. Lainnya
2. Pola tariff terdiri dari :
a. Jasa medic
b. Jasa rumah sakit
c. Bahan dan alat
H. Pengendalian limbah
Mengikuti pengendalian limbah rumah sakit.
I. Kesehatan dan keselamatan kerja/K3
Harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Pelaksanaan kewaspadaan universal (universal precautions) yang katat (pasien, staf dan
penggunaan alat medic/non medic), termasuk hand hygiene sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan.
b. Penataan ruang aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai dengan
ketentuan yang mengacu pada patient safety
c. Isolasi mesih hemodialisis yang diharuskan pada pengidap virus hepatitis C dan HIV
d. Pemakaian dialiser proses ulang hanya diperkenan kan pada pasien pengidap virus
hepatitis C dan HIV dengan kewaspadaan khusus, akan tetapi dilarang pada pengidap
Virus hepatitis B
J. Pencatatan dan pelaporan
a. Dalam rekam medis dicatat diagnosis medic untuk pelaporan ke dinas kesehatan yang
kemudian diteruskan ke departemen kesehatan
b. Setiap unit hemodialisis di rumah sakit dan luar rumah sakit harus mengirim laporan ke
pusat registrasi PERNFRI secara berkala tiap bulan
K. Evaluasi dan pengendalian mutu
Kegiatan evaluasi terdiri dari :
a. Evaluasi internal : dinilai dari SDM, sarana prasaran hemodialisis
b. Evaluasi eksternal : dinilai dari kegoatan homodialisis (jumlah pasien, edukasi
homodialisis, morbiditas dan mortalitas, tariff hemodialisis yang di monitor oleh dinkes)
c. Evaluasi terhadap buku pedoman pelyanan homodialisis akan dilakukan setiap 5 tahun
sekali oleh PERNEFRI dan DenKes

SISTEM RUJUKAN
A. Pengertian
Konsep rujukan adalah suatu upaya pelimpahan tanggung jawab dan wewenang secara
timbale balik dalam pelayanan kesehatan untuk menciptakan suatu pelayanan kesehatan
paripurna. System rujukan diperlukan sebagai tempat konsultasi pasien hemodialisis
yang memiliki masalah medic akut maupun kronik.
Rujukan ini dapat berlangsung vertical dan horizontal sesuai dengan fungsi koordinasi
dan jenis kemampuan yang dimiliki.
Rujukan dapat terjadi dari unit hemodialisis di luar rumah sakit ke rumah sakit , atau
unit hemodialisis di rumah sakit ke rumah sakit lain dengan kelas rujukan tertinggi.
Rumah sakit rujukan adalah rumah sakit yang mempunyai kerjasama dengan unit
hemodialisis (unit homodialisis tersebut merupakan satelit/jejaring dari unti hemodialisis
rumah sakit)
Kegiatan rujukan mencakup :
a. Rujukan pasien (internal dan eksternal)
Rujukan internal adalah rujukan antar spesialis dalam satu rumah sakit.
Rujukan eksternal adalah rujukan anatar spesialis keluar rumah sakit dengan
mengikuti system rujukan yang ada.
b. Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk peningkatan kemampuan tenaga
hemodialisis serta sumber daya kesehatan lainnya (alat, sarana)
c. Pembinaan manajemen.
B. Sistem pelayanan rujukan hemodialisis
Pada prinsipnya rujukan pasien hemodilaisis rutin dapat dilakukan di klinik hemodialisis
maupun rumah sakit , akan tetapi tindakan hemodialisis pertama kali harus dilakukan di
rumah sakit.

PEMBINAAN & PENGAWASAN UNIT HEMODIALISIS


A. Tujuan pembinaan dan pengawasan
1. Meningkatkan mutu pelayanan
2. Pengembangan jangkauan pelayanan
3. Peningkatkan kemampuan kemandirian pelayanan
Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan secara berjenjang oleh tim yang berdiri
dari dinas kesehatan setempat dan PERNFRI. Pengawasan dan pembinaan dilakukan
terhadap semua unit HD di dalam dan diluar RS.Dinad Kesehatan mengawasi aspek
legalitas dan PERNEFRI mengawasi aspek medik / profesi.
B. Cara pengawasan
1. Setiap unit HD diwajibkan membuat laporan secara berkala setiap bulan kepala
dinas kesehatan dan PERNEFRI. Cara pelaporan sesuai dengan ketentuan/format
yang berlaku
2. Pengawasan dilakukan dengan pertemuan berkala setiap sesmeter, apabila dipandang
perlu maka dilakukan visitasi
C. Pembinaan
Untuk meningkatkan kualitas pelyanan hemodialisis perlu dilakukan pertemuan secara
berkala antar petugas kesehatan di unit hemodialisis, supervisor/konsultan, RS rujukan
dan dinas kesehatan setempat. Hal-hal yang belum dituliskan dalam peraturan ini akan
diatur secara tersendiri.
D. Pengembangan
Setaiap SDM yang ada di unit homodialis berkewajiban senantiasa meningkatkan ilmu
pengetahuan dan keterampilannya baik secara mandiri maupun mengikuti pendidikan
dan pelataihan yang diselenggarakan oleh lembaga lembaga yang berwenang/
terakreditasi.

