Anda di halaman 1dari 2

KATA PENGANTAR

Transfusi darah merupakan suatu rangkaian proses pemindahan darah dari satu individu
(donor) ke dalam sirkulasi darah individu lain (resipien) sebagai upaya pengobatan, dimana
penggunaannya dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan. Jutaan
transfusi darah dilakukan setiap tahun di seluruh dunia.Transfusi darah telah terbukti dapat
meningkatkan kelangsungan hidup dari 35% menjadi 45%.
Sehubungan dengan asal-usul historisnya, praktek ini dimulai pada abad ke-17 oleh seorang
dokter Inggris bernama William Harvey. Pada 1665, Richard Lower untuk pertama kalinya
melaporkan keberhasilan transfusi pada binatang. Sedangkan transfusi pertama pada manusia dari
binatang dilakukan pada tahun berikutnya oleh Jean Baptiste Denis, seorang dokter Perancis. Pada
tahun yang sama, Lower mentransfusikan darah dari anak domba ke dalam aliran darah seorang
pendeta bernama Arthur Coga. Namun, praktek ini kemudian ditinggalkan selama ratusan tahun.
Transfusi pertama antara manusia berhasil dilakukan pada tahun 1818 oleh James Blundell,
seorang dokter Inggris. Pada tahun 1901, Landsteiner menemukan golongan darah sistem ABO dan
kemudian pada tahun 1939 sistem antigen Rh (rhesus) ditemukan oleh Levine dan Stetson. Kedua
sistem ini menjadi dasar penting bagi transfusi darah modern. Sekitar tahun 1937 dimulailah sistem
pengorganisasian bank darah yang terus berkembang hingga saat kini.
Era transfusi darah modern dimulai bertepatan dengan Perang Dunia II dimana kebutuhan
akan penggantian darah secara masif meningkat. Namun transfusi bukanlah tanpa risiko, efek
samping transfusi (reaksi transfusi) tetap mungkin terjadi. Setengah abad terakhir pencegahan akan
reaksi transfusi seperti hepatitis serta munculnya beberapa patogen baru, terutama HIV, mulai
dilakukan.Walaupun tes skrining spesifik dan intervensi lainnya telah diminimalkan, tapi tidak
menghilangkan penularan penyakit menular. Bahaya transfusi lainnya juga bertahan, termasuk
terjadinya transfusi darah yang tidak cocok, reaksi transfusi hemolitik akut maupun yang tertunda,
Transfusion-Related Acute Lung Injury (TRALI), Transfusion Related-Graft versus Host
Disease(TA-GVHD), dan Transfusion-related Immunomodulator (TRIM).
World Health Organization (WHO)Global Database on Blood Safety melaporkan bahwa
20% populasi dunia berada di negara maju dan sebanyak 80% telah memakai darah donor yang
aman, sedangkan 80% populasi dunia yang berada di negara berkembang hanya 20% memakai
darah donor yang aman.
Haslina (2012) melaporkan terjadi 213 kasus reaksi transfusi dalam jangka waktu 3 tahun di
Malaysia. Dengan insiden sebesar 1 pada 433 unit transfusi atau 0,23% dari total komponen darah
yang ditransfusikan.Sedangkan di Amerika Serikat, US Food and Drug Administration Center
(FDA) melaporkan pada tahun 2011 terjadi 30 kematian terkait transfusi.
Dalam rangka meminimalkan risiko transfusi, WHO telah mengembangkan strategi untuk
transfusi darah yang aman. Pada tahun 1998 WHO mengeluarkan rekomendasi “Developing a
National Policy and Guidelines on the Clinical Use of Blood”. Strategi tersebut terdiri dari
pelayanan transfusi darah yang terkoordinasi secara nasional, pengumpulan darah hanya dari donor
sukarela dari populasi risiko rendah, pelaksanaan skrining terhadap semua darah donor dari
penyebab infeksi(seperti HIV, virus hepatitis, sifilis dan lainnya), serta pelayanan laboratorium yang
baik di semua aspek. Dalam hal ini termasuk golongan darah, uji kompatibilitas, persiapan
komponen, penyimpanan dan transportasi darah/komponen darah.
Oleh karena itu, untuk menghindari risiko transfusi darah yang tidak perlu dapat dikurangi
dengan menentukan indikasi transfusi darah dan komponen darah yang tepat, dan alternatif
transfusi. Sehingga dalam meningkatkan keamanan dan kualitas transfusi darah, dibutuhkan
pemahaman tentang transfusi darah dan komponennya.

Anda mungkin juga menyukai