Referensi
1. Pedoman pelayanan Hemodialisis di sarana pelayanan kesehatan

2. Consensus dialysis PERNEFRI, 2003

3. Raharja JP, Susalit E, suhaedjo. Hemodyalisis dalam buku ajar ilmu penyakit dalam.
Jilid II, Ed IV. Editor sudoyo AW, Setyohadi B.dkk pusat penerbitan IPD,FKUI

4. NKF-K/DOQI Clinical practice guidelines for hemodyalisis adequacy update 2000 hal
s13 - s43

TEKNIK DAN PROSEDUR HEMODIALISIS


No.dokumen No. Revisi 0 Halaman 1/6
RSRP/SPO/HD/001

Tanggal terbit Ditetapkan


Standar prosedur operasional 1 januari 2012 Direktur

Dr.djoti atmodjo,spa,mars

Prosedur : suatu tindakan memasukan jarus AV fistula ke dalam pembuluh dara untuk
sarana hubungan sikulasi yang akan digunakan selama proses hemodialisis

Tujuan : agar proses hemodialisis dapat berjalan lancer sesuai dengan hasil yang
diharapkan

Kebijakan : peraturan direktur RS.Royal Progress No……/per/dir/…./2012,

Tentang SPO teknik dan prosedur hemodialisis

Petugas : dokter, perawat

Prosedur : punksi dan kanulasi terdiri dari :

1. Punksi cimono
2. Punksi femoral

Punksi cimino
a. Persiapan alat alat
1. 1buah bak instrument besar, yang terdiri dari :
 3 buah mangkok kecil
i. 1 untuk tempat NaCL
ii. 1 untuk betadine
TEKNIK DAN PROSEDUR HEMODIALISIS
No.dokumen No. Revisi 0 Halaman 2/6
RSRP/SPO/HD/001

iii. 1 untuk alkohol 20 %


 Arteli klem
2. 1 spuit 20 cc
3. 1 spuit 10 cc
4. 1 spuit 1 cc
5. Kassa 5 lembar (secukupnya)
6. IPS sarung tangan
7. Lidocain 0,5 cc (bila perlu)
8. Plester
9. Masker
10. 1 buah gelas ukur / math can
11. 2 buah AV fistula
12. Duk steril
13. Perlak utnuk alas tangan
14. Plastic unuk kotoran

b. Persiapan pasien
1. Timbang berat badan
2. Observasi tanda tanda vital dan anamnesis
3. Raba desiran pada cimino apakah lancer
4. Tentukan daerah tusukan untuk keluanya darah dari tubuh ke mesin
5. Tentukan pembuluh darah vena lain untuk masuknya darah dari
mesin ke tubuh pasien
6. Beritahu pasien bahwa tindaakan akan dimulai
7. Letakkan perlakdi bawah tangan pasien
8. Dekatkan alat alat yang akan digunakan
TEKNIK DAN PROSEDUR HEMODIALISIS
No.dokumen No. Revisi 0 Halaman 3/6
RSRP/SPO/HD/001

c. Persipan perawat
1. Cuci tangan sebelum bekerja
2. Gunakan APD, masker
3. Buku bak instrument steril
4. Mengisi masing masing mangkok steril dengan alkohol, NaCI 0,9
% dan betadine
5. 20 cc dan 10 cc, taruh di bak instrument
6. Pakai sarung tangan steril
7. Ambil spuit 1 cc, hisap lidocain 1% untuk anestesi local (bila
digunakan)
8. Ambil spuit 10 cc diisi NaCL dan heparin 1500 u untuk mengisi
AV fistula
d. Memulai desinfektan
1. Jepit kassa betadine dengan arteri klem, oleskan betadine pada
daerah cimino dan vena lain dengan cara memutar dari arah dalam
ke luar, lalu masukkan kassa bekas ke kantong plastic
2. Jepit kassa alkohol dengan arteri klem, bersihkan daerah cimono
dan vena lain dengan cara seperti no. 1
3. Lakukan sampai bersih dan keringkan dengan kassa steril kering,
masukkan kassa bekas ke kantong plastic dan arteri klem diletakkan
di gelas ukur
4. Pasang duk belah di bawah tangan pasien, dan separuh du
ditutupkan di tangan.
5.
TEKNIK DAN PROSEDUR HEMODIALISIS
No.dokumen No. Revisi 0 Halaman 4/6
RSRP/SPO/HD/001

e. Memulai punksi cimino


1. Berikan anestesi local pada cimino ( tempat yang akan dipunksi )
dengan spuit insulin 1 cc yang diisi dengan lidicoain
2. Tusuk tempat cimino dengan jarak 8 – 10 cm dari anastemose
3. Tusuk secara intrakutan dengan diameter 0,5 cm
4. Berikan anestesi local pada tusukan vena lain
5. Pijat dengan kassa steril, bekas tusukan lidi
f. Memasukan jarum AV fistula
1. Masukan jarum AV fistula (outlet) pada tusukan yang telah dibuat
pada saat pemberian anestesi local
2. Aspirasi dengan spuit 10 cc setelah darah keluar dan dorong dengan
NaCl 0,9% yang berisi heparin, AV fistula diklem, spuit dilepaskan,
dan ujung AV fistula ditutup, temapt tusukan difiksasi dengan
plester dan pada atau sayap fistula diberi kasa steril dan diplester.
3. Masukan jarum AV fistula (inlet) pada vena lain, jarak penusukan
inlet dan outlet usahakan lebih dari 3 cm
4. Jalankan blood pump perlahan lahan sampai 20 ml / menit
kemudian pasang sensor monitor
5. Program mesin hemodialisis sesuai kebutuhan pasien
6. Lakukan penusukan pada daerah femoral, bila aliran kurang dari
100 ml/mnt karena ada denyut
7. Alat kotor masukan ke plastic, sedangkan alat alat yang dapat
dipakai kembali di bawa ruang disposal
8. Penususkan selesai,perawat mencuci tangan
TEKNIK DAN PROSEDUR HEMODIALISIS
No.dokumen No. Revisi 0 Halaman 5/6
RSRP/SPO/HD/0
01

Punksi femoral
Cara melakukan ounksi femoral
1. Observasi daerah femoral (lipatan ), yang akan digunakan penusukan
2. Letakkan posisis tidur pasien terlentang dan posisi kaki yang akan ditusuk fleksi
3. Lakukan perabaan arteri untuk mencari vena femoral dengan cara menaruh 3 jari di atas
pembuluh darah arteri, jari tengah diatas arteri
4. Dengan jari tengah 1 cm kea rah medial untuk penususkan jarum AV fistula

Melakukan kanulasi lumen


Cara kerjanya :
1. Observasi tanda tanda vistal
2. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
3. Berikan posisi pasien yang nyaman
4. Dekatkan alat alat ke pasien
5. Cusi tangan sebelumnya
6. Buka kassa penutup catheter dan lepaskan pelan pelan
7. Perhatikan posisi catheter double lumen
 Apakah tertekuk ?
 Apakah posisi chateter berubah ?
 Apakah ada tanda tanda meradang / nanah ? jika ada laporkan pada dokter.
TEKNIK DAN PROSEDUR HEMODIALISIS
No.dokumen No. Revisi 0 Halaman 6/6
RSRP/SPO/HD/001

8. Memulai definisis
 Desinfektan kulit daerah kateter dengan kassa betadine, mulai dari pangkal tusukan
kateter sampai kearah sekitar kateter dengan cara memutar kassa dari dalam ke
arah luar
 Bersihkan permukaan kulit dan kateter dengan kassa alkohol
 Pasang duk steril di bawah kateter double lumen
 Buka kedua tutup kateter, aspirasi dengan spuit 10 cc / 20 cc yang sudah diberi NaCl
0,9 yang terisi HEPARIN.
9. Tentukan posisi kateter dengan tepat dan benar
10. Pangkal kateter diberi betadine dan ditutup dengan kassa steril
11. Kateter difiksasi kencang
12. Kateter double lumen siap disambungkan dengan arteri blood line dan venus line
13. Rapikan alat-alat, pisahkan dengan alat-alat yang terkontaminasi
14. Bersihkan alat-alat
15. Cuci tangan setelah selesai

Kateter double lumen mempunyai 2 cabang berwarna


 Merah untuk inlet (keluarnya darah dari tubuh pasien ke mesin)
 Biru untuk outlet (masuknya darah dari mesin ke tubuh pasien)

Unit Terkait : HD, OK, ICU

Anda mungkin juga menyukai